Di Susun Oleh :
Rahmad Adityawarman
SURABAYA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah ilmu
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga pembaca dapat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat penulisan......................................................................................2
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 45
4.2 Saran........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini kita akan membahas berbagai gangguan yang terdapat
dalam sistem imun antara lain AIDS, kompleks imun,dan alergi obat. Untuk
mengetahui berbagai gangguan yang terjadi pada sistem imunitas ini terdapat
beberapa macam tes laboratorium yang dapat dilakukan seperti human
imunnodeficiency virus (HIV 1/2). Antibody, acquired imunnodeficiency
syndrome (AIDS), HTLV, toxoplasma, entamoeba histolytica, pemeriksaan
quantitative IgA, IgG, IgM dan PEP (Protein Electrophoresis), serum dan urine.
Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih atau
limfosit. Sel tersebut adalah bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh, Sel ini
juga disebut sel T helper yang merupakan titik pusat system pertahanan tubuh.
Jika virus HIV membunuh sel CD4 sampai terdapat kurang dari 200 sel CD4 per
mikroliter darah, maka kekebalan seluler akan hilang. Infeksi ini awalnya
asimtomatik, tanpa diimbangi upaya intervensi maka dari waktu kewaktu jumlah
sel CD4 akan semakin rendah, sehingga membuka peluang infeksi sekunder dan
Seseorang yang tidak terinfeksi HIV biasanya memiliki sel CD4 antara 950 dan
1
1700 sel/mm3.19
terlalu lemah untuk melawan infeksi sehingga mereka akan mudah terkena
berbagai penyakit menular.1,3,9 AIDS dapat didiagnosis ketika jumlah sel sistem
kekebalan (sel CD4) dalam darah orang HIV positif di bawah tingkat tertentu.5,8
perantarai benda tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah atau
secara tidak langsung melalui kulit dan mukosa yang tidak intak. Setelah berada
dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat di
deteksi di dalam darah. Masa inkubasi HIV berkisar antara 6 minggu sampai 6
Getah Bening (KGB) setempat. Kemudian virus di sebarkan melalui viremia yang
disertai sindrom dini akut berupa panas, mialgia dan atralgia. Virus menginfeksi
sel CD4, makrofag dan sel dendritik dalam darah dan organ limfoid.
lebih dari 90 %. Karena tidak adanya pengobatan anti-HIV yang efektif, “case
fatality rate” dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara
AIDS.23
2
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam banyak
negara diseluruh dunia . Pada tahun 2007 United Nations Program on HIV / AIDS
yang hidup dengan infeksi HIV, Kasus baru terinfeksi HIV sebanyak 2.500.000
orang dan kematian AIDS sebanyak 2.100.000 orang. Pada setiap hari seluruh
dunia 6800 orang memperoleh HIV dan 5700 orang meninggal karena AIDS.10
Jumlah kasus AIDS selama tahun 2011 (1 April s.d. 30 Juni 2011) sebanyak
2352 kasus. Secara kumulatif kasus AIDS 1 April 1987 hingga 30 Juni 2011,
adalah: 26.483 orang, dengan jumlah kematian 5.056 orang.6
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) tahun 2010 merekomendasikan
sel/mm.3,10,11
Meskipun tidak ada obat untuk AIDS, infeksi HIV dapat dicegah, dan
mereka yang hidup dengan HIV dapat menggunakan obat antiretroviral untuk
menunda awal terjadinya AIDS. Obat antiretroviral menjaga jumlah HIV dalam
tubuh pada tingkat yang rendah, sehingga sistem kekebalan tubuh dapat pulih dan
aktif (highly active antiretroviral therapy, disingkat HAART). Terapi ini sangat
3
meningkat setelah pemberian HAART rata-rata mencapai 130 sel/µl dalam 6
bulan dan mencapai rata-rata 189 sel/µl dalam 12 bulan.46 Demikian pula
minggu pertama pemberian HAART terjadi peningkatan sel CD4 yang cepat
(sebelum HAART, jumlah CD4: 97 sel/ µL, setelah 16 minggu HAART menjadi :
pada penelitiannya di Terence Cardinal Cooke Health Care Center, New York,
dimana pada pasien HIV yang mendapat HAART dan di follow up setelah 3 bulan
CD4 :66 sel/ µL, setelah 3 bulan mendapat HAART, CD4: 132 sel/ µL).15 Song
pemberian HAART setelah 3 bulan ( sebelum HAART ,CD4: 182.3 sel/µL dan
setelah 3 bulan HAART, CD4: 187 sel/ µL) dengan nilai P < .0001.14
menarik bahwasanya dijumpai adanya hitung sel CD4 yang menurun ( sebelum
menemukan beberapa pasien dengan hitung sel CD4 yang menurun ( sebelum
HAART, jumlah CD4: 162 sel/µL,dan setelah 3 bulan HAART, jumlah CD4: 150
se/µL).47
Mengingat angka kejadian penyakit sistem imunitas ini yang cukup
banyak timbul pada masyarakat kita saat ini, maka kita perlu memahami tentang
beberapa penyakit sistem imunitas terutama pada tanda dan gejala yang terjadi
pada penyakit ini selain itu juga pemahaman terhadap berbagai tes yang dapat
menunjang ditegakkannya diagnosa penyakit ini sangat diperlukan. Hal inilah,
yang melatar belakangi disususnnya makalah mengenai sistem imunitas ini.
4
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran umum dari AIDS ?
2. Bagaimanakah gambaran umum dari kompleks imun ?
3. Bagaimanakah gambaran umum dari alergi obat ?
4. Bagaimana gambaran dari tes human imunnodeficiency virus (HIV 1/2).
Antibody, acquired imunnodeficiency syndrome (AIDS) ?
5. Bagaimana gambaran dari tes pemeriksaan quantitative IgA, IgG, IgM ?
5
BAB II
GAMBARAN UMUM PENYAKIT IMUNOLOGI
2.1. AIDS
2.1.1. Definisi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
2.1.2. Gejala
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang
yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi
tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya
dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV.
HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita biasanya
memiliki gejala oportunistik seperti sarkoma Kaposi, kanker leher rahim,
dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma.
6
Tabel. 1
Infeksi oportunistik atau kondisi ayng sesuai dengan criteria Diagnosis Aids
7
a. terdapat gejala klinis gangguan kognitif atau disfungsi otorik yang
mengganggu kerja atau aktivitas sehari-hari tanpa dapat dijelaskan oleh
penyebab lain selain infeksi HIV. Untuk menyingkirkan penyakit lain
dilakukan pemerikaan lumbal pungsi dan pemeriksaan pencitraan otak
(CT scan atau MRI)
b. berulang lebih dari 1 episode dalam 1 tahun
c. terdapat epnurunan berat badan lebih dari 10% ditambah diare kronik
(minimal 2 kali selama >30 hari), ata kelemahan kronik dan demam
lama(>30 hari, intermitten atau konstan) tanap dapat dijelaska oleh
penyakit atau kondisi lain selain HIV
2.1.3. Patogenesis
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus
mempunyai afinitas terhadap molekul CD4. limfosit CD4+ berfungsi
mengkoordinasi sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi
tersebutmenyebabkan gangguan respon imun yang progresif.
8
tahun namun lamanya bervariasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat
replikasi HIV tersebut, dengan demikian juga perjalanan kekebalan tubuh
pejamu, adalah heterogenitas kapasitas replikatif virus dan heterogenitas
intrinsik pejamu.
2.1.4. Patofisologi
Dalam tubuh ODHA, ppartikel virus bergabung dalam DNA pasien,
sehingga satu kali seseorang terkena virus HIV maka seumur hidup ia akan
tetap terinfeksi. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagia berkembang
masuk tahap Aids pada 3 tahun pertama, 50% sesudah 10 tahun pertama dan
sesudah 13 tahun hampir semua orang yang terinfeksi HIV menunjukkkan
gejala aids dan kemudian meninggal.
9
2.1.5. Tes HIV
1. Pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV
Teknik ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay)
Aglutinasi atau dot-blot assay
10
2.2.1. Definisi
Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila
kompleks antigen-antibody ditemukan dalam sirkulasi atau dinding
pembuluh darah, atau jaringan dan mengaktifkan komplemen. Antibody
yang berperan biasanya jenis IgM atau IgG. Komplemen yang diaktifkan
melepas Macrophage Chemotactic Faktor (C3a dan C5a) makrofag yang
dikerahkan ke tempat tersebut melepas berbagai mediator antara lain
enzim-enzim yang dapat merusak jaringan di sekitarnya.
11
Makrofag yang memakan kompleks imun dapat juga mengalami
kesulitan dalam menghancurkannya, sehingga makrofag dirangsang terus-
menerus untuk melepas berbagai sitokin yang juga bekerja secara autokrin.
12
B. Kompleks Imun Mengendap di Jaringan
Hal yang memungkinkan terjadinya pengendapan kmpleks
imun di jaringan ialah ukuran kompleks imun yang kecil dan
permeabilitas vascular yang meningkat, antara lain karena histamine
yang dilepas sel mast.
13
2.2.3. BENTUK REAKSI
Reaksi tipe III mempunyai 2 bentuk:
1. Reaksi Arthus (Bentuk Lokal)
Arthus yang menyuntikkan serum kuda ke dalam kelinci
intradermal berulangkali menemukan reaksi yang makin menghebat
di tempat suntikan. Mula-mula hanya terjadi eritem ringan dan
oedem dala 2-4 jam sesudah suntikan. Reaksi tersebut menghilang
keesokan harinya. Suntikan kemudian menimbulkan oedem dan
lebih besar dan suntikan ke 5-6 menimbulkan perdarahan dan
nekrosis yang sulit menyembuh. Hal trsebu disebut fenomena Arthus
yang merupakan bentuk reaksi dari kmpleks imun.
14
dan trombosit mulai dikerahkan di tempat reaksi dan menimbulkan
stasis dan obstruksi total aliran darah. Neutrofil yang diaktifkan
memakan kompleks imun dan bersama dengan trombosit yang
digumpalkan melepas berbagai bahan, seperti protease, kolagenase,
dan bahan vasoaktif. Akhirnya terjadi perdarahan disertai dengan
nekrosis jaringan setempat.
15
Sekitar 1-2 minggu setelah serum itu diberikan, timbul panas
dan gatal, bengkak, kemerahan, dan rasa nyeri di beberapa bagian
badan, sendi, dan kelenjar getah bening.
2.2.5. Diagnosa
1. Pemeriksaan fisik
* pembengkakan kuku / jari
* pucat
* Conjunctiva tampak pucat
* Quadriceps / tanda-tanda kelemahan paha
* Radang pada pergelangan kaki
2. Pemeriksaan laboratorium
* Indeks reseptor transferin menurun
* PCO2 dalam arterial darah menurun
* PO2 dalam arterial darah menurun
* Saturasi transferin menurun
* Sodium dalam sel darah merah menurun
* Factor IX / PTC menurun
* CSF eritrosit menurun
16
2.2.6. Penyakit Kompleks Imun
Kompleks imun lebih mudah untuk diendapkan di tempat-tempat
dengan tekanan darah yang meninggi dan disertai putaran arus (turbulence),
misalnya dalam kapiler gromelurus, bifurkasi pembuluh darah, pleksus
koroid dan ciliary body mata. Pada Sistemik Lupus Eritematosus (SLE),
ginjal merupakan tempat endapan kompleks imun. Pada Arthritid
Reumathoid, sel plasma dalam sinovium membentuk anti-IgG (factor
rheumatoid yang berupa IgM) dan menimbulkan kompleks imun.
17
Infeksi: malaria, virus Antigen mikroba Endapan
lepra berikatan dengan antigen kompleks imun di
berbagai tempat.
2.3.1. Definisi
Alergi obat adalah salah satu adversi yang ditimbulkan oleh obat
pada orang-orang yang sensitif. Alergi obat bentuknya sangat bervariasi.
Berdasarkan klinis bentuknya dapat berupa reaksi anafilaksis,
bronkospasme, dermatitis, demam, granulositopenis, anemia hemolitik,
hepatitis, lupus erythematosus-like syndrome, nefritis, pneumonitis,
trombositopenia, dan vaskulitis. Beberapa bentuk klinis dapat muncul dalam
waktu yang bersamaan. Mekanisme terjadinya reaksi ini masih
kontroversial, namun beberapa diantaranya diperantarai oleh pengaktifan
hapten-specific T cells (Kapsenberg 1996).
18
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
2. Reaksi tipe III disebut juga reaksi kompleks imun, terjadi bila kompleks
antigen-antibody ditemukan dalam sirkulasi atau dinding pembuluh
darah, atau jaringan dan mengaktifkan komplemen.
3. Alergi obat adalah salah satu adversi yang ditimbulkan oleh obat pada
orang-orang yang sensitif. Alergi obat bentuknya sangat bervariasi.
1.2. Saran
1. Pada makalah ini terdapat banyak kekurangan sehingga penulis akan
senang hati menerimakritik dan saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Suparman, dkk. 1991. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo,W dan Bambang Setiyohadi,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Dep. IPD FKUI.
20