Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA


BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI

1. Motor induksi

1.1 Gambaran Umum Motor Induksi

Menurut Kadir (1999: 10) Motor induksi, yang sering disebut motor

asinkron atau motor takserempak adalah jenis motor arus bolak-balik (ac) yang

banyak sekali dipergunakan terutama di dalam industri sebagai motor penggerak.

Penamaannya Menurut Zuhal (1998: 101) berasal dari kenyataan bahwa arus rotor

motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang

terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan

medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilakan oleh arus stator.

Motor Induksi pada dasarnya seperti mesin-mesin listrik lainnya yang

terdiri dari stator dan rotor. Biasanya kumparan stator dihubungkan pada sumber

energi, yaitu jaringan listrik umum (3 fasa), sedangkan kumparan rotornya

dihubungsingkat ataupun ditutup melalui suatu sistem tahanan yang berada di luar

mesin (Kadir, 1999:10). Belitan stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan

tiga fasa akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan kecepatan

sinkron (ns = 120. f /p). Medan putar pada stator tersebut akan memotong batang

konduktor pada rotor, sehingga terinduksi arus; dan sesuai dengan Hukum Lentz,

rotor pun akan turut berputar mengikuti medan putar stator. Perbedaan putaran

relatif antara stator dan rotor disebut slip. Bertambahnya beban, akan

6
7

memperbesar kopel motor, yang oleh karenaya akan memperbesar pula arus

induksi pada rotor, sehingga slip antara medan putar stator dan putaran rotor pun

akan cenderung menurun (Zuhal, 1998:101).

Menurut Sumardjati (2008: 408), adapun kelebihan dan kekurangan dari

motor induksi yaitu :

a. Kelebihan Motor Induksi

1) Mempunyai konstruksi yang sederhana.

2) Relatif lebih murah harganya bila dibandingkan dengan jenis motor

yang lainnya.

3) Menghasilkan putaran yang konstan.

4) Mudah perawatannya.

5) Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak

mula.

6) Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa dikurangi.

b. Kekurangan Motor Induksi

1) Putarannya sulit diatur.

2) Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal

motor

Menurut Isworo (2008: 11) Motor induksi berdasarkan macam arusnya

diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yakni :

a. Motor induksi satu fasa

Motor induksi 1 fasa dioperasikan pada sistem tenaga 1 fasa karena

mempunyai daya keluaran yang rendah, Motor ini hanya memiliki satu
8

gulungan stator, beroperasi dengan pasokan daya satu fasa, memiliki

sebuah rotor sangkar dan memerlukan sebuah alat untuk menghidupkan

motornya. Sejauh ini motor ini merupakan jenis motor yang paling umum

digunakan. Penggunaannya terutama pada peralatan rumah tangga seperti;

kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan pengering pakaian dan

untuk penggunaannya berkisar hingga 3 sampai 4 HP

b. Motor induksi tiga fasa

Untuk kelancaran proses produksi pada industri-industri besar maupun

kecil, umumnya menggunakan motor induksi 3 fasa. Adapun Medan

magnetnya yang berputar dihasilkan oleh pasokan tiga fasa yang seimbang.

Motor ini memiliki kemampuan daya yang tinggi, memiliki rotor sangkar

dan rotor lilit, penyalaannya sendiri. Diperkirakan bahwa skitar 70 %

motor di industri menggunakan jenis ini karena motor ini memiliki

kapasitas besar untuk kegiatan produksi dan berfungsi untuk

menggerakkan mesin-mesin atau membantu manusia dalam pekerjaan

yang berat. Sebagai contoh; pompa, kompresor, belt converyor, jaringan

listrik dan grinder. Tersedia dalam ukuran 1/3 hingga ratusan HP

1.2 Prinsip kerja motor induksi

Menurut siswoyo (2008:9-10) Ketika tegangan phasa U masuk ke

belitan stator menjadikan kutub S (south=selatan), garis-garis gaya magnet

mengalir melalui stator, sedangkan dua kutub lainnya adalah N (north=utara)

untuk phasa V dan phasa W. Kompas akan saling tarik menarik dengan kutub

S. Berikutnya kutub S pindah ke phasa V, kompas berputar 1200, dilanjutkan


9

kutub S pindah ke phasa W, sehingga pada belitan stator timbul medan magnet

putar. Buktinya kompas akan memutar lagi menjadi 2400. Kejadian berlangsung

silih berganti membentuk medan magnet putar sehingga kompas berputar

dalam satu putaran penuh, proses ini berlangsung terus menerus. Dalam motor

induksi kompas digantikan oleh rotor sangkar yang akan berputar pada porosnya.

Karena ada perbedaan putaran antara medan putar stator dengan putaran rotor,

maka disebut motor induksi tidak serempak atau motor asinkron.

Susunan belitan stator motor induksi dengan dua kutub, memiliki tiga

belitan yang masing-masing berbeda sudut 1200. Ujung belitan phasa pertama

adalah U1-U2, belitan phasa kedua adalah V1-V2 dan belitan phasa ketiga yaitu

W1-W2.

Prinsip kerja motor induksi dijelaskan dengan gelombang sinusoidal,

terbentuk-nya medan putar pada stator motor induksi. Tampak stator dengan dua

kutub, dapat diterangkan dengan empat kondisi.

Gambar 2.1 Bentuk gelombang sinusoida dan


timbulnya medan putar pada stator motor induksi
1. Saat sudut 00. Arus I1 bernilai positip dan arus I2 dan arus I3 bernilai

negatip dalam hal ini belitan V2, U1 dan W2 bertanda silang (arus

meninggalkan pembaca), dan belitan V1, U2 dan W1 bertanda titik (arus


10

listrik menuju pembaca). terbentuk fluk magnet pada garis horizontal sudut

00. kutub S (south=selatan) dan kutub N (north=utara).

2. Saat sudut 1200. Arus I2 bernilai positip sedangkan arus I1 dan arus I3

bernilai negatip, dalam hal ini belitan W2, V1 dan U2 bertanda silang (arus

meninggalkan pembaca), dan kawat W1, V2 dan U1 bertanda titik (arus

menuju pembaca). Garis fluk magnit kutub S dan N bergeser 1200 dari

posisi awal.

3. Saat sudut 2400. Arus I3 bernilai positip dan I1 dan I2 bernilai negatip,

belitan U2, W1 dan V2 bertanda silang (arus meninggalkan pembaca), dan

kawat U1, W2 dan V1 bertanda titik (arus menuju pembaca). Garis fluk

magnit kutub S dan N bergeser 1200 dari posisi kedua.

4. Saat sudut 3600. posisi ini sama dengan saat sudut 00. Dimana kutub S dan

N kembali keposisi awal sekali.

Dari keempat kondisi diatas saat sudut 00; 1200; 2400;3600, dapat dijelaskan

terbentuknya medan putar pada stator, medan magnet putar stator akan

memotong belitan rotor. Kecepatan medan putar stator ini sering disebut

kecepatan sinkron, tidak dapat diamati dengan alat ukur tetapi dapat dihitung

secara teoritis.

Apabila sumber tenaga 3 fasa dipasang pada kumparan stator, timbulah

medan putar dengan kecepatan:

= ...........................................................(2.1)
11

Keterangan:

Ns : kecepatan putaran sinkron


f : frekuensi tegangan stator
p : jumlah kutub motor
a. Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor

b. Akibatnya kumparan rotor timbul dengan induksi (ggl) sebesar:

E2s = 4,44 f2 N2 (untuk satu fasa)

E2s adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar

c. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl [E] akan

menghasilkan arus [I]

d. Adanya arus [I] di dalam medan magnet menimbulkan gaya [F] pada rotor.

e. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya [F] pada rotor cukup besar untuk

memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.

f. Seperti telah dijelaskan pada (c) tegangan induksi timbul karena terpotongnya

batang konduktor (rotor) oleh medan putat stator. Artinya agar tegangan

terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar

stator [ns] dengan kecepatan berputar rotor [nr]

g. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip (s) dinyatakan dengan:

= 100%.................................................(2.2)

Keterangan:
ns : kecepatan sinkron medan stator [rpm]
F : frekuensi [Hz]
nr : kecepatan poros rotor [rpm]
Slip : selisih kecepatan stator dan rotor
Persamaan diatas menjelaskan bahwa:

1. Saat s = 1 dimana nr = 0, ini berarti rotor masih dalam keadaan diam atau

akan berputar
12

2. s =0 menyatakan bahwa ns = nr, ini berarti rotor berputar sampai kecepatan

sinkron. Hal in dapat terjadi jika ada arus DC yang diinjeksikan ke belitan

rotor, atau rotor digerakkan secara mekanik

3. 0 < s > 1, ini berarti kecepatan rotor diantara keadaan diam dengan

kecepatan sinkron. Kecepatan rotor dalam keadaan inilah dikatakan

kecepatan tidak sinkron

h. Bila nr = ns, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada

kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel. Kopel

motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns.

1.3 Rangkaian ekuivalen motor induksi

Menurut Sumardjati (2008: 414-415) Untuk menentukan rangkaian

ekuivalen dari motor induksi 3 fasa, pertama-tama perhatikan keadaan pada stator.

Gelombang fluks pada celah udara yang berputar serempak membangkitkan ggl

lawan tiga phasa yang seimbang di dalam fasa-fasa stator. Besarnya tegangan

terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh tegangan pada impedansi

bocor stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan :

V1 = E1 + I1 (R1 + jX1) [Volt] ......................... (2.3)

Keterangan:

V1 : tegangan terminal stator [Volt]


E1 : ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan
[Volt]
I1 : arus stator [Ampere]
R1 : resistansi efektif stator [Ohm]
jX1 : reaktansi bocor stator [Ohm]

Seperti halnya transformator, arus stator dapat dipecah menjadi dua

komponen, komponen beban dan komponen peneralan. Komponen beban I2


13

menghasilkan suatu fluks yang akan melawan fluks yang diakibatkan arus rotor.

Komponen peneralan IΦ , merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk

menghasilkan fluks celah udara resultan. Arus peneralan dapat dipecah menjadi

komponen rugi – rugi inti Ic yang sephasa dengan E1 dan komponen magnetisasi

Im yang tertinggal dari E1 sebesar 90 °.

Sehingga dapat dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti gambar


berikut ini:

Gambar 2.2 Rangkaian ekivalen Stator


Misalkan pada rotor belitan, jika belitan yang dililit sama banyaknya

dengan jumlah kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap phasa pada lilitan

stator banyaknya akali jumlah lilitan rotor. Untuk kecepatan dan fluks yang sama,

hubungan antara tegangan Erotor yang diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan

tegangan E2s yang diimbaskan pada rotor ekivalen adalah :

E2s = a Erotor [Volt] .......................... (2.4)

Bila rotor – rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing-masing

harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya Irotor dan arus I2s pada

rotor ekivalen haruslah:

= [Volt] ........................................... (2.5)

Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip Z2S dari rotor ekivalen

dan impedansi bocor frekuensi slip Zrotor dari rotor yang sebenarnya haruslah

sebagai berikut.
14

= = = [Ohm]………(2.6)

Karena rotor terhubung singkat, hubungan antara ggl frekuensi slip E2s yang

dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus I2s pada phasa

tersebut adalah

= = + [Ohm]......................... (2.7)

Keterangan:

Z2s : impedansi bocor rotor frekuensi slip tiap phasa berpatokan


pada stator [Ohm]
R2 : tahanan rotor [Ohm]
SX2 : reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip [Ohm]

Reaktansi yang didapat pada persamaan (6) dinyatakan dalam cara demikian

karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi X2 didefinisikan sebagai

harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada

frekuensi stator.

Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.

Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi

slip sebesar E2s dan ggl lawan stator E1. Bila bukan karena efek kecepatan,

tegangan rotor akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik

dengan lilitan stator. Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor

adalah Skali kecepatan terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator

dan rotor adalah

E2s = SE1 [Volt] .......................................... (2.8)

Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang

dihasilkan komponen beban I2dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif:
15

I2s = I2 [Ampere] ....................................... (2.9)

Dengan membagi persamaan (8) dengan persamaan (9) didapatkan:

didapat hubungan:

= = + [Ohm] ...................... (2.10)

Dengan membagi persamaan (10) dengan S, maka didapat:

= + [Ohm] .................................. (2.11)

Dari persamaan (7), (8) dan (11) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen

pada rotor sebagai berikut.

Gambar 2.3 Rangkaian ekivalen Rotor


Keterangan:

= + −

= + − 1 [Ohm] ........................ (2.12)

Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas, maka

dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing – masing

fasanya. Perhatikan gambar di bawah ini:

Sisi stator Sisi rotor


Gambar 2.4 Rangkaian ekivalen Motor Induksi
16

1.4 Efisiensi Motor Induksi 3 fasa

Berdasarkan modul 10 Audit Energi Universitas Mercu Buana (2012:2-

8) Efisiensi motor dapat didefinisikan sebagai “perbandingan daya keluaran motor

yang digunakan terhadap daya masukan pada terminalnya”, yang dapat

dirumuskan sebagai berikut.

= % .......................................... (2.13)

Keterangan :

η= efisiensi motor (%)

Efisiensi motor ditentukan oleh rugi-rugi atau kehilangan dasar yang hanya

dapat dikurangi oleh perubahan pada rancangan dasar motor dan kondisi sistem

operasi. Kehilangan dapat bervariasi dari kurang lebih dua persen hingga 20

persen.

Tabel 2.1 Jenis Kehilangan Pada motor induksi.

Jenis Kehilangan Persentase Kehilangan Total


(100%)
Kehilangan tetap atau kehilanbgan inti 25
Kehilangan variable: kehilangan stator I2R 34
Kehilangan variable: kehilangan rotor I2R 21
Kehilangan gesekan & pengulungan ulang 15
Kegilangan beban yang menyimpang 5
Sumber:Modul electrical Machine motor Asinkron 1 fasa (2009)

Terdapat hubungan yang jelas antara efisiensi motor dan beban. Pabrik

motor membuat rancangan motor untuk beroperasi pada beban 50-100% dan akan

paling efisien pada beban antara 75% sampai dengan 80%.Tetapi, jika beban turun

dibawah 50% efisiensi turun dengan cepat. Mengoperasikan motor dibawah laju
17

beban 50% memiliki dampak pada faktor dayanya. Efisiensi motor yang tinggi

dan faktor daya yang mendekati 1 sangat diinginkan untuk operasi yang efisien

dan untuk menjaga biaya rendah untuk seluruh pabrik, tidak hanya untuk motor.

Bentuk perbandingan karakteristik antara motor induksi yang berefisiensi

tinggi dengan motor standar. Untuk alasan ini maka dalam mengkaji kinerja motor

akan bermanfaat bila menentukan beban dan efisiensinya. Pada hampir

kebanyakan negara, merupakan persyaratan bagi pihak pembuat untuk menuliskan

efisiensi beban penuh pada pelat label / nameplat motor. Namun demikian, bila

motor beroperasi untuk waktu yang cukup lama, kadang-kadang tidak mungkin

untuk mengetahui efisiensi tersebut sebab pelat label motor kadangkala sudah

hilang atau sudah dicat. Untuk mengukur efisiensi motor, maka motor harus

dilepaskan sambungannya dari beban dan dibiarkan untuk melalui serangkaian uji.

Hasil dari uji tersebut kemudian dibandingkan dengan grafik kinerja standar yang

diberikan oleh pembuatnya. Jika tidak memungkinkan untuk memutuskan

sambungan motor dari beban, perkiraan nilai efisiensi didapat dari tabel khusus

untuk nilai efisiesi motor.

Gambar 2.5 perbandingan antara motor yang berefisiensi tinggi


dengan motor standart
18

2. Motor Induksi 3 fasa Rotor Sangkar Tupai (squirrel-cage motor)

Menurut Sumardjati, (2008:410) Motor induksi jenis rotor sangkar lebih

banyak digunakan daripada jenis rotor lilit, sebab rotor sangkar mempunyai

bentuk yang sederhana. Belitan rotor terdiri atas batang-batang penghantar yang

ditempatkan di dalam alur rotor. Batang penghantar ini terbuat dari tembaga, alloy

atau alumunium. Ujung-ujung batang penghantar dihubung singkat oleh cincin

penghubung singkat, sehingga berbentuk sangkar burung. Motor induksi yang

menggunakan rotor ini disebut Motor Induksi Rotor Sangkar.

Karena batang penghantar rotor yang telah dihubung singkat, maka tidak

dibutuhkan tahanan luar yang dihubungkan seri dengan rangkaian rotor pada saat

awal berputar. Alur-alur rotor biasanya tidak dihubungkan sejajar dengan sumbu

(poros) tetapi sedikit miring.

Gambar 2.6 Rotor Sangkar


Perbedaan motor induksi Rotor Sangkar dengan motor slip ring hanya

pada konstruksinya dimana ujung-ujung penghantar pada motor Rotor sangkar

dihubung singkat secara langsung dengan mengunakan cincin hubung singkat.

Sedangkan untuk prinsip kerja dari kedua motor adalah sama.


19

Gambar 2.7 penampang motor induksi Rotor sangkar


Bentuk dari stator motor induksi rotor sangkar tidak jauh beda dengan

stator slip ring. Sedangkan pada gulungan rotornya sama dengan gulungan

statornya yang dapat dihubung bintang maupun segitiga. Bila rotornya sedang

berputar maka gulungan rotornya dapat dihubungkan singkat melalui tiga buah

penghambat yang dapat diatur melalui tiga buah cincin geser yang dipasang pada

poros.inti stator pada motor rotor sangkar tupai terbuat dari lapisan-lapisan pelat

baja beralur yang didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau

pelat baja yang dipabrikasi. lilitan-lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur

stator yang terpisah 120° listrik.

Batang rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel

terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan

menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung

magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung cincin penutup dilekatkan

sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor jenis rotor sangkar standar

tidak terisolasi, karena batangan membawa arus yang besar pada tegangan

rendah.
20

3. Daya

A. Daya Kompleks

Cekmas Cekdin dan Taufik Barlian (2013:16-18) Perkalian tegangan [V]

dengan arus [I*] dalam kedua besaran ini dalam bentuk bilangan kompleks adalah

VI yang dinamakan daya kompleks dengan simbol S, Dalam satuan Volt

Amper[VA], kilo Volt Amper[kVA], Mega Volt Amper[MVA]. Arus I* adalah arus

kunjugate dari I. Jadi S = VI* ……………………………………… (2.14)

B. Daya Aktif

Daya aktif atau daya nyata dirumuskan dengan S cos Ɵ atau VI* cos Ɵ

dengan simbol P,dalam satuan Watt[W], kilo watt[kW], Mega Watt[MW]. Jadi

P = S Cos Ɵ = VI* cos Ɵ ………………… (2.15)

C. Daya Reaktif

Daya reaktif atau daya khayal dirumuskan dengan S sin Ɵ atau VI* sin Ɵ

dengan simbol Q, dalam satuan Volt Amper Reaktif[VAR], kilo Volt Amper

Reaktif[kVAR], Mega Volt Amper Reaktif[MVAR]. Jadi

Q = S Sin Ɵ = VI* sin Ɵ .................. …. (2.16)

Daya reaktif ini ada yang bersifat induktif dan ada yang bersifat kapasitif.

D. Segitiga Daya

Segitiga daya adalah sketsa dari daya kompleks, daya reaktif dan daya

aktif. Gambar 2.8 adalah sketsa dari segitiga daya yang bersifat induktif dengan

sudut antara daya kompleks dan daya aktif adalah Ɵ.


21

Gambar 2.8 Segitiga daya yang bersifat induktif

Untuk sketsa dari segitiga daya yang bersifat kapasitif dengan sudut antara daya

kompleks dan daya aktif adalah Ɵ seperti gambar 2.9.

Gambar 2.9 Segitiga daya yang bersifat kapasitif

Jadi komponen-komponen segitiga daya dapat ditulis seperti berikut:

Daya aktif:

P = S Cos Ɵ = VI* cos Ɵ = Re VI*

Daya reaktif:

Q = S Sin Ɵ = VI* sin Ɵ = Im VI*

Daya kompleks:

S = VI* = VI* cos Ɵ – j VI* sin Ɵ = P – jQ

Faktor daya (power faktor):

p.f = cos Ɵ
22

E. Daya pada rangkaian tiga fasa

Cekmas Cekdin dan Taufik Barlian(2013:35-38) Total daya yang diberikan

generator tiga fasa atau yang diserap suatu beban tiga fasa dapat diperoleh dengan

mudah dengan menjumlahkan daya pada ketiga fasa tersebut. Dalam suatu

rangkaian yang seimbang, ini sama dengan 3 kali daya pada fasa yang manapun

juga, karena daya pada semua fasa adalah sama.

Jika besarnya tegangan antara fasa ke netral untuk suatu beban yang

terhubung bintang (Y) adalah:

Van = Vbn = Vcn …………………………………….. (2.17)

jika besar arus antara fasa ke netral untuk suatu beban yang terhubung Y adalah:

Ian = Ibn = Icn ………………………………………... (2.18)

Maka daya aktif atau nyata tiga fasa total adalah

P = 3 Van Ian cos Өan ……………………………………. (2.19)

atau

P = 3 Vbn Ibn cos Өbn ……………………………………. (2.20)

atau

P = 3 Vcn Icn cos Өcn …………………………………….. (2.21)

dengan Өan , Өbn dan Өcn adalah sudut-sudut dimana arus fasa tertinggal terhadap

tegangan fasa . jadi sama dengan sudut dari impedansi pada masing-masing fasa.

Jika Vp = Van = Vbn = Vcn , dan Ip = Ian = Ibn = Icn , dan Өan , Өbn , Өcn adalah Өp,

maka persamaan umum dari daya aktif atau nyata tiga fasa total adalah:

P = 3 Vp Ip cos Өp ……………………………………….. (2.22)

juga
23

Vp = √ ……………………………………………… (2.23)

dan Ip = IL ………………………………………………… (2.24)

sehingga persamaan (2.22) menjadi:

P = √3 VL IL cos Өp ………………………………… (2.25)

Dan total daya tiga fasa untuk daya reaktif adalah

Q = 3 Vp Ip sin Өp ……………………………………….. (2.26)

atau Q = √3 VL IL sin Өp ………………………………… (2.27)

dan untuk daya kompleks adalah

S = P + Q = √3 VL IL ………………………….. (2.28)

Jika beban dihubungkan ∆ seimbang, tegangan pada masing-masing

impedansi adalah tegangan antara saluran, dan arus yang mengalir melalui

masing-masing impedansi adalah sama dengan besarnya arus saluran dibagi √3,

atau

Vp = VL ……………………………………………….. (2.29)

Dan

Ip = √ …………………………………………………. (2.30)

Daya aktif atau nyata tiga fasa total adalah

P = 3 Vp Ip cos Өp ……………………………………….. (2.31)

dengan menggantikan harga-harga Vp dan IL dari persamaan (2.29) dan (2.30)

kedalam persamaan (2.31), didapat

P = √3 VL IL cos Өp ……………………………………….. (2.32)


24

Ternyata persamaan (2.32) identik dengan (2.25). karena itu persamaan

(2.27) dan (2.28) juga berlaku tanpa memandang apakah bebannya dihubungkan ∆

atau Y.

F. Kompensasi daya reaktif

( https://jefriklau.wordpress.com/kapasitor-sebagai-sumber-daya-reaktif )

Daya reaktif kapasitor adalah negatif sedangkan daya reaktif induktor adalah

positif. Karena karakteristik tersebut, maka apabila beban mengandung induktor

seperti motor, transformator adalah memiliki daya reaktif positif sehingga bila

dipasang paralel dengan kapasitor maka kombinasi keduanya akan membutuhkan

daya reaktif yang lebih kecil. Demikian pula sebaliknya bila beban bersifat

kapasitif, maka penambahan induktor yang paralel dengan beban kapasitif

akan mengurangi daya reaktif yang dialirkan dari luar gabungan keduanya.

Energi listrik digunakan berbanding lurus dengan biaya produksi yang

dikeluarkan. Semakin besar energi listrik yang digunakan maka semakin besar

biaya produksi yang dibutuhkan. Dengan menggunakan power monitoring sistem

dapat diketahui pemakaian energi listrik dan kondisi energi listrik dari peralatan

listrik sehingga menigkatkan efisiensi dari energi listrik yang digunakan dalam

pekerjaan dan meminimalkan rugi – rugi pada sistem untuk penyaluran energi

listrik yang lebih efisien dari sumber listrik ke beban.

Gambar 2.10 Kompensasi daya reaktif


25

4. Pengasutan Bintang Segitiga Secara Otomatis Menggunakan Kontaktor


Magnet dan TDR

Pengasutan ini hanya digunakan 1 buah tombol tekan ON (START) dan 1

buah tombol tekan OFF (STOP) serta dilengkapi dengan time delay relay (TDR).

Sehingga pergantian dari hubungan bintang menjadi hubungan segitiga tidak perlu

melibatkan tangan manusia lagi, tapi secara otomatis akan berganti sendiri dalam

beberapa menit sesuai dengan seting waktu pada TDR Rangkaian pengasutan

bintang segitiga secara otomatis menggunakan kontaktor magnet dan TDR ini

dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 2.11. Rangkaian Kontrol pengasutan bintang segitiga secara otomatis


26

Gambar 2.12. Rangkaian Utama pengasutan bintang segitiga secara otomatis

Prosedur mengoperasikan:

1. MCB di set pada posisi „ON“ dengan cara menaikkan lidah MCB ke atas

2. Tekan tombol start (S.1) maka Motor 3 Fasa bekerja dalam hubungan Bintang

(Y), dengan ditandai lampu indikator 1 (L1) menyala

3. Setelah beberapa detik sesuai dengan pengesetan Time Delay Relay (TR)

maka Motor 3 Fasa bekerja dalam hubungan Delta (Δ), dengan ditandai

lampu indikator 2 (L2) menyala

4. Untuk mematikan Motor 3 Fasa, tekan tombol stop (S.0)

Kejadian khusus:

1. Apabila terjadi hubung singkat (short Circuit) maka MCB akan trip. Untuk

mengaktifkan kembali reset ke posisi ON

2. Dan bila terjadi beban lebih maka Overload (OL) akan Trip dengan ditandai

menyala lampu 3 (L3). Dan untuk mengaktifkan kembali tekan tombol reset.
27

5. Kapasitor

Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan

dengan huruf "C" adalah alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik

didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal

dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).


2
Satuan kapasitor disebut Farad [F]. Satu Farad = 9 x 1011 [cm ]yang artinya luas

permukaan kepingan tersebut.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan

oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya

udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi

tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu

kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif

terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir

menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke

ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif.

Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung

kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya

muatan-muatan positif dan negatif di awan.

dielektrik

elektroda elektroda

Gambar 2.13 Prinsip dasar kapasitor


28

a. Kapasitansi

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk

dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1


18
coulomb = 6.25 x 10 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat

bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 [farad] jika dengan

tegangan 1 [volt] dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 [coulomb].

Dengan rumus dapat ditulis :

Q = CV ................................... (2.33)
Q = muatan elektron dalam C [Coulombs]
C = nilai kapasitansi dalam F [Farad]
V = besar tegangan dalam V [Volt]

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan

mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal

dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis

sebagai berikut :

C = (8,85 x 10 ¹̄ ²) (k A/t)............(2.34)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang

disederhanakan.

Tabel 2.2 Konstanta bahan (k)


Udara vakum k=1
Aluminium oksida k=8
Keramik k = 100 - 1000
Gelas k=8
Polyethylene k=3
Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar sekali.

Umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan : [μF], [nF] dan [pF].

1 Farad = 1.000.000 μF [mikro Farad]


29

1 μF = 1.000.000 pF [piko Farad]


1 μF = 1.000 nF [nano Farad]
1 nF = 1.000 pF [piko Farad]
1 pF = 1.000 μμF [mikro-mikro Farad]
-6
1 μF = 10 F
-9
1 nF = 10 F
-12
1 pF = 10 F

Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran

sebuah kapasitor. Misalnya 100[μF], atau contoh lain 0.1[nF] sama dengan

100[pF].

b. Wujud dan Macam Kondensator

Berdasarkan nilai kapasitansinya kapasitor dibagi menjadi :

1. Kapasitor tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)

Kapasitor tetap merupakan kapasitor yang mempunyai nilai kapasitas yang

tetap/konstan dan tidak berubah-ubah. Meliputi kondensator keramik, polyester

elco dan kertas.

Gambar 2.14 Kapasitor Tetap dan Simbolnya


2. Kapasitor variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)

Kapasitor tidak tetap adalah kapasitor yang memiliki nilai kapasitansi atau

kapasitas yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terdiri dari Kapasitor Trimer dan

Variabel Capasitor (Varco).

Berdasarkan kutubnya kapasitor dibagi menjadi:

1. Kapasitor Polar

Kapasitor yang mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif

serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.


30

Gambar 2.15. Kapasitor polar dan simbolnya

2. Kapasitor Nonpolar

Kapasitor yang tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya,

kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah dan berbentuk bulat pipih

berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.

Gambar 2.16. Kapasitor nonpolar dan simbolnya

c. Rangkaian Kapasitor

Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total

semakin kecil.

Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara seri.

Gambar 2.17 Rangkain seri kapasitor

Pada rangkaian kapasitor yang dirangkai secara seri berlaku rumus :

1 1 1 1
= + + … … … … … … … . (2.35)
1 2 3

Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai kapasitansi

pengganti semakin besar. Di bawah ini contoh kapasitor yang dirangkai secara

paralel.

Gambar 2.18 Rangkaian paralel kapasitor


31

Pada rangkaian kapasitor paralel berlaku rumus :

……………………….( . )

d. Fungsi Kapasitor

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :

1. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain pada

power.

2. Sebagai filter dalam rangkaian power.

3. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna.

4. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon.

5. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar

e. Faktor-faktor Kapasitansi

Faktor-faktor yang menentukan kapasitansi adalah luas pelat yang saling

beradapan, jarak antara kedua pelat, dan susunan bahan bukan-penghantar di

antara kedua pelat. Bahan dielektrik bukan-penghantar menentukan konsentrasi

garis gaya elektrostatik. Jika dielektriknya udara, maka sejumlah garis gaya akan

timbul menurut ggl. Sehingga rumus untuk menentukan besarnya kapasitansi dari

suatu kapasitor dua plat adalah

,
= ..............................(2.37)

Di mana:
C = kapasitansi, dalam pF
K = tetapan dielektrik
A = luas salah satu pelat, dalam inci²
S = jarak antara kedua pelat, dalam inci
32

Rumus diatas adalah untuk suatu kapasitor dua-pelat. Untuk kapasitansi yang

lebih besar, dapat disusun beberapa pelat dan dipisahkan dengan dengan bahan

dielektrik. Suatu kapasitor 3-pelat mempunyai dua kali luas pelat yang saling

berhadapan.

Rumus untuk kapasitor pelat-banyak adalah

, ( − 1) .......................... (2.38)

Di mana n = jumlah pelat pada kapasitor


Adapun besarnya kapasitansi kapasitor untuk kompensasi daya reaktif dapat dicari

dengan persamaan:

C = {3185.P (tan π1 – tan π2)} / U2 (Panjaitan, 1989).......(2.39)

Dimana: C =kapasitansi [mikrofarrad]


P = daya total [Watt]
3158 = {106/(2πf)}
F = 50 [herts]
Cos π1 = Faktor kerja sebelum dipasang kapasitor
Cos π2 = Faktor kerja sesudah dipasang kapasitor.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan yang dimaksud adalah jenis penelitian terdahulu

yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yakni Kompensasi Tahapan

Kapasitor Terhadap Daya Reaktif Pada Motor Induksi Tiga Fasa Jenis Rotor

Sangkar Starting Bintang-Delta Secara Otomatis. Dengan demikian penelitian

yang dipandang relevan dilakukan pada tahun 2015 oleh Elisabet Ugha Owa Wea

Mahasiswa Prodi Pendidikan Teknik Elektro Universitas Nusa Cendana Kupang.

Elisabet melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perubahan Arus Hubungan


33

Bintang-Segitiga Terhadap Daya Reaktif Pada Pengasutan Motor Induksi 3 Fasa

Rotor Sangkar”

Dari hasil penelitian Elisabet Ugha Owa Wea(2015:77), disimpulkan

bahwa:

1. Perubahan nilai arus hubungan bintang-segitiga yang diubah pada motor

induksi tiga fasa rotor sangkar cenderung menghasilkan kecepatan putaran

motor yang berbeda-beda di ikuti dengan berubahnya nilai tegangan maka

jika nilai arus yang di dapat semakin kecil maka kecepatan putaran akan

semakin lambat dan sebaliknya semakin besar nilai arus maka kecepatan

putaran akan semakin cepat.

2. Ada Perbedaan besar perubahan nilai arus hubungan bintang-segitiga

terhadap rata-rata daya reaktif, hal ini dilihat dari dengan tegangan yang

konstan, Semakin besar nilai arus maka rata-rata daya reaktif yang dihasilkan

semakin besar dan semakin kecil nilai arus maka rata-rata daya reaktif yang

dihasilkan semakin kecil.

3. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara perubahan arus hubungan

bintang terhadap daya reaktif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan arus

hubungan bintang akan memberikan pengaruh terhadap daya reaktif pada pengasutan

motor induksi 3 fasa Rotor Sangkar.

4. Terdapat pengaruh yang sangat signifikan antara perubahan arus hubungan

segitiga terhadap daya reaktif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan arus

hubungan segitiga akan memberikan pengaruh terhadap daya reaktif pada

pengasutan motor induksi 3 fasa Rotor Sangkar.


34

C. KERANGKA BERPIKIR

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka berpikir adalah dasar

pemikiran dari peneliti (argumentasi peneliti) yang dilandasi dengan konsep-

konsep dari teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian.

Kompensasi Tahapan Kapasitor Terhadap Daya Reaktif Pada

Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar hubung Bintang-segitiga Otomatis

Motor induksi tiga fasa merupakan salah satu beban induksi. Oleh karna itu

motor induksi akan membutuhkan daya reaktif yang tinggi untuk megnetisasi.

Daya reaktif yang digunakan semakin besar akan mempengaruhi faktor daya (cos

Phi) semakin kecil atau rendah.salah satu komponen elektronika yang berfungsi

sebagai penyeimbang beban induktif adalah kapasitor. Untuk mengatasi

rendahnya faktor daya, yang biasa dilakukan adalah dengan memasang kapasitor

parallel dengan beban.

Kapasitor akan menghasilkan daya reaktif apabila dihubungkan dengan

jaringan listrik. Dengan pemasangan kapasitif ini, maka akan dapat

mengkompensasi arus induktif yang banyak dibutuhkan oleh beban yang faktor

dayanya rendah. Kapasitor tegangn rendah dipasang pada sistem saluran

distribusi masing-masing atau motor-motor para pelanggang untuk mengurangi

kerugian sistem dan memperbaiki tegangan maupun kemampuan sistem. Sebagai

keuntungan tambahan bagi konsumen antara lain turunnya [kVA] yang

dibutuhkan, kerugian daya, dan tegangan yang stabil.


35

Diduga terdapat perbedaan perubahan nilai kapasitor terhadap daya

reaktif pada Motor induksi 3 fasa.

Start

Tahapan nilai kapasitor

Perubahan daya reaktif


Tidak

Ada perbedaan?

Ya

Kesimpulan

Stop

Gambar 2.19 Flowchart Kerangka Berpikir Penelitian

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Burhan (2001:12) Hipotesis penelitian merupakan jawaban

sementara yang dirumuskan berdasarkan kajian teori dan perlu diuji dengan

metode statistic. Atau dengan kata lain, hipotesis adalah dugaan sementara yang

masih harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan kompensasi tahapan nilai

kapasitor terhadap daya reaktif pada motor induksi tiga fasa rotor sangkar”.

Anda mungkin juga menyukai