1.Tenun Ulos
Kain ini adalah satu busana khas Indonesia, secara turun temurun ulos
dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera utara. Warna dominan pada
kain ini adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari
benang emas atau perak.
2.Tenun Gringsing
Tenun sumba adalah salah satu bentuk seni kerajinan yang dihasilkan oleh kum
perempuan dari Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kerajinan tenun itu berupa sehelai kain yang penuh hiasan dekoratif yang
indah, dengan disain menarik, komposisi harmonis, dan bentuk-bentuk ragam
hiasnya mempunyai karakteristik tersendiri.
4.Tenun Lurik
Kain lurik adalah salah satu kain tenun nusantara yang tumbuh dan
berkembang di Pulau Jawa.
Dan ada berbagai penemuan sejarah memperlihatkan bahwa kain tenun lurik
telah ada di Jawa sejak zaman pra sejarah. Ini dapat dilihat dari berbagai
prasasti yang masih tersisa, misalnya Prasasti peninggalan zaman Kerajaan
Mataram (851 – 882 M) menunjuk adanya kain lurik pakan malang. Prasasti
Raja Erlangga dari Jawa Timur tahun 1033 menyebutkan kain tuluh watu, salah
satu nama kain lurik. Dan lebih memperkuat pendapat bahwa tenun telah
dikenal lama di Pulau Jawa adalah pemakaian kain tenun pada arca-arca dan
relief candi yang tersebar di Pulau Jawa.
Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa adalah Yogya, Solo dan
Tuban.
5.Tenun Toraja
Kain Tenun Toraja merupakan Simbol yang khas keterikatan manusia dengan
alam dan lingkungannya dan salah satu warisan leluhur yang masih di jaga
kelestariannya sampai saat ini.
Kain Ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam budaya masyarakat
Toraja . Kain tenun memegang peranan penting dalam berbagai upacara adat,
juga berfungsi sebagai simbol kemakmuran dan kejayaan. Di masa lampau
hanya orang-orang tertentu saja yang mampu memiliki kain-kain tersebut
misalnya kaum bangsawan atau masyarakat ekonomi mampu. Untuk dapat
memiliki kain-kain tersebut mereka harus menukarnya dengan hewan ternak
misalnya kerbau yang secara ekonomi memiliki nilai tinggi dan seikat kain juga
digunakan untuk membayar pajak dan sebagai tanda perdamaian antara
kelompok-kelompok aristokrat yang berperang.