Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
RISIKO BUNUH DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Risiko Bunuh Diri.

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan
Sundeen, 1995 dalam Fitria, 2009).

Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan
hasratnya untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan
atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti
diri sendiri (Clinton, 1995 dalam Yosep, 2010).

B. Jenis-Jenis Bunuh Diri


1. Bunuh Diri Egoistik

Individu itu tidak mampu berintegrasi dengan masyarakat.

Hal ini disebabkan oleh kondisi kondisi kebudayaan atau karena masyarakat yang
menjadikan individu itu seolah-olah tidak berkepribadian. Kegagalan integrasi
dalam keluarga dapat menerangkan mengapa mereka yang tidak menikah lebih
rentan untuk melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan dengan mereka yang
menikah. Masyarakat daerah pedesaan mempunyai integrasi sosial yang lebih baik
dari pada daerah perkotaan, sehingga suiside juga lebih sedikit.

2. Bunuh Diri Altruistik

2
Individu itu terikat pada tuntutan tradisi khusus ataupun ia cenderung untuk bunuh
diri karena identifikasi terlalu kuat dengan suatu kelompok, ia merasa bahwa
kelompok tersebut sangat mengharapkannya.

3. Bunuh Diri Anomik

Hal ini terjadi bila terdapat gangguan keseimbangan integrasi antara individu
dengan masyarakat, sehingga individu tersebut meninggalkan norma-norma
kelakuan yang biasa. Individu itu kehilangan pegangan dan tujuan hidup.
Masyarakat atau kelompoknya tidak dapat memberikan kepuasan kepadanya
karena tidak ada pengaturan dan pengawasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya.
Golongan manusia yang mengalami perubahan ekonomi yang drastis juga lebih
mudah melakukan percobaan bunuh diri.

C. Insiden Bunuh Diri

Angka kejadian (insiden) bunuh diri lebih besar di negara industri yang sudah
maju dari pada di negara yang sedang berkembang, lebih besar di daerah
perkotaan dari pada di daerah pedesaan.

B. Tanda dan Gejala


Tanda gejala klien dengan risiko bunuh diri anatara lain adalah sebagai
berikut:
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah atau keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan)
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah, dan
mengasingkan diri).

3
i. Kesehatan mental (secara klinis klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis, dan penyalahgunaan alcohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
m. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
(Fitria, 2009)

C. Rentang Respons

RENTANG RESPONS PROTEKTIF-DIRI

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Peningkatan Beresiko Destruktif Destruktif diri Pencederaan


Bunuh diri Diri tidak langsung

Perilaku bunuh diri menurut Stuart (2007) dibagi menjadi 3 kategori, yaitu
sebagai berikut (Fitria, 2009):
a. Upaya Bunuh Diri (suicide attempt) yaitu sengaja melakukan kegiatan bunuh
diri, dan bila kegiatan itu sampai tuntas akan menyebabkan kematian.
b. Isyarat Bunuh Diri (suicide gesture) yaitu bunuh diri yangdirencanakan untuk
usaha mempengaruhi perilaku orang lain).

4
c. Ancaman Bunuh Diri (suicide threat) yaitu suatu peringatan secara langsung
maupun tidak langsung, verbal atau nonverbal bahwa seseorang sedang
mengupayakan bunuh diri.

D. Faktor Predisposisi
Beberapa teori tentang perilaku bunuh diri (Fitria, 2009):
a. Teori perilaku meyakini bahwa pencederaan diri merupakan hal yang diterima
dan dipelajari pada masa anak-anak dan remaja.
b. Teori Psikologi memfokuskan pada masalah tahap awal perkembanagn ego,
trauma interpersonal, dan kecemasan berkepanjangan yang mungkin memicuh
seseorang untuk m,encederai diri sendiri.
c. Teori interpersonal mengungkapkan bahwa mencederai diri sebagai
kegagalan dalam interaksi hidup, masa anak-anak mendapat perlakuan kasar serta
tidak mendapatkan kepuasan (stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria 2009).

Lima factor predisposisi yang menunjang pemahaman perilaku destruktif


diri sepanjang siklus kehidupan (Fitria, 2009):
a. Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (gangguan afektif, penyalagunaan
zat, dan skizofrenia).
b. Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko
bunuh diri adalah antipasti, impulsive, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan,
kehilangan dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit
kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan
tinfdakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh
diri terdapat peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotonin, adrenalin, dan dopamine yang dapat dilihat dengan EEG.

5
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh
dalam bunuh diri, anatara lain:
a. Faktor mood dan biokimia otak.
b. Faktor riwayat gangguan mental.
c. Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
d. Faktor isolasi sosial dan human relations.
e. Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
f. Faktor religiusitas.

E. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan,
melihat atau membaca melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri
ataupun percobaan bunuh diri (Fitria, 2009).

F. Sumber Koping
Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong. Seseorang yang
aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan
angka bunuh diri (Fitria, 2010).

G. Mekanisme Koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada sebaiknya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative. Perilaku bunuh diri
menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri mungkin
menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupaka kegagalan koping dan
mekanise adaftif seseorang (Fitria, 2009).

H. Terapi Lingkungan pada Kondisi Bunuh Diri

6
a. Ruangan aman dan nyaman, terhindar dari alat yang dapat digunakan untuk
mencederai diri sendiri atau orang lain.
b. Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan
terkunci.
c. Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keselur4uhan ruanagn mudah
dipantau oleh petugas kesehatan.
d. Ruangan yang menarik, misalnya dengan warna cat cerah, ada poster dll.
e. Hadirkan musik yang ceria, televisi, film komedi, bacaan ringan dan lucu.
f. Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang pribadi klien.
g. Lingkungan sosial: komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas
menyapa pasiien sesering mungkin, memberikan penjelasan setiap akan
melakukan tindakan keperawatan atau kegiatan medis lainnya, menerima pasien
apa adanya tidak engejek atau merendahkan, meningkatkan harga diri pasien,
membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap, membantu
pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya, sertakan keluarga dalam rencana
asuhan keperawatan, jangan biarkan pasien sendiri dalam waktu yang lama.
(Yosep, 2010).

I. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah:

1. Pasien: Bila pasien dapat menyesuaikan diri dengan baik dan bila stres yang
menjadi faktor pencetus untuk percobaan bunuh diri cukup besar, maka
prognosisnya lebih baik.

2. Lingkungan: Bila lingkungan memberi dukungan dan banyak orang yang


memperhatikan penderita serta banyak hal yang dapat memberi arti dalam
kehidupan pasien, maka prognosis lebih baik.

7
III. POHON MASALAH

BUNUH DIRI

RISIKO BUNUH DIRI


ISOLASI SOSIAL

HARGA DIRI RENDAH KRONIS
(Fitria, 2009)

IV. MASALAH YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Risiko bunuh diri.


2. Bunuh diri.
3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah.
(Fitria, 2009).

V. DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
Risiko Bunuh Diri Subjektif:
- Mengungkapkan keinginan
untuk bunuh diri.
- Mengungkapkan keinginan

8
untuk mati.
- Mengungkapkan rasa bersalah
atau keputusasaan.
- Memiliki riwayat percobaan
bunuh diri.
- Berbicara btentang kematian,
menanyakan dosis obat yang
mematikan.
- Mengungkapkan adanya konflik
interpersonal.
- Mengungkapkan telah menjadi
korban perilaku kekerasan saat kecil.
Objektif:
- Impulsif
- Menunjukkan Menunjukkan
perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh).
- Ada riwayat penyakit mental
(depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol).
- Adanya penyakit fisik (kronis
atau terminal).
- Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau
mengalami kegagalan dalam karier).
- Umur 15-19 tahun atau di atas
45 tahun.
- Status perkawinan tidak
harmonis (mengalami kegagalan
dalam perkawinan).

9
VI. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Risiko Bunuh Diri.

VII. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tindakan keperawatan untuk klien
 TUM
 Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri.
 TUK 1
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Tindakan:
B i n a h u b u n g a n s a l i n g p e r c a ya d e n g a n m e n g g u n a k a n
prinsip komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
2. Perkenalkan nama, nama panggilandan tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama lengkap dan nama penggilan yang disukai
klien.
4. Buat kontrak yang jelas.
5. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
6. Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya.
7. Beri perhatian kepada klien dan masalah yang dihadapi klien.
8. Dengarkan dengan penuh perhatianekspresi perasaan klien

 TUK 2
Klien dapat mengenal penyebab resiko prilaku bunuh diri.
Tindakan:
Bantu klien mengungkapkan perasaan yang menyebabkan
klien mempunyai ide serta melakukan percobaan bunuh diri
:
1. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab klien mempunyai
ide bunuh diri

10
2. Dengarkan tanpa menyela atau member penilaian setiap
ungkapan perasaan klien.

 TUK 3
Klien dapat mengidentifikasi tanda- tanda perilaku bunuh diri.
Tindakan:
Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku bunuh diri yang
dialaminya:
1. Motivasi klien menceritakan kondisiemosionalnya.
2. Motivasi klien menceritakan kondisisosialnya

 TUK 4
Klien dapat mengidentifikasi perilaku percobaan bunuh diri yang
pernah dilakukan.
Tindakan:
Diskusikan dengan klien percobaan bunuh diri yang dilakukannya
selama ini:
1. Motivasi klien menceritakan tindakan tindakan apa saja yang
sudah pernah dilakukan untuk mengakhiri hidup.
2. Motivasi klien menceritakan akan perasaan setelah tindakan
tersebut.
3. Diskusikan apakah dengan tindakan tersebut masalah yang
dialami klien teratasi.

 TUK 5:
Klien dapat mengidentifikasi akibat tindakan yang sudah dilakukan
untuk bunuh diri.
Tindakan:
Diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan
pada:
1. Diri sendiri
2. Orang lain
3. Lingkungan

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien yang mengancam atau


melakukan percobaan bunuh diri.

 Tujuan:
Keluarga berperan serta dalam melindungi anggota keluarga dari perilaku
yang dapat mengancam nyaman, seperti percobaan bunuh diri.

11
 Tindakan:
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi klien dan jangan
membiarkan klien seorang diri.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya di sekitar klien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga siapa orang yang dapat membawa
klien ke rumah sakit sessegera mungkin.
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya minum obat secara
teratur.

VIII. EVALUASI

Berikut ini adalah tanda-tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang harus


dicapai oleh klien dan keluarga:
a. Bagi klien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan klien yang tetap
selamat dan aman.
b. Bagi keluarga dengan anggota keluarga yang memberikan ancaman atau
melakukan percobaan bunuh diri, ditandai dengan kemampuan keluarga untuk
melindungi anggota keluarganya tersebut.
c. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan
keperawatan ditandai dengan:
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya.
- Klien mampu meningkatkan harga dirinya.
- Klien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah.
d. Bagi klien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan askep ditandai
dengan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko bunuh diri.
- Menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh diri.

12
- Memperagakan kembali cara-cara yang dapat dilakukan untuk melindungi
keluarga yang beresiko bunuh diri.
- Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia dalam merawat anggota keluarga
yang berisiko bunuh diri

IX. DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba
Medika.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

13

Anda mungkin juga menyukai