TINJAUAN PUSTAKA
4
Sejarah bakteri
Keberadaan bakteri pertama kali ditemukan oleh Antony van
Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.
Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun
1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-
batang kecil". Perkembangan pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah
serangkaian percobaan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu
mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.
Morfologi/Bentuk bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
Staphylococcus, jika bergerombol
Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
5
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda
ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Alat Gerak
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua
bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan
adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran
flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi
panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri
dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
Atrik, tidak mempunyai flagel.
Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
Struktur
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur
bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang
tersusun dari lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teikoat. Sementara bakteri
Gram negatif memiliki lapisan luar dari lipopolisakarida: terdiri dari membran dan
lapisan peptidoglikan yang tipis dan terletak pada periplasma (di antara lapisan
luar dan membran sitoplasma).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan
fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri
juga memiliki kapsula atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada
suatu permukaan dan struktur biofilm. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom,
dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan
6
magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang
membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrem.
7
Istilah kesehatan masyarakat veteriner atau kesmavet masih banyak belum
dikenal oleh masyarakat, termasuk di kalangan pemerintah dan bahkan di kolega
dokter. Istilah kesmavet digunakan pertama kali dalam pertemuan World Health
Organization (WHO) pada tahun 1946 untuk menyiapkan kerangka konseptual
dan struktur program dari aktivitas kesehatan masyarakat yang melibatkan
pengetahuan, kepakaran, dan sumberdaya kedokteran hewan untuk melindungi
dan memperbaiki kesehatan masyarakat. Definisi ini disesuaikan dengan definisi
“sehat” menurut WHO dan turut mendukung pencapaian tujuan “health for all by
the year ″. Tujuan tersebut tidak berarti tidak akan ada penyakit lagi, namun lebih
ditujukan agar mayoritas populasi dunia memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan dasar serta mendorong produktivitas secara ekonomis dan sosial yang
dapat memberikan kepuasan hidup.
Kesmavet merupakan bagian dari aktivitas kedokteran hewan yang
berkaitan dengan pencegahan, perlindungan, dan promosi kesehatan masyarakat.
Definisi kesmavet sejak diperkenalkan kali pertama oleh WHO senantiasa
disempurnakan. Definisi kesmavet terakhir direvisi pada WHO consultation on
“future trends in veterinary public health” yang diselenggarakan di Teramo, Italy
pada tahun 1999 sebagai “the sum of all contributions to the physical, mental and
social well-being of humans through an understanding and application of
veterinary science” (seluruh kontribusi terhadap kesehatan fisik, mental, dan
sosial manusia melalui pemahaman dan penerapan ilmu veteriner”.
Istilah Kesmavet atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Veterinary
Public Health (VPH) diperkenalkan pertama kali oleh WHO dan Food
Agriculture Organization (FAO) pada laporannya the Joint WHO/FAO Expert
Group on Zoonoses pada tahun 1951. Dalam laporan tersebut, Kesmavet (VPH)
didefinisikan sebagai seluruh usaha masyarakat yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk
mencegah penyakit, melindungi kehidupan, dan mempromosikan kesejahteraan
dan efisiensi manusia (veterinary public health comprises all the community
efforts influencing and influenced by the veterinary medical arts and sciences
applied to the prevention of diseases, protection of life, and promotion of the well-
8
being and efficiency of man). Menurut Schwabe (1984), istilah Kesmavet
mengarah kepada bidang kesehatan masyarakat yang mana kedokteran hewan
berkontribusi secara khusus. Selanjutnya definisi Kesmavet dimodifikasi oleh
WHO/FAO pada tahun 1975.
Indonesia memasukkan istilah Kesmavet pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Definisi Kesmavet dalam UU tersebut adalah segala urusan yang
berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
Selanjutnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1983. Beberapa praktisi menjelaskan bahwa kesmavet merupakan “jembatan”
antara bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat. Aktivitas kesmavet
melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti kesehatan, sosial, ekologi, dan
konservasi. WHO menyatakan bahwa kesmavet merupakan bagian esensial
kesehatan masyarakat dan melibatkan berbagai jenis kerjasama antar disiplin ilmu
yang berkaitan dengan segitiga sehat (health triad), manusia-hewan-lingkungan,
serta semua interaksinya.
9
Masalah kesmavet lain di Indonesia adalah eksploitasi hutan untuk
pertanian dan pertambangan yang dapat mengakibatkan munculnya zoonosis baru
yang bersumber dari satwa liar. Peran vektor di sekitar hutan menjadi penting.
Kesehatan masyarakat veteriner menjadi semakin penting dan berkembang
karena berbagai perubahan yang terjadi secara cepat yang menyebabkan
peningkatan kasus zoonosis yang mengancam kesehatan masyarakat veteriner.
Perubahan tersebut meliputi peningkatan populasi penduduk, peningkatan
urbanisasi, peningkatan kemiskinan, perubahan pemanfaatan lahan, lingkungan,
dan iklim.
Pemeriksaan bakteri
Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam
kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu
bakteri akan berkembang lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam
telah berkembang menjadi 2.000.000 (dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi
1.000.0000.000 (satu miliyar) sel. Kemungkinan menjadi penyebab penyakit
10
sangat besar sekali. Makanan yang masih dijamin aman dikonsumsi paling lama
dalam waktu 6 jam, karena setelah itu kondisi makan sudah tercemar.
Bakteri dapat ditemukan dimana-mana (di dalam tinja, manusia, hewan,
ataupun air yang terkontaminasi dengan serangga, debu, burung, dan binatang
kecil lainnya), serta secara relatif mudah dibunuh dengan cara dipanaskan (Azwa,
1990). Bakteri dalam makanan dapat diakibatkan oleh penjualan makanan yang
tidak memperhatikan kebersihan dan keamanannya, misalnya di Indonesia,
khususnya di Kota Manado, penjualan makanan dilakukan secara bebas sehingga
dapat ditemukan banyak penjual makanan jajanan yang berjualan di pinggir jalan.
Analisis mikrobiologi penting dalam menentukan keamanan dan kualitas
dari suatu makanan, oleh sebab itu pada pengujian bakteri dalam daging dengan
fokus sampel penelitian yaitu makanan bakso. Ada berbagai cara untuk
mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan,
cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan
cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan(Waluyo, 2007).
Untuk metode streak plate
Metode ini dapat digunakan untuk penghitungan bakteri secara
langsung. Karena sebelum dituang bakteri tersebut diencerkan terlebih
dahulu. Sehingga syarat penghitungan langsung yaitu dalam 1 media
terdapat 30-300 koloni dapat terpenuhi(Prescott et.al.2008).
Metode pengenceran
Merupakan metode dengan mengencerkan misalnya 1 ose bakteri
dengan air. Lalu hasil pengenceran tersebut diencerkan lagi dengan
beberapa ketentuan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi konsentrasi
bakteri(Barazandeh,2008).
11
Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli
patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh.
Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit,
dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi; sebab penyakit,
sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan fungsional yang disebabkan
penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk mengidentifikasi
sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada
program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.
Definisi patologi dari namanya: patos (penyakit) dan logos (ilmu), berarti
ilmu yang mempelajari mengenai penyakit. Secara sempit, patologi anatomi
berarti lmu yang mempelajari perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan dan
organ akibat penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan
fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekular sampai pengaruhnya
pada tiap individu. Selain Patologi juga dikenal istilah Patofisiologi, yaitu bagian
dari ilmu Patologi yang mempelajari gangguan fungsi yang terjadi pada
organisme yang sakit, yaitu meliputi asal penyakit, permulaan dan perjalanan
penyakit serta akibat yang ditimbulkannya. Empat aspek proses terjadinya
penyakit yang menjadi dasar patologi adalah:
1. Etiologi, baik intrinsik/genetik maupun acquired/didapat.
2. Patogenesis, yaitu rangkaian kejadian sebagai reaksi dari sel atau jaringan
terhadap faktor etiologi mulai dari stimulus pertama sampai bentuk akhir suatu
penyakit.
3. Perubahan morfologi, menunjukkan perubahan sel atau jaringan khas pada
suatu penyakit.
4. Gejala klinik, yaitu perubahan fungsi akibat dari perubahan morfologi.
12
Patologi klinis ialah ilmu patologi yang lebih menekankan pada tingkat
penyakitnya sendiri ; mempelajari lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan
pengaruh penyakit terhadap organ/sistem organ tubuh hewan. Ilmu Patologi Klinis
memberikan kontribusi besar terhadap Kedokteran klinis yaitu bidang keilmuan
yang melakukan pendekatan terhadap sakitnya penderita, meliputi; pemeriksaan/
penemuan klinik, diagnosis dan pengelolaan penyakit. Jadi dua disiplin ilmu
tersebut tidak bisa lepas, kedokteran klinik tidak bisa dipraktekkan bila tanpa
patologi, demikian juga patologi tidak berarti apapun bila tidak memberikan
keuntungan di tingkat klinik.
Patologi Eksperimental
Patologi eksperimental merupakan suatu bidang ilmu patologi yang
melakukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan/manipulasi terhadap
suatu sistem di laboratorium (invitro). Biasanya sampel binatang atau pun kultur
sel sebagai bahan uji. Kultur/pembiakan sel merupakan temuan menguntungkan
dalam perkembangan patologi eksperimental, karena selain menghindari binatang
sebagai bahan uji juga memberikan hasil mendekati keadaan sebenarnya, namun
demikian uji laboratorium (invitro) tidak bisa membuat lingkungan fisiologis
seperti dalam tubuh manusia (in vivo).
