A. DEFINISI ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME Progresivisme merupakan filsafat yang dimulai pada tahun 1918. Filsafat ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini tidak mungkin benar di masa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan- tantangan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini. Melalui analisis diri dan refleksi yang berkelanjutan, individu dapat mengidentifikasi nilai-nilai yang tepat dalam waktu yang dekat. Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak (child-centered) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Progresifisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan penekanan pada perkembangan individual dan mencakup cita-cita seperti : a) Cooperation ,yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan. b) Sharing ,yaitu berbagi peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan. c) Adjustment ,yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang terjadi.
B. TOKOH-TOKOH ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME
Beberapa tokoh dalam aliran ini: George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff a) William James ( 1842-1910 ) b) John Dewey ( 1859-1952 ) c) Teori Dewey tentang sekolah adalah progresivisme yang lebih menekankan kepada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Cild Centered Curiculum”, dan “Cild Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.
C. PRINSIP-PRINSIP ALIRAN FILSAFAT PROGRESIVISME
Adapun prinsipnya yaitu: a) Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak. b) Subjek didik adalah aktif, bukan pasif. c) Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, ataupengarah. d) Sekolah adalah masyarakat kecil dari masyarakat besar. e) Sekolah harus kooperatif dan demokratif f) Aktivitas lebih focus pada pemecahan masalah, bukan untuk pengajaran materi kajian.
2. ALIRAN FILSAFAT PERENNIALISME
A. DEFINISI ALIRAN FILSAFAT PERENNIALISME Perenialisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau selalu. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang kepada nilai-nilai dan norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu kembali kepada kebudayaan masa lampau, “regressive road to culture”. Oleh sebab itu Perennialisme memandang penting peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya. Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Pola dasar pendidikan perennialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip umum dari teori dan praktek pendidikan yang dilaksanakan oleh penganut Perennialisme. Tujuan dari pendidikan, menurut pemikir perenialis, adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.
B. TOKOH-TOKOH ALIRAN PERENIALISME
Tokoh-tokoh aliran perenialisme seperti Plato(427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), St. Thomas Aquinas.
C. PRINSIP-PRINSIP ALIRAN FILSAFAT PERENNIALISME
Prinsip-prinsip umum ideal yang di maksud dalam aliran filsafat perenialisme berhubungan dengan nilai ilmu pengetahuan, realita dan moral yang mempunyai peranan penting dan memegang kunci bagi keberhasilan pembangunan kebudayaan saat ini. aliran ini memandang penting peranan pendidikan dalam hal mengembalikan kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan telah teruji kehebatannya ketika menahan arus keterbelakangan budaya. Dengan demikian, peranan pendidik/guru bagi perenialisme adalah mengajar dalam arti memberi bantuan kepada anak didik untuk dapat berfikir jelas dan mampu mengembangkan potensi-potensi yg ada pada diri anak didik.
3. FILSAFAT PENDIDIKAN ALIRAN ESENSIALISME
A. DEFINISI FILSAFAT PENDIDIKAN ALIRAN ESENSIALISME Awalnya, esensialisme merupakan suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trand-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di antara kaum muda. Esensialisme yang muncul pada zaman Renaissance tersebut memiliki ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Esensialisme menolak pandangan progresifisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah, fleksibel, partikular dan bahwa nilai-nilai itu relatif. Menurut esensialisme landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab dapat menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang tidak stabil dan tidak menentu ,bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah pendidikan. Karena itu,menurut esensialisme pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan yang telah diuji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini dengan perhitungan zaman renaisans, sebagai pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikiran yang disebut esensialisme. Esensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan realisme. Idealisme dan realisme secara bersama-sama mendukung esensialisme,tetapi tidak lebur menjadi satu,masing-masing aliran tidak melepaskan sifat utama masing-masing. Aliran filsafat esensialisme adalah aliran filsafat pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Aliran ini ingin mengembalikan kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan materialistic. Esensialisme berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut esensialisme,yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan dari waktu ke waktu karena itu esensialisme tergolong tradisionalisme. Tujuan pendidikan aliran ini adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakulmulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang. Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai berikut : a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia. c) Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan. d) Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan sekolah- sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah.
B. TOKOH-TOKOH ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell, Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831), George Santayana. Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sedangkan, George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu. Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai- nilai, namun juga tetap mengakui bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri.
C. PRINSIP-PRINSIP ALIRAN FILSAFAT ESENSIALISME
Prinsip – prinsip filsafat pendidikan aliran Esensialisme antara lain : 1) Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan menekankan pentingnya prinsip disiplin. 2) Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik. 3) Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan. 4) Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin mental. 5) Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap tuntunan demokrasi yang nyata. Pendidikan yg berjiwakan esensialisme terpusat pada guru atau pendidik 4. ALIRAN FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME A. DEFINISI ALIRAN FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu tanggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang. Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct, yaitu gabungan dari kata re- yang artinya kembali dan construct yang artinya membangun atau menyusun. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme banyak yang sepaham dengan aliran perenialisme, yang dikhususkan kepada keprihatinan para rekonstruksionis terhadap kehidupan manusia modern atau dengan kata lain menyebutkan adanya krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut berpandangan bahwa kehidupan manusia modern telah banyak mengalami kebobrokan, kerusakan, kebingungan, dan tidak menentunya prinsip manusia, sehingga manusia modern sudah banyak kehilangan jati diri mereka. Bedanya kedua aliran ini, jika aliran perenialisme berpandangan bahwa kebobrokan kehidupan manusia modern dapat diatasi dengan cara kembali ke dalam kehidupan yang masih menjunjung tinggi kebudayaan dan peradaban masa lampau, karena kaum perenialis berpandangan bahwa pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang ada dalam masa sebelumnya, sehingga perenialisme sering disebut juga dengan istilah tradisionalisme. Sementara, aliran rekonstruksionisme berusaha membina konsensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
B. TOKOH-TOKOH ALIRAN FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, yang memiliki keinginan yaitu ingin membangun masyarakat yang baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini antara lain adalah Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Menurut, Caroline Pratt mengungkapkan ide-ide dari Friedrich Froebel tentang sesuatu yang dapat memberikan anak-anak kesempatan untuk mewakili dunia mereka. Dia merancang unit blok yang menjadi bahan dasar di sekolah-sekolah di seluruh Amerika Serikat.
C. PRINSIP-PRINSIP ALIRAN FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME
Prinsip-Prinsip dalam Aliran Rekonstruksionisme : b. Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan Ras, kepercayaan, atau latar belakang ekonomi. c. Memberikan “pendidikan tinggi” –latihan akademik, professional, dan teknikal– kepada setiap mahasiswanya untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu dan teknologi yang diajarkan. d. Membuat sekolah-sekolah Amerika menjadi berperanan sangat penting sebagai satu bagian dari kehidupan nasional kita. e. Menyusun sebuah program pemuda untuk usia 17-23 tahun untuk membawa mereka dan sekolah aktif menuju pada berpartisipasi dalam masyarakat orang dewasa. f. Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah dalam waktu di luar sekolah untuk pertemuan-pertemuan pemuda, kegiatan-kegiatan masyarakat pendidikan orang dewasa. g. Bekerjasama penuh dengan semua lembaga masyarakat dan lembaga sosial menuju sebuah masyarakat demokratis yang sesungguhnya, tetapi dalam waktu yang bersamaan menjaga pendidikan yang bebas dari kekuasaan suatu kelompok atau kepentingan tertentu. h. Terus memperluas penelitian dan eksperimentasi pendidikan. i. Mengajak pemimpin-pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai bagian dari masyarakat dan masyarakat menjadi bagian dari sekolah.