Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara

pertahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

struktur dan fungsi normalnya tubuh sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakanya yang di derita (Darmojo,2011).

Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan

sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

kematian. Pada lanjut usia, individu mengalami banyak perubahan baik secara

fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya. Penurunan tersebut mengenai berbagai

sistem dalam tubuh seperti penurunan daya ingat, kelemahan otot,

pendengaran, penglihatan, perasaan dan tampilan fisik yang berubah serta

berbagai disfungsi biologis lainnya (Nugroho,2013) .

Masalah kependudukan dan kesehatan dapat timbul karena terjadinya

penuaan penduduk (aging population). Aging Population ditandai dengan

terus meningkatnya angka harapan hidup. Seiring dengan meningkatnya usia

harapan hidup, populasi penduduk lanjut usia juga semakin bertambah dari

hari kehari (Rinajumita,2011).

Upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan

saling mendukung dengan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada

1
2

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan dan

rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut

memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan umat.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut

usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) antara 45 sampai 59

tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old)

antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun

(Nugroho,2012) .

Indonesia, termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur

lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk lansia di

Indonesia pada tahum 2006 sebanyak kurang lebih 19 juta , dengan usia

harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebanyak

14,439.967 jiwa (7,18%). Sementara pada tahun 2011 jumlah lansia sebesar

20 juta jiwa (9,51%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun

2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%),dengan usia harapan hidup

71,11 tahun (Depkes,2012).

Sehingga dengan meningkatnya proporsi populasi lansia tersebut perlu

mendapat perhatian khusus karena lansia merupakan kelompok beresiko tinggi

yang mengalami berbagai masalah kesehatan khususnya penyakit degeneratif

(Depkes RI,2007 dalam Ayad,2013).

Berbagai gangguan fisik atau penyakit yang muncul pada lansia salah

satu diantaranya penyakit persendian atau artriis. Artritis menempati urutan

pertama (44%) penyakit kronis yang dialami oleh lansia, selanjutnya

hipertensi 39%, berkurangnya pendengaran atau tuli 28%, dan penyakit


3

jantung jantung 27%. Diantara artritis yang paling banyak adalah reumatik,

gangguan pada persendian merupakan penyakit yang sering dijumpai pada

lansia (Widastra, Dina dkk,2009).

Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik yang

tidak diketahui penyebabnya, di karakteristikan oleh kerusakan dan poleferasi

membran sinovial yang menyebabkan kerusakan tulang dan sendi

(Kushariyadi,2012).Penderita artritis reumatoid di seluruh dunia telah

mencapai angka 355 jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia ini menderita

reumatoid. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan

indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan

dunia (WHO) melaporkan bahwa 20%, penduduk dunia terserang artritis

reumatoid. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20%

mereka yang berusia 55 tahu (Wiyono,2010).

Terbukti dengan masih tingginya masalah penyakit artritis reumatoid

di Indonesia mencapai 23,60% seperti yang di tuturkan oleh Artritis

Foundotion pada tahun 2006 dengan jumlah penderita artritis atau gangguan

sendi kronis lain di Amerika Serikat yang terus meningkat pada setiap

tahunnya. Dimulai pada tahun 1990 terdapat 38 juta penderita, dari tahun

sebelumnya pada tahun 1985 yang sudah terdata di Artritis Fondation yaitu

35 juta. Data tahun 1998 juga memperlihatkan hampir 43 juta atau I dari 6

orang di Amerika menderita gangguan sendi, dan pada tahun 2005 jumlah

penderita arthritis sudah mencapai 66 juta atau hampir 1 dari 3 orang

menderita gangguan sendi. Sebanyak 42,7 juta di antaranya telah terdiagnosis

sebagai arhritis dan 23,2 juta dan sisanya adalah penderita dengan keluhan
4

nyeri sendi kronis. Sedangkan prevalensi rematik di Indonesia menurut hasil

penelitian yang dilakukan oieh Zeng QY mencapai 23,60% dari jumlah

penduduk Indonesia atau merupakan ¼ penderita dari penduduk Indonesia.”

Penderita penyakit artritis di Provinsi Jawa Barat, sangat tinggi karena

pada kasus penyakit reumatoid yang terjadi di Jawa Barat pada tahun 2013

mencapai 78,2 % dari jumlah penduduk yang ada di daerah Jawa Barat. Dan

berdasarkan pada laporan tahunan dinas kesehatan Kabupaten Garut masih

didapatkan angka kesakitan tentang artritis reumatoid yang cukup tinggi pada

tahun 2014 yaitu mencapai 24.175 jiwa, dengan data laporan sebagai berikut :

Tabel 1.1
Data penderita penyakit artritis reumatoid di Dinas Kabupaten Garut
Tahun 2016
No Bulan Jumlah
1 Januari 2.543 Jiwa
2 Februari 2.706 Jiwa
3 Maret 1.742 Jiwa
4 April 1.855 Jiwa
5 Mei 0 Jiwa
6 Juni 186 Jiwa
7 Juli 2.347 Jiwa
8 Agustus 2.332 Jiwa
9 September 2.305 Jiwa
10 Oktober 3.658 Jiwa
11 November 4.380 Jiwa
12 Desember 121 Jiwa
Jumlah 24.175 Jiwa
Sumber : Data record Dinas Kesehatan Kabupaten Garut

Dibawah ini adalah pravelensi jumlah penyakit yang di derita lansia di

Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut.

Tabel 1.2
5

Jenis jenis Penyakit di Derita Lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna

Werdha Garut Periode Maret-Juni 2017

No Nama Penyakit Jumlah Penderita

1 Rhematoid Artritis 24

2 Hipertensi 21

3 Gatal 18

4 Katarak 12

5 Stroke 8

6 Gastritis 6

7 Asma 1

Sumber laporan : Bidang pencatatan dan pelaporan Rumah Perlindungan

Sosial Tresna Werdha Garut,Juni 2017

Dari tabel diatas penderita rheumatoid artritis menduduki urutan ke 1

sebanyak 24 orang ,sehingga upaya penyembuhan penyakit tersebut sangat

diperlukan melalui pengobatan dan perawatan,karena dampak yang ditimbulkan

melalui pengobatan dan perawatan , karena dampak yang ditimbulkan dari

penyakit rheumatoid artritis sangat berpengaruh terhadap kebutuhan dasar

masusia seperti gangguan rasa nyaman nyeri, resiko tinggi edema, gangguan

personal hygiene lingkungan,dan kurang pengetahuan tentang penyakit.

Peran perawat gerontik adalah bertanggung jawab untuk membantu klien

dalam memperoleh kesehatan yang optimal, memelihara kesehatan, menerima

kondisinya, serta pesiapan dalam menjalani ajal. Salah satu cara pengembanganya

adalah dengan memasukan keperawatan gerontik dalam kurikulum pembelajaran

pada pendidikan keperawatan (R. Siti Maryam & dkk,2012)


6

Berdasarkan hasil data tersebut penulis mengambil kasus pada klien dengan

“Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Rhematoid Artritis Pada Ny.E Di Rumah

Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Tahun 2017”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan

asuhan keperawatan dengan rheumatoid artritis dengan meliputi aspek

bio-psiko-sosial-spritual dengan pendekatan proses keperawatan secara

komprehensif.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan rheumatoid artritis

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

rheumatoid artritis

c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien

rheumatoid artritis

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan yang direncanakan

pada klien rheumatoid artritis

e. Mampu mengevalusi hasil tindakan keperawatan yang direncanakan

pada klien dengan rheumatoid artritis.

f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan pada klien rheumatoid

artritis
7

C. Metode Telaahan

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini , metode yang digunakan

adalah metode deskriftif dengan teknik studi kasus , teknik pengumpulan

datanya antara lain :

1. Wawancara

Penulis mengumpulkan data melalui komunikasi secara lisan yaitu

menanyakan atau tanya jawab yang berkaitan dengan masalah yang

dihadapi oleh pasien Tn.A atau disebut dengan pengkajian anamnesa, yang

bertujuan untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah

keperawatan pada pasien Tn.A serta untuk menjalin hubungan antara

perawat dengan pasien Tn. A

2. Observasi

Penulis mengamati keadaan lansia dan lingkungan sekitarnya

untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah

keperawatan. Penulis juga melakukan pemeriksaan fisik yaitu dengan

melaksanakan pemeriksaan langsung kepada Tn. A dengan menggunakan

head to toe dengan teknik pemeriksaan secara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi. Penulis juga serta memberikan asuhan keperawatan

gerontik melalui pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi .

3. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan dengan metode head to toe dengan teknik inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi sehingga didapatkan data yang objektif

tentang data kesehatan klien.


8

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data yang didapatkan dari data klien dan laporan dari

tenaga kesehatan melalui catatan dokumentasi asuhan keperawatan yang

telah dilakukan dan mempelajari buku buku atau referensi yang berguna

untuk memperoleh dasar dasar teori yang berhubungan dengan rheumatoid

artritis serta permasalahanya, sehingga dapat digunakan untuk landasan

dalam pemberian asuhan keperawatan.

5. Studi Kepustakaan

Hal ini dilakukan dalam rangka mendapatkan landasan teoritis yang

berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingkan

teori yang didapat dengan fakta yang ada di lahan praktek, diperoleh

kesenjangan, mencari penyebab dan pemecahan masalah.

D. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang, tujuan umum dan khusus, metode telaah

dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan teori berisikan tentang konsep penyakit konsep dasar

gerontik, keperawatan gerontik, konsep penyakit rheumatoid artritis,

dan konsep asuhan keperawatan gerontik

BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Tinjauan kasus yaitu membahas tentang proses keperawatan yang

sudah dilakukan secara nyata dilapangan,mulai dari pengkajian


9

sampai evaluasi sedangkan pembahasan akan dijadikan suatu bahan

perbandingan tentang kesamaan dan perbedaan yang ditemukan

antara kasus yang nyata dilapangan dan menurut teori, mulai dari

pengkajian sampai evaluasi.

BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Merupakan bab terakhir yang memuat tentang kesimpulan dan

kesimpulan penulis setelah melaksanakan kegiatan asuhan

keperawatan pada gerontik dan rekomendasi untuk perbaikan

dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai