KONSEP DASAR
A. Pengertian
(Smeltzer, 2001) yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan
limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya, jika
penyakit renal tahap akhir (End Stadium Renal Disease) (DR. Nursalam,
2006).
berlangsung dan tidak dapat diperbaiki. Ini disebabkan oleh sejumlah kondisi
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan berlangsung
uremia.
8
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi Ginjal
terjadi proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang
tidak dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
akan larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine. Dan zat yang
suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan
darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan
ginjal.
9
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2001) ginjal merupakan organ
yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125 g,
beberapa centimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini
terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renalis.
arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri
renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah
membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa
Sumber: (http://www.google.com)
10
Menurut (Price, 2005) ginjal merupakan organ berbentuk seperti
oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan
kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak
bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma
tebal. Bila ginjal mengalami cedera, maka hampir selalu terjadi akibat
kekuatan yang mengenahi iga kedua belas, yang berputar kedalam dan
menjepit ginjal diantara iga itu sendiri dengan korpus vertebra lumbalis.
Ginjal kiri yang berukuran normal, biasanya tidak teraba pada waktu
tertutup oleh limpa. Namun, kutub bawah ginjal yang berukuran normal,
dapat diraba secara bimanual. Kedua ginjal yang mencolok atau tergeser
dari tempatnya dapat diketahui dengan palpasi, walaupun hal ini lebih
dan beratnya sekitar 150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk
11
dan ukuran tubuh. Perbedaan panjang dari kutub ke kutub ginjal (
Sumber: (http://www.google.com)
rendah dan kiri, karena hati menduduki ruang banyak di sebelah kanan.
Setiap ginjal panjangnya 6 – 7,5 cm, dan tebal 1,5 – 2,5 cm. Pada orang
dewasa beratnya kira-kira 140 gr. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan
12
Ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari yang kiri. Setiap
Bagian medula ini tersusun atas lima belas sampai enam belas massa
Sumber: (http://www.google.com)
(badan malpighi atau glomerulus) yang erat tertanam dalam ujung atas
yang lebar pada uniferus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan sebagian
kelok dan dikenal sebagai kelokan pertama atau tubula proximal dan
sesudah itu terdapat sebuah simpai, simpai Henle. Kemudian tubula itu
13
yang bersambung dengan tubula penampung yang berjalan melintasi
dan kapsula bowman, dan ruang yang mengandung urine ini dikenal
2. Fisiologi Ginjal
a. Fungsi Ginjal
diantaranya :
rentang normal.
14
Sedangkan fungsi non-ekskresi adalah:
darah.
d) Degradasi insulin
e) Menghasilkan prostaglandin
(1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam
keseimbangan .
15
(3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh tergantung pada
pH darah.
ginjal. Urine yang berasal dari darah dibawa oleh arteri renalis masuk
16
untuk dikembalikan ke dalam darah. Selanjutnya, proses sekresi
pembentukan urine:
yang terdiri dari 450 ml sel darah dan 660 ml plasma masuk ke
diubah oleh reabsorpsi air dan zat terlarut yang spesifik kembali
2) Proses absorpsi
Jumlah total air yang diabsorpsi lebih kurang 120 ml/menit, 70%-
17
80% diabsorpsi oleh tubulus proksimal dan disebut juga
tubulus distal.
3) Proses sekresi
kedalam urine maka dapat dilihat besar daya selektif sel tubula.
18
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2001) ginjal juga berfungsi sebagai :
menurunkan nilai pH urin sampai 4,5 yaitu 1000 kali lebih asam
Lebih dari 99% air dan natrium yang disaring pada glomerolus
19
diekskresikan ke dalam urine menjadi lebih sedikit mengingat
ginjal adalah kalium, yaitu ion dengan jumlah yang besar didalam
20
ginjal untuk meningkatkan reabsorpsi air dan dengan demikian
jenis yang tetap (kurang lebih 1,010) atau osmolalitass yang tetap
2002)
21
Proses untuk pemekatan dan pengenceran urine sangat penting, pada
orang berada di gurun pasir dengan suplai air yang tidak memadai.
