ANALISIS
MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP
(AMDAL)
Oleh : Amin Nugroho
Staf. Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro
I. PENDAHULUAN
Pembangunan adalah upaya merubah suatu keadaan dari kondisi tertentu ke suatu
keadaan yang lebih baik. Dalam proses pembangunan, manusia berupaya
mengembangkan kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun tidak
dapat dipungkiri bahwa pembangunan tersebut juga sering kali menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup. Dampak tersebut merupakan beban sosial yang
harus ditanggung oleh masyarakat dan Pemerintah. Oleh karena itu pembangunan
yang bijaksana harus dilandasi wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai
keseimbangan dengan mempertimbangkan generasi sekarang maupun yang akan
datang. Untuk itu perlu dikaji dampak-dampak tersebut, baik dari aspek fisik-kimia,
biologi, sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat.
1
2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), maka setiap pemrakarsa kegiatan wajib
menyusun Dokumen AMDAL, apabila masuk dalam kategori menyusun AMDAL
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 tahun 2012 tersebut.
Dokumen AMDAL berfungsi sebagai acuan dalam pengelolaan dan pemantauan dampak
lingkungan, terutama terhadap permasalahan sosial-ekonomi-budaya dan permasalahan
teknis.
Dengan adanya dokumen AMDAL, maka diharapkan dapat dilakukan pengelolaan
lingkungan yang lebih baik, lebih terarah, efektif dan efisien serta dapat mendeteksi
adanya perubahan lingkungan yang tidak diinginkan yang pada akhirnya dapat tercipta
pembangunan yang berwawasan lingkungan.
2
3
4
II. LANDASAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
5
2.1. KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP NASIONAL
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup nasional, mengacu pada Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945, khususnya Pasal 33 yang menyatakan bahwa setiap kegiatan
pembangunan yang mengekploitasi sumberdaya alam (SDA) harus ditujukan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, maka pembangunan
tersebut harus dilaksanakan secara berkelanjutan, yaitu terpadu dan menyeluruh
dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan masa yang akan
datang. Dengan demikian, pelaksanaan pembangunan harus disertai dengan
pelaksanakan pengelolaan lingkungan hidup yang efektif dan efisien.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan,
penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan
pengembangan lingkungan hidup yang meliputi penataan ruang, perlindungan
sumberdaya alam nonhayati, perlindungan sumberdaya buatan maupun
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, perlindungan cagar
budaya dan keanekaragaman hayati serta perubahan iklim.
6
1. Perencanaan kegiatan pembangunan harus mempertimbangkan dayadukung
lingkungan yang berasal dari sumberdaya alam yang tersedia. Keseimbangan
antar daerah dilakukan dengan pembagian wilayah atas dasar RTRW atau
Pola Pembangunan Daerah.
2. Pola perencanaan pembangunan harus disertai dengan peluang keberhasilan
atas peggunaan ruang yang majemuk dan beragam.
3. Kemampuan mendayagunakan potensi sumberdaya harus dilakukan dengan
telah memperhitungkan secara matang konsentrasi peruntukan wilayah dan
membagi ke dalam wilayah pengembangan.
4. Mendayagunakan kemampuan teknologi, masukan dari luar untuk
meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi.
5. Ketersediaan dan kesempatan ruang yang semakin langka dan saling
ketergantungan, memerlukan pertimbangan tuntutan ikatan sosial antar
penghuni ruang. Dalam rangka upaya pengelolaan lingkungan, Pemerintah
Provinsi terkait telah melaksanakan kebijakan pengendalian pencemaran
terhadap lingkungan hidup.
7
dampak lingkungan hidup antara lain melalui pelaksanaan kajian lingkungan
dalam bentuk AMDAL.
8
j. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menilai kesesuaian
rencana kegiatan dengan pembangunan daerah.
k. Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang akan
datang, sehingga pemrakarsa kegiatan dapat melakukan upaya pencegahan
dan penanggulangan dampak akibat adanya kegiatan secara dini.
l. Bagi pemrakarsa, AMDAL dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
m. Sebagai bahan penguji pengelolaan dampak kegiatan secara komprehensif
agar dapat diketahui kekurangannya, sehingga dapat diperbaiki.
n. Bagi masyarakat akan mendapatkan informasi secara rinci mengenai kegiatan
di daerahnya sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dampak positif dan
menghindari dampak negatif yang ditimbulkan;
o. Bagi masyarakat AMDAL dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
kegiatan .
IV. PERATURAN
9
Alasan : sebagai acuan dalam penggunaan jalan darat pada saat pembangunan
dan operasional kegiatan.
7) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Alasan : sebagai acuan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan
sebagai acuan dalam menentukan ukuran dampak penting.
10
Alasan : sebagai acuan dalam penyesuaian rencana lokasi kegiatan dengan tata
ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah.
16) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 05 Tahun 2012 tentang Baku Mutu
Air Limbah di Provinsi Jawa Tengah.
