Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laboratorium Bakteriologi


Bakteriologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi
bakteri. Bakteriologi dapat dikatakan juga sebagai biologi bakteri. Di dalamnya
dipelajari struktur anatomi sel bakteri, klasifikasi, cara kerja sel bakteri, interaksi
antarsel bakteri, dan juga tanggapan bakteri terhadap perubahan pada lingkungan
hidupnya. Bakteriologi merupakan satu bagian penting dalam mikrobiologi.
Bakteri memiliki nilai ekonomi penting dalam kehidupan manusia dan
demikian pula bakteriologi. Pengetahuan dalam cabang ilmu ini bermanfaat dalam
pengobatan, higiene, ilmu pangan dan gizi, pertanian, dan industri (terutama
industri fermentasi).
Bakteri, dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok
besar Prokariota, selain Archaea, yang berukuran sangat kecil serta memiliki
peran besar dalam kehidupan di bumi. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan
kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana:
tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria
dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokariota, karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka
dengan organisme yang memiliki sel lebih kompleks, yang disebut eukariota.
Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk sebagian
besarnya, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.
Bakteri dianggap sebagai organisme paling melimpah di bumi. Mereka
tersebar dan menghuni hampir semua tempat: di tanah, air, udara, atau dalam
simbiosis dengan organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.
Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada
jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka
umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan dan jamur, tetapi dengan
bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak bakteri yang bergerak
menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela kelompok lain.

4
Sejarah bakteri
Keberadaan bakteri pertama kali ditemukan oleh Antony van
Leeuwenhoek pada 1674 dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri.
Istilah bacterium diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun
1828, diambil dari kata Yunani βακτηριον (bakterion) yang memiliki arti "batang-
batang kecil". Perkembangan pengetahuan tentang bakteri berkembang setelah
serangkaian percobaan oleh Louis Pasteur, yang melahirkan cabang ilmu
mikrobiologi. Bakteriologi adalah cabang mikrobiologi yang mempelajari biologi
bakteri.

Morfologi/Bentuk bakteri
Berdasarkan berntuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1. Kokus (Coccus) dalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan
mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
 Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
 Diplococcus, jka bergandanya dua-dua
 Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
 Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
 Staphylococcus, jika bergerombol
 Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai

2. Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau


silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
 Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
 Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai

3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai


variasi sebagai berikut:
 Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
 Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran

Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan,


medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta ukuran

5
bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih muda
ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.

Alat Gerak
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua
bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan
adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran
flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi
panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri
dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
 Atrik, tidak mempunyai flagel.
 Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
 Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
 Amfitrik, mempunyai satu flagel pada kedua ujungnya.
 Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

Struktur
Seperti prokariota (organisme yang tidak memiliki membran inti) pada
umumnya, semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur
bakteri yang paling penting adalah dinding sel. Bakteri dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram negatif didasarkan pada
perbedaan struktur dinding sel. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang
tersusun dari lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teikoat. Sementara bakteri
Gram negatif memiliki lapisan luar dari lipopolisakarida: terdiri dari membran dan
lapisan peptidoglikan yang tipis dan terletak pada periplasma (di antara lapisan
luar dan membran sitoplasma).
Banyak bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela dan
fimbria yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri
juga memiliki kapsula atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada
suatu permukaan dan struktur biofilm. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom,
dan beberapa spesies lainnya memiliki granula makanan, vakuola gas, dan

6
magnetosom. Beberapa bakteri mampu membentuk diri menjadi endospora yang
membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrem.

2.2 Laboratorium Epidemiologi


Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu “EPI” yang berarti “pada” atau “tentang”,
“DEMOS” yang berati “penduduk” dan kata terakhir adalalah LOGOS yang
berarti “ilmu pengetahuan”. Jadi EPIDEMIOLOGI adalah “ilmu yang
mempelajari tentang penduduk”. Sedangkan dalam pengertian modern pada saat
ini EPIDEMIOLOGI adalah : “Ilmu yang mempelajari tentang Frekuensi dan
Distribusi (Penyebaran) serta Determinat masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat serta Determinannya (Faktor – factor yang Mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan
pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini
masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan
juga penyakit tidak menular, penyakit degeneratif, kanker, penyakit jiwa,
kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah
menjangkau hal tersebut.
Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari pengetahuan Ilmu
Kesehatan Masyarakat (Public Health) yang menekankan perhatiannya terhadap
keberadaan penyakit dan masalah kesehatan lainnya dalam masyarakat.
Keberadaan penyakit masyarakat itu didekati oleh epidemiologi secara kuantitatif.
Karena itu, epidemiologi akan mewujudkan dirinya sebagai suatu metode
pendekatan banyak memberikan perlakuan kuantitatif dalam menjelaskan masalah
kesehatan.
Sekarang Epidemiologi sebagai ilmu tentang Distribusi (penyebaran) dan
Determinan (faktor-faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan
untuk pembuatan perencanan dan pengambilan keputusan dalam menangulangi
masalah kesehatan.

2.3 Laboratorium Kesmavet

7
Istilah kesehatan masyarakat veteriner atau kesmavet masih banyak belum
dikenal oleh masyarakat, termasuk di kalangan pemerintah dan bahkan di kolega
dokter. Istilah kesmavet digunakan pertama kali dalam pertemuan World Health
Organization (WHO) pada tahun 1946 untuk menyiapkan kerangka konseptual
dan struktur program dari aktivitas kesehatan masyarakat yang melibatkan
pengetahuan, kepakaran, dan sumberdaya kedokteran hewan untuk melindungi
dan memperbaiki kesehatan masyarakat. Definisi ini disesuaikan dengan definisi
“sehat” menurut WHO dan turut mendukung pencapaian tujuan “health for all by
the year ″. Tujuan tersebut tidak berarti tidak akan ada penyakit lagi, namun lebih
ditujukan agar mayoritas populasi dunia memiliki akses terhadap pelayanan
kesehatan dasar serta mendorong produktivitas secara ekonomis dan sosial yang
dapat memberikan kepuasan hidup.
Kesmavet merupakan bagian dari aktivitas kedokteran hewan yang
berkaitan dengan pencegahan, perlindungan, dan promosi kesehatan masyarakat.
Definisi kesmavet sejak diperkenalkan kali pertama oleh WHO senantiasa
disempurnakan. Definisi kesmavet terakhir direvisi pada WHO consultation on
“future trends in veterinary public health” yang diselenggarakan di Teramo, Italy
pada tahun 1999 sebagai “the sum of all contributions to the physical, mental and
social well-being of humans through an understanding and application of
veterinary science” (seluruh kontribusi terhadap kesehatan fisik, mental, dan
sosial manusia melalui pemahaman dan penerapan ilmu veteriner”.
Istilah Kesmavet atau dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai Veterinary
Public Health (VPH) diperkenalkan pertama kali oleh WHO dan Food
Agriculture Organization (FAO) pada laporannya the Joint WHO/FAO Expert
Group on Zoonoses pada tahun 1951. Dalam laporan tersebut, Kesmavet (VPH)
didefinisikan sebagai seluruh usaha masyarakat yang mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh seni dan ilmu kedokteran hewan yang diterapkan untuk
mencegah penyakit, melindungi kehidupan, dan mempromosikan kesejahteraan
dan efisiensi manusia (veterinary public health comprises all the community
efforts influencing and influenced by the veterinary medical arts and sciences
applied to the prevention of diseases, protection of life, and promotion of the well-

8
being and efficiency of man). Menurut Schwabe (1984), istilah Kesmavet
mengarah kepada bidang kesehatan masyarakat yang mana kedokteran hewan
berkontribusi secara khusus. Selanjutnya definisi Kesmavet dimodifikasi oleh
WHO/FAO pada tahun 1975.
Indonesia memasukkan istilah Kesmavet pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Definisi Kesmavet dalam UU tersebut adalah segala urusan yang
berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia.
Selanjutnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1983. Beberapa praktisi menjelaskan bahwa kesmavet merupakan “jembatan”
antara bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat. Aktivitas kesmavet
melibatkan berbagai disiplin ilmu, seperti kesehatan, sosial, ekologi, dan
konservasi. WHO menyatakan bahwa kesmavet merupakan bagian esensial
kesehatan masyarakat dan melibatkan berbagai jenis kerjasama antar disiplin ilmu
yang berkaitan dengan segitiga sehat (health triad), manusia-hewan-lingkungan,
serta semua interaksinya.