Pada penyakit ginjal, urine yang terbentuk mungkin kurang pekat dan
urine untuk membentuk urine yang encer sering kali tetap ada, tetapi
dan pemekatan ginjal sudah tidak ada lagi. Kehilangan ini sebagian
C. Etiologi
Filtration Rate (GFR). Berikut ini akan diuraikan penyebab Chronic Kidney
22
kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin
(diabetes).
progresif.
kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari berbagai
2-3 bulan hingga 30-40 tahun. Penyebab gagal ginjal kronik tersering dapat
refluk neuropati
amiloidosis
23
7) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal
D. Patofisiologi
infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya
mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-
produk sampah maka gejala akan semakin berat (Brunner dan Suddarth,
2001) dari proses sindrom uremia terjadi pruritus, perubahan warna kulit.
asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH 3-) dan
asam organik yang terjadi, maka mual dan muntah tidak dapat dihindarkan.
24
listrik dalam jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac
eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah
megakibatkan edema.
balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun.
kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal
(Nursalam, 2007).
25
E. Manifestasi Klinis
dan tanda uremia yang berkepanjangan, adalah hasil akhir semua penyakit
peningkatan kadar kreatinin dan nitrogen urea darah dan terutama berkaitan
klinik gagal ginjal kronik dapat dilihat dari berbagai fungsi system tubuh
yaitu :
tidak umum karena pengobatan dini dan agresif, kulit kering, bersisik,
ecimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, memar
(purpura).
26
penghidu dan pengecap, parotitis dan stomatitis, peritonitis, konstipasi
perdarahan.
glukosa.
12. Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum
27
13. Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta
a. Stadium I
yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini
laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini
kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas
kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.
b. Stadium II
Stadium II ini disebut dengan Insufiensi ginjal, pada tahap ini lebih
dari normal, kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal.
protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
28
poliuria, perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah
3:1 atau 4:1, bersihan kreatinin 10-30 ml/menit. Poliuria akibat gagal
ginjal diantara 5 %-25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul
c. Stadium III
Stadium ini disebut gagal ginjal tahap akhir atau uremia, timbul
karena 90% dari massa nefron telah hancur atau sekitar 200.000
nefron yang utuh, Nilai GFR nya 10% dari keadaan normal dan kadar
akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala yang cukup parah
29
2. Menurut Nova Faradilla, 2009 klasifikasi penyakit ginjal kronik
didasarkan atas dasar derajat (stage) penyakit dan dasar diagnosis etiologi.
72 x creatinin serum
Tabel 2.2 Laju filtrasi glomerolus dan stadium penyakit ginjal kronik
(ml/menit/1,73m2 )
proteinuria)
30
Tabel 2.3 Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik atas Dasar Diagnosis
Etiologi
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diet
31
Tabel 2.4 Pembatasan Asupan Protein pada Penyakit GGK
25-60 0,6-0,8/kg/hari
jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tidak jenuh
i. Besi: 10-18mg/hari
32
a. Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
(Lopressor).
Sulfanat.
hidroksida.
karbonat.
33
(12) Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia
peritoneal dialisa.
H. Komplikasi
yaitu :
rennin-angiostensin-aldosteron
34
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar
I. Asuhan Keperawatan
1. Fokus Pengkajian
gagal ginjal kronik menurut (Doenges, 2000), dan (Smeltzer, 2001) ada
a. Demografi
dan sumber air tinggi kalsium beresiko untuk gagal ginjal kronik,
obstruktif.
35
d. Pola kesehatan fungsional
1) Pemeliharaan kesehatan
badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada
3) Pola eliminasi
36
kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari), perilaku berhati-
berkonsentrasi, kacau.
tertikuler.
e. Pengkajian fisik
37
5) Kepala
10) Ekstremitas : capitally revil lebih dari 3 detik, kuku rapuh dan
f. Pemeriksaan penunjang
(2000) adalah :
38
1) Urine
2) Darah
azotemia.
