Orang yang sakit sangat membutuhkan perhatian lebih dari kita yang dianugrahi kesehatan.
Lebih-lebih penyakitnya agak parah, jiwa mereka sedang labil dan butuh penguatan jiwa,
butuh hiburan serta nasehat agar bersabar dan berharap pahala. Oleh karena itu Agama Islam
yang mulia sangat memperhatikan keadaan orang sakit. Berikut beberapa adab dan akhlak
berkaitan denga orang sakit serta beberapa contoh aplikasi dan pengalaman kami sebagai
petugas medis sesuai kenyataan di lapangan.
Ini peran kita ketika menjenguk dan menjaga orang sakit, mereka sangat butuh hiburan,
teman mengobrol untuk melupakan sejenak sakitnya. Akan tetapi yang paling penting adalah
kita ingatkan tentang akhirat dan pahala yang sangat besar diakhirat kekal, dunia abadi yang
tidak bisa dibandigkan dengan dunia.
”Manusia pada hari kiamat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika
di dunia, karena mereka melihat betapa besarnya pahala orang-orang yang tertimpa
cobaan di dunia.”[1]
“Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau sesuatu hal yang lebih berat dari itu
melainkan diangkat derajatnya dan dihapuskan dosanya karenanya.”[2]
“Cobaan akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada
anaknya maupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa
sedikitpun.”[3]
َ ْ الَ َبأ
َ س
.ُط ُه ْور ِإ ْن شَا َء للا
“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah.” [4]
Contoh Aplikasinya:
Ketika rasa sakit agak mereda atau pasien baru bangun tidur, kita ajak ngobrol ringan dan
sedikit ajak bercanda. Karena terlalu serius juga bisa membuat pasien jenuh. Jangan lupa
coba ajak pasien jika mampu berjalan-jalan sekitar kamar atau diluar kamar boleh sambil
membawa infus jika memang bisa. Agar pasien tidak jenuh. Kita berusaha memasukkan
kegembiraan kepada saudara muslim kita.
>>banyak bersabar dan memohon agar diberikan kesabaran merawat orang sakit
Memang menjaga dan menunggu orang sakit memang butuh kesabaran ekstra, melayaninya,
mengambilkan sesuatu, kurang tidur sampai mengurus ketika ia BAB dan BAK. Ini sangat
menguras tenaga dan banyak menghabiskan waktu.
Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada
kesabaran.”[6]
Contoh aplikasinya:
Menjaga orang sakit terutama sendiri bisa dibilang cukup melelahkan, apalagi yang dijaga
adalah anak kecil. Sehingga ada yang bilang, kalau anak kecil sakit maka orang tua yang jaga
sakit. Karena mereka juga kurang tidur, sering bangun tengah malam. Belum lagi terkadang
yang sakit agak manja, belum duduk sebentar sudah dipangil oleh yang sakit untuk ambil ini
ambil itu atau perbaiki keadaan tubuhnya.
Belum lagi mengurus orang yang sudah agak berumur, terkadang harus “mencebok”,
membersihkan “iler”, “ingus” dan lain-lainnya. Terlebih lagi orang tua kita, kita harus banyak
bersabar menjaga mereka ketika sakit.
Terlabih lagi orang yang sakit terkena sakti stroke dengan hampir lumpuh total, maka mulai
dari proses memandikan, melap badan, menggendong dan mengantakan bolak-balik ke kamar
mandi, serta harus bersabar dengan ucapannya yang tidak jelas atau ngelantur bahkan
emosinya tidak stabil bisa marah-marah sendiri.
-makan seadanya
ُالص َّحةُ َوالفَ َراغ ِ ََّان َم ْغبُون ِفي ِه َما َك ِثير ِمنَ الن
ِ :اس ِ ِن ْع َمت
“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan
nikmat waktu luang”.[7]
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menukilkan perkataan Imam Syafi’i rahimahullah,
beliau berkat,
“Saya menemani orang sufi, aku tidak mendapat manfaat kecuali dua, salah satunya:
“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan
menebasmu”[8]
Maka salah satu nasehat yang ditekankan ulama adalah mengisi dan “mencuri waktu” untuk
Al-Quran. Karena AL-Quran memang bisa mengobati kesedihan, kegelisahan hati serta bisa
mengobati penyakit fisik. Ini berlaku untuk semua Ayat dalam Al-Quran.