Tantangan Kesmavet di Indonesia


Pengaturan kesmavet secara legal di Indonesia tertulis dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada tahun 2000, dibentuk Direktorat
Kesmavet di bawah Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian untuk
menangani bidang kesmavet seperti yang diamanahkan dalam UU Nomor 6 Tahun
1967.
Masalah yang terkait kesmavet pada dua dasawarsa terakhir antara
lain munculnya penyakit infeksius baru (emerging infectious diseases) pada
manusia yang sebagian besar bersumber pada hewan atau bersifat zoonotik. Selain
zoonosis, pemotongan hewan masih banyak dilakukan di tempat pemotongan
hewan atau rumah potong hewan yang sangat memprihatinkan, karena tidak
memenuhi persyaratan higiene sanitasi.

9
Masalah kesmavet lain di Indonesia adalah eksploitasi hutan untuk
pertanian dan pertambangan yang dapat mengakibatkan munculnya zoonosis baru
yang bersumber dari satwa liar. Peran vektor di sekitar hutan menjadi penting.
Kesehatan masyarakat veteriner menjadi semakin penting dan berkembang
karena berbagai perubahan yang terjadi secara cepat yang menyebabkan
peningkatan kasus zoonosis yang mengancam kesehatan masyarakat veteriner.
Perubahan tersebut meliputi peningkatan populasi penduduk, peningkatan
urbanisasi, peningkatan kemiskinan, perubahan pemanfaatan lahan, lingkungan,
dan iklim.

Pengertian hygiene dan sanitasi


Hygiene adalah salah satu usaha pencegahan penyakit yang
menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta
lingkungan tempat orang tersebut berada.
Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan subyeknya seperti mencuci tangan, mencuci piring untuk kebersihan
piring, membuang makanan yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan
secara keseluruhan.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara air yang
melindungan kebersihan lingkungan dan subyeknya. Hygiene dan sanitasi tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat kaitanya.

Pemeriksaan bakteri
Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang potensial dalam
kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu
bakteri akan berkembang lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam
telah berkembang menjadi 2.000.000 (dua juta) sel, dalam 12 jam sudah menjadi
1.000.0000.000 (satu miliyar) sel. Kemungkinan menjadi penyebab penyakit

10
sangat besar sekali. Makanan yang masih dijamin aman dikonsumsi paling lama
dalam waktu 6 jam, karena setelah itu kondisi makan sudah tercemar.
Bakteri dapat ditemukan dimana-mana (di dalam tinja, manusia, hewan,
ataupun air yang terkontaminasi dengan serangga, debu, burung, dan binatang
kecil lainnya), serta secara relatif mudah dibunuh dengan cara dipanaskan (Azwa,
1990). Bakteri dalam makanan dapat diakibatkan oleh penjualan makanan yang
tidak memperhatikan kebersihan dan keamanannya, misalnya di Indonesia,
khususnya di Kota Manado, penjualan makanan dilakukan secara bebas sehingga
dapat ditemukan banyak penjual makanan jajanan yang berjualan di pinggir jalan.
Analisis mikrobiologi penting dalam menentukan keamanan dan kualitas
dari suatu makanan, oleh sebab itu pada pengujian bakteri dalam daging dengan
fokus sampel penelitian yaitu makanan bakso. Ada berbagai cara untuk
mengisolasi bakteri dalam biakan murni yaitu, cara pengenceran, cara penuangan,
cara penggesekan atau penggoresan, cara penyebaran, cara pengucilan 1 sel, dan
cara inokulasi pada hewan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan(Waluyo, 2007).
 Untuk metode streak plate
Metode ini dapat digunakan untuk penghitungan bakteri secara
langsung. Karena sebelum dituang bakteri tersebut diencerkan terlebih
dahulu. Sehingga syarat penghitungan langsung yaitu dalam 1 media
terdapat 30-300 koloni dapat terpenuhi(Prescott et.al.2008).
 Metode pengenceran
Merupakan metode dengan mengencerkan misalnya 1 ose bakteri
dengan air. Lalu hasil pengenceran tersebut diencerkan lagi dengan
beberapa ketentuan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi konsentrasi
bakteri(Barazandeh,2008).

2.4 Laboratoium Patologi


Patologi merupakan cabang bidang kedokteran yang berkaitan dengan ciri-
ciri dan perkembangan penyakit melalui analisis perubahan fungsi atau keadaan
bagian tubuh. Bidang patologi terdiri atas patologi anatomi dan patologi klinik.

11
Ahli patologi anatomi membuat kajian dengan mengkaji organ sedangkan ahli
patologi klinik mengkaji perubahan pada fungsi yang nyata pada fisiologi tubuh.
Patologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penyakit,
dimana meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur
pada penyakit dari tingkat molekuler sampai dengan pengaruhnya pada setiap
individu. Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi; sebab penyakit,
sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan fungsional yang disebabkan
penyakit tersebut. Patologi mempunyai tujuan utama untuk mengidentifikasi
sebab suatu penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada
program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.
Definisi patologi dari namanya: patos (penyakit) dan logos (ilmu), berarti
ilmu yang mempelajari mengenai penyakit. Secara sempit, patologi anatomi
berarti lmu yang mempelajari perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan dan
organ akibat penyakit, meliputi pengetahuan dan pemahaman dari perubahan
fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekular sampai pengaruhnya
pada tiap individu. Selain Patologi juga dikenal istilah Patofisiologi, yaitu bagian
dari ilmu Patologi yang mempelajari gangguan fungsi yang terjadi pada
organisme yang sakit, yaitu meliputi asal penyakit, permulaan dan perjalanan
penyakit serta akibat yang ditimbulkannya. Empat aspek proses terjadinya
penyakit yang menjadi dasar patologi adalah:
1. Etiologi, baik intrinsik/genetik maupun acquired/didapat.
2. Patogenesis, yaitu rangkaian kejadian sebagai reaksi dari sel atau jaringan
terhadap faktor etiologi mulai dari stimulus pertama sampai bentuk akhir suatu
penyakit.
3. Perubahan morfologi, menunjukkan perubahan sel atau jaringan khas pada
suatu penyakit.
4. Gejala klinik, yaitu perubahan fungsi akibat dari perubahan morfologi.

Secara aplikasi kelimuan tersebut Patologi dibagi menjadi dua ; Patologi


Klinis dan Patologi Eksperimental.
Patologi Klinis

12
Patologi klinis ialah ilmu patologi yang lebih menekankan pada tingkat
penyakitnya sendiri ; mempelajari lebih mendalam tentang sebab, mekanisme, dan
pengaruh penyakit terhadap organ/sistem organ tubuh hewan. Ilmu Patologi Klinis
memberikan kontribusi besar terhadap Kedokteran klinis yaitu bidang keilmuan
yang melakukan pendekatan terhadap sakitnya penderita, meliputi; pemeriksaan/
penemuan klinik, diagnosis dan pengelolaan penyakit. Jadi dua disiplin ilmu
tersebut tidak bisa lepas, kedokteran klinik tidak bisa dipraktekkan bila tanpa
patologi, demikian juga patologi tidak berarti apapun bila tidak memberikan
keuntungan di tingkat klinik.

Patologi Eksperimental
Patologi eksperimental merupakan suatu bidang ilmu patologi yang
melakukan pengamatan atau observasi pengaruh perlakuan/manipulasi terhadap
suatu sistem di laboratorium (invitro). Biasanya sampel binatang atau pun kultur
sel sebagai bahan uji. Kultur/pembiakan sel merupakan temuan menguntungkan
dalam perkembangan patologi eksperimental, karena selain menghindari binatang
sebagai bahan uji juga memberikan hasil mendekati keadaan sebenarnya, namun
demikian uji laboratorium (invitro) tidak bisa membuat lingkungan fisiologis
seperti dalam tubuh manusia (in vivo).

Pembagian Patologi
Histopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit
(menemukan dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan
jaringan.
Sitopatologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit (menemukan
dan mendiagnosis suatu penyakit) dari hasil pemeriksaan sel tubuh yang
didapat / diambil
Hematologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan dalam sediaan
darah dan berbagai komponen pembekuan darah.

13
Mikrobiologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari penyakit infeksi dan
organisme (mikroorganisme) yang bertanggung jawab terhadap penyakit
tersebut.
Imunologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari pertahanan spesifik dari
tubuh manusia.
Patologi Kimiawi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari dan mendiagnosis
suatu penyakit dari hasil pemeriksaan perubahan kimiawi jaringan dan
cairan.
Genetik : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari kelainan-kelainan
kromosom dan gen.
Toksikologi : bagian dari ilmu patologi yang mempelajari tentang racun dan
segala aspeknya yang berpengaruh terhadap tubuh manusia.
Patologi Forensik : bagian dari ilmu patologi yang diaplikasikan untuk tujuan
dan kepentingan hukum (misal : menemukan sebab kematian pada kasus
kriminal)