39
e) Magnesium fosfat meningkat
f) Kalsium menurun
3) Pemeriksaan radiologik
40
g) Elektrokardiografi/EKG :mungkin abnormal menunjukkan
penyebaran tumor).
2. Diagnosa Keperawatan
41
e. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
42
J. Pathways Keperawatan
Perub.vaskule Zat toksik Sistitis, pielonefritis,
Infeksi Obstruksi saluran kemih
r Urolithiasis
Arterio sklerosis Tertimbun di ginjal
Reaksi antigen antibody Retensi urine
Suplai darah ginjal turun
Refluks
hidronefrosis
Vaskulerisasi Ginjal
GFR turun m
Peningkatan tekanan ke jaringan ginjal iskemia
CKD
Gg. Fungsi renal
nekrosis
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doenges (2000), Carpenito (2000), dan Smletzer dan Bare
(2001) adalah :
44
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2. Perubahan nutrisi Memperta a. Pengukura 1) Kaji status nutrisi 1) Menyediakan data dasar
kurang dari hankan antropometri a) perubahan berat badan untuk memantau perubahan
kebutuhan tubuh masukan dalam batas b) pengukuran antropometri dan mengevaluasi intervensi
berhubungan nutrisi yang normal. c) nilai laboratorium (elektrolit
dengan intake in adekuat b. Perlambatan atau serum, BUN, kreatinin,
adekuat sekunder penurunan berat protein, transferin dan kadar
terhadap mual, badan yang cepat besi).
muntah, anoreksia tidak terjadi
45
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2. c. Pengukuran 2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien 2) Pola diit sekarang dan
biokimis dalam a) riwayat diit dahulu dapat
batas normal b) makanan kesukaan dipertimbangkan dalam
(albumin, kadar c) hitung kalori menyusun menu
elektrolit). 3) Kaji faktor-faktor yang dapat 3) Menyediakan informasi
d. Pemeriksaan merubah masukan nutrisi : mengenahi faktor lain yang
laboratorium a) anoreksia, mual dan muntah dapat diubah atau
klinis dalam b) diet yang tidak dihilangkan untuk
batas normal menyenangkan bagi pasien meningkatkan masukan
e. Pematuhan c) kurang memahami diet diet.
makanan dalam 4) Menyediakan makanan kesukaan
pembatasan diet pasien dalam batas-batas diet. 4) Mendorong peningkatan
dan medikasi 5) Anjurkan camilan tinggi kalori, masukan diet
sesuai jadwal rendah protein, rendah natrium 5) Mengurangi makanan dan
untuk mengatasi diantara waktu makan. protein yang dibatasi dan
anoreksia menyediakan kalori untuk
46
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
2. pertumbuhan dan
penyembuhan jaringan
6) Jelaskan rasional pembatasan diet 6) Meningkatkan pemahaman
dan hubungannya dengan pasien tentang hubungan
penyakit ginjal dan peningkatan antara diet, urea dan kadar
urea dan kadar kreatinin. kreatinin dengan penyakit
renal.
7) Sediakan jadwal makanan yang 7) Daftar yang dibuat
anjurkan untuk meperbaiki rasa menyediakan pendekatan
tanpa menggunakan natrium atau positif terhadap pembatasan
kalium. diet dan merupakan
referensi untuk pasien dan
keluarga
yang dapat digunakan
dirumah.
8) Ciptakan lingkungan yang
8) Faktor yang tidak
menyenangkan selama waktu
menyenangkan yang
makan.
47
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2. berperan dalam
menimbulkan anoreksia
dihilangkan
9) Timbang berat badan harian. 9) Untuk memantau status
cairan dan nutrisi
10) Kaji bukti adanya masukan 10) Masukan protein yang tidak
protein yang tidak adekuat adekuat dapat
a) pembentukan edema menyebabkan penurunan
b) penyembuhan yang lambat albumin dan protein lain ,
c) penurunan kadar albumin pembentukan edema dan
perlambatan penyembuhan.
3. Gangguan perfusi Setelah a. Membran 1) Awasi tanda-tanda vital, kaji 1) Memberikan informasi
jaringan dilakukan mukosa warna pengisian kapiler, warna kulit tentang derajat /keadekuatan
berhubungan tindakan merah muda dan dasar kuku perfusi jaringan dan
dengan penurunan keperawatan membantu menentukan
48
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
No.
Keperawatan
3. suplai O2 dan perfusi b. Kesadaran 2) Tinggikan kepala tempat tidur 2) Meningkatkan ekspansi
nutrisi ke jaringan jaringan kompos mentis sesuai toleransi paru dan memaksimalkan
sekunder terhadap adekuat c. Tidak ada 3) Catat keluhan rasa dingin, oksigenasi untuk kebutuhan
penurunan COP. keluhan sakit pertahankan suhu lingkungan dan 3) Kenyamanan klien atau
kepala tubuh hangat sesuai indikasi kebutuhan rasa hangat harus
d. Tidak ada tanda 4) Kolaborasi pemeriksaan seimbang dengan
sianosis ataupun laboratorium (Hb) kebutuhan untuk
hipoksia menghindari panas
e. Capillary refill berlebihan pencetus
kurang dari 3 vasodilatasi (penurunan
detik fungsi organ)
f. Nilai 4) Memaksimalkan transport
laboratorium oksigen ke jaringan
dalam batas
normal (Hb : 12-
15 gr %)
49
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
4. Perubahan pola Setelah a. Analisa gas 1) Kaji fungsi pernafasan klien, 1) Distress pernafasan dan
nafas berhubungan dilakukan darah dalam catat kecepatan, adanya gerak, perubahan pada vital dapat
dengan tindakan rentan normal dispnea, sianosis dan perubahan terjadi sebagai akibat dari
hiperventilasi paru. keperawatan b. Tidak ada tanda tanda-tanda vital patofisiologi dan nyeri
klien sianosis maupun 2) Catat pengembangan dada dan 2) Pengembangan
menunjukkan dispnea posisi trakea dada/ekspansi paru dapat
pola nafas c. Bunyi nafas menurun apabila terjadi
efektif tidak mengalami asietas/udema pulmoner
penurunan 3) Kaji klien adanya keluhan nyeri 3) Sokongan terhadap dada
d. TTV dalam batas bila batuk/nafas dalam dan otot abdominal
normal RR 16-24 membuat batuk lebih efektif
dan dapat mengurangi
4) Pertahankan posisi nyaman trauma
misalnya posisi semi fowler 4) Meningkatkan ekspansi
5) Kolaborasikan pemeriksaan paru
laboratorium (elektrolit) 5) Untuk mengetahui elektrolit
sebagai indikator keadaan
status cairan.
50
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
51
No. Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
5. irama, konduksi c. Akral hangat 4) Kaji tingkat aktivitas dan respon 4) Kelelahan dapat menyertahi
jantung d. Capillary refill terhadap aktivitas gagal jantunng kongestif
(ketidakseimbangan kurang 3detik juga anemia
elektrolit e. Nilai lab dalam 5) Kolaborasikan pemeriksaan lab. 5) Ketidakseimbangan dapat
batas normal kalium mengganggu kondisi dan
(kalium 3,5-5,1 fungsi jantung
mmol/L, urea 15-
39 mg/dl)
6. Resiko kerusakan Setelah a. Klien 1) Inspeksi kulit terhadap perubahan 1) Menandakan adanya
integritas kulit dilakukan menunjukkan warna, turgor, dan perhatikan sirkulasi/ kerusakan yang
berhubungan tindakan perilaku /teknik adanya kemerahan, ekimosis, dapat menimbulkan
dengan akumulasi keperawatan untuk mencegah purpura. pembentukan dekubitus/
toksik dalam kulit tidak terjadi kerusakan atau infeksi
dan gangguan kerusakan cidera kulit 2) Pantau masukan cairan dan 2) Mendeteksi adanya
turgor kulit integritas b. Tidak terjadi hidrasi kulit dan membran dehidrasi/ hidrasi berlebihan
(uremia) kulit kerusakan mukosa yang mempengaruhi
integritas kulit sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat seluler
52
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
6. c. Tidak terjadi 3) Inspeksi area tubuh terhadap 3) Jaringan edema lebih
edema edema cenderung rusak/ robek
4) Ubah posisi dengan sering 4) Menurunkan TD pada
menggerakkan klien dengan edema, meningkatkan
perlahan, beri bantalan pada peninggian aliran balik
tonjolan tulang statis vena sebagai
pembentukan edema
5) Pertahankan linen kering dan 5) Menurunkan iritasi dermal
selidiki keluhan gatal
6) Menurunkan resiko cidera
6) Pertahankan kuku pendek
dermal
7. Gangguan Setelah a. Analisa gas 1) Kaji fungsi pernafasan klien, 1) Distres pernafasan dan
pertukaran gas dilakukan darah dalam catat kecepatan adanya gerak, perubahan pada vital dapat
berhubungan tindakan rentan normal dispnea, sianosis dan perubahan terjadi sebagai akibat dari
dengan kerusakan keperawatan b. Tidak ada tanda tanda-tanda vital patofisiologi nyeri
alveolus sekunder klien sianosis / 2) Auskultasi bunyi nafas dan catat 2) Untuk mengetahui keadaan
terhadap adanya menunjukkan hipoksia pengembangan dada dan posisi paru, pengembangan dada/
edema pulmoner. pertukaran c. Taktil fremitus trakea ekspansi paru dapat
53
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
7. gas efektif positif kanan dan 3) Kaji taktil fremitus 3) menurun apabila terjadi
kiri asietas/ edema pulmoner
d. Bunyi nafas 4) Kaji klien adanya keluhan nyeri 4) Taktil fremitus dapat
tidak mengalami bila batuk/ nafas dalam negatif pada klien dengan
penurunan edema pulmoner
e. Auskultasi paru 5) Pertahankan posisi nyaman 5) Sokongan terhadap dada
sonor misalnya posisi semi fowler dan otot abdominal
f. TTV dalam batas membuat batuk lebih
normal RR 16-24 efektif dan dapat
x/menit mengurangi trauma
6) Kolaborasikan pemeriksaan
6) Meningkatkan ekspansi
laboratorium (elektrolit)
paru untuk mengetahui
elektrolit sebagai indikator
status cairan
7) Kolaborasikan pemeriksaan
7) Mengkaji status pertukaran
analisa gas darah dan foto
gas dan ventilasi
thorak.
54
No. Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
8. Intoleransi aktivitas Berpartisipasi a. Berpartisipasi 1) Kaji faktor yang menyebabkan 1) Menyediakan informasi
berhubungan dalam dalam keletihan tentang indikasi tingkat
dengan keletihan, aktivitas yang meningkatkan a) anemia keletihan
dan ketidakcukupan dapat tingkat aktivitas b) ketidakseimbangan cairan
oksigen sekunder ditoleransi dan latihan dan elektrolit
akibat anemia b. Melaporkan c) retensi produk sampah
peningkatan rasa d) depresi
sejahtera 2) Tingkatkan kemandirian dalam 2) Meningkatkan aktivitas
aktivitas perawatan diri yang ringan/sedang dan
dapat ditoleransi, bantu jika memperbaiki harga diri.
keletihan terjadi.
3) Anjurkan aktivitas alternatif 3) Mendorong latihan dan
sambil istirahat. aktivitas dalam batas-batas
4) anjurkan untuk beristirahat yang dapat ditoleransi dan
setelah dislisis. istirahat yang adekuat.
4) Dianjurkan setelah dialysis,
yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan.
55