Anda di halaman 1dari 10

TEORI GOVERNANCE

Dibuat oleh :
Nama : Ega Dwi Rahadian A.

Nim : 1613121038

Semester / Kelas : III ( C )

Dosen Pembimbing :
Supriyadi Wiryadmodjo M.Si.

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS BHAYANGKARA
SURABAYA
2017

TUGAS KARYA TULIS TEORI GOVERNANCE


KELAS C (MALAM)

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………...3
1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………………………...….4
1.2.1 Maksud ……….....……………………………………………………….4
1.2.2 Tujuan ……………....…………………………………………………....4
1.3 Rumusan Masalah ………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kondisi Birokrasi di Indonesia saat ini ……………………………………………
5
2.2 Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi……………………………………………...5
2.2.1 Faktor Kendala……………………………………………………………
5
2.2.1.1 Faktor Internal…………………………………………………….5
2.2.1.2 Faktor Eksternal…………………………………………………..5
2.2.2 Faktor Peluang……………………………………………………………6
2.2.2.1 Faktor Internal…………………………………………………….6
2.2.2.2 Faktor Eksternal…………………………………………………..6
2.3 Kondisi Birokrasi di Indonesia yang
Diharapkan………………………………….7
2.4 Upaya Reformasi Birokrasi di Indonesia………………………………………….7
2.4.1 Reformasi di Bidang Intrumental…………………………………………
7
2.4.2 Reformasi di Bidang
Struktural…………………………………………...8
2.4.3 Reformasi di Bidang
Cultural……………………………………………..8

2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………..9
3.2 Saran ………………………………………………………………………………
9
3.3 Penutup…………………………………………………………………………....9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Refomasi Birokrasi dimaknai sebagai sebuah perubahan besar dalam
paradigma dan tata kelola pemerintahan, yang mengarah pada organisasi
(kelembagaan), tatalaksana, SDM, pelayanan, akuntabilitas dan perundang
undangan serta pola pikir (Grand Desain Reformasi Birokrasi Indonesia 2010,
2025, 2010: 2, yang selanjutnya disingkat GDRB). Perubahan besar yang
dimaksud, terkait dengan perubahan radikal dalam tata cara pelaksanaan urusan
masyarakat sebagai tuntutan pada saat reformasi administrasi ditiupkan tahun
1980 an (Caiden, 1991). Reformasi adalah gerakan untuk mengubah bentuk dan
prilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai
dengan kebutuhan zaman baik karena tidak efisien, tidak bersih, tidak demokratis
dan lain-lain. Sebelum membahas reformasi birokrasi, maka kita perlu memahami
apa itu birokrasi. Birokrasi adalah organisasi besar, mengusung misi bersekala
besar, dikerjakan oleh banyak orang/personil/pegawai.
Birokrasi adalah pemerintahan yang dilakukan dari/ dikantor, bukan dari/di
jalanan, bukan dari/di sawah atau dari/di medan perang. Jadi birokrasi adalah
pemerintahan atau pengelolaan masyarakat secara tertulis, terencana,
terdokumentasi secara rapi dan dilakukan oleh orangorang terdidik dan atau alias
beradap. Salah satu faktor dan faktor utama yang turut berperan dalam

3
perwujudan pemerintahan yang bersih (clean government) dan kepemerintahan
yang baik (good government) adalah birokrasi. Dalam posisi dan perannya yang
demikian penting dalam pengelolaan kebiasaan dan pelayanan publik, birokrasi
sangat menentukan efesiensi dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari adanya makalah ini adalah agar pembaca dapat
mengetahui pengertian reformasi birokrasi di Indonesia serta
mengetahui kendala yang ada.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari adanya makalah ini adalah untuk mengetahui kondisi
birokrasi di Indonesia, memahami faktor-faktor yang mempengaruhi,
mengetahui kondisi birokrasi yang diinginkan dan agar dapat
mengetahui dan memberikan solusi untuk Birokrasi di Indonesia.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Bagaimana kondisi birokrasi di Indonesia saat ini?
1.3.2 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?
1.3.3 Bagimana kondisi yang diharapkan?
1.3.4 Bagaimana upaya reformasi birokrasi di Indonesia?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.5 Kondisi Birokrasi di Indonesia saat ini