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar/kesembuhan dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Isra`: 82)
وكونه شفاء لألجسام إذا،هو شفاء يشمل كونه شفاء للقلب من أمراضه ; كالشك والنفاق وغير ذلك
وهي صحيحة مشهورة، كما تدل له قصة الذي رقى الرجل اللديغ بالفاتحة،رقي عليها به
Contoh aplkasi:
Kadang ketika pasien tertidur atau istirahat, kita bisa membaca Al-Quran atau
menghapalkan, bisa menyembuhkan penyakit hati kita dan penyakit badan pada pasien. Atau
saat pasien dibawa masuk ruang operasi berjam-am, kita menunggu dengan membaca Al-
Quran, menghapalkan doa daripada mengobrol-ngobrol tidak jelas.
Atau membacakan ketika dia sadar, biarkan yang sakit mendengarnya atau menyimaknya,
jika perlu kita bacakan arti dan terjemahannya, semoga ia menjadi sabar dan diberi
ketenangan hati. Kita bisa memilih ayat-ayat mengenai kesabaran dan peringatan bahwa
dunia ini tidak ada apa-apanya dengan siksa di akhirat nanti.
“Allah memberi petunjuk kepada satu orang melalui perantaraanmu itu lebih baik daripada
seekor unta merah.”[10]
Contoh aplikasi:
Jiwa orang sakit sangat labil, ia akan mendengarkan apa saja masukan dari orang yang
memberikan perhatian atau ia sangat berharap pada orang tersebut, misalnya dokter atau
orang yang setia menemani dan membantunya selama sakit.
Jelaskan tetap jaga shalat selama sakit, ingatkan ketika waktu shalat, jika tertidur pulas atau
istirahat bisa dijamak shalatnya. Jangan sampai ia lewatkan waktu shalat karena amal
tergantung dengan shalatnya.
Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang pernah
menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau bersabda, ‘Masuklah Islam! Maka dia
pun masuk Islam.”[11]
Demikian juga kami nasehatkan agar banyak berdzikir, berdoa dan berharap kesembuhan
kepada Allah, agar Allah menyembuhkan orang yang sakit dari kaum muslimin,
menghilangkan kesedihan, kegelisahan dan kesusahkan mereka. Wallahu a’lam [12]
Contoh aplikasi:
Berdizkir sangat mudah, ingatkan orang yang setiap waktu untuk berdzikir, kalimat yang
mudah-kalimat yang ringkas, insyaAllah ia akan selalu ingat. Apalagi pasien dengan
kesadaran yang lemah, ini perlu terus diingatkan. Asalkan janga ramai-ramai mengingatkan
seperti majelis dzikir jamaah, maka ini membuat ribut dan bahkan membuat pasien takut
karena ia mengira ia sudah hampir meninggal.
Misalnya:
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam menjenguk
sebagian keluarganya (yang sakit) lalu beliau mengusap dengan tangan kanannya sambil
membaca,
“Ya Allah, Rabb seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau adalah
Dzat yang Maha Menyembuhkan. (Maka) tidak ada obat (yang menyembuhkan) kecuali
obatmu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.”[13]
dari Utsman bin Al-Ash radhiallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia pernah mengeluhkan
penyakitnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penyakit ditubuhnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ضع يدك على الذي تألم من جسدك و قل باسم للا ثالثا و قل سبع مرات أعوذ باهلل و قدراته من
شر ما أجد و أحاذر
“Letakkan tanganmu dibagian tubuh yang sakit, lalu ucapkanlah, “bismillah” tiga kali,
lalu ucapkan sebanyak tujuh kali “A’udzu billahi wa qudrootihi min syarri maa ajidu wa
uhaadzir”, “Aku memohon perlindungan kepada Allah dengan kemuliaan dan kekuasaannya
dari segala keburukan yang kudapatkan dan kukhawatirkan.”[14]
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Penguasa Arsy yang agung untuk
menyembuhkanmu. Dibaca tujuh kali.” [15]
-menjenguk lawan jenis, boleh jika tidak menimbulkan fitnah dan dengan keberadaan
mahram
– Sunnah menghadapkan orang yang sakit ke arah kiblat ketika akan meninggal
-boleh menjenguk orang kafir dengan tujuan menampakkan akhlak Islam dan mendakwahkan
-jangan memaksa orang sakit menceritakan sakitnya dengan lama dan mengulang-ulangi
-dudk menjenguk di posisi dekat kepada karena lebih akrab sebagaimana hadits