Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROSES PRODUKSI KELAPA SAWIT

OLEH :

KELOMPOK 6

SUDIRMAN

NURKHAERUNNISA

RAHMAH

ANDI NUR AZIZAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

MAROS
2017
KATA PENGANTAR

ALHAMNDULILLAHIRRABBIL ALAMIN

Segala puji bagi Allah swt Tuhan Semesta Alam. Itulah pujian yang kami panjatkan atas
kehadirat Maha besar-Nya Allah swt karena atas limpahan rahmat, karunia dan inayah-Nya
kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul proses produksi kelapa sawit
dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah .

Kami menyadari penulisan makalah ini masih begitu banyak kekurangan dan kelemahan maka
dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
mahasiswa, dosen dan pembaca sekalian

Maros , 20 Desember 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah
satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya,
dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar per
hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990).

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring
dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan
usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang
diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit.
(Sastrosayono 2003).

Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi andalan
dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit memiliki
arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan kerja yang
mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran
perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas
perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada
tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono 2003).

Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah


krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan
besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas,
industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat
Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun
2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan
luas areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit
adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005.

Hal ini merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk
mempertahankan produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan
salah satu unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan
penyakit. Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan
kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier
dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur
hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas
sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja, 2006).

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan
awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi
pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang,
terbenam di dalam tajuk daun. Di batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat
kukuh (Sunarko, 2008).

Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut. Daun pupus yang tumbuh keluar
masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus ke atas dan
berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar
(Setyamidjaja, 2006).

Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga
jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina
agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross pollination).
Artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya
dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).

Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Semakin tua umur kelapa sawit, pertumbuhan daunnya
semakin sedikit, sehingga buah terbentuk semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin tua
umur tanaman, ukuran buah kelapa sawit akan semakin besar. Kadar minyak yang
dihasilkannya pun akan semakin tinggi. Berat tandan buah kelapa sawit bervariasi, dari
beberapa ons hingga 30 kg (Setyamidjaja, 2006).

Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara
120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000-
2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C.
Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0-500 meter (Setyamidjaja, 2006).

Di daerah-daerah yang musim kemaraunya tegas dan panjang, pertumbuhan vegetatif kelapa
sawit dapat terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak negatif pada produksi buah. Suhu
berpengaruh pada produksi melalui pengaruhnya terhadap laju reaksi biokimia dan
metabolisme dalam tubuh tanaman. Sampai batas tertentu, suhu yang lebih tinggi menyebabkan
meningkatnya produksi buah. Suhu 200C disebut sebagai batas minimum bagi pertumbuhan
vegetatif dan suhu rata-rata tahunan sebesar 22-230C diperlukan untuk berlangsungnya
produksi buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada sejumlah besar jenis tanah di wilayah tropika. Persyaratan
mengenai jenis tanah tidak terlalu spesifik seperti persyaratan faktor iklim. Hal yang perlu
ditekankan adalah pentingnya jenis tanah untuk menjamin ketersediaan air dan ketersediaan
bahan organik dalam jumlah besar yang berkaitan dengan jaminan ketersediaan air
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit
karena akarnya membutuhkan banyak oksigen. Drainase yang jelek bisa menghambat
kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan
kekurangan unsur nitrogen (N).Karena itu, drainase tanah yang akan dijadikan lokasi
perkebunan kelapa sawit harus baik dan lancar, sehingga ketika musim hujan tidak tergenang
(Sunarko, 2008)

2.1 Syarat Tumbuh

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan
yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim
dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah
faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi.

A.Iklim

1.Penyinaran matahari

Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit adalah 7-5 jam per hari.pertumbuhan
kelapa sawit di Sumatera Utara terkanal baik karena berkat iklim yang sesuai yaitu lama
penyinaran matahari yang tinggi dan curah hujan yang cukup. Umumnya turun pada sore atau
malam hari.

2.Suhu

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan hasil kelapa sawit. Suhu rata-rata
tahunan daerah-daerah pertanaman kelapa sawit berada antara 25-27 0C, yang menghasilkan
banyak tandan. Variasi suhu yang baik jangan terlalu tinggi. Semakin besar variasi suhu
semakin rendah hasil yang diperoleh. Suhu, dingin dapat membuat tandan bunga mengalami
merata sepanjang tahun.

