Anda di halaman 1dari 3

Tarif Pajak Korporasi Indonesia Kompetitif?

Selasa, 16 Januari 2018


Tarif pajak korporasi Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia
Tenggara. Pajak perusahaan di Indonesia hanya lebih rendah dari Filipina. Berdasarkan data
Tradingeconomics, pajak korporasi Singapura merupakan yang terendah, yakni hanya 17%.

Kemudian, negara dengan tarif pajak perusahaan terendah kedua adalah Brunei Darussalam,
yakni sebesar 18,5%. Lalu diikuti Thailand, Vietnam, dan Kamboja masing-masing sebesar 20%.
Sementara pajak korporasi Indonesia sebesar 25%, sama dengan Myanmar. Sementara tarif pajak
korporasi di Filipina mencapai 30%, tertinggi di ASEAN.

Guna meningkatkan daya saing, pemerintah Amerika Serikat memangkas tarif pajak korporasi
menjadi menjadi 21% mulai awal tahun ini dari sebelumnya sebesar 35%. Kebijakan ini
dilakukan agar pajak AS lebih kompetitif untuk mendorong investasi dan serta meningkatkan
konsumsi masyarakat.
Inilah Tarif dan Jumlah Pajak di Kawasan Asia Tenggara
Selasa, 9 Januari 2018
Tarif pajak Indonesia kurang kompetitif dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara
(ASEAN) lainnya. Ini tercermin dari tingginya tarif pajak Indonesia dibanding negara lainnya.
Berdasarkan Doing Business Bank Dunia 2017, total tarif pajak domestik mencapai 30 persen
yang terdiri atas pajak keuntungan 16,6 persen, tenaga kerja 11,5 persen, dan pajak lainnya 1,9
persen. Jumlah tersebut di atas tarif pajak di Brunei Darussalam, Singapura, maupun Kamboja.
Namun, lebih rendah dari pajak Myanmar, Vietnam, maupun Malaysia.

Jenis pungutan pajak di Indonesia mencapai 43 macam dan merupakan yang terbanyak di
ASEAN. Sementara Singapura merupakan negara dengan jumlah pungutan pajak paling sedikit,
yaitu hanya 5 macam. Waktu untuk membayar pajak di Indonesia juga merupakan yang terlama,
yakni butuh 207 jam. Sementara di Singapura hanya 64 jam dan merupakan negara paling efisien
dalam pembayaran pajak di Asia Tenggara.

Kebijakan Presiden Amerika serikat (AS), Donald Trump memangkas pajak menjadi 20 persen
dari sebelumnya 35 persen menjadi perhatian dunia. Dengan turunnya tarif pajak membuat daya
saing Negeri Paman Sam akan meningkat karena harga barang akan lebih murah dan potensi
keuntungan juga akan bertambah. Ini terntunya akan menjadi daya tarik bagi investor untuk
berinvestasi di AS. Yang pasti, daya beli masyarakat AS akan meningkat sehingga dapat
memberi efek berantai ke semua sektor.
3 Tahun Jokowi-Jk, Rasio Pajak Cenderung Turun
Jum'at, 20 Oktober 2017
Penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada masa pemerintahahan Presiden
Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla cenderung turun. Ini terlihat dari rasio pajak yang
mengalami penurunan pada 2015-2016.

Data Kementerian Keuangan yang di sajikan dalam RAPBN 2018 menunjukkan bahwa rasio
pajak pada 2014 sebesar 11,36 persen dari PDB. Namun pada 2015 turun menjadi 10,75 persen
dan pada tahun berikutnya kembali turun menjadi 10,36 persen. Sementara dalam RAPBN 2017,
rasio pajak ditargetkan sebesar 10,82 persen.

Lesunya perekonomian domestik yang diikuti jatuhnya harga komoditas andalan Indonesia
membuat penerimaan pajak seret. Guna meningkatkan pendapatan pajak, pemerintah melakukan
kebijakan amnesti pajak yang telah berlansung pada Juli 2016-Maret 2017. Namun, setelah
program pengampunan pajak berakhir penerimaan pajak kembali seret. Bahkan penerimaan
pajak periode Januari-September 2017 baru mencapai Rp 878,86 triliun atau sekitar 60 persen
dari yang ditargetkan dalam APBNP 2017 senilai Rp 1.472,71 triliun.

Anda mungkin juga menyukai