Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam hal mengatur sebuah Negara di perlukan adanya perilaku berpolitik.
Perilaku berpolitik tersebut pasti dimiliki setiap Negara. Perilaku berpolitik di setiap
Negara berbeda-beda sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh Negara tersebut
dalam mengatur keadaan Negara tersebut.

Agama dan negara adalah dua satuan yang berbeda. Agama adalah kabar
gembira dan peringatan (QS. Al-Baqarah: 119), sedangkan negara adalah kekuatan
pemaksa. Agama punya khatib, juru dakwah dan ulama, sedangkan negara punya
birokrasi, pengadilan dan tentara. Agama mempengaruhi jalannya sejarah melalui
kesadaran bersama, negara mempengaruhi sejarah dengan keputusan, kekuasaan dan
perang. Agama adalah kekuatan dari dalam dan negara adalah kekuatan dari luar.

Hubungan antara agama dan negara yang tidak terpisahkan itu telah diberikan
teladannya oleh Nabi Saw sendiri dengan jelas sekali terwujud dalam masyarakat
Madinah. Muhammad Saw selama sekitar sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil
sebagai seorang penerima berita suci (sebagai Nabi) dan seorang pemimpin masyarakat
politik (sebagai Kepala Negara). Namun demikian, dalam perkembangan selanjutnya,
hubungan antara agama dan negara menjadi persoalan yang krusial di kalangan
cendekiawan. Pada satu pihak, terdapat adanya hubungan antara agama dan negara, dan
sebaliknya agama dan negara tidak memiliki hubungan yang signifikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud politik dalam perspektif Islam?
2. Apa yang dimaksud cinta tanah air dalam perspektif Islam?
3. Bagaimana pandangan umat Islam dalam melihat relasi Islam dan Negara?
4. Apa hubungan antara politik, cinta tanah air, dan Islam?
5. Bagaimana hukum cinta dan membela tanah air ?
6. Bagaimana sistem khilafah dalam tradisi islam ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari menulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pandangan Islam terhadap politik
2. Mengetahui pandangan Islam terhadap cinta tanah air
1
3. Mengetahui hubungan antara politik, cinta tanah air, dan Islam
4. Mengetahui relasi antara Islam dan Negara
5. Mengetahui hukum cinta dan membela tanah air
6. Mengetahui sistem khilafah dalam tradisi islam

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Politik Dalam Perspektif Islam

Politik berasal dari bahasa Yunani “polis” yang berarti kota. Secara sederhana
politik merupakan terminologi yang merujuk pada kegiatan yang mengatur
pemerintahan suatu Negara. Politik dalam hal kata benda, mencangkup 3 pemahaman,
yaitu:

1. Pengetahuan mengenai kenegaraan


2. Segala urusan dan tindakan mengenai pemerintahan
3. Kebijakan atau cara bertindak dalam menangani suatu masalah yang
berhubungan dengan pemerintahan

Pengertian politik dalam segala aktivitas merupakan cara untuk mengatur


masyarakat. Di dalam suatu politik mengandung unsur kekuasan untuk membuat hukum
dan menegakkannya dalam kehidupan bermasyarakat terhadap suatu kelompok atau
masyarakat yang bersangkutan. Dalam politik di suatu Negara, ada beberapa tugas
dalam berpolitik, yaitu:

1. Pemeliharaan
2. Perbaikan
3. Pelurusan
4. Pemberian petunjuk
5. Mendidik atau membuat orang menjadi beradab

Politik berhubungan erat dengan Negara, karena Negara merupakan media untuk
melakukan perilaku berpolitik. Negara merupakan organisasi dari sekelompok manusia
yang telah berkediaman di wilayah tertentu atau dengan kata lain negera merupakan
ikatan orang-orang yang bertempat tinggal di wilayah tertentu yang dilengkapi dengan
kekuasaan untuk memerintah. Dalam sudut pandang politik, Negara merupakan
integrasi dari kekuasaan politik atau merupakan organisasi dari kekuasaan politik.
Sebagai organisasi politik Negara yang berfungsi sebagai alat dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar manusia dan sekaligus
menertibkan serta mengendalikan gejala-gejala kekuasaan yang muncul dalam
masyarakat (George Jellinek, http:// gebyarberuntun.blogspot.com).

Dalam Islam, politik haruslah netral dari keinginan nafsu untuk menguasai
segala sesuatu dan merupakan wujud fungsi sebagai khafilah Allah SWT. Oleh karena
itu, jiwa politik dalam Islam adalah keikhlasan terhadap sesuatu yang diberikan sebagai
penguasa suatu Negara dan keterbukaan dalam sesuatu hal yang harus diketahui

3
bersama baik dari penguasa tersebut dan masyarakat yang terlibat dalam suatu politik di
suatu Negara. Cara ini merupakan fungsi control terhadap aktivitas pemerintahan yang
akan menuju fungsi maksimal. Secara historis, sikap politik yang ideal tersebut
dicontohkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Pada masa Khulafaur Rasyidin banyak
dijadikan rujukan orang dalam mengonsep perpolitikan Islam.

Politik Islam dikenal juga dengan istilah siyasah syari’ah. Pengertian siyasah
syari’ah menurut Abdul Wahab Khallaf adalah pengaturan urusan pemerintahan kaum
muslimin secara menyeluruh dengan cara mewujudkan kemaslahatan, mencegah
terjadinya kerusakan melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan Islam dan prinsip-
prinsip umum syari’at, walaupun hal tersebut tidak terdapat dalam ketentuan di dalam
Al-Qur’an dan Hadist dan hanya merujukk pada pendapat para mujtahid.

Dalam Islam, politik diorientasikan kepada kekuasaan dalam rangka


menegakkan hukum-hukum Allah SWT di dunia. Politik juga memegang peranan
penting dalam Islam, karena dengan politik perdamaian dan ketertiban dapat
diwujudkan. Politik dalam Islam bertujuan untuk menegakkan agama dan mengatur
urusan dunia yang menjadi ladang bagi kehidupan di akhirat kelak.

Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa Islam harus ditegakkan dalam dua hal, yaitu
Al-Qur’an dan pedang. Al-Qur’an merupakan sumber dari hukum Allah SWT.
Sedangkan pedang diibaratkan sebagai lambang kekuatan politik atau kekuasaan yang
menjamin tegaknya isi Al-Qur’an. Mengurusi dan melayani kepentingan manusia
merupakan kewajiban terbesar dari suatu agama. Untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan di akhirat, diperlukan ketertiban dalam berbagai aspek kehidupan. Ketertiban
tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan berpolitik (Iqbal dan Nasution, 2010:28-
29).

2.2 Cinta Tanah Air Dalam Perspektif Islam

Wujud dari cinta tanah air, yaitu;

1. Cinta tanah air bagian dari iman

Cinta tanah air dapat diartikan sebagai memakmurkan tanah airnya.


Memakmurkan tanah air dapat dilakukan dengan cara tidak korupsi uang rakyat, tidak
melakukan penebangan secara liar atau tanpa aturan, dan tidak membangun tempat-
tempat yang digunakan untuk kemaksiatan, serta memakmurkan tanah air dengan amal-
4
amal shaleh atau amal baik seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku.

Pada dasarnya tanah air meliputi 2 bagian seperti bagian pada manusia yaitu
jasmani dan rohani. Tanah air rohani yaitu tanah air yang kekal, alam akhirat. Tanah air
jasmani yaitu bumi, alam dunia dimana jasmani individu dilahirkan.

Apabila kita mengakui bahwa kita cinta tanah air, maka kedua tanah air tersebut
harus dimakmurkan. Tetapi, tetap saja ada yang cintanya sejati dan ada yang cintanya
palsu. Warga Negara yang memiliki cinta sejati terhadap tanah air dapat dilihat dari
apabila seseorang yang meninggalkan tanah air, misalnya ke luar negeri bertahun-tahun
tetaplah ia tidak lupa dengan tanah airnya. Apabila pulang ke tanah airnya, dia akan
membawa sesuatu yang memiliki manfaat dan dapat memajukan tanah airnya bukan
untuk merusak atau mencemari tanah airnya dengan sesuatu yang tidak baik ataupun
yang dapat merugikan tanah airnya. Seseorang yang memiliki cinta sejati terhadap tanah
airnya pastilah akan selalu berbuat baik untuk tanah airnya, berusaha agar tanah airnya
dapat makmur, maju dan berkembang ke arah yang positif. Apabila tanah airnya
mendapat ancaman dari dalam ataupun luar negeri, maka ia akan membela tanah airnya
dengan jiwa raganya. Oleh karena itu, orang yang cinta tanah airnya dengan sejati,
orang tersebut akan berkorban untuk tanah airnya.

Bagi seseorang yang cintanya palsu terhadap tanah air, orang tersebut hanya
mengucapkan saja bahwa dia mencintai tanah air. Orang yang mencintai tanah airnya
secara palsu biasanya tidak peduli terhadap tanah airnya, mereka hanya memikirkan
kepentingannya sendiri seeperti yang dilakukan oleh para koruptor.

2. Tidak korupsi

Tidak melakukan korupsi juga merupakan wujud dari cinta tanah air. Tidak
melakukan korupsi berarti berusaha membuat tanah air menjadi makmur dan tentram.
Apabila suatu Negara yang memiliki warga Negara yang cinta tanah air secara sejati
maka ia akan berusaha untuk memakmurkan negaranya dan melakukan sesuatu yang
dapat memajukan negaranya.

5
3. Bersikap jujur

Bersikap jujur dapat menjauhkan seseorang untuk berbuat korupsi. Apabila kita
telah berbuat jujur, maka kita akan senantiasa untuk tidak melakukan korupsi. Orang
yang jujur dan tidak melakukan korupsi ini merupakan wujud dari cinta tanah air. Setiap
kegiatan yang kita lakukan untuk memajukan tanah air dapat dilakukan melalui diri
sendiri seperti jujur pada diri sendiri. Jujur pada diri sendiri misalnya selalu bersyukur
terhadap apa yang telah diterimanya dan tidak mementingkan kepentingan sendiri dalam
suatu kelompok.

Bersikap jujur merupakan salah satu wujud cinta tanah air. Bersikap jujur adalah
amanah dalam Bahasa Arabnya. Sifat dan sikap perilaku jujur adalah salah satu sifat
utama yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Jujur merupakan kata yang mudah
untuk diucapkan dan mudah untuk ditulis, tetapi sangat sulit untuk diwujudkan ketika
keadaan pribadi seseorang sedang jatuh atau dalam keadaan terpuruk.

4. Taat kepada peraturan

Taat kepada peraturan yang berlaku merupakan salah satu wujud cinta tanah air.
Bukti seseorang yang memiliki rasa cinta tanah air adalah orang tersebut memiliki sikap
taat pada peraturan yang berlaku dimana seseorang tersebut berada. Jika kita tidak taat
kepada peraturan yang berlaku sama saja kita menghancurkan tanah air kita. Di
Indonesia, peraturan-peraturan yang harus ditaati terdapar pada Undang-Undang Dasar
(UUD), Undang-Undang (UU), Peraturan Pemerintah pusat ataupun daerah.

5. Cinta perdamaian

Cinta damai berarti benci terhadap perpecahan, pertengkaran dan peperangan


serta menghindari sikap saling menghina dan menghindari sikap saling menghujat.
Cinta damai berarti sikap saling menghormati terhadap sesama dan saling menghargai
pendapat orang lain. Jika kita wujudkan rasa cinta damai, berarti kita sudah
mewujudkan salah satu sikap cinta tanah air.

6. Menghargai jasa para pahlawan


Kemerdekaan yang kita peroleh ini atas jasa para pahlawan dan untik
menghargai jasa para pahlawan tersebut dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal
tang positif.

7. Menghindari penyalahgunaan narkoba

6
Kita sebagai generasi muda sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya
tidak menggunakan narkoba. Sebagaimana yang kita tau dampak dari penggunaan
narkoba itu sangat merugikan. Jika kita generasi muda sudah dirusak narkoba maka kita
juga akan merusak masa depan bangsa dan Negara.

8. Menghindari seks bebas

“Dan janganlah kalian mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.” (Q.S Al-Israa’: 32)

9. Menghargai perbedaan

“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesugguhnya orang yang paling
mulisa diantafa kamu disisi Allan ialah orang yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-
Hujurat : 13)

10. Menghargai lingkungan


Sebagaimana kita hidup yang berdampingan dengan lingkungan sudah
selayaknya kita menghargai lingkungan dengan tidak merusak lingkungan, merawat
lingkungan yang ada di sekita kita, tidak membuang sampah sembarangan dan lain-lain.

2.3 Variasi Pandangan Umat Islam dalam Melihat Relasi Agama dan
Negara

Menusia sebagai makhluk social memerlukan Negara untuk melakukan


kerjasama social dengan menjadikan agama sebagai pedoman.

1. Tipologi Relasi Agama dan Negara


7
Berdasarkan pemikiran politik Islam modern , terdapat 3 topologi relasi antara
agama dan Negara yaitu bentuk pemerintahan teo-demokrasi, sekuler, dan moderat.

a. Tipologi teo-demokrasi

Tipologi teo-demokrasi menganggap bahwa agama sekaligus Negara, keduanya


merupakan entitas yang menyatu. Kelompok ini juga disebut sebagai Islam Politik,
karena menganggap politik sebagai bagian internal dari Islam. Tipologi ini memandang
Islam sebagai suatu agama yang serba lengkap termasuk ketatanegaraan atau kegiatan
berpolitik.

Tipologi ini juga disebut sebagau kelompok fundamental, menginginkan syariat


Islam menjadi dasar Negara dan semua peraturan serta keputusan yang ada di dalamnya.
Di Indonesia, terdapat pandangan menurut topologi ini yaitu NII (Negara Islam
Indonesia). Kelompok ini memiliki tauhid mulkiyyah disamping rububiyah dan
uluhiyah. Tauhid mulkiyyah adalah pengakuan bahwa hanya Allah SWT satu-satunya
raja yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Tauhid mulkiyyah ini didasarkan pada QS
Al-Isra

Dalam pandangan mereka, apabila mereka mengakui keberadaan lembaga lain di


luar lembaga pemerintahan syariat Allah SWT, maka mereka musyrik terhadap
mulkiyah Allah.

b. Tipologi sekuler

Tipologi sekuler berpendapat bahwa Negara bukanlah agama. Negara


merupakan urusan dunia yang pertimbangannya menggunakan akal dan kemaslahatan
kemanusiaan yang bersifat duniawi saja. Agama adalah urusan pribadi dan keluarga.
Penganut tipologi ini menyatakan bahwa tidak adanya dalil eksplisit dalam Al-Qur’an
dan Hadist yang menenunjukkan kewajiban mendirikan sebuah Negara.

Menurut kelompok yang menganut tipologi ini, persoalan politik merupakan


persoalan historis, bukan teologis yang harus diyakini dan diikuti oleh setiap individu
muslim. Islam hendaknya tidak di poltitisasi dan tidak menjadi kepentingan kelompok
atau golongan tertentu. Jadi, agama dan Negara harus dipisahkan. Praktek berpolitik
bukan merupakan kewajiban agama, melainkan praktek kehidupan manusia yang
mungkin salah atau benar (Kamil,2013:31).

8
c. Tipologi moderat

Tipologi moderat berparadigma substantivistik. Aliran ini berpendirian bahwa


Islam tidak mengatur system ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika
bagi kehidupan bernegara. Kelompok yang mengikuti aliran ini menolak klaik ekstrim
bahwa agama Islam tidak ada kaitannya dengan Negara dan politik.

Jadi, relasi antara agama dan Negara menurut aliran ini adalah relasi etika dan
moral. Negara menjadi instrumen politik untuk menegakkan nilai dan aklak Islam yang
bersifat universal. Menurut kelompok ini, konsep Negara dan pemerintahan merupakan
bagian dari ijtihad kaum muslimin, karena tata Negara dan system pemerintahan tidak
tertera secara jelas di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya umat
Islam bebas memilih system manapun yang terbaik dan tidak menentang prinsip-prinsip
dalam agama Islam. Prinsip-prinsip poitik Islam menurut kaum moderat adalah:

a. Pluralisme
b. Toleransi
c. Pengakuan terhadap persamaan semua penduduk
d. Keadilan

Ada 5 ciri yang menonjol dari tipologi moderat atau yang biasa disebut sebagai
aliran neo moderenisme, yaitu:

- Gerakan pemikiran progresif yang mempunyai sikap positif terhadap


modernitas, perubahan, dan pembangunan
- Membela ide-ide liberal Barat, tetapi juga mengajukan argumentasi bahwa Islam
juga mempunyai kepedulian yang sama terhadap ide-ide Barat seperti demokrasi
dan HAM
- Mengafirmasi semangat sekularisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
karena menurutnya Al-Qur’an dan Hadist tidak pernah menyuruh untuk
mendirikan Negara Islam
- Mengedepankan pemahaman terhadap Islam terbuka, inklusif dan liberal,
khususnya dalam merespon pluralisme masyarakat.
- Selalu berijtihad dalam membuat sintesis antara khazanah pemikiran Islam
tradisional dengan gagasan-gagasan Barat mengenai ilmu-ilmu social dan
humoniora ( Greg Barton, http://fuadmje.wordpress.com)

2.4 Hukum Cinta dan Membela Tanah Air

9
Dalam Islam diajarkan bahwa seseorang disebut melakukan jihad yang benar
jika niatannya bukan disebut pemberani, bukan ingin disebut pahlawan, bukan ingin
membela suku atau bangsa dalam rangka cinta tanah air atau unsur nasionalisme yang
dikedepankan, tapi yang diperjuangkan adalah supaya kalimat Allah itu mulia, artinya
supaya Islam itu jaya. Yang terakhir inilah yang disebut jihad yang shahih.

‫ فقققاَقل اليِرلجلل يلققاَتتلل قحتمييِةة قويلققاَتتلل‬- ‫ صلى ا عليه وسلم‬- ‫قعنن أقتبى لموُقسى ققاَقل قجاَقء قرلجلُل إتقلى النيِبتىى‬
‫ فقنهقوُ تفى‬، َ‫ات تهقى انللعنلقيا‬ ِ‫ات ققاَقل » قمنن ققاَتققل لتتقلكوُقن قكلتقمةل ي‬ِ‫ك تفى قستبيتل ي‬ َ‫ فقأ ق ى‬، ‫قشقجاَقعةة قويلققاَتتلل ترقياَةء‬
‫ى قذلت ق‬
« ‫ات‬ِ‫قستبيتل ي‬

Dari Abu Musa, ia berkata bahwa ada seseorang yang pernah mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas ia berkata, ada seseorang yang berperang
(berjihad) untuk membela sukunya (tanah airnya); ada pula yang berperang
supaya disebut pemberani (pahlawan); ada pula yang berperang dalam rangka
riya’ (cari pujian), lalu manakah yang disebut jihad di jalan Allah? Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Siapa yang berperang supaya
kalimat Allah itu mulia (tinggi) itulah yang disebut jihad di jalan Allah.” (HR.
Bukhari no. 7458 dan Muslim no. 1904).

Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin


menunjukkan niatan jihad yang benar apabila dilakukan ikhlas karena Allah, meraih
ridho-Nya. Sedangkan jika seseorang berjihad untuk disebut pemberani atau pahlawan;
untuk membela kaum, negeri atau tanah airnya; atau supaya ia tersohor di kalangan
orang banyak, maka ini semua adalah niatan yang keliru. Karena setelah ditanya niatan
seperti itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas beralih dengan mengatakan bahwa
jihad itu untuk membela kalimat Allah, artinya untuk membela Islam.

Hadits di atas bermaksud menerangkan bahwa tidak ada beda antara kita dengan
orang kafir jika maksud kita berjihad atau berperang hanyalah untuk membela tanah air.
Karena niatan orang kafir pun demikian. Seorang muslim haruslah punya niatan untuk
berperang untuk “membela Islam” dan bukan untuk membela tanah air. Karena kalau
niatannya untuk membela tanah air, matinya tidaklah disebut mati syahid.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,

“Jika niatan seseorang dalam berperang hanyalah untuk membela tanah air, maka itu
adalah niatan yang keliru. Niat seperti itu sama sekali tidaklah bermanfaat. Tidak ada
beda antara muslim dan kafir jika niatannya hanyalah untuk membela tanah air. Cinta
tanah air jika yang dimaksud adalah cinta negeri Islam, maka itu disukai karena yang

10
dibela adalah Islam. Namun sebenarnya tidak ada beda antara negerimu dan negeri
Islam yang jauh, semua adalah negeri Islam yang wajib dibela”.

Jadi patut diketahui niat yang benar ketika berperang adalah untuk membela
Islam di negeri kita atau membela negeri kita yang termasuk negeri Islam, bukan
sekedar membela tanah air.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 66).

2.5 Sistem Khilafah dalam Tradisi Islam

Khilafah dalam Bahasa Arab memiliki arti penggantian. Kata khilafah ini
mengingatkan orang pada kata khalifah (khalifah adalah pengganti, pengatur atau wakil)
yang terdapat pada Q.S Al-Baqarah : 30

Khilafah dalam terminology politik Islam merupakan suatu system


pemerintahan Islam yang meneruskan system pemerintahan Rasulullah SAW, dengan
segala aspeknya yang berdasarkan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasullah SAW.
Khilafah merujuk pada system pemerintahan Islam pertama yang didirikan setelah
wafatnya Rasulullah SAW. Pemimpin dalam system pemerintahan khilafah ini disebut
sebagai khalifah. Pada Negara khilafah adanya 8 struktur pemerintahan berdasarkan
perbuatan Rasulullah, yaitu:

1. Khalifah

Khalifah mempunyai kewenangan membuat Undang-Undang sesuai dengan


hukum-hukum syara’ yang berlaku. Khalifah merupakan penanggung jawab dari
kebijakan politik dalam dan politik luar negeri, sebagai penglima tertinggi angkatan
bersenjata, seseorang yang dapat mengumumkan keadaan perang atau damai, dan
menolak atau menerima Duta Besar.

2. Mu’awin Tafwidh

Mu’awin Tafwidh merupakan pembantu khalifah dibidang kekuasaan dan


pemerintahan. Hampir sama dengan menteri, tetapi Mu’awin Tafwidh tidak berhak
membuat Undang-Undang.

3. Mu’awin Tanfidz

11
Mu’awin Tanfidz merupakan pembantu khalifah dibidang administrasi. Sama
seperti halnya Mu’awin Tafwidh, Mu’awin Tanfidh tidak berhak untuk membuat
Undang-Undang. Mu’awin Tanfidz membantu Khalifah dalam hal pelaksanaan,
pemantauan, dan penyampaian keputusan Khalifah.

4. Amirul Jihad

Amirul Jihad membawahi bidang pertahanan, hubungan Negara dengan luar


negeri, keamanan dalam negeri dan industri dalam negeri.

5. Wali

Wali merupakan panguasa terhadap suatu daerah (gubernur). Wali memiliki


kekuasaan pemerintahan, pembinaan dan penilaian serta pertimbangan aktivitas
direktorat dan penduduk di wilayahnya. Wali tidak memiliki kekuasaan terhadap 3 hal,
yaitu angkatan bersenjata, keuangan dan pengadilan.

6. Qadi

Qadi merupakan badan peradilan. Qadi terdiri dari 2 badan, yaitu

- Qadi Qudat (Mahakamah Qudat)


Qadi Qudat mengurus persengketaan antara rakyat dengan rakyat,
perundang-undangan, dan menjatuhkan hukuman.
- Qadi Mazhalim (Mahkamah Mazhalim)
Qadi Mazhalim mengurus persengketaan antar penguasa dan rakyat. Qadi
Mazhalim berhak memberhentikan semua pegawai Negara, termasuk
memberhentikan Khalifah jika dianggap menyimpang dari ajaran Islam yang
berlaku.

7. Jihaz Idari

Jihaz Idari merupakan pegawai administrasi yang mengatur kemaslahatan


masyarakat melalui lembaga yang terdiri dari Direktorat Biro, Seksi-Seksi dan Bagian.
Mu’awin Tanfidz memberikan tugas atau pekerjaan kepada Jihaz Idari dan memantau
pelaksanaannya.

8. Majelis Umat

12
Majelis Umat dipilih oleh masyarakat. Majelis Umat merupakan cerminan dari
wakil rakyat baik secara individu ataupun secara kelompok. Majelis Umat bertugas
untuk mengawasi Khalifah. Majelis berhak untuk memberikan pendapat dalam
pemilihan calon Khalifah dan mendiskusiakan hukum-hukum yang akan diambil dan
digunakan oleh Khalifah, tetapi kekuasaan penetapan hukum tersebut tetap berada di
tangan Khalifah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Politik Islam dikenal juga dengan istilah siyasah syari’ah. Pengertian siyasah
syari’ah menurut Abdul Wahab Khallaf adalah pengaturan urusan pemerintahan
kaum muslimin secara menyeluruh dengan cara mewujudkan kemaslahatan,
mencegah terjadinya kerusakan melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan
Islam dan prinsip-prinsip umum syari’at, walaupun hal tersebut tidak terdapat
dalam ketentuan di dalam Al-Qur’an dan Hadist dan hanya merujukk pada
pendapat para mujtahid.
 Cinta tanah air dalam perspektif Islam
Wujud dari cinta tanah air diantaranya :
1) Cinta tanah air bagian dari iman
2) Tidak korupsi
3) Bersikap jujur
4) Taat kepada peraturan
5) Cinta perdamaian
6) Menghargai jasa para pahlawan
7) Menghindari penyalahgunaan narkoba
8) Berfikir kebangsaan
9) Tauladan yang baik
10) Menghindari seks bebas
13
11) Menghargai perbedaan
12) Menghargai lingkungan
13) Peduli kaum miskan
14) Peduli anak yatim
15) Berbuat adil
16) Disiplin
17) Perikemanusiaan
 Pandangan umat Islam dalam melihat relasi Islam dan Negara dibagi menjadi 3
tipologi, yaitu :
1. Topologi teo-demokrasi

Topologi teo-demokrasi menganggap bahwa agama sekaligus Negara, keduanya


merupakan entitas yang menyatu.

2. Topologi sekuler
Tepologi sekuler berpendapat bahwa Negara bukanlah agama. Negara
merupakan urusan dunia yang pertimbangannya menggunakan akal dan kemaslahatan
kemanusiaan yang bersifat duniawi saja. Agama adalah urusan pribadi dan keluarga
3. Topologi moderat
Topologi moderat berparadigma substantivistik. Aliran ini berpendirian bahwa
Islam tidak mengatur system ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika
bagi kehidupan bernegara.
 Hukum cinta dan membela tanah air jika yang dimaksud adalah cinta negeri
Islam, maka itu disukai karena yang dibela adalah Islam. Namun sebenarnya
tidak ada beda antara negerimu dan negeri Islam yang jauh, semua adalah negeri
Islam yang wajib dibela.
 Sistem khilafah dalam tradisi islam dalam terminology politik Islam merupakan
suatu system pemerintahan Islam yang meneruskan system pemerintahan
Rasulullah SAW, dengan segala aspeknya yang berdasarkan dengan Al-Qur’an
dan sunnah Rasullah SAW.
 Pada Negara khilafah adanya 8 struktur pemerintahan berdasarkan perbuatan
Rasulullah, yaitu:
1. Khalifah
2. Mu’awin Tafwidh
3. Mu’awin Tanfidz
4. Amirul Qadi
5. Wali
6. Qdi
7. Jihaz Idari
8. Majelis Umat

14
Daftar Pustaka

- Departemen Agama Republik Indonesia. 1975. Al-Quran dan Tafsir. Jakarta:UII


Press
- Fahad. 2009. Pandangan Islam Terhadap Politik, (Online),
(http://fuadmje.wordpress.com), diakses pada tanggal 10 November 2013
- Iqbal, Muhammad dan Amin Husaen Nasution. 2010. Pemikiran Politik Islam: Dari
Masa Klasik Hingga Kontemporer. Surabaya: Diantama
- Jellinek, George.1997. Cinta Tanah Air Menurut Islam, (Online),
(http://gebyarberuntun.blogspot.com), diakses pada tanggal 5 November 2013
- Kamil, Sukron. 2013. Pemikiran Politik Islam Tematik. Jakarta: Kencana
- Tim Dosen Pendidikan Agama Islam. 2013. Pendidikan Agama Islam Transformatif
Menuju Pengembangan Pribadi Berkarakter. Malang: Universitas Negeri Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai