1.2 Etiologi
Penyebab dari GBS masih belum ditemukan, tetapi banyak ahli yang
berpendapat bahwa infeksi virus menyebabkan terjadinya reaksi
autoimun yang kemudian menyerang mielin saraf perifer (Smeltzer,
2002).
Akan tetapi, tidak ada jenis virus yang dapat diisolasi sejauh ini.Paling
banyak pasien yang terkena sindrom ini bermula dari infeksi pernapasan
atau gastrointestinal 1-4 minggu sebelum terjadi serangan penurunan
neurologis(Muttaqin, 2008). Selain itu, imunisasi, pembedahan,
penyakit Hodgkin atau limfoma lain dan lupus eritematosus merupakan
keadaan dan jenis penyakit yang mendahului sindrom tersebut (Price &
Wilson, 2006).
Penyebab spesifik sampai sekarang belum diketahui. Ada dua teori
mengenai penyebab dari guillain barre syndrome. Teori pertama
mengatakan bahwa guillain barre disebabkan karena infiltrasi virus ke
spinal dan kadang-kadang ke akar-akar saraf kranial. Teori kedua
mengatakan bahwa sindroma ini sebagai akibat dari respon autoimmun
dari tubuh yang mana di timbulkan oleh toksin atau agent infeksi yang
menimbulkan dimielintasi segmen dari saraf-saraf perifer atau kranial.
Penyakit ini umumnya menyerang seseorang yang berusia 30-50 tahun,
baik itu pria maupun wanita (Widagdo W, Suharyanto T, & Aryani R,
2008).
1.6 Komplikasi
1.6.1 Kegagalan jantung
1.6.2 Kegagalan pernapasan
1.6.3 Infeksi dan sepsis
1.6.4 Trombosis vena
1.6.5 Emboli paru
1.7 Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer C, et. all (2001) adapun penatalaksanaan GBS
antaralain:
1.7.1 GBS dipertimbangkan sebagai kedaruratan medis sehingga
pasien diatasi di ruang intensif.
1.7.2 Ventilator diberikan pada pasien GBS dengan masalah
pernapasan.
1.7.3 Pemantauan EKG kontinyu untuk kemungkinan perubahan
kecepatan atau ritme jantung.
1.7.4 Plasmaferesis (perubahan plasma) digunakan pada serangan
berat dan membatasi keadaan yang memburuk pada pasien dan
demielinisasi.
1.7.5 Propranolol untuk mencegah takikardi dan hipertensi oleh
disritmia jantung akibat keadaan abnormal autonom.
1.7.6 Atropin dapat diberikan untuk menghindari episode bradikardia
selama pengisapan endotrakeal dan terapi fisik.
2.1.2.6 B6 (Bone)
Penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat
kesadaran menurunkan mobilitas klien secara umum.
2.2 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
kelemahan progresif cepat otot-otot pernapasan dan ancaman gagal
pernapasan (Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahren. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria
hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC, 2011. Hal: 99).
2.2.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC
Tujuan: Pasien menunjukkan pola pernafasan efektif, yang
dibuktikan oleh status pernafasan, status ventilasi dan
pernafasan yang tidak terganggu : kepatenan jalan nafas dan
tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentang normal.
Kriteria hasil: tidak ada sesak napas, tidak menggunakan otot
bantu pernapasan, gerakan dada normal.
2.2.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
2.2.2.1 Kaji fungsi paru, adanya bunyi napas tambahan,
perubahan irama dan kedalaman, penggunaan otot-
otot aksesori
R/ Menjadi bahan parameter monitoring serangan
gagal napas dan menjadi data dasar intervensi
selanjutnya
2.2.2.2 Evaluasi keluhan sesak napas baik secara verbal
maupun nonverbal
R/ Tanda dan gejala meliputi adanya kesukaran
bernapas saat bicara, pernapasan dangkal dan
irregular, menggunakan otot-otot aksesoris, takikardi
dan perubahan pola napas
2.2.2.3 Lakukan pemeriksaan kapasitas vital pernapasan
R/ Kapasitas vital klien dipantau lebih sering dan
dengan interval yang teratur dalam penambahan
kecepatan pernapasan dan kualitas pernapasan,
sehingga pernapasan yang tidak efektif dapat
diantisipasi. Penurunan kapasitas vital dapat
dihubungkan dengan kelemahan otot-otot yang
digunakan saat menelan, sehingga hal ini
menyebabkan kesukaran saat batuk dan menelan, dan
adanya indikasi memburuknya fungsi pernapasan
2.2.2.4 Beri ventilasi mekanik
R/ Ventilasi mekanik digunakan jika pengkajian
sesuai kapasitas vital, klien memperlihatkan
perkembangan kea rah kemunduran, yang
mengindikasikan kea rah memburuknya kekuatan
otot-otot pernapasan
2.2.2.5 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
humidifikasi oksigen 3 l/mnt
R/ Membantu pemenuhan oksigen yang sangat
diperlukan tubuh dengan kondisi laju metabolisme
sedang meningkat
Widagdo, W., Suharyanto, T., & Aryanti, S. (2008). Asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: TIM
Banjarmasin, Desember 2017
Preseptor Akademik Preseptor Klinik