Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah

semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan

semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk,

menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia) terus

meningkat dari tahun ke tahun.


Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh

kembang manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi

berkembang dari bayi, anak-anak, dan dewasa akhirnya

menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada

semua pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan

kronologis tertentu (Ma’rifatul, 2011).


Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari

siklus kehidupan. Hal ini merupakan salah satu kenyataan

dan tidak dapat dihindari, dimana seseorang mengalami

perubahan secara biologis, psikologis, maupun sosial.

Perubahan ini merupakan suatu proses yang normal terjadi

pada semua orang, namun dalam derajat yang berbeda dan

tergantung pada lingkungan kehidupan lanjut usia (Setiati,

2000).
Menurut beberapa data statistic pertumbuhan penduduk

lanjut usia di dunia menunjukkan angka yang signifikan.

Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di dunia menurut data

International Data Base (IDB) pada tahun 2000 adalah

sebanyak 603,999,996 dan pada sensus 2005 sebanyak


670,430,020 orang lansia. Sedangkan pada sensus 2010

sebanyak 765,226,542 orang lansia di dunia (IDB, 2010).


Di Indonesia pertumbuhan penduduk lanjut usia setiap tahun

semakin meningkatpada tahun 1980 hanya berjumlah 7,9 juta

jiwa(5,45%) dengan usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun.

Pada tahun 1990 jumlah penduduk lansia sekitar 11,3 juta

jiwa(6,29%) dengan usia harapan hidup 59,8 tahun. Pada

tahun 2000 jumlah lansia meningkat menjadi 14,4 juta jiwa

(7,18%) dengan usia harapan hidup 64,5 tahun. Pada tahun

2006 jumlah lansia meningkat sebanyak 19 juta (8,9%)

dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Dan pada tahun 2010

jumlah lansia sebanyak 23,9 juta lansia (9,77%) dengan

usia harapan hidup 67,4 tahun. Dan pada tahun 2020

diperkirakan jumlah lansia di Indonesia sebanyak 28,8 juta

lansia (11,34%) dengan UHH 71,1 tahun.


Di Nusa Tenggara Barat pertumbuhan penduduk lanjut usia

(lansia) setiap tahun semakin meningkat. Menurut data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat

menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia pada tahun 2005

sebanyak 608,020 lansia. Pada tahun 2006 sebanyak 626,516

lansia. Pada tahun 2007 sebanyak 690,157 lansia. pada

tahun 2008 terjadi penurunan jumlah lansia sebanyak

601,416 lansia. pada tahun 2009 sebanyak 622,616 lansia.

pada tahun 2010 sebanyak 668,114 lansia. dan pada tahun

2011 sebanyak 689,063 lansia.


Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap

penyakit-penyakit Degeneratif, seperti penyakit jantung

koroner (PJK), Hipertensi, diabetes militus, gout


(rematik), dan kanker. Salah satu penyakit yang sering

dialami lansia adalah Hipertensi.


Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress

lingkungan, penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan

sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan

tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel

tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak

usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia

sekitar 60 tahun.
Menua secara fisiologis ditandai dengan semakin

menghilangnya fungsi dari banyak organ tubuh. Bersamaan

dengan itu meningkat pula insiden penyakit seperti

coronary arterial disease ( CAD ), penyakit-penyakit

serebrovaskular, penyakit ginjal dan paru.


Hal ini akan menyebabkan semakin cepatnya tubuh

kehilangan fungsi-fungsi organnya. Seiring dengan

meningkatnya angka harapan hidup dapat kita perkirakan

juga akan adanya peningkatan pada prevalensi – prevalensi

penyakit yang terjadi pada orang tua. Penyakit jantung

pada orang tua merupakan masalah global yang sampai saat

ini masih menjadi salah satu prioritas utama.


Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan

tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu

target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat

seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada

kematian yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi

pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta penyempitan


ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung).

Selain penyakit-penyakit tersebut, Hipertensi dapat pula

menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes

mellitus dan lain-lain.


Dari uraian di atas penulis tertarik melakukan asuhan

keperawatan gerontik dengan diagnosa medis Hipertensi.

B. Tujuan Penulisan

I. TujuanUmum

Penulis dapat memperoleh pengalaman secara nyata

dalam memberikan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan

diagnosa medis Hipertensi

II. TujuanKhusus

a.Penulis mampu mengkaji data umum klien


b.Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan
c.Penulis mampu menyusun rencana tindakan keperawatan

yang telah disusun


d.Penulis mampu mengimplementasikan tindakan

keperawatan yang telah disusun


e.Penulis dapat melakukan evaluasi terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilakukan

C. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan asuhan keperawatan

jiwa ini adalah :


1. Wawancara
Penulis wawancara klien untuk mendapatkan data yang

diperlukan dimana wawancara disesuaikandengan kemampuan

klien dalam menjawab pertanyaan yang diajukan.


2. Observasi
Penulis melakukan pengamatan terhadap klien
3. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari kasus dengan menggunakan berbagai

teori atau literature yang diambil dari buku dan

kepustakaan.
4. Dokumentasi
Penulis mendokumentasikan semua data yang diperoleh dari

hasil pengkajian terhadap klien.

D. Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan :
Berisikan latar belakang yang memuat alasan penulis

mengangkat kasus serta data-data yang mendukung sehingga

menarik untuk dikaji, tujuan penulisan disesuaikan

dengan proses keperawatan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.
1. Bab II Tinjauan Teori :
Berisikan konsep dasar Hipertensi dan asuhan keperawaan

pasien dengan Hipertensi


2. Bab III Tinjauan Kasus :
Berisikan pengkajian, perumusan diagnosa, , perancanaan

pelaksanaan dan evaluasi.

3. Bab IV Pembahasan :
Berisi tentang perbandingan antara tinjauan teori dengan

tinjauan kasus dengan melihat dari segi proses

keperawatan.
4. Bab V Penutup
Berisikan kesimpulan dari asuhan keperawatan yng sudah

dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Hipertensi


1. Definisi
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan
tension. Hiper artinya tekanan yang berlebihan dan tension
artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang lama) yang
mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian.
Seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi atau
Hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik >140 mmHg
dan diastolik >90 mmHg (FK UI, 2006 dalam Nanien, 2012)
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena
sering ditemukan menjadi factor utama payah jantung dan
penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia
60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan
serebrovaskuler.

2. Klasifikasi Hipertensi
Joint National Comitte on Detection Evolution and Treatmen
of High Blood Pressure, badan penelitian Hipertensi di
Amerika Serikat, menentukan batasan tekanan darah yang berbeda.
Pada laporan tahun 1993, dikenal dengan sebutan JPC-V (Aspiani, 2014)
Kategori Tekanan Sistolik Tekanan diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 140-159 90-99
(ringan)
Stadium 2 160-179 100-109
(sedang)
Stadium 3 180-209 110-119
(berat)
Stadium 4 ≥210 ≥120
(sangat berat)

3. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya Hipertensi terbagi menjadi
dua golongan.
a. Hipertensi Esensial (Hipertensi
Primer)
Merupakan 90% dari seluruh kasus Hipertensi adalah
Hipertensi esensial yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor yang diduga
berkaitan dengan berkembangnya Hipertensi esensial
seperti berikut ini:
a) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga
dengan Hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan
penyakit ini.
b) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50
tahun dan wanita pasca menopause beresiko tinggi
untuk mengalami Hipertensi.
c) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara
langsung berhubungan dengan berkembangnya
Hipertensi.
d) Berat badan: obesitas (>25% diatas berat badan
ideal) dikaitkan dengan berkembangnya Hipertensi
e) Gaya hidup: merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
b. Hipertensi Sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus Hipertensi
adalah Hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi yang
ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid. Etiologi Hipertensi skunder pada umumnya
diketahui. Berikut ini beberapa kondisi yang menjadi
penyebab terjadinya Hipertensi skunder.
a) Penggunan Kontrasepsi Hormonal(Estrogen)
Kontraspsi oral yang berisi estrogen dapat
menyebabkan Hipertensi melalui mekanisme Renin-
Aldosteron_mediated volume expansion. Dengan
penghentian oral kontrasepsi, tekana darah normal
kembali setelah beberapa bulan.

b) Penyakit Parenkin dan Vaskular Ginjal


Merupakan penyebab utama Hipertensi sekunder.
Hipertensi renovaskular berhubungan dengan
penyempitan satu atau lebih arteri besar yang secara
langsung membawa darah keginjal. Sekitar 90% lesi
arteri renal pada klien dengan Hipertensi disebabkan
oleh aterosklerosis atau fibrous displasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, dan
perubahan struktur, serta fungsi ginjal.
c) Gangguan Endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal
dapat menyebabkan Hipertensi sekunder. Adrenal-
mediated hypertension disebabkan kelebihan primer
aldesteron, kortisol, dan katekolamin. Pada
aldesteronisme primer, kelebihan menyebabkan
Hipertensi dan hipokalemia. Aldosteronisme primer
biasanya timbul dari adenoma korteks adrenal.
d) Stress
Stress tidak diragukan lagu merupakan salah satu
faktor utama penyebab penyakit jantung dan
kardiovaskular, seperti Hipertensi. Faktor stress
sekarang ini berperan dominan menyebabkan
Hipertensi, seiring kenaikan tingkat stress pada
cara hidup manusia dewasa ini. Semua hal tersebut
dapat menyebabkan perkembangan tekanan darah tinggi.

4. Manifestasi Klinis
Pada umumnya Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang
jelas dan sering tidak disadari kehadiranya, sehingga
Hipertensi sering disebut sebagai “silent killer”. Pada
kasus Hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara
lain; sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi,
kelelahan, nausea, vomiting, ansietas,keringat berlebih,
tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau
ganda, tinitus (telinga berdenging) serta kesulitan tidur.

5. Penatalaksanaan
Melaksanakan terapi anti Hipertensi perlu penetapan
jadwal rutin harian minum obat, Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung.
Mencatat obat-obatan yang diminum dan keefektifan
mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut
(Stoskslager, 2008).
Pengendalian tekanan darah dan efek samping minimal
diperlukan terapi obat obatan sesuai, disertai perubahan
pola hidup.
Upaya non farmakologi menurut: Darmojo (2006) terdiri
atas:
1) Berhenti merokok
2) Penurunan berat badan yang berlebihan
3) Berhenti/mengurangi asupan alcohol
4) Mengurangi asupan garam, lemak jenuh dan
kolesterol
Upaya non farmakologi menurut: stanley (2007)
pencegahan primer dari Hipertensi esensial terdiri
atas:
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Diet rendah garam
3) Pengurangan stress
4) Latihan aerobik secara teratur

6. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla
diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
Hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan
Hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan
adanya “Hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri
brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis
yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini
bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin
yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga
terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi
natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan
tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan
menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.
( Suyono, Slamet. 1996 ).

7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila Hipertensi tidak
terkontrol adalah:
a. Krisis Hipertensi
b. Penyakut jantung dan pembuluh darah: penyakit jantung
koroner dan penyakit jantung Hipertensi adalah dua
bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada
penderita Hipertensi.
c. Penyakit jantung cerebrovaskuler: Hipertensi adalah
faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke.
Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap kenaikan
tekanan darah.
d. Ensefalopati Hipertensi yaitu sindroma yang ditandai
dengan perubahan neurologis mendadak atau sub akut
yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang
meningkat dan kembali normal apabila tekanan darah
diturunkan.
e. Nefrosklerosis karena Hipertensi.
f. Retinopati Hipertensi.
Nursing pathway

Proses Aging
Jenis Kelamin Gaja Hidup Obesitas

-Kemampuan jantung memompa darah menurun


-Kehilangan elastisitas pembuluh darah
-Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Kemampuan aorta dan arteri dalam


mengakomodasi volume darah

Curah jantung dan Tahap perifer

HIPERTENSI

Pembuluh darah
Otak

Suplai O2 ke otak
Resistensi pembuluh Sistemik Koroner Jantung
menurun
darah otak

Kesadaran menurun Vasokontriksi Infark Miokard


Tekanan pembuluh
darah otak meningkat Afterload Nyeri dada
Nyeri Kepala COP menurun
Resiko Injuri meningkat
Gangguan Fatique
istirahat tidur
Intoleransi Aktivitas
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala :
- Kelemahan
- Letih
- Napas pendek
- Gaya hidup monoton
Tanda :
- Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
- Kenaikan TD
- Nadi : denyutan jelas
- Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung : murmur
- Distensi vena jugularis
- Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi
perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas,
depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple
( hubungsn,keuangan, pekerjaan )
Tanda :
- Letupan suasana hati
- Gelisah
- Penyempitan kontinue perhatian
- Tangisan yang meledak
- Otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
- Peningkatan pola bicara

d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
e. Makanan / Cairan
Gejala :
- Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, lemak dan kolesterol
- Mual
- Muntah
f. Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
- BB normal atau obesitas
- Edema
- Kongesti vena
- Peningkatan JVP
- Glikosuria
g. Neurosensori
Gejala :
- Keluhan pusing / pening, sakit kepala
- Episode kebas
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur,
diplopia )
- Episode epistaksis
Tanda :
- Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek,
proses pikir atau memori ( ingatan )
- Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
- Perubahan retinal optic
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
- Nyeri hilang timbul pada tungkai
- Sakit kepala oksipital berat
- Nyeri abdomen
i. Pernapasan
Gejala :
- Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
- Takipnea
- Ortopnea
- Dispnea nocturnal proksimal
- Batuk dengan atau tanpa sputum
- Riwayat merokok
Tanda :
- Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris
pernapasan
- Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
- Sianosis
j. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
k. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
- Factor resiko keluarga ; Hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler,
ginjal
- Penggunaan obat / alcohol

2. Diagnosa keperawatan
I.Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan resistensi
pembuluh darah otak
II. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri
kepala
III. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan suplai O2
ke otak
IV. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique atau
kelemahan
V.Nyeri dada berhubungan dengan infark miokard

3. Perencanaan
Diagnosa 1 :Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
resistensi pembuluh darah otak
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1
x24 jam nyeri berkurang bahkan hilang
Kriteria Hasil
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
- Kaji TTV klien - Mengetahui perubahan
- Anjurkan untuk mempertahan tanda-anda vital
tirah baring selama fase akut - Meminimalkan
- Berikan tindakan non stimulasi/
farmakologi untuk meningkatkan
menghilangkan sakit kepala relaksasi
misalnya kompres dingin pada - Tindakan yang
dahi, pijat punggung dan menurunkan tekanan
leher, tenang, redupkan lampu vaskuler dan yang
kamar, tehnik relaksasi memperlambat/memblok
respon simpatis
(panduan imajinasi dan epekif dalam
distraksi) dan aktivitas menghilangkan sakit
waktu senggang. kepala dan
- Anjurkan untuk menghilangkan komplikasinya
atau minimalkan aktivitas
vasokonriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala
misalnya mengejan saat BAB,
batuk panjang dan membungkuk.
- Bantu klien dalam ambulasi - Aktivitas yang
sesuai kebutuhan meningkatkan
vasokontriksi
- Kolaborasi dengan tim dokter menyebabkan sakit
dalam pemberian Analgesik kepala

- Pusing dan
penglihatan kabur
sering berhubungan
dengan sakit kepala.
Pasien juga dapat
mengalami episode
hipoensi postural.
- Dapat mengurangi
tegangan dan
ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stres
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. “S” DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN HIPERTENSI DI DUSUN JATI SELA DESA SESELA
KECAMATAN GUNUNG SARI KAB. LOMBOK BARAT

Tanggal pengkajian : Kamis, 12 Oktober 2017


Nama pengkaji : M.Novian Rangga Praja S.kep
I. PENGKAJIAN
A. Data Biografi
Nama : Tn. “S”
Tempat & Tanggal lahir : Jati sela 31-Desember 1967
Golongan darah : -
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Penampilan : Cukup rapi
Alamat : Jati sela
Orang yg dekat : Ny.S
dihubungi
Hubungan dengan usila : Anak
Alamat : Jati sela
B. Riwayat Keluarga

Keterangan :
= Laki-laki & perempuan = Garis keluarga
= Meninggal = Garis keturunan
= Klien = Orang yg serumah
Tn. S adalah anak ke 2 dari 4 bersaudara, Tn. S memiliki
5 orang anak yaitu anak pertamanya laki- laki, anak ke 2
dan 3 perempuan dan anak ke 4 dan 5 laki-laki.

C. Riwayat Pekerjaan
1. Pekerjaan saat ini
Tn. S bekerja sebagai supir truk
2. Pekerjaan sebelumnya
Tn. S mengatakan pekerjaan yang dilakukan sebelum
bekerja sembrautan, apa yang bias dikerjakan dia
lakukan.
3. Jarak tempat kerja dari rumah
Tn “S” mengatakn jarak kerjanya dengan rumah cukup
jauh, karna pekerjaanya sebagai supir.
4. Alat transportasi
Tn “S”mengatakan alat transportasi yang biasa
digunakan adalah Truk.
5. Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap
kebutuhan
Tn “S” mengatakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari/sandang pangan diperoleh dari hasil pekerjaan
sendiri dan dari anak-anaknya.

D. Riwayat Lingkungan Hidup


1. Tipe tempat tinggal : Semi permanen
2. Jumlah kamar : 2 kamar tidur
3. Kondisi tempat tinggal : Cukup bersih dengan
pencahayaan cukup terang, ventilasi ada.
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 4 oarng,
5. Derajat privasi : baik, Tn. S mengatakan privasi dapat
terlindungi
6. Tetangga terdekat : Tetangga terdekat yaitu Tn.B

E. Riwayat Rekreasi
1. Hobby/minat
Tn.s senang berkumpul dengan anak-anaknya dan cucunya

2. Keanggotaan organisasi
Tn.s mengatakan ikut serta bila diadakan kegiatan
pengajian maupun gontong royong di lingkungannya
3. Liburan perjalanan
Tn.s jarang ikut perjalanan liburan yang jauh, Tn.s
mengatakan liburan hanya di rumah bersama anak-anaknya
dan cucunya.

F. Sistem Pendukung
Terdapat Puskesmas yang berjarak 1 km dari rumah.

G. Diskripsi Kekhususan
1. Kebiasaan ritual
Tn.s selalu melaksanakan shalat wajib 5 kali sehari
dan shalat-shlat sunnah lainnya.
2. Yang lainnya
Tn.s mengatakan kadang mengaji pada malam hari.

H. Status Kesehatan
1. Status kesehatan selama setahun
Tn.s mengatakan selama setahun ini yang sering
dirasakan sakit kepala, kadang-kadang penglihatan
kabur, kadang susah tidur, nyeri pada tengkuk,
kesemutan dan nyeri pada punggung.
2. Status kesehatan selama 5 tahun yang lalu
Tn.s mengatakan mengalami tekanan darah tinggi, pernah
dirawat sebanyak 2 kali akibat tekanan darah tinggi,
Tn.s mengatakan tidak begitu tahu tentang penyakit
Hipertensi.

I. Keluhan Utama
Tn.s mengatakan sakit pada bagian tengkuk.
 Provokative
Tn.s mengatakan sering sakit pada tengkuk

 Quality
Tn.s mengatakan sakit yang dirasakan seperti ditusuk-
tusuk
 Region
Tn.s mengatakan nyeri yang paling dirasakan didaerah
tengkuk atau belakan kepala
 Scale
Tn.s mengatakan saat nyeri timbul Ny.M merasakan nyeri
berat dengan skala nyeri 7
 Timming
Tn.s mengatakan nyeri kepala yang dirasakan hilang
timbul

Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan


Tn “S”mengatakan jika sedang merasakan sakit kepala Tn “S”
biasanya beristirahat, Tn “S” mengatakan tidak begitu tahu
tentang penyakit yang dideritanya.

Obat-obatan
No Nama Obat Dosis Keterangan/ Fungsi
1. Vitamin b compleks 1x1 Untuk menambah napsu
makan, meningkatkan
stamina.

Status imunisasi
Tn “S” tidak mengetahui apakah pernah diimunisasi atau tidak
Alergi
Tn “S” mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
Penyakit yang diderita
Klien mengatakan saat ini mengalami tekanan darah tinggi
(Hipertensi)

J. Aktivitas Hidup Sehari-hari


Kemampuan Bantun
Bantu
Perawatan Diri orang
N Independ Bantuan an Dependen
lain &
o en Alat orang t
perala
lain
tan
1 Makan /minum √
2 Mandi √
3 Berpakaian √
4 Ke WC √
5 Transfering/pi √
ndah
6 Ambulasi √
Indeks Katz : Skor A yaitu kemandirian dalam hal
makan/minum, mandi, berpakaian, kekamar mandi,
pindah dan ambulasi
1. Oksigenasi
Tn “S” Mengatakan bernafas dengan normal tanpa ada
hambatan
2. Cairan & Elektrolit
Tn “S”mengatakan minum air putih 5 -6 gelas sehari
3. Nutrisi
Tn “S”mengatakan makan 3 x/hari dengan mandiri dan
4. Eliminasi
 BAB : Tn “S” mengatakan BAB 1 x/ hari, terkadang
tidak sama sekali dalam 1 hari dan dapat dilakukan di
toilet dengan mandiri dan menggunakan tangan kiri
untuk cebokan
 BAK : Tn “S”mengatakan BAK 2-3 x sehari dan dapat
dilakukan di toilet dengan mandiri
5. Aktivitas
Tn “S”mengatakan aktivitas yang sering dilakukan yaitu
bekerja di Tani miliknya, dan berternak

6. Istirahat & Tidur


Tn “S” mengatakan sering mengalami susah tidur, kadang
pada malam hari Tn “S” tidak bisa tidur sampai pagi
hari. Pada siang hari Tn “S” jarang tidur siang.
7. Personl hygiene
Tn “S”mengatakan mandi dengan mandiri 2x sehari waktu
pagi sebelum berangkat kerja dan setelah pulang dari
kerja, Tn “S” mengatakan mandi dengan sabun dan
menggosok giginya, mengganti pakaian jika dirasakan
bajunya kotor.
8. Seksual
Tn “S” mengaku masih melakukan hubungan seksual dengan
istrinya, tetapi jarang.
9. Rekreasi
Tn “S” hanya melakukan rekreasi di rumah, sepeti
menonton TV dan kadang-kadang makan bersama dengan anak-
anaknya dan cucu-cucunya.
10. Psikologis
 Persepsi klien
Tn “S”mengatakan penyakitnya merupakan penyakit orang
yang sudah tua sehingga tidak terlalu khawatir dengan
penyakitnya
 Konsep diri
Tn “S” mengatakan selalu berkumpul dengan anak-
anaknya tau para tetangga jika tidak bekerja
 Emosi
Tn. s sangat tenang tidak pernah menunjukkan emosi
yang berlebihan / tidak pernah marah-marah
 Adaptasi
Tn “S” mengatakn sudah tinggal di rumahnya sejak
dulu, dan sudah akrab dengan para tetangga

 Mekanisme pertahanan diri


Tn “S” mengatakn jika ada masalah ia selalu bercerita
pada anak-anaknya.

K. Tinjauan Sistem
Keadaan umum : penampilan rapi, klien tanpak segar.
Tingkatkesadaran :ComposMentis
GCS :membuka mata = 4, verbal = 5, psikomotor = 6
Tanda vital : nadi = 86x/menit, RR = 20x/menit, tensi =
140/100 mmHg.
1. Kepala : Rambut hitam dan sedikit putih dan tidak
terdapat lesi/benjolan pada kulit kepala.
2. Mata, telinga, hidung : Sklera tampak putih kekuningan
(agak keruh), pupil isokor, ada refleks terhadap cahaya
dan terdapat kantung mata. Telinga simetris, daun
telinga tampak bersih,pendengaran cukup. Rongga hidung
tidak ada polip/benda asing, tidak ada peradangan mukosa
hidung, letak septum dibagian tengah.
3. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
ataupun kelenjar tyroid
4. Dada dan punggung : Dada/punggung tidak mengalami
kelainan bentuk, tidak ada dyspnea, saat palpasi getaran
dinding dada sama.
5. Abdomen dan pinggang : Inspeksi abdomen tampak datar,
tidak tampak adanya benjolan/masa, palpasi tidak ada
nyeri tekan pada abdomen, perkusi abdomen terdengar
tympani , auskultasi bising usus normal
6. Ekstermitas atas dan bawah : Tidak ditemukan kelumpuhan
ekstermitas, tidak ada patah tulang, kulit keriput,
tidak ada pembengkakan/edema. Tn “S” berjalan tanpa ada
kesulitan.
7. Sistem imune : Tidak dapat terkaji secara jelas karena
butuh pemeriksaan khusus.
8. Genetalia/ sistem reproduksi : Tidak terkaji
9. Sistem persyarapan : Bisa menggerak-kan bola mata ke
kiri kanan, atas bawah, tampak bisa tersenyum,
mengangkat alis, membuka dan menutup mulut, Reflek
patella ada
10. Sistem pengecapan : Tn “S”masih bisa merasakan asin,
manis, pahit dengan mata tertutup dan mampu menyebutkan
jenis makanan yang dirasakannya saat penkajian dilakukan
11. Sistem penciuman : Tn “S”masih mampu menyebutkan bau
merica saat matanya ditutup

L. Status Kognitif, Afektif dan Sosial


1. APGAR keluarga ( Suatu alat skrining singkat yang dapat
digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia ) : Nilai
10, fungsi sosial lansia adalah baik
2. Inventaris depresi beck ( untuk mengetahui tingkat
depresi lansia ) : Nilai yang didapat adalah 5, yang
berarti tingkat depresi klien : tidak ada / minimal
3. SPSMQ ( Short Portable Mental Status Quistionnaire ) :
jumlah kesalahan 0 yang berarti fungsi intelektualnya
masih utuh
4. MMSE (Mini Mental State Exam) : Menguji aspek-aspek
kognitif dari fungsi mental dengan hasil kesadaran
Compos Metis dan nilai total = 24 yaitu aspek kognitif
dan mental masih dalam taraf baik

M. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : Hipertensi Nyeri akut
Tn “S”mengatakan
Resistensi
sering sakit kepala
pembuluh darah
dibagian tengkuk
otak meningkat
Provokative
Peningkatan
Tn “S”mengatakan
tekanan pembuluh
nyeri kepala timbul
darah otak
saat terlalu banyak
beraktifitas Nyeri
Quality
Tn “S”mengatakan
nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-
tusuk
Region
Tn “S”mengatakan
nyeri yang paling
dirasakan didaerah
tengkuk atau belakan
kepala
Scale
Tn “S”mengatakan
saat nyeri timbul Tn
“S” merasakan nyeri
berat dengan skala
nyeri 6
Timming
Tn “S”mengatakan
nyeri kepala yang
dirasakan hilang
timbul
Do :
Tanda vital
TD = 150/100 mmHg
Nadi = 82 x/menit
RR = 16 x/menit
2. Ds : Kurang informasi Kurangnya
Tn “S” mengatakan pengetahuan.
tidak begitu tahu Kurangnya
tentang penyakit mengenal masalah
Hipertensi, Tn “S” penyakit
hanya tahu penyakit
Hipertensi adalah
tekanan darah
tinggi.
Do :
Ketika ditanya
tantang Hipertensi
lebih lanjut Tn “S”
tampak bingung.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan resistensi
pembuluh darah otakditandai dengan TD 150/100 mmHg dan skala
nyeri 7
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya mengenal
masalah penyakit ditandai dengan Tn “S” mengatakan tidak
begitu tahu tentangHipertensi

II. INTERVENSI
Diagnosa 1 :Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan
resistensi
pembuluhdarah otak ditandai dengan TD 150/100 mmHg
dan
skala nyeri 7
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
hari
nyeri berkurang bahkan hilang
Kriteria Hasil
- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
- Kaji TTV klien - Mengetahui perubahan tanda-
tanda vital
- Untuk mengetahui tingkat nyeri
- Kaji tingkat nyeri klien
klien dengan menggunakan
pengkaian PQRST
- Untuk mengetahui nyeri yang
dirasakan klien sehingga bisa
- Kaji lokasi, intensitas
ditentukan intervensi yang
dan skala nyeri
tepat selanjutnya
- Tindakan yang menurunkan
tekanan vaskuler dan yang
- Diskusikan tindakan non memperlambat/memblok respon
farmakologisuntuk simpatis epekif dalam
mengatasi nyeri menghilangkan sakit kepala dan
komplikasinya

Diagnosa 2: Kurang pengetahuan berhubungan dengan


kurangnya
mengenal masalah penyakit ditandai dengan Tn
“S” mengatakan tidak begitu tahu tentang
Hipertensi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
kali
pertemuan diharapkan Tn “S” bisa mengetahui
tentang Hipertensi.
Kriteria hasil : Tn “S” tahu apa yang dimaksud dengan
Hipertensi dan cara perawatannya.
Intervensi Rasional
- Kaji keadaan umum klien - Mengetahui kesadarn dan
dan TTV kondisi tubuh dalam keadaan
normal atau tidak
- Menambah informasi pada klien
- Berikan pendidikan
tentang Hipertensi
kesehatan tentang
Hipertensi

- Anjurkan istirahat yang


- Meminimalisir terjadinya
cukup
resiko keparahan penyakit

III. IMPLEMENTASI
No Hari/tgl Dx.
Pukul Kep Implemenasi TTD
.
1. Kamis, I - Mengkaji TTV klien
12 - Mengkaji tingkat nyeri klien
- Mengkaji lokasi, intensitas dan
oktober
skala nyeri
2017
- Mendiskusikan tindakan non
15.30
farmakologis untuk mengatasi nyeri
wita

2. Kamis, II - Mengkaji keadaan umum klien dan TTV


12 - Memberikan pendidikan kesehatan
oktober tentang Hipertensi
2017 - Menganjurkan istirahat yang cukup
15.45
wita

IV. EVALUASI
No Hari/tgl Diagnosa Evaluasi TTD
Pukul Kep. (SOAP)
1. Jumat, I S : Tn “S” mengatakan nyeri
13 kepala yang dirasakan
oktober berkurang dengan dengan
2017 teknik kompres hangat skala
15.15
nyeri 3
wita O : TD = 140/90 mmHg
RR = 20 x/menit
N = 90 x/ menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan no 2,
3
dan 4
2. Jumat, II S :Tn “S” mengatakan sudah
13 mengerti tentang konsep
oktober Hipertensi
O :Tn “S” mampu menjawab
2017
15.30 pengertian Hipertensi,
wita penyebab Hipertensi, tanda
dan gejala Hipertensi serta
pencegahan Hipertensi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara konsep dasar
teori dengan kenyataan yang ditemukan dilahan praktek berkaitan
dengan asuhan keperawatan pada lansia dengan diagnosa medis
Hipertensi.
A. Pengkajian
Dalam konsep dasar teori asuhan keperawatan lansia
dengan Hipertensi data yang perlu dikaji adalah nyeri,
aktivitas/istirahat, neurosensori, kardiovaskular,
makanan/cairan, hygiene, interaksi sosial, keamanan dan
integritas ego, sedangkan pada pengkajjian kasus ditampilkan
data demografi, riwayat pekerjaan, riwayat lingkungan hidup,
riwayat rekreasi, sistem pendukung, deskripsi kekhususan,
alasan mengapa kelayan masuk panti, keluhan utama yang
dirasakan kelayan, aktivitas sehari-hari, tinjauan sistem,
status kognitif, afektif dan sosial kelayan.
Dalam proses pengkajian kasus, didapatkan data-data
yang menunjukkan masalah-masalah kesehatan kelayan, antara
lain :
1. Nyeri pada kepala sampai leher.
2. Gangguan persepsi/sensori pendengaran
3. Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya
4. Resiko penurunan curah jantung
Di dalam konsep teori, tidak ditampilkan diagnosa
intoleransi aktivitas, karena pada kenyataannya hal tersebut
tidak di alami oleh kelayan, sehingga penulis tidak
mengangkat masalah tersebut karena nantinya sangat menghambat
proses pemberian asuhan keperawatan jika masalah tersebut
diangkat. Disini muncul diagnosa baru yaitu ganggguan
persepsi/sensori pendengaran, hal ini berkaitan dengan
penurunan fungsi organ.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan
keperawatannya, terdapat 4 diagnosa, sedangkan pada tinjauan
kasus penulis mengangkat 3 diagnosa yang ada di teori. Dalam
proses pengkajian penulis tidak menemukan hambatan-hambatan.
C. PERANCANAAN
Dalam perencanaan teoritis, terdapat rencana
kolaborasi dengan tenaga medis lain seperti dokter untuk
pemberian terapi. Hal ini tidak direncanakan pada
perencanaan kasus karena disesuaikan dengan tenaga yang ada
di PSTW Puspakarma Mataram. Tidak semua perencanaan yang ada
diperencanaan teoritis dimasukkan dalam perencanaan kasus
karena disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan asuhan
keperawatan.

D. PELAKSANAAN
Pemberian tindakan keperawatan kepada kelayan
disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Fokus
pelaksanaan tindakan keperawatan adalah health education
tentang bagaimana penanganan jika nyeri kepala sampai ke
leher dirasakan lagi. Ada tindakan keperawatan yang langsung
menangani nyeri kelayan karena pada saat pengkajian kelayan
sedang tidak merasakan nyeri. Sedangkan untuk masalah kurang
pengetahuan, tindakan di fokuskan pada health education
tentang penyakit Hipertensi dan sedikit memberikan informasi
tentang Hipertensi (tekanan darah tinggi).

E. EVALUASI
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan
asuhan keperawatan kepada kelayan dilakukan setelah 1 x
pertemuan, tetapi eveluasi tindakan dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan keperawatan.
Pada saat evaluasi akhir, menunjukkan pencapaian
kriteria evaluasi, misalnya untuk diagnosa I kelayan mampu
mendemonstrasikan cara menangani keluhan nyeri yang berarti
sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah
diastolic dan sistolik yang intermiten atau menetap.
Pengukuran tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi
pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
Hipertensi. Insiden Hipertensi meningkat seiring bertambahnya
usia
Dalam pengkajian pada klien yang menderita Hipertensi
yang harus dikaji seperti : aktivitas/ Istirahat, sirkulasi,
integritas ego,eliminasi, makanan/cairan, neurosensori,
nyeri/ ketidaknyamanan, keamanan, pernafasan.

B. Saran
Pada pasien yang menderita Hipertensi tidak bisa
melakukan aktivitas yang berat karena akan memperparah
keadaan, untuk itu diharapkan agar penderita lebih banyak
istirahat dan melakukan terapi pengobatan baik terapi
alternatif maupun non alternatif.

Anda mungkin juga menyukai