Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus

Oral Candidiasis Pada Pasien Dengan Stres dan Kelelahan

Abstak
Oral Candidiasis (Trush) merupakan lesi pada mukosa mulut berupa plak
putih, dapat dikerok dan tidak sakit dengan penyebab jamur candida. Candidiasis
mulut seringkali terjadi pada mukosa bibir dan pipi, tetapi lesi jarang dijumpai
pada mukosa berkeratin banyak seperti gusi dan paltum keras. Candidiasis mulut
merupakan penyakit pada rongga mulut yang banyak terjadi dan dipicu
bermacam-macam faktor. Faktor yang dapat memicu terjadinya candidiasis mulut
antara lain kondisi kebersihan rongga mulut yang kurang baik, pemakaian
antibiotik spektrum luas, defisiensi nutrisi, merokok, dan pengaruh emosi (stress
dan kelelahan).
Sebuah kasus terjadi pada pasien mahasiswa perempuan berusia 22 tahun
dengan keluhan lidah terasa tebal dan tidak nyaman, secara teori akan dijelaskan.
BAB I
PENDAHULUAN

Kandidiasis mulut merupakan salah satu kelainan dari berbagai penyakit


yang disebabkan oleh jamur dari genus candida. Faktor predisposisinya antara lain
perubahan status imunologi host yang mliputi diskrasia darah atau keganasan,
orangtua atau bayi,terapi radiasi atau kemoterapi, infeksi HIV ataupenyakit
defisiensi imu lainnya, diabetes melitus, kehamilan, abnormal kelenjar endokrin,
hipotiroidsm atau hipopara tiroidismdan terapi kortikosteroid. Faktor yang
mengubah kondisi rongga mulut seperti xerotomia, pemakaian antibiotik, OH
buruk, malnutrisi, defisiensi vitamin, merokok, displasia epitel mulut
(Triwahyuni, 2005)
Kandidiasis mulut sendiri dibagi menjadi empat macam, yakni akut
pseudomembranus kandidiasis atau trush yang merupakan bentuk umum dari
penyakit kandidiasis mulut. Akut atropik kandidiasis yang merupakan kelanjutan
dari akut pseudomembranus kandidiasis yang penyebab utamanya yaitu
pemakaian antibiotik spektrum luas. Kronik atropik kandidiasis yang sering
diderita oleh pemakai denture akibat kurangnya kebersihan rongga mulut. Kronik
hiperplastik kandidiasis yang kemungkinan dapat memicu perkembangan epitel
karsinogenik mulut (Triwahyuni, 2005).
BAB II
LAPORAN KASUS

I. DATA PRIBADI
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

II. RIWAYAT KASUS


1. Keluhan Utama : Lidah terasa tebal dan tidak nyaman.
2. Riwayat Penyakit : Pasien mengeluh lidah bagian belakangnya terasa
tebal dan tidak nyaman, warna lidah pasien juga putih. Kondisi ini sudah
dirasakan pasien sejak ±1 minggu yang lalu. Pasien pernah merasakan hal
yang sama ±4 bulan yang lalu, sembuh tanpa diobati. Pasien mengaku
kondisi ini sering terjadi bila pasien sedang stress atau kelelahan. Saat ini
pasien merasa lidahnya tebal namun tidak sakit.
3. Keadaan Umum
TB/ BB : 155 cm / 59 kg
Keterangan : BMI = 24,6 (Overweight)
4. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi 6 bulan terakhir : -
5. a. Keadaan sosial : Baik
b. Kebiasaan buruk :-
6. Riwayat Keluarga:
Riwayat Penyakit :-
Hubungan dengan penderita :-

III. PEMERIKSAAN KLINIS


1. EKSTRA ORAL
a. Muka
a.1. Pipi Ka/Ki : N/N
a.2. Bibir Atas/Bawah : N/N
a.3. Sudut Atas/Bawah Ka/Ki : N/N
b. Kelenjar Saliva
b.1. Kelenjar Parotis Ka/Ki : N/N
b.2. Kelenjar Submandibularis :N
c. Kelenjar Limfe
c.1. Kelenjar Leher :N
c.2. Kelenjar Submandibularis :N
c.3. Kelenjar Pre dan Post Auricularis :N
c.4. Kelenjar Submentalis :N

2. INTRA ORAL
a. Gigi Geligi V IV III II I I II III IV V
UE UE UE UE UE UE UE UE UE UE UE UE UE UE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
UE UE UE UE UE PE UE UE UE UE UE UE UE UE