Melihat kondisi birokrasi Indonesia saat ini maka kami kondisi birokrasi
Indonesia adalah termasuk pengertian Bureaucracy as Organizational Ineficiency.
Dimana terdapat empat penyebab utama yang menjadi penghambat rendahnya
kualitas birokrasi di Indonesia, yaitu peraturan perundangan, organisasi, Sumber
Daya Manusia (SDM), dan manajemen pemerintahan. Beberapa peraturan
perundang-undangan masih terdapat tumpang tindih, dan ketidakjelasan di bidang
aparatur negara. Di samping itu, banyak peraturan perudangan yang belum
disesuaikan dengan dinamika perubahan penyelenggaraan pemerintah dan
tuntutan masyarakat (Sedaryamanti, 2009).
Manajemen pemerintahan juga masih berorientasi input, sedangkan hasil dari
kinerja tersebut belum diperhatikan secara matang. Hal ini terlihat dari
akuntabilitas kinerja pemerintahan yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan
terjadinya ketidakefektifan kerja tersebut. Untuk membentuk manajemen yang
berkualitas, tentu didorong oleh SDM yang berkualitas juga. Manajemen SDM
aparatur belum dilaksanakan secara optimal untuk meningkatkan profesionalisme,
kinerja pegawai, dan organisasi. Hal ini disebabkan oleh proses perekrutan yang
tidak sesuai, sehingga hasil yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Kondisi

5
inilah yang menyebabkan kekecewaan masyarakat terhadap birokrasi yang ada
saat ini.
2.6 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
2.6.1 Faktor Kendala
2.6.1.1 Faktor Internal
a. Rendahnya Kualitas Pelayanan Publik
Menjadi rahasia umum bahwa birokrasi pelayanan di Indonesia lekat
dengan sistem dan prosedur yang berbelit-belit, mahal dan sumber daya
manusia yang lamban dalam memberikan pelayanan. Hal ini yang semakin
memperburuk citra birokrasi dan semakin kehilangan kepercayaan dari
masyarakat. Di lain sisi, tidak sedikit pula, terjadi praktik penyimpangan
kekuasaan, menampakan wajah koruptif, manipulatif dan cenderung
predatoris (Efendy, 2010). Fenomena ini memunculkan paradoks, yang dapat
dilihat dari beberapa daerah yang sebelumnya dinobatkan sebagai daerah
reformis atau champion,seperti diantaranya Bupati Sragen, Jembrana dan
Tanah Datar yang diproses hukum dengan dakwaan melakukan korupsi
(Pope, 2003).
2.6.1.2 Faktor Eksternal
a. Pengaruh Politik yang Kuat terhadap Birokrasi
Menjadi penyumbang terhadap masih terhambatnya kinerja birokrasi
sehingga lemah dalam merespon agenda dan tantangan dalam pembangunan
nasional. Kondisi ini tidak dapat dihindari karena sistem pemerintahan yang
dijalankan oleh Indonesia. Sistem kepartaian yang dianut oleh Indonesia,
sedikit banyak berdampak pada kinerja aparatur yang tidak netral. Tidak
sedikit pengangkatan pejabat eselon I berbagai kementerian/lembaga negara
serta BUMN yang disesuaikan dengan nafas politik menterinya (Bappenas,
2004). Pergolakan politik berkontribusi terhadap jalannya pemerintahan di
Indonesia. Pada akhirnya mengarahkan anggapan bahwa masyarakat hanya
dijadikan sebagai obyek dalam pemilu untuk memenangkan tujuan berpolitik
beberapa pihak/kelompok, mengantarkan elit pimpinan menjadi pimpinan

6
negara dan pemerintah. Setelah terpilihnya pihak-pihak tersebut, lantas
kepentingan rakyat terlupakan dengan kepentingan pribadi/kelompok.
Kondisi ini menunjukan sangat lemahnya akuntabilitas dan
pertanggungjawaban kepada publik.
2.6.2 Faktor Peluang
2.6.2.1 Faktor Internal
Masyarakat yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam
menyampaikan aspirasi, apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat
menyampaikan aspirasi dan kritiknya tersebut dengan bebas
2.6.2.2 Faktor Eksternal
Derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin terangkat, karena
berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang demokratis dan
membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia
menjadi lebih terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas
terhadap berbagai bidang semakin berkembang.
2.7 Kondisi Birokrasi di Indonesia yang Diharapkan
Kebutuhan yang nyata saat ini dalam praktek birokrasi adalah bagaimana
memenuhi kebutuhan konkret dari masyarakat. Kebutuhan akan peningkatan
kualitas kehidupan politik menjadi suatu tuntutan yang tak terhindarkan. Kondisi
birokrasi Indonesia yang masih bercorak patrimonial, adalah merupakan benang
sejarah yang perlu diperhatikan dengan seksama. Dalam perkembangan kearah
modernisasi menuntut adanya peningkatan kualitas administrasi dan manajemen.
Selain itu, dalam menghadapi kondisi saat ini dan menjawab tantangan masa
sekarang, birokrasi Indonesia diharapkan mempunyai kharakteristik yang mampu
bersifat netral, berorientasi pada masyarakat, dan mengurangi budaya patrimonial
di dalam birokrasi tersebut.
2.8 Upaya Refoemasi Birokrasi di Indonesia
2.8.1 Reformasi di Bidang Intrumental
Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan yang merupakan respon
pemerintah terhadap kegagalan penggunaan hukum (peraturan perundang-

7
undangan) sebagai sarana/alat rekayasa. Sehubungan dengan itu, muncul
berbagai pertanyaan misalnya mengapa penggunaan hukum (peraturan
perundang-undangan) sebagai alat/sarana/instrumen rekayasa dalam
melaksanakan pembangunan/pembaharuan di Indonesia mengalami
kegagalan. Pelaksanaan reformasi hukum nasional di Indonesia dalam
kaitannya dengan perubahan sosial berdasarkan analisis saya belum
sepenuhnya berjalan, karena masih banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan hukum didalam mayarkat ditambah lagi pesatnya perubahan
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang diakibatkan oleh
Globalisasi di bidang ekonomi dan perdagangan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2.8.2 Reformasi di Bidang Struktural
Reformasi struktural yang berkelanjutan dapat bermanfaat untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reformasi struktural
sangat penting untuk meningkatkan kualitas iklim investasi. reformasi
struktural tersebut bisa mendorong minat investor untuk menanamkan
modal di Indonesia dan meningkatkan kontribusi investasi dalam
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, upaya lainnya yang bisa dilakukan
terkait reformasi struktural tersebut adalah dengan melakukan deregulasi
atas berbagai kebijakan yang rumit untuk mendorong investasi dan
menciptakan lapangan kerja bagi generasi muda.
2.8.3 Reformasi di Bidang Cultural
Budaya pada organisasi pemerintah tidak dapat didefinisikan sebagai
budaya organisasi dalam teori manajemen umum. Dalam pemerintahan,
budaya merupakan subsistem yang keberadaannya strategis, bahkan
menentukan hingga ke taraf pencitraan publik. Contoh sederhananya
adalah ketika orang mengenal pemerintah karena budayanya yang berbelit-
belit lagi korup. Oleh karena itu, untuk memperbaiki organisasi
pemerintah, dimensi budaya harus dilibatkan.

8
Menjadikan konsep perubahan sebagai budaya inilah yang kita sebut
sebagai pengembangan kultural (cultural development). Cultural
merupakan bentuk adjective dari culture (budaya), sedang development
memiliki makna developing; come or bring gradually into existence.
Sehingga secara harfiah, cultural development kurang lebih merupakan
proses bertahap menuju sebuah realitas budaya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari
dan setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada
akhirnya orang akan beranggapan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena
banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan
masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi birokrasi. Penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan demokratis mensyaratkan kinerja dan akuntabilitas
aparatur yang makin meningkat. Oleh karena itu, reformasi di tubuh birokrasi
indonesia harus terus dijalankan demi tidak terciptanya lagi patologi birokrasi di
Indonesia.
Tujuan reformasi birokrasi: Memperbaiki kinerja birokrasi, Terciptanya good
governance, yaitu tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa, Pemerintah
yang bersih (clean government), bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan
terhadap masyarakat.
3.2 Saran
Diharapkan juga kepada masyarakat agar lebih berpartisipatif dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi, prinsip-prinsip good governance, pelayanan publik,

9
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang baik, bersih, dan berwibawa,
serta pencegahan dan percepatan pemberantasan korupsi, agar reformasi birokrasi
guna mencegah buruknya birokrasi dapat berjalan dengan baik dengan adanya
legalitas secara hukum dalam pelaksanaannya.
3.3 Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS. 2014. Menata


Perubahan Mewujudkan Indonesia Yang Sejahtera, Demokratis, Dan
Berkeadilan-Pencapaian Kinerja KIB-I (2004-2009) dan KIB-II (2009-2014).
Caiden, Gerald E.1991.Administrative Reforms Comes Of Ages.New York: Walter
The Gruyter.
Effendy, Marwan. 2010. Reformasi Pelayanan Sektor Publik Merupakan Bagian dari
Penanggulangan Korupsi secara Integral dan Sistemik. Universitas Tulang
Bawang Lampung
Pope, Jeremy. 2003. Strategi Memberantas Korupsi, Elemen Sistem Integritas
Nasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: PT Refika Aditama.

10

Anda mungkin juga menyukai