Pembagian Patologi
Histopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan
jaringan.
Sitopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan
dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang
didapat / diambil
Hematologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam sediaan
darah dan berbagai komponen pembekuan darah.
13
Mikrobiologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi dan
organisme (mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit
tersebut.
Imunologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik dari
tubuh manusia.
Patologi Kimiawi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosis
suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan
cairan.
Genetik : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan
kromosom dan gen.
Toksikologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan
segala aspeknya yang berpengaruh terhadap tubuh manusia.
Patologi Forensik : bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan
dan kepentingan hukum (misal : menemukan sebab kematian pada kasus
kriminal)
Konsep Penyakit
Penyakit ialah suatu kondisi dimana terdapat keadaan tubuh yang
abnormal (terdapat kelainan), yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang
sehat. Adanya suatu penyakit dapat dilihat melalui tanda- tanda dan gejala yang
berhubungan dengan abnormalitas yang mendasarinya. Penyakit pada dasarnya
adalah suatu mekanisme adaptasi dari sistem tubuh hewan yang gagal dalam
menghadapi paparan penyebab penyakit.
Karakteristik Penyakit
Karakteristik suatu penyakit dapat dicermati dengan melihat beberapa aspek
Etiologi
- kelainan genetik
- agen infeksi
- bahan kimia
- radiasi
- trauma mekanik
14
Identifikasi Penyakit
Gejala Klinis:
Gejala klinis yang diperlihatkan hewan yang terinfeksi Rabies terkait
dengan tipe penyakit Rabies dan tahapan yang dilewatin oleh penyakit ini.
Takut Cahaya
Rabies tipe Tenang (Dumb Rabies), Rabies tipe ini mempunyai gejala seperti:
Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk
Lumpuh, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar
berlebihan
Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat
15
Tahap Eksitasi, pada hewan tahap ini ditandai dengan perilaku hewan yang
menjadi ganas dengan meyerang apa saja yang ada disekitarnya,
memakan-makan benda-benda aneh, mata keruh dan selalu terbuka dan
tubuh gemetar. Pada tahap ini proses infeksi ke hewan lain dan manusia
sering terjadi. Tahap ini berlangsung selama 5-7 hari
Tahap Paralisa, pada tahap ini hewan mengalami kelumpuhan dan berakhir
dengan kematian. Tahap ini berlangsung 1-3 hari.
16
mikrobiologi (bakteri, virus, dan jamur) dan parasitologi (protozoa dan
helminthes).
Parasitologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini
terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:
protozoa, helminthes, arthropoda, dan insekta parasit baik yang zoonosis ataupun
anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup
masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang
ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat
parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya
(hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan
organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh
lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar
tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari
hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes
sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
17
1. Tahap peleburan (melting) atau denaturasi.
Pada tahap ini (berlangsung pada suhu tinggi, 94-96°C) ikatan hidrogen
DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi untaian tunggal. Biasanya pada
tahap awal PCR ini dilakukan agak lama (hingga 5 menit) untuk memastikan
semua berkas DNA terpisah. Pemisahan ini menyebabkan DNA tidak stabil dan
siap menjadi template bagi primer. Durasi tahap ini sekitar 1-2 menit.
Pada tahap ini, primer menempel pada bagian DNA template yang
komplementer urutan basanya. Proses ini dilakukan pada suhu antara 45-60°C.
Penempelan ini bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat menyebabkan tidak
terjadinya penempelan atau primer menempel di sembarang tempat. Durasi tahap
ini berkisar antara 1-2 menit.
Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis DNA-polimerase (P pada gambar)
yang dipakai. Dengan taq-polimerase, proses ini biasanya dilakukan pada suhu
76°C. Durasi tahap ini berlangsung selama 1 menit.
Tujuan pengujian :
18
1. IBR
2. BVD
3. Jembrana
4. Mycobacterium Avium Subtype paratuberculosis
5. Tricomonas foetus
6. Hog Cholera / Swine Flu (H1N1)
7. AI
8. Koi Herpes Virus
9. Rabies
10. Sequensing DNA
11. Pemalsuan Daging
Jenis Spesimen :
Swab Nasal (IBR / Hog Cholera / Swine Flu)
Straw Sperma (IBR)
Darah minimal 2 tabung (BVD /Jembrana)
Serum (BVD)
Organ (Jembrana / AI)
Feces (Mycobacterium Avium Subtype paratuberculosis)
Air Basuhan Vagina/preputium (Tricomonas foetus)
Kloaka/pharink Swab (AI)
Daging/Baso/Nuget/dll (Pemalsuan Daging)
Ikan (Koi Herpes Virus)
Otak / Tissue culture (Rabies)
19
4. Serum Marmot untuk CFT
5. Mencit untuk Uji biologis Rabies
6. Telur ayam untuk INTET
20