Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urolithiasis atau penyakit Batu Saluran Kemih (BSK) merupakan salah satu

penyakit yang menyerang sistem urinaria yang sering dijumpai pada praktik

klinis. (Purnomo BB, 2012). BSK didefinisikan pula sebagai bentuk agregat

polycrystalline yang dibentuk oleh berbagai macam kristaloid dan matriks

organik. Terdapat beberapa jenis BSK yang utama berdasarkan komponen

pembentuknya yaitu: batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat, batu struvit, batu

asam urat, dan batu sistin. BSK dapat berada dimanapun dalam saluran kemih

seperti di ginjal, ureter dan kandung kencing (Stoller et al, 2009).

Saat ini, BSK merupakan masalah terbesar ketiga pada saluran kemih setelah

infeksi saluran kemih dan prostat yang patologis (Stoller, 2012). BSK merupakan

penyakit yang cukup umum ditemukan pada negara maju dan berkembang.

Meskipun prevalensi BSK berbeda dari satu negara ke negara lainnya di seluruh

dunia, prevalensinya semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir (Sun et

al, 2011; Safarinejad, 2007). Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat,

Eropa dan Australia, BSK banyak dijumpai pada saluran kemih bagian atas,

sedangkan di negara-negara berkembang seperti India, Thailand, dan Indonesia,

lebih banyak dijumpai batu kandung kemih (Sja’bani M, 2014). Di Amerika


Serikat 5-10% penduduknya menderita BSK, sedangkan di seluruh dunia rata-rata

terdapat 1-12% penduduk yang menderita BSK (Purnomo BB, 2012).

Menurut data dari Riskesdas (2013) menunjukkan prevalensi penyakit BSK di

Indonesia meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Secara nasional,

prevalensi BSK adalah 0,6%. Tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun (1,3%),

menurun sedikit pada kelompok umur 65-74 tahun (1,2%) dan umur ≥75 tahun

(1,1%). Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki (0,8%) dibanding perempuan

(0,4%).

Salah satu komplikasi dari adanya batu pada saluran kemih adalah adanya

infeksi saluran kemih, yaitu istilah umum yang menunjukkan keberadaan

mikroorganisme dalam urin yang menginfeksi organ saluran kemih, seperti ginjal,

ureter, kandung kemih, dan uretra (Sukandar E, 2014). Faktor yang dapat

menyebabkan infeksi saluan kemih yaitu apabila terdapat litiasis, obstruksi

saluran kemih, salah satunya apabila terdapat batu pada saluran kemih, diabetes

melitus pasca transplantasi ginjal, senggama, kehamilan, dan kateterisasi

(Sukandar E, 2014).

Infeksi saluran kemih ini merupakan penyakit infeksi yang kedua tersering

pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus

dilaporkan per tahunnya (NKUDIC, 2015). Insidensi infeksi saluran kemih di

setiap negara mempunyai data statistik yang berbeda, karena dipengaruhi oleh

tingkat kesehatan dan pelayanan medis di negara tersebut. Di Indonesia, insidensi


dan prevalensinya masih cukup tinggi. Kejadian ini dikarenakan tingkat dan taraf

kesehatan masyarakatnya yang masih jauh dari standar dan tidak meratanya

tingkat kehidupan sosial ekonominya, sehingga berdampak langsung pada

tingginya kasus infeksi saluran kemih di Indonesia.

Menurut Joan Collela dkk pada tahun 2014 menyatakan bahwa dalam batu

saluran kemih biasanya diikuti dengan adanya infeksi pada saluran kemih, seperti

pielonefritis dan juga bisa terjadi urosepsis (Collela dan Joan dkk, 2015). Di

Indonesia sendiri, terdapat salah satu penelitian yang dilakukan di Yogyakarta

pada tahun 2013 menunjukkan bahwa dari 42 pasien batu ginjal terdapat 7 orang

yang mengalami infeksi saluran kemih, dengan mikroorganisme terbanyak yaitu

E. Coli. Namun, menurut Ferret, banyak batu saluran kemih yang tidak disertai

dengan infeksi saluran kemih (Ginting dan Yehezkiel Bastanta, 2014).

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dan analisis yang lebih mendalam dengan judul :

Hubungan angka kejadian batu saluran kemih dengan angka kejadian infeksi

saluran kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka peneliti

merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Adakah


hubungan angka kejadian batu saluran kemih dan angka kejadian infeksi saluran

kemih di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan angka kejadian batu saluran kemih dan infeksi

saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek tahun 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk menghitung angka kejadian batu saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul

Moeloek tahun 2017

2. Untuk menghitung angka kejadian infeksi saluran kemih di RSUD dr.H.

Abdul Moeloek tahun 2017

3. Untuk menghitung angka kejadian batu saluran kemih yang disertai dengan

infeksi saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek tahun 2017

4. Untuk menganalisis adanya hubungan antara batu saluran kemih dengan

angka kejadian infeksi saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek tahun

2017

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis


Sebagai informasi untuk menambah wawasan dan informasi tentang

hubungan angka kejadian batu saluran kemih dan angka kejadian infeksi saluran

kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Tahun 2017.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi dan kepustakaan terutama bagi Mahasiswa Kedokteran

Universitas Malahayati terhadap hubungan angka kejadian batu saluran kemih

dan angka kejadian infeksi saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Tahun

2017.

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi para kesehatan klinisi di

RSUD. Dr. H. Abdul Moeloek terhadap hubungan angka kejadian batu saluran

kemih dan angka kejadian infeksi saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek

Tahun 2017.

1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan untuk bahan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan hubungan angka kejadian batu saluran kemih

dan angka kejadian infeksi saluran kemih di RSUD dr.H. Abdul Moeloek Tahun

2017.

1.4 Ruang Lingkup

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional bersifat retrospektif

dengan desain potong silang. Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil
dari rekam medik. Variabel penelitian ini terdiri dari variable bebas yaitu pasien dengan

batu saluran kemih, dan vaiabel terikatnya yaitu pasien dengan infeksi saluran kemih.

Penelitian ini dilakukan diRSUD dr.H. Abdul Moeloek. Pengambilan data dimulai pada

bulan januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai