Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak yang sakit dan menjalani perawatan di rumah sakit, terpaksa

harus terpisah dari lingkungan yang dirasakan aman, nyaman, dan

menyenangkan, hal ini bisa dinamakan hospitalisasi pada anak. Hospitalisasi

pada anak merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena

stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, sseperti

lingkungan yang asing, berpisah dengan orang yang berarti, kurang

informasi yang diberikan, kehilangan kebebasan dan kemandirian,

pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan (Astarani, 2017).

Dampak negatif dari hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya

perawatan dan pengobatan yang sedang dilakukan terhadap anak.

Secara umum anak usia sekolah lebih mampu untuk melakukan

koping terhadap perpisahan, stres dan kadang disertai regresi akibat penyakit

atau hospitalisasi. Hal ini terutama berlaku bagi anak – anak usia sekolah

yang masih kecil yang baru saja meninggalkan rasa aman di rumah dan

berjuang dengan krisis penyesuaian di sekolah. Kesepian, bosan, isolasi, dan

depresi umum terjadi. Reaksi ini terjadi lebih sebagai akibat dari perpisahan

dari akibat kekhawatiran terhadap penyakit, pengobatan atau lingkungan

rumah sakit (Wong, 2009). Reaksi terhadap hospitalisasi pada anak usia
sekolah dipengaruhi oleh tingkat perkembangan, pengalaman sebelumnya,

support system dalam keluarga, ketrampilan koping dan berat ringannya

penyakit (Utami, 2014).

Untuk mengurangi tingkat kecemasan hospitalisasi dapat dilakukan

dengan terapi bermain. Terapi bermain merupakan salah satu alat

komunikasi yang natural bagi anak – anak. Salah satu permainan yang bisa

dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan adalah dengan bermain

origami. Origami merupakan seni melipat kertas yang berasal dari Jepang.

Origami sendiri berasal dari kata Oru yang artinya melipat dam kami artinya

kertas, jadi origami berarti melipat kertas (Hirai, 2012). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan yang dilakukan oleh Suryanti, dkk (2012)

didapatkan hasil penelitian yang menunjukan nilai rata – rata tingkat

kecemasan anak usia pra sekolah sebelum diberikan terapi bermain sebesar

21,13 dan setelah dilakukan intervensi menjadi 14,00, yang berarti terjadi

penurunan tingkat kecemasan. Ada pengaruh tentang terapi bermain origami

dengan penurunan kecemasan hospitalisasi (Suryanti dkk, 2012).

Selain bermain orgami, untuk menurunkan tingkat kecemasan juga

dapat dilakukan dengan melakukan teknik distraksi dengan cara audio

visual. Teknik distraksi merupakan teknik untuk mengalihkan perhatian ke

stimulasi yang lain. Media audio visual merupakan media untuk perantara

atau penggunaan materi melalui pandangan atau pendengaran sehingga

membangun kondisi yang memperoleh keterampilan, sikap, dan

pengetahuan. Audiovisual yang digemari anak – anak adalah media kartun


atau gambar bergerak. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh

A’diilah (2016) mendapatkan hasil penelitian dengan p-value <0,001

dengan nilai mean dibawah 7 dari skor awal yaitu 7-9 yang berarti terapi

mendongeng berpengaruh dalam menurunkan skor kecemasan terhadap

tindakan keperawatan.

Dari kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat

kecemasan hospitalisasi mengalami penurunan sesudah dilakukan terapi

bermain origami dan terapi bercerita dengan audiovisual. Oleh karena itu,

disini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Efektivitas

Terapi Bermain Origami dan Terapi Mendengarkan Cerita dengan

Audiovisual terhadap Penurunkan Kecemasan Hospitalisasi pada Anak

Usia Sekolah”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu “Bagaimana Efektivitas

Terapi Bermain Origami dan Terapi Mendengarkan Cerita dengan

Audiovisual terhadap penurunan kecemasan hospitalisasi pada anak usia

sekolah ?”

C. Orisinalitas Penelitian

N Nama, tahun Judul Rancangan Variabel Hasil

o penelitian Penelitian
1 Suryanti. Dkk Pengaruh One group Variabel Jumlah

Terapi pre test-post Independen responden

Bermain test design : :30

Mewarnai Terapi Sebelum

dan Origami Bermain dilakukan

Terhadap Mewarnai tindakan

Tingkat dan rata – rata

Kecemasan Origami 21,13

Sebagai Efek sesudah

Hospitalisasi Variabel dilakukan

Pada Anak Dependent tindakan

Usia Pra : menjadi

Sekolah di Kecemasan 14,00

RSUD dr. R.

Goetheng

Tarunadibra

ta

Purbalingga

2 Nidaa Efektivitas Posttest Variabel .Jumlah

‘A’diilah Terapi design with a independ : sampel 30

Mendongeng comparison Terapi responden

terhadap group Mendonge Mean skor

Kecemasan ng kecemasan
Anak Usia Variabel toddler

toddler dan dependen : 4,40,

Prasekolah kecemasan sedangkan

prasekolah

1,80 artinya

skor

kecemasan

prasekolah

lebih rendah

daripada

toddler

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Efektivitas Terapi Bermain Origami dan Terapi

Mendengarkan Cerita dengan Audiovisual terhadap penurunan kecemasan

hospitalisasi pada anak usia sekolah.

2. Tujuan Khusus

1) Mengetahui pengaruh terapi bermain origami terhadap penurunan

kecemasan hospitalisasi.

2) Mengetahui pengaruh mendengarkan cerita dengan audiovisual

terhadap penurunan kecemasan hospitalisasi.


3) Membandingkan antara terapi bermain origami dan mendengarkan

cerita dengan audiovisual terhadap penurunan kecemasan hospitalisasi.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

masyarakat dalam mengatasi kecemasan hospitalisasi pada anak usia

sekolah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah literature sebagai bahan

pertimbangan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang

efektifitas terapi bermain origami dan mendengarkan cerita dengan

audiovisual terhadap penurunan kecemasan hospitalisasi pada anak usia

sekolah.

Anda mungkin juga menyukai