Alasan : sebagai acuan dalam analisis data kualitas air limbahdi Provinsi Jawa
Tengah.
11
25) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum.
Alasan : sebagai acuan dalam penetapan persyaratan kualitas air minum.
26) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak lingkungan.
Alasan : sebagai acuan dalam menentukan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.
27) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 07 Tahun 2012 tentang
Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusunan
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Alasan : sebagai acuan dalam menentukan kompetensi tim penyusun AMDAL.
28) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
Alasan : sebagai acuan dalam penyusunan dokumen AMDAL.
12
34) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-03/BAPEDAL /
09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Alasan : sebagai acuan dalam teknis pengelolaan limbah B3.
35) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-
05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Alasan : sebagai acuan dalam pemberian simbol dan label limbah B3.
36) Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 68/BAPEDAL /
05/1994 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin Penyimpanan, Pengoperasian Alat
Pengolah, Pengelolaan dan Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Alasan : sebagai acuan dalam memperoleh ijin penyimpanan, pengoperasian alat
pengolah, pengelolaan dan penimbunan limbah B3.
37) Keputusan Kepala Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.Kep-
124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat.
V. PENGERTIAN - PENGERTIAN
AMDAL merupakan kajian secara mendalam terhadap dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan dalam tahap
perencanaan yang digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap penyelenggaraan
rencana kegiatan. Dampak yang dikaji meliputi aspek fisik-kimia, biologi, sosial, dan
kesehatan masyarakat. Amdal merupakan studi kelayakan lingkungan dan digunakan
sebagai pelengkap dari studi kelayakan teknis dan ekonomis. AMDAL juga digunakan
sebagai syarat ijin operasional dari kegiatan. Dokumen AMDAL menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 terdiri dari 3 dokumen yaitu Dokumen Kerangka
Acuan (KA), Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), dan Dokumen
13
Rencana Pengelolaan lingkungan Hidup (RKL) – Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup (RPL).
Rona Lingkungan Hidup merupakan potret kondisi lingkungan hidup, baik dari aspek
fisik-kimia, biologi, sosial, maupun kesehatan masyarakat.
14
VI.2. Langkah kedua dalam penyusunan dokumen AMDAL adalah pengumpulan data-
data tentang deskripsi rencana kegiatan dan rona lingkungan hidup awal yang
ada di sekitar lokasi kegiatan. Deskripsi rencana kegiatan diperoleh dari
pemrakarsa kegiatan dan tim penyusun AMDAL, sedangkan data rona lingkungan
hidup awal diperoleh dari lapangan, data-data sekunder dari instansi terkait
seperti data tentang tata ruang, monografi kelurahan, puskesmas, dan
sebagainya.
15
dengan bidang kajian yaitu dengan menggunakan metoda formal dan informal.
Metoda formal meliputi : metoda matematis, analogi,dan penilaian ahli
(professional judgement). Metoda formal ini biasanya digunakan untuk bidang
fisik-kimia dan biologi. Sedangkan metoda informal yang digunakan adalah
metoda deskriptif kualitatif, biasanya digunakan untuk bidang sosial dan
kesehatan masyarakat.
VI.6. Langkah keenam dalam penyusunan dokumen AMDAL adalah penyusunan
evaluasi dampak penting menggunakan metoda holistik antara lain Metoda
Leopold Yang dimodifikasi, Metoda Fisher and davies, dan Metoda Bagan Alir
dari Sorensen.
VI.7. Langkah ketujuh dalam penyusunan dokumen AMDAL adalah penyusunan
dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Renncana Pemantauan
Lingkungan Hidup (RKL-RPL) berdasarkan dampak penting yang dihasilkan dari
prakiraan dan evaluasi dampak penting.
Secara lebih rinci dan jelas langkah penyusunan dokumen AMDAL disajikan pada
diagram alir di bawah ini.
16
Pengumuman, Sosialisasi Rencana
Kegiatan dan Konsultasi Publik
Proses Pelingkupan
Penyusunan
Prakiraan Dampak Penting Dokumen ANDAL
Penyusunan
Evaluasi Dampak Penting Dokumen ANDAL
17
VII.1. FORMAT DOKUMEN KERANGKA ACUAN (KA)
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : latar belakang dilaksanakan kegiatan
terkait dengan wajib AMDAL, tujuan dan manfaat kegiatan, peraturan
perundang-undangan yang terkait.
Bab II : Ruang Lingkup Studi
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : status studi AMDAL terkait dengan
studi kelayakan teknis-ekonomis, kesesuaian lokasi dengan tata ruang yang
ada, uraian rencana kegiatan penyebab dampak, kegiatan di sekitar dan
dampaknya, alternatif rencana kegiatan (lokasi, desain, proses, tata letak
bangunan atau sarana pendukung), lingkup rona lingkungan hidup awal,
pelingkupan kegiatan dan komponen lingkungan (proses pelingkupan dan hasil
proses pelingkupan), lingkup wilayah studi dan batas waktu kajian.
Bab III : Metoda Studi
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : metoda pengumpulan dan analisis
data, metoda prakiraan dampak penting, dan metoda evaluasi dampak
penting.
Bab IV : Pelaksanaan Studi
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : identitas pemrakarsa dan penyusun
dokumen Studi AMDAL, Biaya Studi, dan Waktu Studi.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini diutarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam
penyusunan Dokumen AMDAL kegiatan terkait.
Lampiran
Berisi antara lain : pengumuman studi AMDAL, hasil sosialisasi dan konsultasi
publik, perijinan, foto-foto kegiatan dan rona lingkungan, data-data
laboratorium, cv penyusun, copy sertifikat (kompetensi, AMDAL, dsb), peta-
peta, dan data-data lain yang mendukung isi dokumen tersebut.
18
(prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi), alternatif-alternatif
yang dikaji (lokasi, desain, proses, tata letak bangunan dan sarana
pendukung), keterkaitan kegiatan dengan kegiatan lain di sekitar.
Bab III : Rona Lingkungan Hidup
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : kondisi rona lingkungan hidup, baik
aspek geofisik-kimia, aspek biologi, aspek sosial-ekonomi-budaya, maupun
aspek kesehatan masyarakat.
Bab IV : Ruang Lingkup Studi
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : hasil pelingkupan dalam dokumen KA
terkait dengan lingkup dampak penting yang ditelaah (lingkup komponen
kegiatan penyebab dampak dan lingkup komponen lingkungan terkena
dampak), lingkup wilayah studi dan lingkup batas waktu kajian.
BabV : Prakiraan Dampak Penting
Pada bab ini akan diuraikan mengenai prakiraan dampak besar dan penting
yang akan terjadi, baik pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi dan
pasca operasi.
BabVI : Evaluasi Dampak Penting
Pada bab ini akan diuraikan mengenai evaluasi dampak besar dan penting
pada tahap prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi yang
meliputi : telaahan terhadap dampak penting secara holistik, pemilihan
alternatif terbaik, telaahan dampak penting sebagai arahan dasar
pengelolaan, dan rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini diutarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam
penyusunan Dokumen AMDAL kegiatan terkait.
Lampiran
Berisi antara lain : ringkasan teori dan hasil perhitungan, tanggapan
pemrakarsa dan masukan Tim Komisi AMDAL, gambar, peta, hasil kuesioner,
perijinan, foto-foto kegiatan dan rona lingkungan, data-data laboratorium,
peta-peta, dan data-data lain yang mendukung isi dokumen tersebut.
19
Bab II : Pendekatan Pengelolaan Lingkungan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : pendekatan teknologi, pendekatan
sosial-ekonomi, dan pendekatan institusi.
Bab III : Rencana Pengelolaan Lingkungan
Pada bab ini akan diuraikan mengenai : dampak penting dan sumber dampak
penting (komponen lingkungan terkena dampak, sumber dampak), tolok ukur
dampak, tujuan RKL, pengelolaan lingkungan hidup, lokasi pengelolaan
lingkungan hidup, periode pengelolaan lingkungan hidup, dan institusi
pengelolaan lingkungan hidup (pelaksana, pengawas, pelaporan hasil).
Daftar Pustaka
Pada bagian ini diutarakan sumber data dan informasi yang digunakan dalam
penyusunan Dokumen RKL kegiatan terkait.
Lampiran
Berisi antara lain : matriks ringkasan RKL, gambar / peta lokasi pengelolaan
lingkungan, dan data-data lain yang mendukung isi dokumen tersebut.
20
c) Tahap operasi.
d) tahap pasca operasi.
Masing-masing tahapan kegiatan tersebut terdiri dari beberapa jenis kegiatan.
Tahapan dan jenis kegiatan sangat tergantung pada karakteristik rencana
kegiatan yang ditelaah. Komponen lingkungan hidup yang ditelaah
dikelompokkan dalam:
a) Komponen Fisik-Kimia.
b) Komponen Biologi.
c) Komponen Sosial.
d) Komponen Kesehatan Masyarakat.
Masing-masing komponen lingkungan hidup tersebut terdiri dari beberapa sub-
komponen dan parameter lingkungan hidup. Jenis sub-komponen dan
parameter lingkungan hidup yang ditelaah tergantung pada karakteristik
lingkungan hidup di sekitar lokasi rencana kegiatan.
Tahap prakonstruksi
1. Survai dan perijinan
2. Sosialisasi rencana kegiatan dan konsultasi publik
3. Pengadaan lahan
Tahap konstruksi
1. Rekruitmen tenaga kerja untuk konstruksi
2. Mobilisasi peralatan dan material untuk konstruksi
3. Pematangan lahan (pembersihan, pengurugan, dan pemadatan)
4. Pembangunan bangunan utama dan bangunan penunjang (rumah
pembangkit, tempat penimbunan batubara, unit pengolahan air dan limbah
cair, fasilitas sistem air pendingin, tempat penimbunan abu, pengendali
kualitas udara, pekerjaan mekanikal dan kelistrikan, kantor, parkir, dan
lain-lain)
5. Demobilisasi peralatan dan tenaga kerja konstruksi.
Tahap operasi
1. Rekruitmen tenaga kerja operasional
2. Pengadaan dan penimbunan bahan bakar (minyak dan batubara)
3. Operasional, pemeliharan dan perawatan pembangkit
Tahap pascaoperasi
1. Pembongkaran peralatan
2. Pemutusan tenaga kerja
3. Penanganan sarana dan prasarana serta lahan bekas PLTU
21
a. Fisik-Kimia
1) Iklim
Parameter iklim yang ditelaah meliputi: tipe iklim, suhu, kelembaban, hari
hujan, curah hujan, kecepatan angin, intensitas radiasi matahari, interaksi
atmosfer-laut.
5) Kualitas air
Parameter kualitas air yang ditelaah meliputi: warna, suhu, pH, kekeruh-
an, padatan tersuspensi, padatan terlarut, BOD, COD, DO, logam berat.
6) Hidrologi
Parameter hidrologi yang ditelaah meliputi: karakteristik sungai, debit
rerata, sedimentasi dan erosi, kondisi fisik daerah resapan air, tingkat
penyediaan dan kebutuhan air, pola aliran air permukaan dan sistem
drainase.
7) Tanah
Kondisi tanah yang dibahas, meliputi: jenis tanah, karakteristik kimia dan
fisika tanah, tingkat kestabilan tanah/lereng, kerawanan bentuk lahan dan
indikator stabilitas tanah.
9) Transportasi
Parameter transportasi yang ditelaah meliputi: volume kendaraan dan
geometri jalan.
b. Biologi
22
1) Flora darat/perairan
Parameter flora darat/perairan yang ditelaah meliputi: tipe dan jenis
vegetasi, komunitas tumbuhan serta manfaat ekonomi dan ekologinya,
vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang.
2) Fauna darat/perairan
Fauna darat/perairan yang ditelaah meliputi: perkiraan persebaran,
kemelimpahan populasi, dan hewan-hewan yang dilindungi undang-
undang.
3) Biota Perairan
Keanekaragaman jenis, kemelimpahan jenis dan pemerataan persebaran.
c. Sosial
1) Kependudukan
Struktur penduduk
Tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk
Tingkat kelahiran
Angkatan kerja produktif
Pertumbuhan penduduk
2) Sosial-Ekonomi
Tingkat kesempatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Tingkat pendapatan penduduk
Prasarana dan sarana perekonomian
Kepemilikan lahan
3) Sosial-Budaya
Pranata sosial
Adat istiadat dan pola kebiasaan
Proses sosial
Sikap dan persepsi masyarakat
Peninggalan sejarah
d. Kesehatan Masyarakat
Jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
Insidensi dan prevalensi penyakit
Sanitasi lingkungan
Status gizi dan kecukupan pangan
23
Cakupan pelayanan kesehatan
Batas wilayah studi meliputi : batas proyek, batas ekologi, batas administrasi,
dan batas sosial.
1. BATAS PROYEK
Batas proyek atau kegiatan adalah batasan kajian tapak yang meliputi :
wilayah kegiatan dimana kegiatan dan kegiatan pendukung lainnya dilakukan.
2. BATAS ADMINISTRASI
Batas administrasi meliputi wilayah Kabupaten Kendal, dan Provinsi terkait.
3. BATAS EKOLOGI
Batas ekologi meliputi : ekosistem flora dan fauna darat, dan ekosistem
wilayah laut, serta wilayah udara yang kemungkinan terpengaruh oleh
kegiatan.
4. BATAS SOSIAL
Batas sosial merupakan permukiman penduduk di wilayah sekitar lokasi
kegiatan dimana interaksi sosial berlangsung. Batas sosial meliputi :
permukiman penduduk Kabupaten/Kota dan Provinsi terkait yang kemugkinan
terpengaruh oleh kegiatan.
VIII.5. METODA PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA SEKUNDER KOMPONEN
FISIK-KIMIA
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung. Data
tersebut dapat dikumpulkan antara lain melalui beberapa instansi atau sumber
lain yang relevan. Sumber data sekunder antara lain : kegiatan sejenis
terdahulu di daerah lain, pustaka yang relevan, nara sumber yang menguasai
masalah, Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPPEDAL), Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA), Dinas Pelabuhan,
Dinas Kimprraswil, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Kecamatan, Desa,
dan instansi-instansi lainnya yang terkait. Contoh data-data sekunder
komponen fisik-kimia yang dikumpulkan antara lain : iklim; fisiografi dan
geologi; ruang, lahan dan tanah; hidrologi; dan sebagainya.
Analisis data sekunder komponen fisik-kimia dilakukan dengan cara membuat
interpretasi dari data-data sekunder yang telah terkumpul atau diperoleh
tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan baik, sangat tergantung dari
kemampuan pakar di bidangnya masing-masing. Contoh jenis data sekunder
berikut sumbernya disajikan pada Tabel 1.
24
Tabel 1. Jenis dan Sumber Data Sekunder
VIII.5.1. IKLIM
Data-data iklim yang dikumpulkan antara lain : suhu dan kelembaban udara,
curah hujan, arah dan kecepatan angin. Data-data tersebut dikumpulkan
atau diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) atau Stasiun
Klimatologi / Cuaca setempat.
VIII.5.4. HIDROLOGI
Data-data yang dikumpulkan antara lain : debit sungai, erosi, sedimentasi,
Data-data ini dapat diperoleh atau dikumpulkan dari Bappeda, Dinas
Kimpraswil, dan instansi lain yang terkait.
25
VIII.5.5. TRANSPORTASI
a. Metode Pengumpulan Data
Parameter yang ditelaah meliputi volume kendaraan, geometri ruas
jalan. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil pengukuran langsung di
lapangan (primer) maupun data instansional (sekunder).
1) Volume Kendaraan
Metoda pengambilan data volume arus lalu lintas semua jenis
kendaraan dilakukan dengan metoda pencacahan arus lalu lintas tiap
jenis kendaraan (traffic counting). Ruas jalan yang akan diamati
yaitu ruas jalan yang ada sekarang dengan interval waktu selama 15
menit. Pengukuran dilakukan selama mulai pukul 06.30 – 16.30 WIB.
2) Geometri jalan
Data geometri ruas jalan diperoleh dengan cara pengukuran langsung
maupun data sekunder dari instansi berwenang, yang meliputi:
a) lebar perkerasan jalan
b) lebar bahu jalan
b. Metode Analisis Data
Ruas jalan yang akan dianalisis hanya ruas jalan antar-kota.
Kapasitas ruas jalan antar-kota, dihitung berdasarkan metoda
hitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997:
C = Co x FCw x FCsf x Fcsp
Keterangan :
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalan
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
26
Frt = faktor penyesuaian belok kanan
Fmi = faktor penyesuaian rasio arus jalan simpang
Prediksi arus lalu lintas, didasarkan pada besarnya bangkitan arus lalu
lintas kendaraan, dan jenis kendaraan yang berpotensi akan teralihkan
(diverted traffic) dari jalur jalan. Untuk memprakirakan besaran arus
yang teralihkan digunakan permodelan berdasarkan model empat
langkah (Four Step Model) sebagai berikut.
(a) Model Bangkitan Perjalanan (Trip Generation Model)
Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah perjalanan yang
dibangkitkan oleh suatu zona serta arah yang dituju sehingga dapat
diramalkan kondisi arus lalu lintas yang akan datang.
(b) Model Distribusi Perjalanan (Trip Distribution Model)
Model distribusi perjalanan yang digunakan mengikuti rumus:
Pi-j = Oi . dj . Fi-j
Keterangan:
Pi-j = jumlah perjalanan dari i ke j
Oi dan dj = polarities yaitu daya tarik zona asal (O=origin) dan zona
tujuan
(d=destination)
Fi-j = deterence function
Keterangan:
Fi-j = deterence function antara i dan j
Zi-j = generalized cost antara i ke j
a dan b = konstanta
27
Keterangan :
Zi-j = generalized cost antara i ke j
Pi-j = jumlah perjalanan dari i ke j
ti-j = waktu perjalanan antara i ke j
= faktor bobot
Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung di lapangan. Data
primer komponen fisik-kimia dapat diperoleh atau dikumpulkan melalui :
observasi atau pengamatan lapangan, pengukuran, pengambilan sampel / contoh
dan analisis laboratorium. Contoh data primer komponen fisik-kimia yang
dikumpulkan antara lain : kualitas air, kualitas udara dan kebisingan, kualitas
tanah, kondisi lahan, dan sebagainya.
IX.1. KUALITAS UDARA, DAN KEBISINGAN
1). Lokasi Pengambilan Data
Lokasi pengambilan data sampel / contoh udara dan kebisingan adalah tapak
proyek yang diperluas ke daerah yang diperkirakan akan menerima dampak
secara signifikan. Jumlah sampelnya diambil berdasarkan letak sumber
dampak, sebaran dampak menurut arah dan kecepatan angin, letak
permukiman penduduk yang diperkirakan akan terkena dampak. Sampel
28
tersebar di 10 titik yaitu (1) di calon tapak proyek (9) di lokasi permukiman
penduduk sekitar tapak kegiatan.
2). Cara Pengumpulan Data
Parameter kualitas udara yang akan dikumpulkan antara lain : gas SO 2, NO2,
CO, O2 dan debu. Pengambilan data sampel / contoh udara (gas) dilakukan
dengan menggunakan alat Multiple Impinger. Sampel ini kemudian diberi
pengawet (H2SO4 atau HgCl2) dan selanjutnya dianalisis di laboratorium
menggunakan alat Spektofotometer. Data debu dikumpulkan dengan alat
menggunakan Dust Sampler atau Hi-Volt. Data tingkat bising dikumpulkan
dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Metoda pengumpulan dan
analisis sampel / contoh kualitas udara dan kebisingan disajikan pada
Tabel .2.
Tabel 2. Metode Analisis Udara dan Bising
No Parameter Satuan Metoda Peralatan
1 SO2 ug/m3 Pararosanilin Spektrofotometer
2 NO2 ug/m3 Saltzman Spektrofotometer
3 Total Oksidan (O3) ug/m3 Fenolftalin Spektrofotometer
4 CO ug/m3 NDIR NDIR Analyzer
5 H2S ug/m3 Merkuri Spektrofotometer
Thiosianat
5 Bising dBA Bising Ekivalen Sound Level Meter
6 Debu mg/m 3
Gravimetri Hi-Volt Sampler
29
Tabel 3. Metoda Analisis Kualitas Air
No. Parameter Satuan Metoda Peralatan
1. Temperatur o
C Pemuaian Termometer
2. Residu terlarut mg/l Gravimetri Timbangan analitik
3. pH - Potensiometri pH meter
4. Kalsium (Ca) mg/l Titrimetri EDTA Buret
5. Magnesium (Mg) mg/l Titrimetri EDTA Buret
6. Besi (Fe) mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
7. Mangan (Mn) mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
8. Cadmium (Cd) mg/l Atomisasi AAS
9. Tembaga (Cu) mg/l Atomisasi AAS
10. Timbal (Pb) mg/l Atomisasi AAS
11. Krom (Cr) mg/l Atomisasi AAS
12. Air raksa (Hg) mg/l Atomisasi AAS
13. Sulfida mg/l Titrimetri Buret
14. Sulfat mg/l Gravimetri Timbangan analitik
15. Amonium bebas mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
16. Nitrat mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
18. Nitrit mg/l Spektrofotometri Spektrofotometer
19. Phosphat mg/l Titrimetri Buret
20. BOD mg/l Titrimetri Buret
21. COD mg/l Titimetri Buret
22. DO mg/l Titimetri Buret
Data-data parameter kualitas air (badan air dan sumur penduduk) yang
telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara membandingkan data-
data tersebut dengan baku mutu kualitas air badan air permukaan.
Sedangkan kualitas air sumur dibandingkan dengan baku mutu air sumur
menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 416 tahun 1990 tentang
Kualitas Air Bersih dan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
30
diambil adalah tanah di calon tapak proyek (2 titik), tanah sekitar calon
tapak proyek / permukiman penduduk (8 titik). .
31
dengan cara membandingkan jenis dan jumlah pohon yang hilang serta fauna
yang bermigrasi tersebut dengan pohon dan hewan yang masih ada di
sekitarnya, apakah fungsi ekologisnya akan terganggu akibat hilangnya flora
darat dan fauna darat tersebut, atau tidak.
a). Plankton
Data plankton termasuk data primer. Data-data ini dikumpulkan secara
langsung di lapangan yaitu di badan air di sekitar tapak proyek. Lokasi
pengambilan sampel disesuaikan dengan lokasi sampel kualitas air aspek
fisik-kimia.
Metoda Pengambilan Sampel dan Perhitungan Plankton
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan penyaringan air
menggunakan plankton net No. 25, kemudian air yang tersaring
dimasukkan botol dan ditambahkan formalin 4% sebagai bahan
pengawet. Identifikasi plankton dilakukan di laboratorium sampai tingkat
genus dengan menggunakan buku acuan Davis (1965) dan APHA (1992).
Perhitungan kelimpahan plankton memakai rumus konversi Lackey Drop
Micro- transect Counting:
b). Benthos
Data benthos termasuk data primer. Data-data ini dikumpulkan secara
langsung di lapangan yaitu di badan air di sekitar tapak proyek. Lokasi
pengambilan sampel disesuaikan dengan lokasi sampel kualitas air di
badan air aspek fisik-kimia.
Metoda Pengambilan Sampel dan Perhitungan Benthos
Pengambilan sampel mikrobenthos dilakukan dengan penyaringan
lumpur di dasar perairan yang diambil dengan Ekman Dredge. Diameter
saringannya 1 mm. Mikrobenthos yang telah dipisahkan dari lumpur lalu
dimasukkan dalam botol sampel, ditambahkan formalin 4% dan rose
bengal. Identifikasi benthos dilakukan di laboratorium dengan acuan
APHA (1992) dan Juffing (1956). Perhitungan jumlah individu dilakukan
dengan mikrokoskop untuk seluruh sampel.
Metoda Analisis Plankton dan Benthos
Analisis plankton dan benthos meliputi:
- Indeks keragaman dengan formulasi Shannon-Wienner (Poole, 1974).
n
H' = - S S Pi ln Pi
32
i=1
H' = nilai indeks keanekaragaman jenis
Pi = ni/N
ni = jumlah individu jenis ke i
N = jumlah total individu
- Indeks Keseragaman
E = H' / H'maks.
33
Masyarakat Biasa (MB) sebanyak 170 responden. Untuk lebih mendukung dalam
mengkaji persepsi masyarakat, maka dilakukan analogi dan diskusi dengan
beberapa tokoh masyarakat dan dari instansi terkait atau informasi lainnya.
.
XII. METODE PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
Prediksi adanya dampak tidak lain adalah suatu upaya untuk mencari jawaban
atas pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter lingkungan sebagai
akibat adanya rencana kegiatan. Prediksi dampak ini dilakukan untuk setiap
parameter lingkungan. Metoda prediksi dampak yang dapat diadaptasi dapat
dikelompokkan menjadi dua metoda, yaitu metoda formal, dan metoda
informal. Model prediksi yang digunakan pasti akan mengandung aspek
ketidakpastian sehingga dalam setiap kegiatan prediksi dampak harus
dimasukkan analisis probabilitas.
Metoda formal terdiri atas:
a) Model prakiraan cepat,
b) Model matematika,
c) Model fisis,
d) Model eksperimental.
Metoda informal dapat dilakukan secara:
a) Intuitif,
b) Pengalaman,
c) Analogi.
Metoda prakiraan dampak yang sering digunakan adalah kombinasi metoda
formal (uraian deskriptif secara kuantitatif) dan metoda informal (uraian
deskriptif secara kualitatif) yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing
34
parameter lingkungan. Kerangka waktu prakiraan dampak dilakukan sesuai
dengan perkiraan umur teknis rencana kegiatan. Berikut diberikan beberapa
contoh metoda prediksi yang digunakan.
a) Kualitas udara
Besarnya emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan faktor emisi dari
WHO Offset Publication No.62, 1982. Emisi polutan bahan bakar solar untuk
masing-masing parameter kualitas udara disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Emisi polutan per m3 bahan bakar
No Polutan Faktor Emisi
(kg/satuan waktu)
1. SO2 7,9544
2. NO2 9,2103
3. CO 36,4226
4. Partikulat/Debu 2,0095
b) Kebisingan
Prakiraan sebaran bising yang ditimbulkan oleh kegiatan pengangkutan,
penimbunan dan pengolahan fly ash batubara terhadap lingkungan di
sekitarnya menggunakan rumus pendekatan:
dengan:
L2 = Tingkat bising pada jarak R2 dari tapak proyek, sumber
bising, dBA
L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R 1, dBA
R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m
Ae = Atenuasi bising kerena klembaban udara, dBA
35
Lek 10 log fi .10 10
n Li
dBA dengan
i 1
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
fi = faksi waktu terjadinya tingkat kebisinganpada interval waktu
pengukuran tertentu
Li = nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran
tertentu (dBA)
Lek 10 log 124 10
16
i 1
( Lek )i
10
8
10
j 1
((Lek ) j 10)
10
dBA dengan:
Pada pemetaan tingkat kebisingan dalam kegiatan ini dilakukan dengan dua
metode pengukuran yaitu pengukuran kebisingan untuk keperluan evaluasi
lingkungan dihitung nilai LSM dan pengukuran kebisingan rerata yang dilakukan
di area pabrik dihitung nilai Lek.
Pengukuran tingkat kebisingan untuk keperluan lingkungan dilakukan dengan
cara sederhana mengacu pada KEP-48/MENLH/11/1996, menggunakan sound
level meter, diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 5 menit untuk setiap
pengukuran. Pembacaan dilakukqn selama 5 detik. Waktu pengukuran
dilakukan selama 24 jam (LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas
yang paling tinggi selama 16 jam (L S) pada selang waktu 06.00-22.00 dan
aktifitas malam hari selama 8 jam (L M) pada selang waktu 22.00-06.00. Setiap
pengukuran mewakili selang waktu tertentu, yang ditentukan sebagai berikut:
L1 mewakili selang waktu 06.00 – 09.00 WIB
L2 mewakili selang waktu 09.00 – 14.00 WIB
L3 mewakili selang waktu 14.00 – 17.00 WIB
L4 mewakili selang waktu 17.00 – 22.00 WIB
L5 mewakili selang waktu 22.00 – 24.00 WIB
L6 mewakili selang waktu 24.00 – 03.00 WIB
L7 mewakili selang waktu 03.00 – 06.00 WIB
c) Sedimentasi
36
Sedimentasi lebih banyak diakibatkan oleh adanya erosi permukaan (sheet
erossion). Dengan adanya rencana kegiatan maka bahan erosi yang terangkut
oleh sungai (angkutan sedimen) akan tertahan dan teredapkan di kolam
dengan peningkatan volume sedimentasi di kolam:
(100% - Trap-efficiency)
d) Erosi
E= RLKSP
E = laju erosi permukaan
R = erosivity hujan
L = panjang ekuivalen lereng
K = erodibility tanah/lahan
S = kemiringan lahan
P = pola penanaman (cropping practice)
e) Air larian
Perubahan bentang lahan berdampak lanjutan pada peningkatan air larian.
Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap air
larian adalah kegiatan pembukaan lahan. Dampak timbul terhadap air larian
karena hilangnya sebagian kantong air alami (semak), berkurangnya daerah
resapan air, dan timbulnya sedimentasi pada aliran air alami (sungai).
Besarnya air larian akibat perubahan bentang alam dapat dihitung dengan
persamaan:
37
Q=CIA
Q : jumlah aliran permukaan (m3/detik)
C : faktor pengaliran
I : intensitas curah hujan (mm/tahun)
A : luas daerah pengaliran (m2)
f) Kualitas air
Prakiraan penurunan kualitas air akibat buangan limbah rencana kegiatan
digunakan persamaan mixing zone:
g) Sedimentasi
Peningkatan sedimentasi akibat perubahan kondisi penutup tanah dapat
diprakirakan dengan metoda USLE untuk menghitung kehilangan tanah akibat
erosi dan sedimentasi:
A = RKLSPC
SD = A x SDR
38
Lingkungan
1. Tingkat Bising Analogi kegiatan sejenis maupun
literatur
2. Debu Analogi kegiatan sejenis maupun
literatur
3. Kualitas dan Kuantitas Air Penilaian Profesional
4. Flora-fauna darat Literatur
5. Persepsi Masayarakat Penilaian Profesional dan Analogi
6. Kesempatan Kerja Penilaian Profesional
7. Pendapatan Penilaian Profesional
8. Kesehatan Masyarakat Literatur/Analogi
9. Kenyamanan/keamanan Penilaian Profesional
10. Tataguna Lahan RUTR
39
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi
Timbul perubahan mendasar dari segi intensitas, berbalik/tidak dampak dan sifat
kumulatif dampak, berlangsung lebih dari satu tahapan kegiatan
40
Kategori IV Intensitas Dampak
Intensitas perubahan lingkungan bersifat hebat, drastis di areal yang relatif luas
dan berlangsung singkat.
41
XIII.1. TELAAHAN TERHADAP DAMPAK PENTING
Evaluasi dampak dilakukan secara holistik dan terpadu, yaitu telaahan secara
totalitas dampak lingkungan hasil prakiraan dampak penting terhadap
komponen kegiatan sebagai sumber penyebab dampak dan komponen
lingkungan terkena dampak (positif/negatif) sebagai satu kesatuan yang saling
mempengaruhi dan saling terkait. Untuk lingkungan perkotaan, telaahan
holistik terhadap dampak penting dilakukan dengan memakai
42
4. Membuat Matrik Keputusan
a. Menentukan kondisi lingkungan tanpa proyek sekarang dan yang akan
datang
b. Menentukan kondisi lingkungan dengan adanya proyek
c. Menentukan dampak holistik yang merupakan selisih dari kondisi
lingkungan yang akan datang dengan ataupun tanpa proyek
Dari hasil perhitungan total, nantinya dapat ditentukan seberapa besar
perubahan kondisi (dampak) lingkungan yang terjadi, baik tanpa maupun
dengan adanya proyek dalam bentuk skala. Apabila dampaknya masih bersifat
positif, maka kegiatan tersebut dapat dikatakan layak dari segi lingkungan dan
sebaliknya.
Bobot dampaknya terbagi menjadi 2 (dua) yaitu penting (P) dan tidak penting
(TP), sedangkan sifat dampaknya juga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu positif (+)
dan negatif (-)
XIV. PENUTUP
43
DAFTAR PUSTAKA
Canter, L.W., 1977. Environmental Impact Assessment, McGraw- Hill Book Company,
New York.
Chan Leet, E.T., 1984. Environtment Protection. Mc Graw-Hill Company. New-York.
Hadi, Soedharto P. 2002. Aspek Sosial AMDAL: Sejarah, Teori dan Metode, Cet 2,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Koentjaraningrat, 1989. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta.
Lee, C.D., S.B. Wang dan C.L. Kuo, 1978. Benthic Macroinvertebrates and Fish as
Biological Control of Water Quality with Reference to Community Diversity
Index. Water Pollution Control in Developing Countries. Asian Institute of
Technology, Bangkok.
Linsley, R.K., J.B. Franzini, D.L. Freyberg & G. Tchobanoglous, 1995: Water
Resources Engineering, ed. IV, Mc-Graw Hill Inc., New York, 841 hal.
Metcalf, Eddy, 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse, 3rd
Edition, McGraw-Hill, Inc., New York.
Rau, J.G. & Wooten, D.C, 1980. Environmental Impact Analysis Handbook,
McGraw-Hill Book Company, New York.
44