3.Curah hujan dan kelembaban

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan di daerah tropik, dataran rendah yang panas, dan
lembab. Curah hujan yang baik adalah 2.500-3.000 mm per tahun yang turun merata sepanjang
tahun. Daerah pertanaman yang ideal untuk bertanam kelapa sawit adalah dataran rendah yakni
antara 200-400 meter di atas permukaan laut. Pada ketinggian tempat lebih 500 meter di atas
permukaan laut, pertumbuhan kelapa sawit ini akan terhambat dan produksinya pun akan
rendah

B. Tanah

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dalam banyak hal bergantung pada karakter lingkungan
fisik tempat pertanaman kelapa sawit itu dibudidayakan. Jenis tanah yang baik untuk bertanam
kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf kelabu, aluvial, dan
organosol/gambut tipis. Kesesuaian tanah untuk bercocok tanam kelapa sawit ditentukan oleh
dua hal, yaitu sifat-sifat fisis dan kimia tanah.

1.Sifat kimia tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0-6,5 dan pH optimumnya antara
5,0-5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama
tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan
mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH
rendah.

2.Sifat fisik tanah

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam
dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan
padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga
harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara
tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal.
Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-
tipe tanah memang relatif sulit.

2.2 Teknik Budidaya Tanaman Kelapa Sawit

2.3 Persiapan Lahan

Pembukaan lahan merupakan salah satu tahapan kegiatan dalam budidaya Kelapa Sawit yang
sudah ditentukan jadwalnya berdasarkan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sesuai dengan
jenis lahannya (areal) hutan, areal alang-alang, areal gambut. Supaya areal tersebut dapat
ditanami Kelapa sawit maka areal tersebut harus bersih dari vegetasi atau semak belukar yang
akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pokok. Sedangkan untuk
memudahkan dalam pengelolaan tanaman Kelapa sawit dibutuhkan suatu perencanaan tata
ruang kebun yang direncanakan pada saat pembukaan lahan dan sebelum penanaman Kelapa
sawit (Setyamidjaja, 2003).

2.4 Pembibitan Bibit

merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat
berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan
langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap
pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas.
Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang
optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat
pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk menghasilkan
bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat
menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini
disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan pembibitan utama.

2.4.1 Pemilihan Lokasi

Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan sebagai berikut:

1.Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai kondisi baik.

3.Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi yang baik.

2.Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam pengawasan.

4.Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase baik, sehingga
pada musim hujan tidak tergenang air.

5.Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan kualitas yang
memenuhi syarat.

6.Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah Kebun

7.Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang direncanakan untuk
ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan bibit

2.4.2 Luas Pembibitan

Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman yang
direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah bibit dan jarak
tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu diperhitungkan pemakaian
jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan jalan pengawasan sepanjang 200 m
dengan lebar 5 m.

2.4.3 Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan
pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi
pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman
kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan
pada sistem pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery)
terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke
pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan
dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
1.Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa tahapan
seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.

2.Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag
besar di pembibitan utama.

3.Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu persiapan


pembibitan utama pada tiga bulan pertama.

2.4.4 Media Tanam

Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah
bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur
yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan
kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke
dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses
pengayakan bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya.

2.4.5 Kantong Plastik (Polybag)

Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit di pembibitan. Pada tahap pembibitan awal
(Pre-Nursery), polybag yang digunakan berwarna putih atau hitam dengan ukuran panjang 22
cm, lebar 14 cm, dan tebal 0,07 mm. Setiap polybag dibuat lubang diameter 0,3 cm sebanyak
12-20 buah. Pada tahap pembibitan utama (Main-Nursery) digunakan polybag berwarna hitam
dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 37-40 cm dan tebal 0,2 mm. Pada setiap polybag dibuat
lubang diameter 0,5 cm sebanyak 12 buah pada ketinggian 10 cm dari bawah polybag.

2.4.6 Pembibitan Awal (Pre-Nursery)

Benih yang sudah berkecambah dideder dalam polybag kecil, kemudian diletakkan pada
bedengan-bedengan yang lebarnya 120 cm dan panjang bedengan secukupnya. Ukuran polybag
yang digunakan adalah 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm ( lay flat ). Polybag diisi dengan 1,5 – 2,0
kg tanah atas yang telah diayak. Tiap polybag diberi lubang untuk drainase. Kecambah ditanam
sedalam ± 2 cm dari permukaan tanah dan berjarak 2 cm. Setelah bibit dederan yang berada di
prenursery telah berumur 3 – 4 bulan dan berdaun 4 – 5 helai, bibit dederan sudah dapat
dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery). Keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga
agar tetap lembab tapi tidak becek.

Pemberian air pada lapisan atas tanah polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh
bibit. Penyiraman dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit terhadap kerusakan
karena siraman. 2.4.7 Pembibitan Utama ( Main-Nursery ) Untuk penanaman bibit pindahan
dari dederan dibutuhkan polybag yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60
cm (lay flat), tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase. Polybag
diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per polybag, disesuaikan dengan
lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja,
2006).