V IV III II I I II III IV V

Riwayat perawatan gigi geligi :-

b. Mukosa Labial Atas :N


Bawah :N
c. Mukosa Pipi Kiri : garis putih, tidak dapat dikerok,
tidak sakit
Kanan : garis putih, tidak dapat dikerok,
tidak sakit
d. Bucal Fold Atas :N
Bawah :N
e. Gingiva Rahang Atas :N
Bawah :N
f. Lidah : plak putih, dapat dikerok, tidak
sakit, tidak berbatas jelas
g. Dasar Mulut, Kljr Sub Lingualis : N
h. Palatum :N
i. Tonsil Ka/Ki : N/N
j. Pharynx :N

IV. DIAGNOSA SEMENTARA


Suspect Oral Candidiasis pada dorsum lidah

V. RENCANA PERAWATAN
Pengobatan : Fungatin

VI. DIAGNOSA AKHIR


Oral Candidiasis pada dorsum lidah

VII. LEMBAR PERAWATAN


Tanggal : 1 Juli 2013
Keterangan :
1. Anamnesa
2. Diagnosa
3. Terapi
4. Terapi Oral Candidiasis
a. Lidah dibersihkan dengan tampon steril
b. Lidah diberi betadin
c. Lidah diberi fungatin
5. Resep
R/ Fungatin oral susp. fl. 1
ʃ tetesi lidah 4xsehari 0,5 ml

R/ Tongue cleaner
ʃ pembersih lidah
6. Instruksi
a. Menjaga kebersihan rongga mulut
b. Gunakan obat sesuai anjuran
c. Makan-makanan yang bergizi
d. Kontrol setelah 7 hari kemudian

Kontrol
Tanggal : 9 Juli 2013
Keterangan
1. Anamnesa : setelah dilakukan perawatan selama 8 hari, lidah sudah
tidak terasa tebal dan warnanya normal.
2. Ekstra Oral : tidak ada apa-apa
3. Intra Oral : tidak ada apa-apa
4. Terapi : selesai.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Etiopatologi
Kandidiasis mulut merupakan penyakit infeksi jamur yang paling banyak
ditemukan, disebabkan oleh spesies Candida terutama Candida albicans. Candida
albicans adalah spesies jamur yang secara normal terdapat pada permukaan
rongga mulut manusia. Menurut penelitian, Candida Albicans terdapat sekitar 30 -
40% pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45 - 65% pada
anak-anak sehat, 50 - 65% pada pasien yang memakai gigi tiruan lepasan, 65 -
88% pada orang yang mengkonsumsi obat jangka panjang, 90% pada pasien
leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
(Akpan dalam Hamid, 2012).
Sebenarnya Candida albicans pada rongga mulut individu yang sehat
merupakan organisme komensal yang hidup bersama dengan mikrobial flora
mulut dalam keadaan seimbang. Tetapi, jika terjadi gangguan pada keseimbangan
antara Candida albicans dengan anggota mikrobial mulut lainnya, maka
organisme ini dapat berproliferasi, berkolonisasi, menginvasi jaringan dan
menghasilkan infeksi oportunistik yang dikenal sebagai kandidiasis (Siar dalam
Hamid, 2012).
Berbagai faktor dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan
antara Candida albicans dengan mikroba lainnya, seperti pada keadaan
xerostomia, pemakaian gigi palsu, merokok, penyakit sistemik seperti diabetes,
kondisi imunosupresif seperti HIV, keganasan seperti leukemia, defisiensi nutrisi,
dan pemakaian obat - obatan seperti antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu
lama, serta keadaan stress dan kelelahan.
Stress dan kelelahan merupakan kondisi emosional negatif yang nantinya
mengakibatkan perubahan biokimia dan fisiologis tubuh. Menurut Selye (1956),
General Adaptation Syndrome (GAS) merupakan salah satu teori yang paling
banyak diterima mengenai stres dan dampaknya terhadap tubuh manusia. Ketika
tubuh bertemu stresor, penyesuaian terjadi dalam upaya tubuh mendapatkan
kembali keseimbangannya (homeostatis).
Pada tahap pertama GAS, terjadinya reaksi alarm. Setiap trauma fisik atau
mental akan memicu reaksi yang segera dalam menghambat stres. Akibat dari
sistem imun tubuh yang pada awalnya tertekan, tingkat normal daya tahan tubuh
akan menurun menyebabkan tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit.
Jika stres yang dihadapi ringan dan tidak berlangsung lama, tubuh akan kembali
normal dan pulih dengan cepat (Nally dalam Rafeatun, 2011).
Pada tahap kedua GAS, terjadinya resistensi atau adaptasi tubuh akibat
dari stresor yang tidak dapat diatasi. Akhirnya, tubuh beradaptasi terhadap stres
dan cenderung menyebabkan tubuh lebih tahan terhadap penyakit. Pada keadaan
ini, sistem imun bekerja lebih supaya dapat mengikuti kebutuhan yang
diharapkan. Sering kali individu merasa bahwa telah berhasil mengatasi efek stres
dan tubuh mereka kebal terhadap efek stres (Nally dalam Rafeatun, 2011).
Pada tahap ketiga GAS, terjadinya kelelahan yaitu tubuh telah kehabisan
energi dan daya tahan tubuh. Tubuh mengalami kelelahan adrenal yang hebat dari
segi mental, fisik dan emosi. Apabila adrenal semakin berkurang, terjadinya
penurunan kadar gula darah menyebabkan penurunan toleransi terhadap stres,
kelelahan mental dan fisik yang terus berkembang maka tubuh tidak berdaya, dan
timbulnya penyakit (Nally dalam Rafeatun, 2011).
Beberapa peneliti telah membuktikan adanya hubungan yang signifikan
antara stresor psikologis dengan pengaruh sistem imun, dimana respon imun
tubuh dapat dimodulasi oleh stresor psikologis. Pada kondisi stres, hipotalamus
memicu aktivitas sepanjang aksis HPA (hypothalamus-pituitary-adrenal cortex).
Adrenal korteks mengeluarkan kortisol yang menghambat komponen dari respon
imun. Kortisol ini akan melepaskan glukokortikoid dan katekolamin yang akan
menyebabkan penurunan produksi INF-γ (sitokin tipe 1) dan meningkatkan
produksi IL-10 dan IL-4 (sitokin tipe 2) yang akan memicu terjadinya perubahan
keseimbangan sitokin tipe 1/tipe 2 yang lebih ke arah respon tipe 2. Namun,
penelitian terbaru menyatakan bahwa disregulasi dari keseimbangan sitokin tipe
1/tipe 2 inilah yang memainkan peranan penting dalam menghubungkan pengaruh
stres terhadap sistem imun. Dalam upaya menghasilkan homeostatis akibat stres
sering menghasilkan kondisi patologis terhadap tubuh (Agarwal dalam Rafeatun,
2011). Akibatnya jamur candida menjadi patogen dan menimbulkan infeksi pada
rongga mulut.

3.2 Perawatan
Kandidiasis merupakan penyakit infeksi pada rongga mulut akibat jamur
candida. Terapi yang diberikan adalah Fungatin yaitu obat anti jamur. Terapi ini
bersifat kausatif yaitu terapi yang bertujuan untuk menghilangkan penyebab,
yakni jamur candida. Fungatin merupakan obat anti jamur golongan Nystatin atau
antifungal yang berasal dari Sfreptomyces noursei. Aktifitas antifungalnya
diperoleh dengan cara mengikatkan diri pada sterol membran sel jamur, sehingga
permeabilitas membran sel tersebut akan terganggu dan komponen intraselular
jamur dapat hilang.
Pasien diberikan instruksi agar menjaga kebersihan rongga mulut,
terutama membersihkan lidahnya dengan menggunakan tongue cleaner minimal
setelah menggosok gigi secara rutin dua kali sehari pada saat pagi dan malam hari.
Menggunakan obat yang telah diberikan (Fungatin) sesuai dengan anjuran, yaitu
dengan meneteskan fungatin pada lidah sebanyak 0,5ml sebanyak 4xsehari. Dan
instuksi yang terakhir adalah kontrol setelah tujuh hari melakukan perawatan.
Pada saat kontrol, keadaan rongga mulut pasien sudah tidah seperti pertama
datang, karena lidah sudah tidak terasa tebal dan warnanya sudah normal kembali.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pasien


mengalami Oral Candidiasis oleh karena stress dan kelelahan. Berdasarkan hal
tersebut, terapi yang diberikan adalah pemberian Fungatin sebagai terapi kausatif
untuk menghilangkan penyebab, yakni jamur Candida, Tongue cleaner sebagai
alat untuk membersihkan lidah, serta instruksi pada pasien untuk menjaga
kebersihan rongga mulutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Aulia Abdul, dkk. 2012. Uji Efek Antifungi Ekstrak Kulit Lemon (Citrus
limon) Sebagai Antifungi Terhadap Candida albicans Secara In Vitro.
Jurnal. Malang : FK UB
http://fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/gigi/MAJALAH%20rizqi%20pria
sa%20%28edit%20noor%29.pdf
Nisa, Rafeatun, 2011. Stomatitis Aftosa Rekuren yang Dipicu oleh Stress pada
Mahasiswa Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan:
FKG USU
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27287/4/Chapter II.pdf
Langlais, Robert P dan Miller, Craig S. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Alih bahasa, Budi Susetyo. Jakarta: Hipokrates.
Pindborg, J., J. 2009. Atlas Penyakit Mukosa Mulut. Alih bahasa, Kartika
Wangsaraharja. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.
Triwahyuni, Iin Eliana, 2005. Usulan Buku Ajar FKG Ilmu Penyakit Mulut I.
Jember

Anda mungkin juga menyukai