PENDAHULUAN
2.1 Semen
Semen adalah bahan pengikat (binder) hidrolisis yang di gunakan untuk
mengikat butiran-butiran material yang dibantu oleh air.oleh karena itu semen
ini dinamakan semen hidrolisis. Semen hidrolisis biasa juga di sebut semen
Portland (Portland cement).
Bahan pengikat hidrolisis adalah bahan yang akan mengikat apabila di
beri air dan kemudian terjadi reaksi kimia dari sifat plastis menjadi kaku. Bahan
pengikat hidrolis yang paling utama adalah semen Portland. Disebut pengikat
hidrolis karena semen Portland akan mengikat (sifat adhesif dan kohesif) apabila
diberi air dan kemudian terjadi reaksi kimia (proses hidrasi) yang bermula dari
pasta semen yang plastis kemudian menjadi kaku dan keras. Semen portland
hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling halus klingker (mineral
pembentuk semen), yang terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu.
Komponen-komponen utama dari PC adalah batu kapur yang
mengandung komposisi cao (kapur, lime) dan lempung yang mengandung
komponen-komponen sio2, Al2O3 dan Fe2O3. Kualitas semen sangat dipengaruhi
perbandingan batu kapur yang mengandung komposisi cao dengan lempung
yang mengandung komponen-komponen sio2, Al2O3 dan Fe2O3.
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland terbagi dalam 5
jenis yaitu :
1) Tipe I, yaitu untuk konstruksi secara umum.
2) Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutama sekali bila
disyaratkan agak tahan terhadap Sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3) Tipe III, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi.
4) Tipe IV, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi
yang rendah.
2.2 Air
Air merupakan bahn pereaksi untuk membentuk proses hidrasi semen
(proses kimiawi),membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam
pekerjaan beton.
Air untuk proses hidrolis haruslah air bersih, bebas dari minyak, asam
alkali, garam-garam, dan bahan organis yang dapat merusak beton. Namun air
yang tepat menurut persyaratan tersebut jarang diperoleh, maka dalam peraturan
beton, air yang mengandung sedikit zat tersebut masih boleh digunakan.
Dalam praktikum ini,air yang digunakan adalah air yang terdapat di
sekitar Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik
Unsyiah.
2.3 Agregat
Agregat (aggregate) adalah butiran mineral alami yang berfungsi
sebagai bahan pengisi dalam campuran beton atau mortar. Agregat menempati
sebanyak kurang lebih 70% dari volume beton atau mortar dengan ukuran 0,075
- 150 mm.dalam campuran beton.
Menurut proses terjadinya, agregat dapat dibagi menjadi agregat alami
dan agregat buatan. Agregat alami adalah agregat yang menggunakan bahan
baku dari batu alam atau penghancurannya. Sedangkan agregat buatan adalah
agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
kekurangan agregat alam.
Fungsi aggregate didalam beton adalah :
B. Peralatan :
1. Sekop
2. Cangkul
3. Gerobak sorong
4. Ayakan ukuran 31,5, 9,52, dan 4,76
5. Pengering (oven)
6. Talam/baki untuk mengeringkan benda uji agregat
7. Tongkat pemadatan standar dari besi dengan panjang 60 cm dan salah
satu ujungnya dibulatkan
8. Skop/sendok pengisi agregat
9. Container baja yang kaku berbentuk silinder
10. Timbangan digital
C. Bahan :
1. Pasir Kasar (Coarse sand)
2. Pasir Halus (fine sand)
3. Kerikil (Coarse sand)
D. Langkah :
1. Ayak benda uji menggunakan saringan 31,5 dan tertahan 9,52 mm
sebagai kerikil, dan lolos saringan 9,52 tertahan di 4,76 sebagai pasir
halus.
2. Masukkan material yang sudah diayak kedalam 3 buah bejana.
3. Masukkan benda uji ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105oc
4. Setelah 24 jam dioven keluarkan benda uji diatas lantai dan tunggu
sampai dingin dan bagi masing masing bend uji menjadi 3 bagian baik
B. Peralatan :
1. Timbangan kapasititas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gr
2. Keranjang besi
3. Alat penggantung keranjang
4. Kertas/kanvas tempat menganginkan
5. Oven
6. Kain lap
7. Baki/baskom
8. Sendok/skop agregat
9. Ember
C. Bahan :
1. Kerikil (coarse aggregate)
D. Langkah :
B. Peralatan :
1. Timbangan kapasititas 5 kg dengan ketelitian 0,1 gr
2. Cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold) dengan penumbuk besi.
3. Container (Gelas) dengan tutup kaca
4. Oven
5. Baki/baskom dan Ember
6. Sendok/skop agregat
C. Bahan :
1. Pasir halus (fine sand)
2. Pasir kasar (coarse sand)
D. Langkah :
3) Absorbsi
A. Tujuan : untuk menentukan persentase berat air yang terserap oleh agregat
pada kondisi jenuh permukaan, serta untuk mengetahui seberapa besar
penambahan air dalam perencanaan slump.
(Ws Wd )
W 100%
Wd
Keterangan :
W = Water absorption
Ws = berat agregat jenuh air kering permukaan
Wd = berat agregat kering oven
Pemeriksaan ini dilakukan pada benda uji A, B dan C dan diambil nilai rata-
ratanya.
B. Peralatan :
1. Pengering (oven)
2. Timbangan dengan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0,1% dari berat
benda uji
C. Bahan :
1. Kerikil
2. Pasir kasar
3. Pasir halus
D. Langkah Kerja :
1. Masing-masing benda uji dioven selama 24 jam dengan temperatur 105º
C.
2. Setelah itu keluarkan dan ratakan diatas lantai untuk didinginkan
3. Kemudian siakan saringan dan susun dengan urutan 31,5 ; 19,1 ; 9,52 ;
4,16 ; 2,38 ; 1,19 ; 0,159 ; 0,29 ; 0,149 mm dan alas.
4. Lalu masing-masing benda uji dimasukkan ke dalam set saringan
tersebut, kemudian saringan digoyang-goyangkan dengan tangan selama
lebih kurang 2-3 menit agar benda uji cepat turun.
5. Setelah disaring, masing-masing benda uji yang tertahan diatas saringan
dan sisanya pada alas ditimbang beratnya satu persatu.
B. Langkah
Diperoleh dari jumlah kumulatif persentase fraksi yang tertahan suatu
susunan saringan yang dibagi 100. Dari hasil pengujian sifat-sifat material yang
telah dilakukan terhadap coarse aggregate, coarse sand dan fine sand, diperoleh
hasil pengujian seperti yang terdapat dalam tabel dibawah ini:
Beton pada dasar nya tersusun dari agregat, semen portland, dan air.
Terkadang untuk tujuan tertantu beton juga mengandung material khusus
lainnya (additive) dan dahan tambahan kimia (admixture) beton akan
mengandung sejumlah udara yang terperangkap dan untuk keperluan tertentu
juga mengandung udara yang dimasukkan dengan menggunakan bahan pemasuk
udara (air entraining agent). Bahan tambahan kimia sering digunakan untuk
mempercepat (accelarating), memperlambat (retarding), meningkatkan
kelecakan (workability), mengurangi air (water Reducing), peningkatan
kekuatan dan lain-lain. Tergantung dari tipe jumlahnya, beberapa bahan
tambahan mineral sepertia abu terbang (fly ash), pozzoland alam, slag, dan salika
fume dapat digunakan bersama-sama semen portland agar lebih
murah/ekonomis atau agar mendapat sifat-sifat tertentu seperti panas hidrasi
awal yang rendah, memperlambat perkembangan kekuatan,atau meningkatkan
ketahanan terhadap reaksi alkali agregat dan serangan sulfat ,menurunkan
permeabilitas dan ketahanan untuk dimasuki oleh cairan yang agresif.
b) Konsistensi
Yang dimaksud dengan konsistensi disini adalah pergerakan relatif dari
campuran beton yang diukur sebagai nilai slump. Semakin besar nilai slump
maka semakin mudah beton untuk mengalir selama diteMPatkan. Konsistensi
adalah berhubungan dengan workability namun tidak sama dengan workability.
Pada perencanan campuran beton banyak air yang dibutuhkan untuk
menghasilkan slump yangdi inginkan akan sangat dipengaruhi oleh beberapa
hal. Jumlah air akan meningkat bila agregat makin tidak bulat dan bertekstur
kasar (tapi kekurangan ini dapat di imbangi dengan peningkatan sifat yang lain
seperti lekatan dengan pesta semen). Kebutuhan air campuran menurun bila
ukuran maksimum agregat bergaradasi baik meningkat. Kebutuhan air campuran
biasanya menurun secara nyata pada penggunaan bahan tambahan kimia tertentu
yang mereduksi jumlah air.
e) Keawetan
Beton harus dapat menahan serangan dari luar selama layannya, seperti
mencair dan membeku pada daerah 4 musim, basah dan kering, panas dan
dingin, bahan kimia dan lain-lain. Ketahan terhadap hal-hal telah disebutkan
diatas dapat diperoleh dengan menggunkan bahan kusus seperti semen rendah
alkali, pozzolan, slag, silika fume atau pemilihan agregat untuk melindungi
serangan berbahaya pada reaksi alkali agregat yang terjadi pada tempat-tempat
yang terkena lingkungan lembab. Penggunaan bahan bahan kusus seperti semen
tahan sulfat, slag, silika flme atau bahan pozzolan lain untuk beton yang terkena
air laut atu tanah bersulfat. Penggunaan agregat yang tersusun dari butiran
f) Kepadatan
Untuk keperluan tertentu kuat beton yang besar juga dimanfaatkan
sebagai pemberat pada jembatan angkat, pipa minyak dibawah air , penahan
radiasi dan peredam suara. Beton untuk kondisi diatas dapat diperoleh dengan
menggunakan agregat yang memiliki berat volume kurang lebih 5600 kg/m3.
Pemeliharaan komposisi beton harus berdasarkan pada hasil pengujian
atau pengalaman terhadap material sesungguhnya yang akan digunakan.
Informasi atau data yang barguna adalah :
Analisa saringan dari agregat halus dan kasar
Berat volume dari agregat kasar
Berat jenis dan absorpsi agregat
Berat air campuran berdasarkan kondisi agregat
Hubugankuat tekan dengan faktor air semen
Berat jenis sement portland
Kombinasi optimum dari agregat kasar untuk mendapat gradasi terbaik.
Tabel 3.3 Hubungan antara Faktor Air Semen dan Kuat Tekan Beton
Kuat Tekan Beton pada Umur 28 hari (MPa)
Faktor Air Semen
40 35 30 25 20 15
Beton tanpa Bahan Pemasuk
0,42 0,47 0,54 0,61 0,69 0,79
Udara
Adapun kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar dengan suatu nilai margin tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
’cr = ’c+ z . S
Dimana:
’cr : kuat tekan rata-rata beton sehingga kuat tekan hasil pengujian sampel
nantinya tidak akan lebih kecil dari kuat tekan rencana.
’c : kuat tekan rencana.
z : konstanta yang tergantung dari jumlah benda uji dan tingkat
kegagalan, contoh bila dari 20 benda uji diperbolehkan gagal 1 benda
uji (5% tingkat kegagalan) maka z = 1,65
S : simpangan baku (deviasi standar).
Pengujian
Konstruksi < 2,8 2,8 - 3,4 3,4 - 4,1 4,1- 4,8 > 4,8
Umum
Percobaan di
<1,4 1,4 -1,7 1,7 - 2,1 2,1- 2,4 > 2,4
Laboratorium
Penyelesaian:
1) Slump dipilih 120 mm.
2) Diameter maksimum agregat 31,5 mm.
3) Jumlah air berdasarkan Tabel A1.5.3.3 adalah 186,76 kg/m3.
4) Faktor air semen ditentukan setelah diperhitungkan mutu beton rencana
yang diharapkan (f’cr), maka :
f’cr = f’c + z.S
= 14,525 + 1,65 (2,5)
f’cr = 18,65 MPa
Dari nilai kuat tekan sebesar 18,65 MPa dapat diperoleh nilai faktor air
semen dari tabel A1.5.3.4 sebesar 0,717.
5) Berat semen = 186,760 / 0,717 = 260,47 kg/m3 .
6) Dengan fineness modulus fine aggregate (rata-rata dari finenes modulus fine
sand dan coarse sand) menjadi 3,00 dan diameter maksimum agregat 31,5
mm dari tabel A1.5.3.6 akan diperoleh volume kerikil 0,6708 m3. Telah
diketahui berat volume kerikil kering oven adalah 1700 kg/m3 sehingga
berat agregat kasar menjadi = 0,6708 x 1700 kg/m3 = 1140,36 kg/m³.
Kokoh beton yang diinginkan ialah: 175 kg/cm2 (kubus) atau 14,525
MPa (silinder) dengan tinggi slump 75 - 100 mm. Coarse Aggregate mempunyai
diameter maksimum 31,5 mm dengan dry rodded weight 1806 kg/m3. Bahan-
bahan yang digunakan ialah portland cement Andalas Type 1 dengan specific
gravity 3,1 – 3,15; Coarse aggregate dengan specific gravity OD 2,575 dengan
absorbtion 2,023 % serta fineness modulus 7,222 (Fine sand dengan specific
grafity OD 2,398 dengan absorption 5,921 % serta fineness modulus 2,612,
Coarse sand dengan specific gravity OD 2,091 dengan absortion 6,162 % serta
fineness modulus 3,067).
1) Dasar berat
Dari tabel A 1.5.3.7.1, berat 1 m3 Non Air – Entrained Concrete
dibuat dengan agregat berdiameter maksimum 31,5 mm
diperkirakan adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan,
penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat adalah tidak menentukan).
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :
Air : 186,760 kg
Semen : 260,47 kg
Coarse aggregate : 1140,36 kg +
Jumlah : 1587,59 kg
1
𝑣= 𝜋𝑑2 𝑥 𝑡 𝑥 6 𝑥 1,2
4
Air 7,096
Semen 9,897
Pasir 30,704
Jumlah 91,03
Langkah 8 : Dari hasil percobaan diperoleh kadar air permukaan dari coarse
agregat, dan fine sand, masing-masing 2,023 %, 5,921 %, . Jika
perbedaan adukan didasarkan atas dasar perbandingan berat yang
dipakai penyesuaian-penyesuaian berat agregat yang ada di
lapangan maka jumlah air menjadi :
Semen = 260,47 kg
Jumlah = 2324,689 kg
‘b =
P
; A =
1
d2
A 4
Dari hasil pengujian kuat tekan benda uji pada masing-masing benda uji
yang berumur 4 hari diperoleh data sebagai berikut:
1
Luas penampang beton = π d2
4
1
= (3,14)(147,9)2
4
= 17171,4 mm²
A 7 7
304 147,9 17171,4 12,35 186,87 11,064
Tabel Lanjutan
1 304 147,7 7
12,44 17125 0,00522 2365,90
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum yang telah kami laksanakantelah diperoleh hasil
kuat tekan beton karakteristik pada umur 7 hari sebesar 10,821 MPa.