Bibit dederan ditanam sedemikian rupa sehingga leher akar berada pada permukaan tanah
polybag besar dan tanah sekitar bibit di padatkan agar bibit berdiri tegak. Bibit pada polybag
besar kemudian disusun di atas lahan yang telah diratakan, dibersihkan dan diatur dengan
hubungan sistem segitiga sama sisi dengan jarak misalnya 100 cm x 100 cm x 100 cm
(Setyamidjaja, 2006).

2.4.8 Pemeliharaan (pada pembibitan)

Bibit yang yang telah ditanam di prenursery atau nursery perlu dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai
dengan umur dan saat tanam yang tepat.

Pemeliharaan bibit meliputi :

1.Penyiraman

2.Penyiangan

3.Pengawasan dan seleksi

4.Pemupukan

a. Penyiraman

1 Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh hujan lebih dari 7 – 8 mm
pada hari yang bersangkutan.

2. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya harus dengan semprotan halus
agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.

3.Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit.

b. Penyiangan

1.Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus dibersihkan, dikored
atau dengan herbisida

2.Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma.

c. Pengawasan dan seleksi

1.Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama
dan penyakit 2.Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan
genetis harus dibuang.
3.Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke main nursery, yaitu pada
saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut
(Setyamidjaja, 2006), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada
waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur
empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke
lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.

Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:

a) bibit tumbuh meninggi dan kaku

b) bibit terkulai

c) anak daun tidak membelah sempurna

d) terkena penyakit

e) anak daun tidak sempurna.

d. Pemupukan

1.Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan
subur.

2.Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk.

2.4.9 Panen

Sawit Mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen
jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon
terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah
yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang
lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih.

2.5 Hama dan Penyakit 2.5.1. Hama

a. Hama Tungau

Penyebabnya tungau merah (Oligonychus). Bagian diserang adalah daun. Gejala terlihat pada
daun menjadi mengkilap dan berwarna bronz. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
Semprot Pestisida atau Natural BVR.

b. Ulat Setora

Penyebabnya adalah (Setora nitens). Bagian yang diserang adalah daun. Gejala yang terlihat
pada daun dimakan sehingga tersisa lidinya saja. Pengendalian dengan cara penyemprotan
dengan Pestisida

Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Minyak kelapa sawit merupakan hasil olahan kelapa sawit yang mengalami berbagai macam
proses. Rangkaian proses dari olahan kelapa sawit ini membutuhkan ketelitian dan juga kejelian
agar mendapatkan kualitas yang terbaik. Pengolahan kelapa sawit agar menjadi minyak sawit
membutuhkan berbagai macam proses. Untuk lebih jelas mengenai langkah demi langkah
proses pengolahan kelapa sawit, berikut ini akan dijelaskan langkah- langkahnya.

1. Penyortiran buah kelapa sawit

Untuk membuat minyak kelapa sawit yang berkualitas, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menyortir buah kelapa sawit yang pas untuk diolah. Kita harus memiliki buah kelapa
sawit yang sudah berumur pas untuk diolah, jangan sampai kita memilih buah yang terlalu
muda. Selain itu kita juga harus memilih buah yang memiliki kondisi baik, jangan sampai
menggunakan buah yang memiliki kondisi tidak baik. Kita perlu mengingat bahwa minyak
yang berkualitas dibuat menggunakan bahan baku yang baik pula.

2. Loading ramp

Setelah buah yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak ini disortir, buah
kelapa sawit kemudian dimasukkan ke dalam ramp cage yang biasanya berada di atas rel lori.
Pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit ini biasanya menggunakan mesin-
mesin industri karena pengolahannya biasanya dilakukan dalam skala besar. Maka dari itulah
pengolahan minyak kelapa sawit ini merupakan salah satu industri yang menopang
perekonomian Indonesia. Ramp cage mempunyai 30 pintu yang dibuka dan ditutup
menggunakan sistem hidrolik yang terdiri dari 2 line kanan dan kiri. dan ketika pintu dibuka
lori yang berada dibawah cage akan terisi.

Setelah terisi, lori ditarik dengan capstand ke transfer carriage , dimana transfer carriage ini
dapat memuat 3 lori yang masing- masing mempunyai rata- rata berat 3,3 hingga 3,5 ton.
Melalui transfer carriage ini lori diarahkan ke rel sterilizer yang ditentukan. Setelah itu diserikan
sebanyak 12 lori untuk dimasukkan ke dalam sterilizer dengan menggunakan loader.

3. Sterilizer

Proses pengolahan kelapa sawit yang selanjutnya adalah sterilisasi. Sterilisasi merupakan
proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut dengan sterilizer. Perebusan ini mempunyai
beberapa fungsi. Beberapa fungsi dari perebusan buah kelapa sawit ini antara lain adalah:

Mematikan enzyme

Memudahkan lepasnya brondolan dari tandan

Mengurangi kadar air yang ada di dalam buah

Melunakkan mesocarp sehingga memudahkan proses pelumatan dan pengepresan.

Memudahkan kernel lepas dari cangkangnya


Proses perebusan ini dilakukan selama 85 hingga 95 menit dan media pemanas yang dipakai
adalah steam dari BVP yang bertekanan 2,8 hingga 3 bar. Proses perebusan ini dilakukan
dengan sistem 3 peak atau puncak tekanan. Sistem perebusan 3 peak ini akan dijelaskan sebagai
berikut:

- Deaeration dilakukan selama 2 menit, dimana posisi condensate terbuka

- Memasukkan uap untuk peak pertama ini dapat dicapai dalam waktu 10 menit

- Uap serta kondensat dibuang hingga tekanan menjadi 0 bar dalam waktu 5 menit

- Uap dimasukkan selama 15 menit untuk mencapai tekanan 2 bar

- Uap kondesat dibuang kembali selama 3 menit

- Steam dimasukkan lagi untuk mencapai peak ke-3 dalam waktu 15 hingga 20 menit

- Setelah peak ketiga tercapai maka dilakukan penahanan selama 40 hingga 50 menit

- Uap kondesat dibuang selama 5-7 menit sampai tekanan 0

Itulah beberapa langkah- langkah dari proses perebusan untuk mengolah buah kelapa sawit
menjadi minyak kelapa sawit.

4. Thresser

Setelah melalui proses perebusan buah kelapa yang sedikit panjang dan memerlukan ketelitian,
kelapa sawit yang telah masak diangkut ke thresser dengan menggunakan hoisting crane yang
mempunyai daya angkat sebanyak 5 ton. Lori diangkat kemudian dibalikkan di atas hopper
thresser atau auto feeder. Pada tahap ini tandan buah segar yang telah direbus siap untuk
dipisahkan antara berondolan dan juga tandannya.

Sebelum masuk ke dalam thresser, kelapa sawit yang telah direbus diatur pemasukannya
dengan menggunakan auto feeder. Dengan menggunakan sebuah putaran, kelapa yang telah
direbus dibanting sehingga membuat berondolan lepas dari tandannya. Tandan yang telah
terlepas tersebut akan jatuh ke convenyor dan juga elevator untuk kemudian didistribusikan ke
rethresser untuk pembantingan kedua kalinya.

Untuk tandan kosong sendiri akan didistribusikan dengan empty bunch conveyor untuk
kemudian didistribusikan ke penampungan empty bunch.

5. Press

Berondolan yang keluar dari thresser jatuh ke conveyor, kemudian diangkut dengan fruit
elevator menuju ke top cross conveyor yang mendistribusikan berondolan ke distributing
conveyor untuk dimasukkan ke dalam tiap- tiap digester. Digester sendiri merupakan tangki
silinder tegak yang dilengkapi pisau- pisau pengaduk sehingga berondolan dapat dicacah di
dalam tangki ini.
Tujuan pelumatan ini adalah agar daging buah kelapa sawit terlepas dari biji agar mudah untuk
di press. Berondolan yang sudah lumat kemudian masuk ke dalam screw press untuk diperas
hingga menghasilkan minyak. Pada proses ini pula dilakukan penyemprotan dengan air panas
supaya minyak yang keluar tidak terlalu kental, dan agar pori- pori silinder tidak tersumbat,
sehingga kerja screw press tidak akan terlalu berat.

Minyak hasil mesin press kemudian menuju ke sand trap tank untuk pengendapan. Hasil yang
lain adalah ampas yang terdiri dari biji dan fiber, yang akan dipisahkan dengan menggunakan
cake breaker conveyor (CBC).

6. Pemurnian

Pada tahap ini kita telah mendapatkan minyak hasil dari press. Namun minyak yang berasal
dari stasiun press masih banyak mengandung kotoran- kotoran yang berasal dari daging buah
seperti lumpur, air (baca: jenis air), dan lain sebagainya. Untk mendapatkan minyak yang
berkualitas maka kotoran- kotoran tersebut haruslah dihilangkan. Untuk menghilangkan
kotoran- kotoran tersebut maka perlu bagi kita untuk melakukan pemurnian. Untuk proses
pemurnian terhadap minyak ini kita akan melibatkan banyak peralatan, diantaranya adalah:

- Sand trap tank – Sand trap tank merupakan alat untuk mengendapkan partikel- partikel yang
mempunyai densitas tinggi. sand trap tank adalah sebuah bejana yang berbentuk silinder tegak.

