2002
AGUS SUPARYANTO
ABSTRAK
Konsumen daging domba lebih menyenangi besar potongan loin yang memiliki kandungan lemak eksternal yang rendah.
Seleksi yang kuat akan menghasilkan individu yang mengalami mutasi gen. Alel mutan bertindak sebagai penanda untuk sifat
spesifik dan diperkirakan menyediakan bahan dasar kehidupan yang cocok untuk kondisi lingkungan tertentu. Gen tersebut telah
teridentifikasi sebagai gen tunggal yang dinamakan sebagai gen Callipyge. Anak hasil persilangan ulang-alik terdeteksi bahwa
gen callipyge terletak pada kromosom ke-18 dengan marker bersandi CSSM18 dan TGLA122. Ternak domba dengan fenotipik
ini sangat ekstrim dan dapat dikatakan sama sifatnya dengan otot-ganda pada sapi yang merupakan gen tunggal. Fenotipik
Callipyge pada domba adalah individu yang heterosigot (CLPGJ/clpgB), hasil silang dari jantan heterosigot (CLPGJ/clpgB)
dengan induk normal (clpgJ/clpgB). Rasio anak terlahir dari pola segregasi tersebut diatas adalah 1:1. Perkawinan antar ternak
heterosigot (CLPGJ/clpgB), yaitu kedua tetua callipygous akan menghasilkan porsi 25% anak domba callipygous dan 75% anak
domba normal. Tampak adanya pola penyimpangan semu hukum Mendel hasil persilangan tersebut di atas. Beberapa laporan
penelitian cenderung mengatakan bahwa bobot lahir antara anak normal dengan Callipygous tidak berbeda nyata. Tetapi setelah
lepas sapih pertumbuhannya akan berbeda nyata. Persentase karkas segar pada anak domba normal (53,9%) nyata (P<0,05) lebih
rendah dari domba Callipygous (57,3%). Bobot badan domba yang mencapai berat 20 hingga 69 kg baru dapat memperlihatkan
adanya fungsi gen, dimana ternak Callipygous memiliki berat otot 40% nyata lebih tinggi dari ternak domba normal. Superficial
gluteal memiliki kelebihan berat otot sebesar 63%, sedangkan untuk adductor sebesar 47% bagi anak domba karier. Untuk otot
tensor facia latae perbedaan mencapai 22,3% bagi domba karier. Anak domba tersebut juga memiliki kandungan lemak internal
(pelvis) dan eksternal (loin) yang lebih rendah, tetapi mempunyai area ribeye lebih yang luas (43,0%).
Kata kunci: Domba, gen callipyge, heterosigot
ABSTRACT
Lambs meat consumers prefer large loin chops that have limited external fat. Intense selection process, sometimes resulting
individual gene mutation. The mutant allele could be used as a marker for specific characterization and for growth response to
specific environment. The gene is identified as a single gene, and called as Callipyge. Genotyping analyses on reciprocal cross
offspring showed that Callipyge locus flanked to markers of CSSM18 and TGLA122 from ovine chromosome 18. The sheep has
extreme phenotype which similar with that of the cattle containing single gene of double muscled. Phenotype of ovine callipyge
is expressed in heterozygote individual of CLPGP/clpgM produce from heterozygous ram for callipyge gene (CLPGP/clpgM) and
normal ewes (clpgP/clpgM). Offspring ratio from the segregation pattern is 1:1. A mating between heterozygous animals
(CLPGP/clpgM) or all Callipygous parents resulted on 25% Callipygous and 75% normal lambs. The ratio of Callipygous
offspring phenotype is not following mendelian segregation. Some reports on characteristic analyses showed that the birth weigh
of normal and Callipygous is not significant different. However, after weaning the growth rates of both lambs are different. The
dressing carcass percentage of normal lambs (53.9%) is significantly lower than that of Callipygous (57.3%). The Callipyge gene
express the body weigh from 20 to 69 kg. Its muscle weigh is 40% higher than normal lambs. The different of superficial gluteal,
adductor tensor facia latae of Callipygous muscle with those of normal lambs are 63%, 47% and 22.3% respectively. The carrier
lamb has less internal (pelvic fat) or external (loin) fats, but it has 43.0% larger of rib eye area.
Key words: Sheep, callipyge gene, heterozygote
89
AGUS SUPARYANTO: Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callypyge pada Domba
dari asam amino itu sendiri, tetapi material lain yang tahun kemudian baru diketahui bahwa sifat pertumbuhan
melekat dalam membentuk struktur daging yang dalam tersebut dikontrol oleh gen yang disebut gen Callipyge.
hal ini adalah lemak. Oleh sebab itu seleksi ternak yang Sampai saat ini telah disimpulkan bahwa gen tersebut
mengarah untuk mereduksi lemak tubuh menjadi merupakan gen tunggal dominan autosomal (SNOWDER
perhatian yang serius agar mendapatkan produk yang et al., 1994). Proyeksi jangka panjang bahwa gen ini
aman, efisien, ekonomis dan memiliki resiko kesehatan diharapkan dapat dikloning untuk tujuan yang lebih
yang baik. bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.
Namun bila tekanan seleksi begitu kuat, akan Callipyge berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
menghasilkan individu dengan gen-gen yang telah atas dua suku kata yaitu Calli yang berarti indah,
mengalami mutasi. Alel-alel mutan tidak dapat dibuang cantik, elok dan pyge memiliki arti pantat/pinggul.
begitu saja karena bertindak sebagai penanda untuk Sehingga secara harfiah penggunaan istilah tersebut
sifat tertentu. Fungsi gen mutan ini diperkirakan memiliki makna sebagai pinggul yang indah
menyediakan bahan dasar kehidupan yang cocok untuk (CARPENTER et al., 1996 dan COCKETT et al., 1997).
kondisi lingkungan akibat pengaruh seleksi. Segi Akibat superior pejantan pembawa gen tersebut maka
fenomena alam menunjukkan bahwa domba-domba pejantan yang bersangkutan diberi julukan sebagai
jantan yang diseleksi ketat terhadap besarnya pinggul "Solid Gold" (COCKETT et al., 1998). Pelambangan atau
mampu menghasilkan kelompok domba dengan notasi nama gen Callipyge yang sedang diusulkan oleh
kandungan lemak daging rendah. Ternyata sifat JACKSON et al. (1997a) dan telah digunakan oleh
tersebut diturunkan kepada anak-anaknya. Pembawa beberapa peneliti baik sebelum maupun sesudah tahun
sifat tersebut adalah gen tunggal yang dikenal dengan diusulkan adalah untuk gen Callipyge digunakan notasi
nama Callipyge. "CLPG" dan untuk gen normal notasinya adalah "clpg"
Makalah ini menyampaikan ekspresi dan (SNOWDER et al., 1994 dan 1998; COCKETT et al.,
karakteristik gen Callipyge. Meskipun untuk sementara 1998; MEYER et al., 1998; DUCKETT et al., 2000).
bangsa domba yang membawa single gen tersebut Eksplorasi terhadap gen Callipyge berjalan
adalah domba jantan bangsa Dorset, namun pemahaman sebagaimana gen-gen tunggal lainnya; yang agak
ini diharapkan akan menjadi referensi pemulia dalam spesifik adalah pola segregasinya. Pola ini tidak bisa
menyeleksi dan mengidentifikasi keberadaan gen disamakan dengan gen lain yang sebelumnya telah
tersebut bagi domba di Indonesia. teridentifikasi, seperti gen otot ganda pada sapi, babi
maupun angsa (SPECK et al., 1998; FAHRENKRUG et al.,
1999); ataupun Bovine Calcium Activated Neural
ASAL-USUL GEN CALLIPYGE Protease (CAPN1) sebagai kandidat gen yang diduga
memiliki peran dalam mempengaruhi keempukan
Beberapa publikasi ilmiah melaporkan bahwa daging sapi (SMITH et al., 2000). Peranan gen Callipyge
pertama kali diketahui keberadaan gen Callipyge ada sangat penting karena memiliki nilai ekonomi tinggi
pada sekelompok domba Dorset hasil seleksi ketat yang bagi industri peternakan seperti halnya pada gen
dilakukan oleh peternak di Oklahoma-Amerika. Domba- keratin yang berperan dalam mengekspresikan sifat
domba tersebut merupakan domba pilihan dari industri kualitas wool yang dihasilkan (PARSONS et al., 1996).
peternakan yang pada awalnya ditujukan untuk Beberapa publikasi melaporkan bahwa gen
mendapatkan sifat produksi tinggi dengan kadar lemak Callipyge sepintas identik dengan gen otot ganda
tubuh rendah, terutama pada karkas bagian belakang (double muscle) pada sapi bangsa "Belgian Blue" dan
yaitu pada lingkar paha dan daerah pinggul domba. bangsa lainnya seperti Charolais, Limousin dan
Perkembangan selanjutnya ternyata bagian tersebut Simmental, karena sama-sama meningkatkan persentase
memiliki sifat pertumbuhan jaringan sel lebih secara karkas segar dan kandungan lemak yang rendah
hipertrophi yaitu pertumbuhan jaringan dengan cara (JACKSON et al., 1997a; SPECK et al., 1998). Perbedaan
membesarkan ukuran sel lebih dari ukuran normalnya. terjadi pada karakter mutasi gen, karena menurut
Kepadatan otot dalam daging yang jauh lebih tinggi laporan JACKSON et al. (1997a) bahwa sifat mutasi dari
dan kandungan lemak marbling yang rendah memiliki tetua ke anak pada gen otot ganda tidak konsisten.
nilai pasar atau ekonomi yang tinggi (CARPENTER et al., Dalam arti bahwa diantara kondisi biologis dari
1996; COCKETT et al., 1997; JACKSON et al., 1997a; bangsa-bangsa sapi yang berbeda akan menghasilkan
SPECK et al., 1998). pola mutasi yang berbeda sifatnya. Sebagai contoh
Sifat pertumbuhan hipertrophi pada potongan bangsa sapi di Inggris mengekspresikan gen otot ganda
karkas bagian belakang (pinggul dan paha) baru hanya sebagian, itupun bersifat resesif. Sedangkan pada
ditemukan pada pertengahan dasawarsa sembilan bangsa sapi Pidmontese keadaan gennya bersifat
puluhan, dimana efek positif yang ditimbulkan adalah dominan, padahal kedua bangsa sapi Inggris dan Eropa
besarnya laju pertumbuhan jaringan sel otot sebesar tersebut memiliki lokus untuk gen otot ganda
dua kali dari pertumbuhan normal (CARPENTER et al., (JACKSON et al., 1997a).
1996). Melalui penelitian yang lebih intensif, beberapa
90
WARTAZOA Vol. 12 No. 3 Th. 2002
KEBERADAAN GEN CALLIPYGE DAN POLA segregasi pejantan yang memiliki fenotipik Callipyge
SEGREGASI dengan induk yang normal (COCKETT et al., 1997).
Sebagaimana yang disampaikan dalam Gambar 1,
Keberadaan gen Callipyge ternyata diturunkan tampak bahwa hasil perkawinan antara jantan pembawa
dari domba jantan heterosigot, yang pada awalnya carier (CLPG/CLPG) dengan induk normal (clpg/clpg)
terdapat pada domba bangsa Dorset. Domba berfenotipik akan menghasilkan anak generasi pertama (F1) 100%
Callipyge merupakan individu karier yang diyakini sebagai individu Callipygous (CLPGJ/clpgB), baik pada
sebagai gen yang dapat meningkatkan kualitas daging anak jantan maupun betina. Proporsi tersebut oleh
domba, terutama potongan karkas pada bagian COCKETT et al. (1997) dicoba untuk dibuktikan. Dari
belakang. Melalui bantuan teknologi biologi molekuler hasil pengamatan yang diperoleh ternyata sedikit lebih
yaitu dengan memanfaatkan peta transkrip manusia dan rendah. Besarnya rasio yang dilaporkan adalah 95:5,
organisasi genom yang ada didapatkan, bahwa tata dengan rincian dari 83 anak domba yang lahir ternyata
letak gen tersebut terdeteksi pada kromosom ke-18 79 ekor anak Callipygous, sedangkan 4 ekor sisanya
namun posisi yang tepat belum tuntas diketahui. adalah ternak normal.
Daerah pengkode tersebut memiliki kesamaan dengan Apabila anak F1 tersebut saling disilangkan
manusia yang berada pada kromosom ke-14 dan mencit (perkawinan interse) maka secara teori harapan untuk
pada kromosom ke-12. mendapatkan anak generasi kedua (F2) dengan variasi
Marka genetik yang digunakan untuk melacak genotipa: CLPGJ/CLPGB, CLPGJ/clpgB, clpgJ/CLPGB
keberadaan gen adalah dengan mikrosatelit, yaitu suatu dan clpgJ/clpgB, dengan rasio 3:1. Rasio ini akan men-
teknik marka dengan urutan DNA berulang. Nama cerminkan kondisi 3 bagian (75%) merupakan anak
marka (marker) mikrosatelit yang dimaksud bersandi Callipygous dan 1 bagian (25%) anak normal. Namun
CSSM18 dan TGLA122 (FREKING et al., 1998). hasil akhirnya tidak demikian, karena beberapa laporan
Penggunaan marker tersebut ternyata menghasilkan penelitian menunjukkan adanya proporsi yang justru
kesamaan tipe gen lain yang oleh NICOLL et al. (1998) kebalikannya yaitu 75% anak normal dan 25% anak
dilaporkan sebagai Carwell untuk domba di Australia. Callipygous. Timbulnya penyimpangan semu karena
Namun, disamping TGLA122 NICOLL et al. (1998) dia genotipa CLPGJ/CLPGB dan clpgJ/CLPGB yang bersifat
menggunakan pula Marker 2. Karakteristik dari marka dominan tidak mengekspresikan dirinya sebagai ternak
Marker 2 tersebut mirip dengan CSSM18 yang Callipygous tetapi sifat individunya muncul sebagai
digunakan FREKING et al. (1998). Dengan demikian ternak normal.
penggunaan marka mikrosatelit telah terbukti Hal yang mendasari munculnya penyimpangan
menyokong keberadaan gen Callipyge. Oleh karena itu diduga sebagai akibat peran alel CLPGB yang
marka tersebut disimpulkan dapat digunakan untuk merupakan hasil mutasi dari segregasi induk tertekan
melacak anak domba yang membawa gen Callipyge. untuk tidak memiliki peran sebagai kontrol di dalam
Secara fenotipik gen Callipyge memiliki mengaktifkan fungsi gen agar dapat terekspresi.
karakteristik pola segregasi yaitu sifat penurunan Sementara untuk genotipa CLPGJ/CLPGB sebagai
mutasi gen dari tetua kepada anaknya atau generasi ternak dominan, dimana diploitnya memiliki alel
berikutnya yang tidak mengikuti hukum Mendelian, homosigot menjadikan gen tidak dapat aktif karena alel
tetapi cenderung lebih bersifat polar overdominan CLPGJ tidak mampu menekan alel CLPGB yang sama-
(COCKETT et al., 1997; FREKING et al., 1998). Ternak sama dominan. Sebagaimana yang telah dijelaskan di
domba dengan fenotipik Callipyge merupakan individu atas bahwa ternak Callipygous adalah individu yang
yang heterosigot, artinya bahwa ternak tersebut heterosigot. Meskipun demikian untuk anak jantan
memiliki gen (CLPGJ/clpgB), dimana alel CLPG bergenotipa CLPGJ/CLPGB memiliki karakter sebagai
diperoleh dari pejantan karier (CLPG/CLPG) dan satu ternak karier, yang akan muncul sebagai ternak
alel lainnya yaitu clpg didapat dari hasil mutasi induk Callipygous dalam segregasi mutasi gen pada generasi
normal (clpg/clpg). Apabila perkawinan dilakukan berikutnya bila disilangkan dengan induk normal.
secara resiprokal (bolak-balik), tidak akan Pola mutasi hasil segregasi dari tetua jantan yang
mendapatkan hasil anak Callipygous yang sama besar. heterosigot (CLPGJ/clpgB) jika disilangkan dengan
Kebalikan perkawinan dengan posisi yakni pejantan betina homosigot resesif (clpgJ/clpgB) akan menghasil-
membawa gen normal (clpg/clpg) disilangkan dengan kan mutasi gen kepada anaknya dengan rasio yang sama
induk carier (CLPG/CLPG) tidak akan menghasilkan besar antara yang memiliki gen Callipyge dengan yang
anak Callipygous, tetapi hanya akan menurunkan anak normal. Di samping itu imbangan antara jantan maupun
domba yang normal (clpgJ/CLPGB). Hal ini betina yang memiliki gen Callipyge dengan yang
dikarenakan alel CLPG yang diturunkan dari induk normal juga memiliki rasio sama besar. Namun
tidak terekspresi dalam fenotipik anak. Oleh karena itu sebaliknya bila jantan homosigot (clpgJ/clpgB) disilang-
ternak Callipygous lebih besar ditentukan dari hasil kan dengan betina heterosigot (CLPGJ/clpgB) akan
mendapatkan hasil bahwa semua anak terlahir normal.
91
AGUS SUPARYANTO: Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callypyge pada Domba
CLPG/CLPG
Γ clpg (normal) Ε clpg
clpg/CLPG CLPG/clpg
(normal) (callipygous)
clpg/clpg
(normal)
Gambar 1. Pola segregasi hasil perkawinan domba jantan fenotipik Callipyge dengan betina normal menurut generasi anak yang
terlahir
Pengertian untuk di lapangan dapat dijelaskan kelamin anak maka proporsi pejantan Callipygous
bahwa domba jantan heterosigot (CLPGJ/clpgB) yang (44%) dan normal (56%). Sedangkan rasio untuk anak
disilangkan dengan induk normal (clpgJ/clpgB) akan betina fenotipik Callipyge sebesar 51,8% dan yang
menghasilkan anak Callipygous dan normal dengan normal 48,2%. Dengan demikian baik dilihat secara
perbandingan 1:1. Pembuktian JACKSON et al. (1997a) total maupun menurut jenis kelamin maka rasio mutasi
yang menyilangkan sebanyak 236 ekor induk normal gen bagi ternak Callipygous dengan normal adalah 1:1.
(clpg/clpg) dengan 3 ekor pejantan keluarga tiri (15/16 Rasio tersebut diatas jelas menunjukkan telah
Rambouilet 1/16 Dorset) yang membawa karier terjadi penyimpangan prinsip dasar genetika yang
(CLPG/clpg), didapatkan anak sebanyak 311 ekor. dipelopori Mendel, dimana rasio harapan yang didapat
Setelah penyapihan dilakukan pelacakan gen dengan sebesar 3:1. Sistem mutasi gen CLPG yang selalu
mikrosatelit, hasil yang didapat bahwa rasio anak diturunkan oleh pejantan telah membuat dugaan bahwa
pembawa mutasi gen CLPG sebesar 48,2% sedangkan gen Callipyge dikategorikan sebagai single gene (gen
yang normal adalah 51,8% yang secara statistik tidak tunggal). Dasar pertimbangan lain bertolak pada
berbeda nyata (P>0,1). Apabila dilihat menurut jenis pendapat GOODENOUGH (1988), dimana kaidah
92
WARTAZOA Vol. 12 No. 3 Th. 2002
pertama bunyi hukum Mendel yang mempertelakan 1997a; MEYER et al., 1998; SNOWDER et al., 1998;
bahwasanya semua gamet yang dihasilkan dari tetua DUCKETT et al., 2000). Namun demikian ekspresi gen
jantan dan betina mempunyai kesempatan yang sama yang ditunjukkan dari laju pertumbuhan anak domba
besar untuk saling memberikan kontribusi dalam proses masih beragam. Dilaporkan MEYER et al. (1998) bahwa
fertilisasi dan gamet yang dominan akan menutupi dari dua genotip anak domba (normal dan Callipygous)
ekspresi sifat resesif untuk diekspresikan. Akan tetapi belum dapat dibedakan secara nyata kecepatan laju
sifat gen Callipyge adalah dominan sebagai supresor pertumbuhan selama masa pra-sapih. Hal yang sama
bila hanya diturunkan dari pejantan. Efeknya akan juga dilaporkan DUCKETT et al. (2000) bahwa domba
terekspresi bila bertemu dengan gamet dari induk yang pembawa gen CLPG (Callipygous) pada saat baru lahir
resesif. Sementara untuk berpasangan dengan gamet hingga mencapai umur ± 3 minggu masih
dominan dari induk (over dominan) tidak akan muncul memperlihatkan penampilan fenotip yang sama dengan
sifat Callipygous, akan tetapi sifat anak jantannya ternak normal.
memiliki karier sebagai ternak Callipygous bila kelak Hal tersebut diduga karena perkembangan otot
dikawinkan dengan betina normal. masa pra-sapih masih dalam tahap hiperplasia
Pembuktian adanya bentuk penyimpangan yang sementara secara hipertropi baru dicapai pada anak
lebih ekstrim yang terjadi pada hasil persilangan antar domba setelah lepas sapih (MEYER et al., 1998;
individu heterosigot Callipygous (CLPGJ/clpgB) DUCKETT et al., 2000). Hasil laporan DUCKETT et al.
memperkuat teori penyimpangan semu. Hasil pelacakan (2000) tentang pertumbuhan anak domba dari dua tipe
gen terhadap 82 anak domba yang lahir dari persilangan tersebut di atas secara rinci tersaji pada Tabel 1.
antar kedua tetua heterosigot Callipygous, ternyata Sejalan dengan perihal di atas, menurut laporan
diperoleh proporsi 22% anak Callipygous dan 78% JACKSON et al. (1997a) menunjukkan bahwa tingkat
normal (COCKETT et al., 1997). perbedaan fenotip didapat setelah anak domba
mencapai umur 4 sampai 6 minggu. Dengan catatan
bahwa perbedaan yang nyata tersebut baru diperlihatkan
LAJU PERTUMBUHAN setelah anak domba diberi pakan konsentrat berkadar
protein kasar 12%. Hasil yang lebih lambat dilaporkan
Pertumbuhan sering kali diukur dari pertumbuhan SNOWDER et al. (1998), sebagai bukti bahwa anak
dan perkembangan bobot badan per satuan waktu domba yang Callipygous secara fenotip baru dapat
tertentu (BERG dan BUTTERFIELD, 1976). Kondisi dibedakan dengan yang normal setelah anak domba
tersebut dapat dimengerti karena BRODY (1974) mencapai umur 10 minggu.
mengukur pertumbuhan dengan dua cara yaitu (1) Laju pertumbuhan anak yang normal dengan yang
pertumbuhan yang diukur berdasarkan pertambahan membawa sifat fenotip Callipyge secara statistik tidak
bobot badan, dan (2) pertumbuhan didasarkan atas berbeda nyata, namun bila laju pertumbuhan tersebut
perubahan ukuran-ukuran tubuh atau rasio komposisi dikaitkan dengan jenis kelamin maka anak jantan nyata
tubuh. Bobot badan hidup menjelang dipotong sangat memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi 360 g/hari
berguna untuk tujuan komersial, karena ukuran dibanding dengan anak betina yang hanya 270 g/hari.
pertumbuhan dapat digunakan untuk memprediksi Sementara pada saat sapih, anak jantan domba yang
besarnya nilai efisiensi waktu dan komponen ternak normal memiliki bobot badan sedikit lebih tinggi yaitu
yang dapat dikonsumsi yaitu karkas dengan jaringan 20,7 kg sedangkan anak jantan Callipygous hanya 20,3
otot atau daging sebagai komponen utamanya kg. Untuk anak betina, bobot sapih dari dua tipe domba
(BUTTERFIELD, 1988). tersebut ternyata memiliki bobot badan yang sama
Beberapa laporan penelitian cenderung menunjuk- yaitu 19,7 kg (JACKSON et al., 1997a).
kan bahwa bobot lahir antara anak normal dengan
Callipygous tidak berbeda nyata (JACKSON et al.,
Tabel 1. Rataan umur dan variasi bobot anak domba Callipygous dan normal
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada baris dan lajur yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Sumber: DUCKETT et al. (2000)
93
AGUS SUPARYANTO: Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callypyge pada Domba
RESPON TERHADAP EFISIENSI PAKAN pakan NDR dan CDRn, tetapi kedua genotipa tersebut
nyata (P<0,05) lebih rendah dari CDRc (3,8 kg per kg
Kebutuhan nutrisi domba (protein dan energi) pertumbuhan). Dari hasil tersebut ternyata gen
tergantung pada beberapa faktor termasuk bobot badan Callipyge tidak dipengaruhi oleh bangsa maupun jenis
hidup, pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan. kelamin anak.
SUPARNO (1998) yang mengutip dua pendapat Efisiensi pakan yang dilaporkan oleh JACKSON et
sebelumnya ORSKOV et al. (1976) serta DONELLY dan al. (1997a) menunjukkan bahwa anak domba baik
HUTTON (1976) mengatakan bahwa peningkatan jantan maupun betina yang Callipygous memiliki nilai
protein dalam pakan dapat meningkatkan kandungan konversi pertambahan bobot badan terhadap konsumsi
air, protein dan abu tubuh serta menurunkan lemak pakan yang lebih baik. Disamping itu anak-anak domba
tubuh. Sementara nilai pakan tergantung pada besarnya Callipygous mengkonsumsi pakan yang lebih sedikit
kehilangan nutrien selama proses digesti, absorbsi dan dibanding dengan anak domba normal (Tabel 2).
metabolisme. Ternak yang mampu memperkecil CARPENTER et al. (1996) mencoba memberikan
kehilangan nilai nutriennya selama proses pencernaan pakan untuk anak domba lepas sapih dengan pakan
berlangsung akan memiliki nilai konversi yang tinggi. komersial setempat. Menjelang akhir umur potong,
Hasil pengamatan SNOWDER et al. (1994) pola pakan anak domba diubah dengan komposisi
terhadap 33 anak domba kastrasi (wether) dari genotipa 85,5% jagung giling dan 14,5% berbentuk pelet hasil
NDR, CDRn, CDRc, CDCn, CDCc, CDSn dan CDSc campuran dari bahan vitamin, mineral, alfalfa kering
yang ditempatkan ke kandang pen dan diberi pakan yang telah dichoper. Secara nutrisi, pakan tersebut
55% jagung giling dan 45% pellet hasil campuran memiliki kandungan protein kasar 12,2% dengan
(mix) alfalfa, mineral dan vitamin. Pakan diberikan energi metabolik (ME) sebesar 2,94 Mcal/kg. Pakan
selama 28 hari dengan masa transisi 14 hari dan anak diberikan secara tak terbatas (ad libitum) selama 56
dikelompokkan menurut jenis kelamin menunjukkan hari hingga ternak dipotong. Umur potong adalah 8−9
bahwa ternak domba genotipa CDRc (1,9 kg per kg bulan dengan rataan bobot badan 59 ± 1 kg. Hasil akhir
pertumbuhan) nyata (P<0,05) lebih efisien dalam pengamatan menunjukkan bahwa domba Callipygous
mengkonversi pakan menjadi pertumbuhan jaringan dapat meningkatkan efisiensi pakan karena adanya
tubuh (bobot badan). Sementara anak jantan CDSn perbedaan yang signifikan pada jaringan dan komposisi
memiliki efisiensi yang lebih baik bila dibanding otot.
dengan anak betina. Lebih jauh dijelaskan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) nilai efisiensi
Tabel 2. Rataan kuadrat terkecil penampilan efisiensi pakan pada anak domba normal dengan pembawa CLPG
PENAMPILAN KARKAS DAN ORGAN BAGIAN terhadap proporsi antara jaringan otot, lemak dan
DALAM tulang. Jika proporsi otot lebih tinggi dari rataan
umumnya maka salah satu atau kedua komponen
Faktor genetik dan lingkungan mempunyai lainnya (lemak dan tulang) akan mengalami penurunan
hubungan yang saling terkait, dimana untuk dapat (BERG dan BUTTERFIELD, 1976).
mengekspresikan kapasitas genetik individu secara Kondisi bobot hidup dari dua genotipa sebelum
sempurna, diperlukan kondisi lingkungan yang ideal. dipotong menunjukkan bobot yang tidak berbeda nyata
Faktor lingkungan sendiri dapat dibagi menjadi dua (P>0,05), pada anak domba normal memiliki bobot
kategori yaitu faktor fisiologi dan nutrisi (SUPARNO, 52,2 kg sedangkan untuk anak domba Callipygous
1998). Latar belakang pakan akan sangat berpengaruh bobot badannya adalah 52,8 kg. Persentase karkas
94
WARTAZOA Vol. 12 No. 3 Th. 2002
segar pada anak domba normal nyata (P<0,05) lebih Pada Tabel 3 tampak bahwa berat organ dalam
rendah dari domba Callipygous (JACKSON et al., 1997b; dari dua pengamatan memberikan hasil bobot organ
MEYER et al., 1998). Demikian juga pada persentase jantung, hati, ginjal dan paru-paru pada anak domba
karkas yang telah dilayukan, anak domba Callipygous normal relatif lebih tinggi dari anak domba pembawa
memiliki persentase yang lebih tinggi dari anak domba CLPG, namun secara statistik tidak nyata (P>0,05).
normal (JACKSON et al., 1997b). Lebih jauh SNOWDER Adanya perbedaan bobot ginjal yang ekstrim dari dua
et al. (1994) menjelaskan bahwa persentase karkas sumber pengamatan tersebut disebabkan karena MEYER
segar akan naik hingga 5−8% bagi anak domba et al. (1998) menimbang berat ginjal dengan lemak
Callipygous dibanding dengan anak domba normal. yang melekat pada ginjal, sedangkan JACKSON et al.
(1997c) hanya komponen ginjal.
Tabel 3. Penampilan karkas dan organ bagian dalam antara anak domba pembawa CLPG dengan nornal
95
AGUS SUPARYANTO: Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callypyge pada Domba
semitendinosus, adductor, semimembranosus, rectus hingga 69 kg baru dapat memperlihatkan adanya fungsi
femurus dan peronius tertius memiliki bobot yang gen tersebut. Hal ini dapat diketahui dari ekspresi
secara statistik nyata (P<0,05) lebih tinggi pada ternak fungsi gen, dimana ternak Callipygous memiliki berat
Callipygous. Hasil yang sama terjadi pada kelompok otot 40% nyata lebih tinggi dari ternak domba normal
lain yang masih satu bagian yaitu kelompok vastus (DUCKETT et al., 2000).
yang terdiri dari vastus lateralis, vastus medialis dan Dari Tabel 4 tampak bahwa hampir semua jenis
vastus intermedius. Lebih jauh JACKSON et al. (1997c) otot paha pada anak domba pembawa CLPG memiliki
menjelaskan bahwa otot superficial gluteal merupakan bobot yang sangat nyata (P<0,01) dibanding dengan
otot tunggal karena susahnya memisahkan serat-serat anak domba normal. Satu-satunya otot yang diamati
yang ada dalam otot tersebut. tidak menunjukkan perbedaan nyata terjadi pada otot
Demikian juga anak domba yang baru mencapai Peronius tertius. Dari hasil tersebut maka dapat
bobot badan 7 kg, berat otot yang digunakan sebagai disebutkan bahwa gen CLPG memiliki fungsi untuk
indikator keberadaan gen CLPG pada ternak mempercepat pertumbuhan otot secara hipertropi.
Callipygous yang berasal dari kelompok jaringan otot Superficial gluteal memiliki tingkat perbedaan
seperti Longissimus, Semimembranosus dan yang cukup dramatis yaitu 63%, sedangkan untuk
Supraspinatus tidak menunjukkan perbedaan yang adductor sebesar 47% yang diekspresikan oleh anak
nyata dengan anak domba normal. Ini berarti bahwa domba karier. Tingkat perbedaan jenis otot lain yang
keberadaan gen CLPG sebagai pembawa sifat fenotipik diamati dapat dilaporkan bahwa otot tensor facia latae
Callipyge pada kisaran bobot tersebut di atas belum memiliki tingkat perbedaan yang paling kecil yaitu
aktif sehingga gen yang ada belum mampu mencapai 22,3%, sementara tingkat perbedaan otot-otot
mengekspresikan fungsi yang sesungguhnya. Namun lainnya mencapai 23 dan 63% lebih besar berasal dari
setelah bobot badan domba tersebut mencapai berat 20 anak domba karier (JACKSON et al., 1997c).
Tabel 4. Perbandingan penampilan bobot dari berbagai jenis otot domba pada anak domba pembawa CLPG dan normal
Selain otot tersebut di atas, dilaporkan juga bahwa MEYER et al. (1998), bahkan lebih lanjut dijelaskan
otot supraspinatus pada domba karier diyakini sebagai bahwasanya efek gen CLPG tampak lebih dramatis
otot yang tidak mengalami hipertropi, lebih jauh hasil pada otot longisimus setelah dagingnya digiling
penelitian CARPENTER et al. (1996) melaporkan bahwa maupun dibakar.
otot-otot seperti semitendinosus, longisimus dan Hasil yang didapat oleh CARPENTER et al. (1996)
gluteus medius telah mengalami pertumbuhan secara menunjukkan bahwa berat otot semitendinosus dari
hipertropi pada anak domba Callipygous. Pendapat anak domba Callipygous adalah 14% nyata (P<0,05)
yang sejalan dengan hal ini juga disampaikan oleh lebih tinggi dari ternak domba yang normal. Hasil yang
96
WARTAZOA Vol. 12 No. 3 Th. 2002
lebih tinggi dilaporkan SNOWDER et al. (1998) memiliki persentase yang lebih tinggi pada kelompok
mencapai angka 29% yaitu dari 100 g pada domba serat fast-twitch glycolytic (FG) tetapi lebih rendah
normal vs 129 g pada domba Callipygous. Sementara persentasenya pada slow-twitch oxidative (SO) dan
hasil laporan MEYER et al. (1998) mendapatkan laju fast-twitch oxidative glycolytic (FSO). Namun
perbedaan berat otot semitendinosus hanya 22%, hasil demikian anak domba Callipygous mempunyai
ini lebih rendah dari SNOWDER et al. (1998) namun diameter serat otot yang lebih besar pada kelompok
lebih tinggi bila dibandingkan dengan laporan serat FG dan FOG tetapi lebih kecil pada SO dibanding
CARPENTER et al. (1996). Pada bagian lain yaitu rusuk domba normal.
ke 12 yang biasa disebut sebagai rib eye area 31% Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa otot supraspinatus
lebih besar pada anak domba Callipygous. Dengan tidak berbeda baik besarnya persentase maupun diameter
demikian hasil-hasil tersebut di atas telah mendasari serat dari kedua genotipa domba yang teruji pada
pengertian bahwa pertumbuhan jaringan otot paha kelompok serat otot FG. Kondisi ini sangat kontras
cenderung berjalan secara hipertropi, meskipun pada dengan otot lainnya, karena kelompok FG baik pada
awalnya pertumbuhannya berjalan secara hiperplasia. longisimus maupun gluteus medius dari anak domba
Persentase tipe serat otot dan rataan diameter serat Callipygous, persentase dan diameter serat FG nyata
otot dari kedua genotipa anak domba berbeda. Menurut (P<0,01) lebih tinggi dibanding anak domba normal.
CARPENTER et al. (1996) bahwa anak domba Callipygous
Tabel 5. Penampilan otot dan serat dari domba Callipygous dan normal
97
AGUS SUPARYANTO: Mengenal Ekspresi dan Karakteristik Gen Callypyge pada Domba
98
WARTAZOA Vol. 12 No. 3 Th. 2002
MEYER, H.H., S. HARIBASKAR, A.M. ABDULKHALIQ, and J.M. SNOWDER, G.D., J.B. BUSBOOM., N.E. COCKETT, F. HENDRIX,
THOMPSON. 1998. Callipyge gene effects on lamb and V.T. MENDENHALL. 1994. Effect of the Callipyge
growth, carcass traits, muscle weights and meat gene on lambs growth and carcass characteristic.
characteristics. In. 6th World Cong. on Genetics Editors C. Smith, J.S. Gavora, B. Benkel, J. Chesnais,
Applied to Livestock Production, 25: 161-164. W. Fairfull, J.P. Gibson, B.W. Kennedy, E.B.
Burnside. In. Proc. of the 5th World Cong. on
NICOLL, G.B., H.R. BURKIN, T.E. BREAD, N.B. JOPSON, G.J. Genetics Applied to Livestock Production, 18: 51-54.
GREER, W.E. BAIN, C.S. WRIGHT, K.G. DODDS, P.F.
FENNESSY, and J.C. MCEWAN. 1998. Genetic linkage SNOWDER, G.D., S.K. DUCKETT, and N.E. COCKETT. 1998.
of microsatelite markers to the carwell locus for rib Muscle growth rates of Callipyge and normal lambs.
eye muscling in sheep. In. 6th World Cong. on In. 6th World Cong. on Genetics Applied to Livestock
Genetics Applied to Livestock Production, 26: 529- Production, 25: 109-112.
532.
SPECK, P.A., W.S. PITCHFORD, and J.N. CLARKE. 1998.
PARSONS, Y.M., D.W. COOPER, and I.R. PIPER. 1996. Genetic Quantitative and molecular approaches to manipulate
variation in Australian Merino sheep. Anim. Gen., 27: carcase composition in farm animals: A major quality
223-228. determinat. In. 6th World Cong. on Genetics Applied
to Livestock Production, 25: 149-156.
SMITH., T.P.L., E. CASAS, C.E. REXROAD III, S.M. KAPPES,
and J.W. KEELE. 2000. Bovine CAPN1 maps to a SUPARNO. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke 3.
region of BTA29 containing a quantitative trait locus Gajah Mada University Press.
for meat tenderness. J. Anim. Sci. 78: 2589-2594.
99