Konsep Penyakit
Penyakit ialah suatu kondisi dimana terdapat keadaan tubuh yang
abnormal (terdapat kelainan), yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang
sehat. Adanya suatu penyakit dapat dilihat melalui tanda- tanda dan gejala yang
berhubungan dengan abnormalitas yang mendasarinya. Penyakit pada dasarnya
adalah suatu mekanisme adaptasi dari sistem tubuh hewan yang gagal dalam
menghadapi paparan penyebab penyakit.
Karakteristik Penyakit
Karakteristik suatu penyakit dapat dicermati dengan melihat beberapa aspek
Etiologi
- kelainan genetik
- agen infeksi
- bahan kimia
- radiasi
- trauma mekanik

14
Identifikasi Penyakit
Gejala Klinis:
Gejala klinis yang diperlihatkan hewan yang terinfeksi Rabies terkait
dengan tipe penyakit Rabies dan tahapan yang dilewatin oleh penyakit ini.

Pada Hewan Rabies dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :


Rabies tipe Ganas (Furious Rabies), Rabies tipe ini mempunya gejala seperti:
 Tidak menurut perintah pemilik
 Air liur/Saliva berlebihan
 Hewan menjadi ganas, menyerang atau menggit apa saja yang ditemui dan
ekor dilengkungkan ke bawah perut atau diantar dua paha

 Takut Cahaya

 Kejang-kejang yang kemudian disertai kelumpuhan setelah 4-7 hari sejak


timbul gejala atau paling lama 12 hari setelah pengigitan.

Rabies tipe Tenang (Dumb Rabies), Rabies tipe ini mempunyai gejala seperti:
 Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk
 Lumpuh, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar
berlebihan
 Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat

 Kematian terjadi dalam waktu singkat

Rabies tipe Asymptomatik (tidak menunjukkan gejala) sering ditandai dengan


kematian mendadak tanpa menunjukkan gejala sakit.
Proses perjalanan penyakit Rabies pada hewan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
Tahap Podormal, pada hewan tahap ini ditandai dengan hewalebih sennag
menyendiri , menari tempat dingin tetapi dapt menjadi agresif dan gelisah, pupil
mata lebar, dan sikap tubuh yang kaku/tegang. Tahap ini berlansgsung sekitar 1-3
hari.

15
 Tahap Eksitasi, pada hewan tahap ini ditandai dengan perilaku hewan yang
menjadi ganas dengan meyerang apa saja yang ada disekitarnya,
memakan-makan benda-benda aneh, mata keruh dan selalu terbuka dan
tubuh gemetar. Pada tahap ini proses infeksi ke hewan lain dan manusia
sering terjadi. Tahap ini berlangsung selama 5-7 hari
 Tahap Paralisa, pada tahap ini hewan mengalami kelumpuhan dan berakhir
dengan kematian. Tahap ini berlangsung 1-3 hari.

2.5 Laboratoium Virologi


Virologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari makhluk hidup
suborganisme, terutama virus. Dalam perkembangannya, selain virus ditemukan
pula viroidprion. Kedua kelompok ini saat ini juga masih menjadi bidang kajian
virologi. Virologi memiliki posisi strategis dalam kehidupan dan banyak dipelajari
karena bermanfaat bagi industri farmasi dan pestisida. Virologi juga menjadi
perhatian pada bidang kedokteran, kedokteran hewan, peternakan, perikanan, dan
pertanian karena kerugian yang ditimbulkan virus dapat bernilai besar secara
ekonomi.
Pada bagian virologi ini pemeriksaan yang dilakukan yaitu test serologi
yang meliputi HA test dan HI test terhadap AI dan ND. Uji ini biasa dilakukan
untuk mengetahui keberhasilan program vaksinasi dan untuk menentukan terpapar
atau tidaknya unggas terhadap virus AI dan ND.

2.6 Laboratorium Parasitologi


Parasit merupakan semua organisme yang hidup menumpang pada
organisme lain (host/inang) untuk mendapat tempat hidup dan memenuhi
kebutuhan nutriennya dengan mengambil nutrient inang. Dengan definisi
tersebut, yang dimaksud parasit (secara luas) mencakup semua agen infeksius
meliputi: virus, bakteri, jamur, protozoa, dan helminthes (cacing). Namun
praktisnya, saat ini bidang yang mengenai agen-agen infeksius terbagi atas

16
mikrobiologi (bakteri, virus, dan jamur) dan parasitologi (protozoa dan
helminthes).
Parasitologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini
terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi:
protozoa, helminthes, arthropoda, dan insekta parasit baik yang zoonosis ataupun
anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup
masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang
ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat
parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya
(hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan
organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh
lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar
tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari
hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes
sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.

2.7 Laboratorium Bioteknologi

Laboratorium bioteknologi di BVet Bukittinggi menyediakan satu uji yaitu


PCR. PCR merupakan uji dengan pemanfaat teknologi pendekteksian DNA/RNA.
Uji PCR ini adalah suatu teknik melipatgandakan DNA spesifik dari
pathogennya,sehingga menghasilkan jumlah DNA yang cukup untuk dilakukan
pengujian. Melalui teknik PCR ini, dalam waktu yang singkat dapat dihasilkan
DNA dalam jumlah besar.Prinsip kerja PCR terdiri atas beberapa siklus yang
dilakukan berulang-ulang sebanyak 20 sampai 30 kali. Setiap siklus tersebut
terdiri atas tiga tahapan.

Tahapan prinsip kerja PCR adalah sebagai berikut :

17
1. Tahap peleburan (melting) atau denaturasi.
Pada tahap ini (berlangsung pada suhu tinggi, 94-96°C) ikatan hidrogen
DNA terputus (denaturasi) dan DNA menjadi untaian tunggal. Biasanya pada
tahap awal PCR ini dilakukan agak lama (hingga 5 menit) untuk memastikan
semua berkas DNA terpisah. Pemisahan ini menyebabkan DNA tidak stabil dan
siap menjadi template bagi primer. Durasi tahap ini sekitar 1-2 menit.

2. Tahap penempelan atau annealing.

Pada tahap ini, primer menempel pada bagian DNA template yang
komplementer urutan basanya. Proses ini dilakukan pada suhu antara 45-60°C.
Penempelan ini bersifat spesifik. Suhu yang tidak tepat menyebabkan tidak
terjadinya penempelan atau primer menempel di sembarang tempat. Durasi tahap
ini berkisar antara 1-2 menit.

3. Tahap pemanjangan atau elongasi.

Suhu untuk proses ini tergantung dari jenis DNA-polimerase (P pada gambar)
yang dipakai. Dengan taq-polimerase, proses ini biasanya dilakukan pada suhu
76°C. Durasi tahap ini berlangsung selama 1 menit.

Proses / tahapan uji PCR meliputi:


 Persiapan bahan yang akan diuji (DA/Swab/Basuhan vagina atau preputium)
 Nested (persiapan bahan untuk ekstraksi DNA)
 Ekstraksi DNA
 PCR
 Elektroforesis

Tujuan pengujian :

18
1. IBR
2. BVD
3. Jembrana
4. Mycobacterium Avium Subtype paratuberculosis
5. Tricomonas foetus
6. Hog Cholera / Swine Flu (H1N1)
7. AI
8. Koi Herpes Virus
9. Rabies
10. Sequensing DNA
11. Pemalsuan Daging

Jenis Spesimen :
 Swab Nasal (IBR / Hog Cholera / Swine Flu)
 Straw Sperma (IBR)
 Darah minimal 2 tabung (BVD /Jembrana)
 Serum (BVD)
 Organ (Jembrana / AI)
 Feces (Mycobacterium Avium Subtype paratuberculosis)
 Air Basuhan Vagina/preputium (Tricomonas foetus)
 Kloaka/pharink Swab (AI)
 Daging/Baso/Nuget/dll (Pemalsuan Daging)
 Ikan (Koi Herpes Virus)
 Otak / Tissue culture (Rabies)

2.8 Instalasi Hewan Percobaan


Instalasi hewan percobaan di balai veteriner menyediakan beberapa hewan
percobaan, seperti Tikus, kelinci, mencit, marmut, domba, sapi dan ayam.
Beberapa hewan percobaan ini biasanya digunakan untuk memenuhi bahan
uji, seperti:
1. RBC ayam untuk HA/HI
2. RBC Domba untuk CFT
3. Serum Kelinci untuk CFT

19
4. Serum Marmot untuk CFT
5. Mencit untuk Uji biologis Rabies
6. Telur ayam untuk INTET

20

Anda mungkin juga menyukai