Anda di halaman 1dari 4

Great Sumatran Fault

(Berkah dibalik Ancaman Gempa 26 Desember 2004)

Tema yang penulis pilih untuk diangkat menjadi sebuah gagasan dengan sudut

pandang atau pikiran dalam bentuk ulasan mengenai fakta maupun opini tentang bahaya

aktivitas seismik di sepanjang zona sesar sumatera ini sangat penting untuk dibahas oleh

geofisikawan, khususnya kita yang berada di Pulau Sumatera. Pulau Sumatera terletak

di zona aktif seismik, selain berada di zona subduksi, Pulau Sumatera juga memiliki

pola Strike-Slip Fault. Sesar Sumatera juga dikenal sebagai Sesar Semangko yang

membentang di sepanjang Pulau Sumatera. Zona sesar ini mengakomodasi sebagian

besar gerakan Strike-Slip yang terkait dengan konvergensi antara lempeng Indo-

Australia dan Eurasia. Gempa maha dahsyat pernah terjadi di Samudra Hindia tahun

2004 mengakibatkan tekanan di zona sesar sumatera meningkat pesat, terutama di

wilayah utara.

Urgensi penulisan ini adalah bagaimana penulis dan kita semua memahami

tentang bahaya aktivitas seismik di sepanjang sesar sumatera yang akan penulis bahas

melalui data dan informasi yang terkait dengan aktivitas seismik di pulau sumatera dan

dampaknya terhadap keberlangsungan hidup manusia, serta makna dibalik semua

bahaya atau ancaman, karena semua itu pasti terdapat sejuta berkah yang tersimpan

didalamnya yang dapat kita petik menjadi sepenggal pelajaran hidup.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bellier dan Sebrier (1995)

menunjukkan peningkatan slip-rate dextral di sepanjang Great Sumatran Fault (GSF).

Dengan asumsi bahwa bahaya seismik kira-kira sebanding dengan slip-rate, perbedaan
slip-rate menunjukkan bahwa bahaya seismik lebih tinggi di sepanjang utara dari pada

di Selatan Great Sumatran Fault (GSF).

Berdasarkan data kejadian gempa di sepanjang zona sesar sumatera telah terjadi

gempa besar pada 19 september 1936 yang berkekuatan Mw 7.2 di koordinat 3.685 ° N

97.535 ° E; pada 1943 terjadi gempa bumi alahan panjang pada 8-9 Juni 1943, gempa

ini merupakan gempa ganda dengan kekuatan Mw 7.2 dan 7.5 yang terjadi dalam kurun

waktu 7 jam, di Danau Singkarak; pada 2 april 1964 telah terjadi gempa di ujung utara

sumatera dan kota Banda Aceh dengan kekuatan Mw 7.0; pada Maret 2007 terjadi

Gempa bumi di Sumatra dengan kekuatan Mw 6.4 di Timur Laut Danau Singkarak;

selain itu gempa hebat terjadi pada 26 Desember 2004 di Samudra Hindia yang

mengakibatkan perubahan pada landform bumi, gempa maha dahsyat ini menyapu

hampir seluruh bagian daratan Aceh.

Berada di Pulau Sumatera merupakan suatu ancaman bagi penduduk lokal,

dengan risiko bahaya yang tinggi, karena Pulau Sumatera berada pada zona subduksi

menjadikannya memiliki gugusan gunung api yang terbentang di sepanjang Pulau

Sumatera yang sering kita sebut sebagai “Bukit Barisan”. Ada banyak gugusan gunung

api yang tentunya dapat membahayakan penduduk sekitar, mengancam harta benda,

properti, kearifan lokal serta kehidupan manusia,

Aktivitas gempa juga sering terjadi di zona sesar sumatera, ini tidak lain

dikarenakan Pulau Sumatera merupakan zona sesar besar. Terlepas dari semua itu, sisi

lain dari semua bencana dan bahaya ini menginsyaratkan bahwa ada berkah tersendiri

yang selama ini kita sebagai manusia lupa untuk membuka mata, contohnya saja setelah

kejadian gempa tektonik pada 26 Desember 2004 yang menghantam Aceh, 12 tahun

silam. Memberikan Aceh pesona baru, sebelumnya tidak ada yang peduli mengenai
bencana gempa, namun setelah kejadian gempa yang menghantam Aceh, ada begitu

banyak bantuan yang mengalir untuk Aceh, sehingga mata dunia terbuka untuk

memberikan Aceh bantuan, meskipun pada saat itu belum ada Undang-Undang yang

mengatur tentang kebebasan negara lain untuk dapat melewati kawasan territorial

perairan Indonesia, sehingga akan sulit untuk negara lain menyalurkan bantuan. Namun

dalam situasi yang darurat, Pemerintah Indonesia mulai membuat Peraturan Perundang-

Undangan mengenai Peran Lembaga Internasional non-pemerintah untuk dapat ikut

serta dalam penanggulangan bencana.

Sudut pandang lain yang dapat kita lihat, dalam hal ini penulis memandang dari

perspektif pertumbuhan masyarakat Aceh serta Laju Pembangunan Administratif

wilayah Aceh, dalam waktu kurang dari 10 tahun tsunami Aceh berlalu, pembangunan

Infrastruktur di Aceh begitu pesat, gedung-gedung yang hancur di telan tsunami kini

berdiri tinggi dan kokoh. Tentu adanya bantuan dan kerja sama Pemerintah Aceh

dengan Pemerintah Pusat serta bantuan yang diberikan oleh negara-negara asing. Tentu

ini merupakan hikmah tersendiri bagi Aceh, tatanan kota yang kini jauh lebih baik.

Setelah gempa 26 Desember 2004, ada begitu banyak sorotan mata dunia untuk

mempelajari Aceh, kenapa? Tentu ada sudut pandang lain dari bencana ini. Ada begitu

banyak penelitian yang dilakukan Oleh Peneliti Asing di kawasan Aceh, Penulis

memandang, hal ini tidak lain dikarenakan aceh memiliki sumber daya alam yang

terbentang luas. Selain itu, perlu kita semua ketahui bahwa tanah aceh begitu subur,

hutan aceh masih sangat bersih, sangat nyaman untuk anak cucu kita tempati,

menjaganyalah yang menjadi tugas kita semua. Ada begitu banyak sumber daya alam

yang terdapat di Aceh, yang dapat kita manfaatkan untuk kelangsungan hidup sehari-

hari, ada potensi panas bumi, minyak dan gas bumi, flora dan fauna, hutan yang lebat,
budaya yang kental serta identitas yang kuat. Penulis memandang bahwa semua ini

perlu orang untuk menjaganya, untuk melestarikannya, untuk memberdayakannya, serta

memanfaatkannya dengan cara yang bijaksana. Anak pribumi yang memiliki Sumber

Daya Manusia yang tinggi wajib menjalankan semua berkah yang telah alam titipkan

untuk kita.

Dari gempa 26 Desember 2004 dengan kekuatan Mw 9.2 cukup membuat kita

sadar dengan dampak yang terjadi bagi keberlangsungan hidup manusia,serta makna

dibalik semua bahaya dan ancaman yang terjadi agar kita dapat menarik pelajaran

didalamnya, seperti Firman Allah SWT dalam Surah Ar-Rum ayat 41: telah tampak

kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya

Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka

kembali (ke jalan yang benar).

Bencana maupun ancaman yang terjadi tetaplah menjadi sebuah proses alam

yang tidak dapat manusia hindari, tidak dapat manusia prediksi kapan bencana besar itu

akan terjadi lagi. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah untuk tetap menjaga alam yang

telah dititipkan kepada kita, memanfaatkan dengan cara yang bijaksana, karena alam ini

akan jauh lebih hancur ketika ada tangan-tangan manusia yang senantiasa merusak.

Karena manusia adalah predator bagi alam semesta ini, bencana apapun yang terjadi

tidak lain hanyalah sebagai sebuah akibat dari tangan-tangan kotor yang ingin merusak

alam ini.

Ditulis oleh: Maimunah Dewi (1404107010010) Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala

Anda mungkin juga menyukai

  • Wa0068.
    Wa0068.
    Dokumen2 halaman
    Wa0068.
    Monay Indica Caesalpinea Pulcerima
    Belum ada peringkat
  • CamScanner 24-07-2023 11.21
    CamScanner 24-07-2023 11.21
    Dokumen2 halaman
    CamScanner 24-07-2023 11.21
    Monay Indica Caesalpinea Pulcerima
    Belum ada peringkat
  • Berita Acara
    Berita Acara
    Dokumen2 halaman
    Berita Acara
    Monay Indica Caesalpinea Pulcerima
    Belum ada peringkat
  • Geologi Migas PDF
    Geologi Migas PDF
    Dokumen131 halaman
    Geologi Migas PDF
    Monay Indica Caesalpinea Pulcerima
    Belum ada peringkat