- Vibrating screen – Vibrating screen merupakan alat untuk menyaring minyak. Minyak bagian
atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran akan dialirkan ke alat
ini.proses penyaringan melalui vibrating screen ini bertujuan untuk memisahkan padatan,
seperti serabut, pasir, tanah, dan juga kotoran- kotoran lainnya. Padatan yang tertahan pada
ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sementara minyak akan dipompakan
ke crude oil tank.

- Crude oil tank – Pada crude oil tank ini minyak akan dipanaskan dengan steam melalui pipa
pemanas. Dari sini minyak akan dipompakan ke continuous settling tank.

- Continuous settling tank – CST ini bertujuan untuk mengendapkan lumpur berdasarkan
perbedaan berat jenisny

- Oil tank – Dari CST, minyak akan ditujukan ke oil tank untuk ditampung sementara waktu.
Di oil tank ini juga terjadi proses pemanasan.

- Purifier – Di dalam purifier ini akan dilakukan pemurnian untuk mengurangi kadar kotoran
dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarkan atas perbedaan densitas dengan
menggunakan gaya sentrifugal.
- Vacuum drier – Vacuum drier merupakan alat yang dapat memisahkan minyak dengan air.
Hal ini karena minyak yang berasal dari purifier masih mengandung air.

- Sludge tank – Sludge tank merupakan tanki penampung minyak yang akan melalui proses
selanjutnya.

- Slude centrifudge – Sludge centrifuge merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan
minyak yang masih terkandung di dalam sludge

- Sludge drain tank – Lapisan bawah dari CST dan sludge tank pada selang waktu tertentu
didrain menuju sludge drain tank ini. di sini, minyak mengalir dengan tenang dan dibiarkan
overflow untuk mengalir dan ditampung pada reclaimed tank. Sedangkan kotoran dan air akan
dialirkan menuju fat pid.

- Fat pid – Sebelum sludge dibuang ke kolam pengolahan limbah , terlebih dahulu ditampung
di fat pid dengan maksud agar minyak yang masih terbawa dapat terpisah kembali.

- Storage tank – Storage tank ini merupakan tempat menampung minyak dari sludge drain tank.

7. Kernel

Pada stasiun kernel ini dilakukan aktivitas pemisahan serabut dari nut, pemisahan inti dari
cangkangnya, dan pengeringan inti.

Persebaran Kelapa Sawit di Indonesia

Pohon kelapa sawit merupakan pohon yang menjadi salah satu andalan industri di Indonesia.
Banyak sekali persebaran pohon kelapa sawit ini. Beberapa daerah yang menjadi lokasi
persebaran kelapa sawit di Indonesia antara lain di Aceh, pantai timur sumatera, Jawa,
Kalimantan dan Sulawesi. Ya, persebaran kelapa sawit di Indonesia memanglah terbilang
cukup merata yakni menyebar hampir di setiap pulau di Indonesia.

Manfaat Minyak Sawit

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang sangat bermanfaat. Telah disebutkan
sebelumnya bahwasannya kelapa sawit bisa diolah menjadi berbagai macam minyak dan
minyak tersebut tentu saja mempunyai banyak sekali manfaat. Beberapa manfaat yang akan
kita dapatkan dari minyak olahan kelapa sawit adalah:

Sebagai minyak makan

Pengganti lemak susu dalam pembuatan susu kental manis dan tepung susu skim
Sebagai minyak goreng

Itulah beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dari minyak kelapa sawit. Manfaat- manfaat
yang telah disebutkan di atas hanyalah sebagian kecil dari manfaat yang akan kita dapatkan dari
minyak kelapa sawit. Masih banyak manfaat dari minyak kelapa sawit lainnya yang bisa kita
dapatkan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat saya simpulkan bahwa kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak
nabati yang dapat menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah
antara 120º Lintang Utara 120º Lintang Selatan. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara
2.000-2.500 mm per tahun dengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran
matahari yang optimum antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 240-380C.

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen
adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau
sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Tanaman dengan
umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur
lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Tanaman kelapa sawit akan menghasilkan
tandan buah segar (TBS) yang dapat dipanen pada saat tanaman berumur 3 atau 4 tahun.

4.2 Saran

Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang seiring dengan
meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan teknologi
produksi sebagai usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit
DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal. Perangin-angin,
S.A. 2006.

Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh
Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian
Hama dan penyakit pada Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis
guinensis Jacq.) PT.

Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja, D. 2006.
Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal. Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan
Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai