Anda di halaman 1dari 25

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan Sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan Diastolik diatas 90 mmHg,
pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (1)
Hipertensi didefinisikan oleh The Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment Of High Blood Pressure (JNC) telah
mengklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan
darah normal tinggi sampai Hipertensi Maligna.
Tahap 1 : Sistolik, 140 sampai 159 mmHg,
Diastolik, 90 sampai 99 mmHg.
Tahap 2 : Sistolik, 160 sampai 179 mmHg,
Diastolik, 100 sampai 109 mmHg.
Tahap 3 : Sistolik, 180 sampai 209 mmHg,
Diastolik, 100 sampai 119 mmHg.
Tahap 4 : Sistolik, ≥ 210 mmHg,
Diastolik, , ≥ 120 mmHg,
Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90% dari semua kasus)
atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali,
seringkali dapat diperbaiki. (2,3)
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg menetap dan
tekanan darah Diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti
hipertensi. (4,5)
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistole, yang tingginya tergantung
umur individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas
tertentu, tergantung posisi tubuh, umur, dan tingkat stress yang dialami. Hipertensi
juga digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat, berdasarkan tekanan diastole.
Hipertensi ringan bila tekanan darah diastole 95-104, Hipertensi sedang tekanan
diastole 105-114, sedangkan hipertensi berat tekanan diastolenya > 115. (7)

B. Etiologi

1
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai psoses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap “menetap” pada
suatu saat dapat terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau
“Maligna” yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan cepat.
Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan
rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan obat-obatan yang merangsang
dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor keturunan.
Tingginya darah yang lama tentu saja akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, yang paling jelas pada mata. Jantung, ginjal, dan otak. Maka
konsekuensi yang biasa pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu jantung
membesar karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan
tingginya tekanan darah. (1)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga Hipertensi Idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor
yang telah mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas
susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, detek dalam ekresi Na,
peningkatan Na dan Ca Intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan
resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polititemia. (5)
2. Hipertensi sekunder atau Hipertensi Renal, terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, Hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain (5)
Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan ginjal:
-
Glomerulonepritis akut (6)
-
Glomerulonepritis kronis (6)
-
Pyelonepritis kronis (6)
-
Penyempitan arteri renalis (6)
Kelainan Hormon:
-
Diabetes Melitus (6)

2
-
Pil KB (6)
-
Tumor Adrenal (5,6)
Kelainan Neurologis
-
Polineuritis (6)
-
Polimyelitis (6)
Lain-lain:
-
Obat-obatan (6)
-
Pre eklamsi (5,6)
Hipertensi juga disebabkan oleh:

Usia.
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Hipertensi pada
yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit arteri
koroner dan kematian premature. (7)

Kelamin.
Pada umunya insiden pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada usia
pertengahan dan lebih tua, insiden pada wanita mulai meningkat, sehingga pada
usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita lebih tinggi (7)

Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam palling sedikit dua kalinya pada yang berkulit
putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya
mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih. (7)

Pola Hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti,
tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah, dan
kehidupan atau pekerjaan yang penuh stres agaknya berhubungan dengan insiden
hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas dipandang sebagai faktor risiko utama. Bila
berat badannya turun tekanan darahnya sering turun menjadi normal. Merokok
dipandang sebagai faktor risiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner.
(7)

C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

3
bermula Jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah kekorda spinalis dan keluar
dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
kebawah melalui sistem saraf simpatis keganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinetrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap ransang
vasokonstriktor, individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinetrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (1)
Pada saat bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon ransang emosi, kelenjar adrenal, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi kortisol steroid lainnya, yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormone ini menyebabkan retensi
Natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
(1)

Patofisiologi (6)

Saraf simpatis

Renin

Angrotensinogen (hati)

Angiotensin I (paru)
ACE (Angiotensin
Converting Enzyme)

4
Angiotensin II

Ransang Saraf
Pusat halus Vasokontrinsi Aldosteron

ADH Retetensi Na

Over Volume TD Over Volum

Pengaruh terhadap organ:



Penyakit pembuluh darah otak
- Stroke
- Pendarahan Otak
- Transien Ischemic Attack (TIA)

Penyakit jantung
- Gagal jantung
- Intark Miokard
- Angira Pectoris

Penyakit Ginjal
- Gagal Ginjal


Penyakit pembuluh darah
- Diseksi aorta
- Artherosklerosis

Penyakit mata
- Odema pupil
- Penebalan Retina
- Perdarahan Retina

D. Manifestasi Klinik

5
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan eksludat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada discus optikus). (1)
Gejala. Bila ada biasanya menunjukkan adanya kerusakan vaskular, penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi,
hipertroti ventrikel kiri sebagai respon peningkatan beban kerja, maka dapat
terjadi gagal jantung kiri. Pada penderita Stroke, dan pada penderita Hipertensi
disertai serangan Iskemia, Insidens Infark otak mencapai 80%. (1)
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.
Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang serung ditemukan adalah sakit kepala,
epeistaktis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing. (5)

E. Pemeriksaan Penunjang

EKG : Kemungkinan ada pembesaran Ventrikel kiri, pembesaran Atrium
kiri. Adanya penyakit jantung koroner atau aritma. (6)

Laboratorium:
Funsi ginjal urine lengkap (Urinalitis) Ureum, Creatinin, BUN dan asam Urat,
serta darah lengkap lainnya. (6)
Foto Rontgen:
Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang lebar.
(6)

 Ekokardiogram
Dampak penebalan dinding Ventrikel kiri, mungkin juga sudah terjadi dilatasi dan
gangguan fungsi Sistolik dan Diastolik. (6)

F. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan Hipertensi adalah menurunkan resiko
kardivaskular dan Mortalitas serta Morbiditas yang berkaitan. Tujuan Therapi
adalah mencapai dan mempertahankan tekanan Sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan Diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. (1,5,6)

6
Pengobatan Non farmakologi
- Perubahan cara hidup (6)
- Mengurangi Asupan garam dan lemak (6)
--
Mengurangi Asupan Alkohol (6)
- Berhenti Merokok (6)
- Mengurangi berat badan bagi penderita Obesitas (6)
- Meningkatkan aktifitas fisik (6)
- Olahraga teratur (6)
- Menghindari ketegangan (6)
- Istirahat cukup (6)
- Berdoa (6)

G. Pengobatan

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
1. Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
2. Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
3. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
4. Berhenti merokok.

Pemberian obat-obatan :

1. Diuretik tiazid biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk


mengobati hipertensi.
diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi

7
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah.
diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang
diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium.
diuretik sangat efektif pada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- kegemukan
- penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun

2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-


bloker, beta-bloker dan alfa-beta-bloker labetalol, yang menghambat efek
sistem saraf simpatis.
sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan
memberikan respon terhadap stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah.
yang paling sering digunakan adalah beta-bloker, yang efektif diberikan
kepada:
- penderita usia muda
- penderita yang pernah mengalami serangan jantung
- penderita dengan denyut jantung yang cepat
- angina pektoris (nyeri dada)
- sakit kepala migren.
3. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ace-inhibitor) menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
obat ini efektif diberikan kepada:
- orang kulit putih
- usia muda
- penderita gagal jantung
- penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit
ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik
- pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
4. Angiotensin-ii-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu
mekanisme yang mirip dengan ace-inhibitor.

8
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan
mekanisme yang benar-benar berbeda.
sangat efektif diberikan kepada:
- orang kulit hitam
- lanjut usia
- penderita angina pektoris (nyeri dada)
- denyut jantung yang cepat
- sakit kepala migren.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
obat dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap
obat anti-hipertensi lainnya.
7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat
yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera.
beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian
besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah):
- diazoksid
- nitroprusid
- nitrogliserin
- labetalol.
nifedipin merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan
bisa diberikan per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi,
sehingga pemberiannya harus diawasi secara ketat.

Pengelolaan Hipertensi Sekunder


Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.
mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal
atau paling tidak menurunkan tekanan darah.
Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang yang pada
ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut.
atau bisa dilakukan pembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass).
Tumor yang menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya
diangkat melalui pembedahan.

Pengobatan Farmakologi

9
- Deuretik (6)
- Beta Bloker (6)
- Kalsium Antagonis (6)
- ACE Intibitor (6)
- Alpa-Adrenergic Bloking Agen (6)

H. PENGKAJIAN
Mengkaji pasien dengan Hipertensi yang baru saja terdeteksi, meliputi
pemantauan teliti tekanan darah dengan Interval yang sering dan kemudian
dilanjutkan dengan Interval dengan jadwal yang rutin. (1)
Dasar data pengkajian pasien(3)
AKTIFITAS ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekunsi jantung meningkat
Perubahan Irama Jantung
Takipnea
SIRKULASI
Gejala : Riwayat Hipertensi, Aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit Serebrovaskular.
Tanda : Kenaikan tekanan Darah (pengukuran serial dari kenaikan
tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
Hipotensi pastural (mungkin berhubungan dengan regimen
obat).
Nadi: Denyutan jelas dari karotis, jugularis, radralis,
perbedaan denyut seperti denyut femoral melambat sebagai
kompensasi denyutan radialis atau brakialis; denyutan
popliteal, tibialis, posterior, pedalis tidak teraba atau lemah.
Frekuensi/Irama: Takikardia, berbagai disritmia.
Bunyi Jantung: Terdengar S2 (CHF dini); S4 (pengerasan
Ventrikel kiri/Hipertrofi Ventrikel kiri).
Mumur Stenosis Valvular
Desiran Vaskular terdengar diatas karotis, temoralis, atau
epigastrium (Stenosis Arteri).
DVJ (Distensi Vena Jugularis)

10
Extremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin
(Vasokonstriksi Penter); pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda (Vasokonstriksi). Kulit-pucat, sianosis, dan
diatoresis (kongesti, Hipoksemia); kemerahan
(Feokromositoma).
INTEGRITAS EGO
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, eutoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan
Serebral)
Faktor-faktor Stress Multipel (hubungan, keuangan, yang
berkaitan dengan pekerjaan).
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu
perhatian, tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sekitar
Mata), Gerakan Fisik cepat pernafasan Menghela,
peningkatan pola Bicara.
ELIMINASI
Gajala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti
infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa yang
lalu).
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, (seperti
makanan yang digoreng, keju, telur) gula-gula yang
berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
Mual, Muntah
Perubahan berat badan (Meningkat/turun)
Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : Berat badan Normal atau Obesitas
Adanya Edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti
Vena, DVJ) glikosuria (hampir 10% pasien Hipertensi
adalah diabetik).
NEUROSENSORI

11
Gejala : Keluhan pening/pusing
Berdenyut, sakit kepala Suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur).
Episode Epitaktis.
Tanda : Status Mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, atek, proses piker, atau memori. (ingatan)
Respon Motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan
dan/atau refleks tendon dalam.
Perubahan-perubahan Retinal Optik: Dari
Sklerosis/penyempitan arteri ringan sampai berat dan
perubahan Sklerotik dengan edema atau papileclema,
eksudat dan hemoragi tergantung pada berat/lamanya
Hipertensi.
NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
Arteriosklerosisi pada arteri ekstremitas bawah).
Sakit kepala Oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
Nyeri abdomen/massa (Feokromositoma).
PERNAFASAN (secara umum berhubungan dengan efek kardio pulmonal tahap
lanjut dari Hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja Takipnea,
Ortopnea, Dispnea Nokturnal paroksismal.
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunwaan otot-otot aksesori
pernafasan.
Bunyi nafas tambahan (krakles/mengi).
Sianctis.
KEAMANAN
Keluhan/ : Gangguan koordinasi/cara berjalan

12
Gejala : Episode parestesia unilateral transient
Hipotensi pastural.
PEMBELAJARAN/PENYULUHAN
Gejala : Faktor-faktor risiko keluarga: Hipertensi, aterosklerosis,
penyakit jantung, Diabetes Melitus, penyakit
Serebrovaskular/Ginjal.
Faktor-faktor risiko etnik seperti orang Afrika,
Amerika,Asia Tenggara. Penggunaan pil KB atau hormone
lain; penggunaan obat/alkohol.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tingi terhadap kerusakan pertusi jaringan berhubungan dengan
kerusakan organ sekunder terhadap hipertensi tak terkontrol. (4)
2. Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan yang berhubungan dengan efek
samping negatuf terapi Versus keyakinan bahwa pengobatan tidak
diperlikan tanpa adanya gejala. (2)
3. Resiko tinggi terhadap Inefektif penatalaksanaan Regimen Terapeutik
yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pembatasan diet, obat, faktor risiko, dan perawatan tindak lanjut. (2)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum dan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. (3)
5. Nyeri (Akut). Sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan
Vaskular Serebral. (3)
6. Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kebutuhan Metabolik. (3)
7. Inefektifnya koping individual berhubungan dengan krisis
situasional/Maturasional, perubahan hidup beragam, Relaksasi tidak
adekuat, nutrisi Buruk. Metode keeping tidak efektif. (3)

J. Perencanaan
Diagnosa I : Resiko tingi terhadap kerusakan pertusi jaringan berhubungan
dengan kerusakan organ sekunder terhadap hip[ertensi tak
terkontrol.

13
Tujuan : Tekanan darah dipertahankan antara 90/60-140/90 mmHg, dan tak
adanya progresi kerusakan organ. (4)

INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau 1. Untuk menevaluasi keefektifan
- Tekanan darah setiap 4 jam. Terapi. (4)
- masukan dan keluaran setiap 8 jam
lebih sering bila haluaran kurang
2. Penurunan cepat tekanan darah
bermakna daripada masukkan cairan
penting untuk menghalangi keru-
(4)
- Status umum setiap 8 jam.
sakan luas pada otak, ginjal, mata
2. Bila pasien diterima dalam krisis Hiper-
dan jantung. (4)
tensif, berikan agen anthihipertensif
3. Tindakan-tindakan ini menjamin
yang diresepkan dan evaluasi keefek-
keamanan dan terapi obat efektif. (4)
(4)
tifan.
3. Ikuti kewaspadaan khusus bila pem-
berian obat antihipertensif darurat se-
cara intravena.
- Periksa tekanan darah setiap 5 menit
bila mulai penginfusan dan setiap 15
menit selama rumatar.
- Tutup infus Nipride dengan tinfoil.
Obat ini sensitive terhadap sinar.
4. ini dapat menandakan Insufisiensi
- Gunakan pompa Infus untuk mem-
ginjal. Intervensi segera diperlukan
berikan semua tetes kontinu. (4)
untuk mencegah kerusakan ginjal
4. Beri tahu dokter bila Haluaran urine
permanent. (4)
(4)
turun dibawah 30ml/Jam.
5. Angina pectoris dan kemungkinan
Infark miokard dapat terjadi bila
Tekanan darah turun terlalu cepat. (4)
5. Tempatkan pemantau Jantung semen-
6. Tirah baring membantu menurunkan
tara Infus kontinu dari obat antihiper-
kebutuhan energi. Posisi duduk me-
tensif diberikan. (4)
ningkatkan aliran darah arteri berda-
6. Pertahankan tirah baring pada posisi
sarkan gravitasi. Konstruksi arteriol,
semiflower’s sampai tekanan darah di-
pada hipertensi, menyebabkan pe-

14
pertahankan pada tingakt yang dapat ningkatan darah pada ateri. (4)
diterima. (4) 7. Ketidakpatuhan dan kegagalan untuk
mencari tindakan untuk Hipertensi
7. Tentukan bila kritis Hipertensi disebab-
umum menyebabkan krisis hiperten-
kan oleh ketidakpatuhan. Bila ya, gali
sif.. (4)
alasan-alasan untuk ketidakpatuhan.
Bantu pasien untuk menggali cara-cara
Menghasilkan bahan-bahan yang di-
Rasakan meningkatkan ketidakpatuhan.
Kaji ulang pengetahuan pasien tentang
Hipertensi. Tinjau ulang prinsip-prinsip
Penyuluhan pasien untuk agen antihi-
Pertensif. (4)

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap ketidakpatuhan yang berhubungan


dengan efek samping Negatif terapi Versus keyakinan bah-
wa pengobatan tidak diperlukan tanpa adanya gejala. (2)
Tujuan : klien akan, mengungkapakan perasaan yang berhubungan dengan
mematuhi regimen yang diharuskan, mengidentifikasi sumber pendukung untuk
membantu kepatuhan. (2)

INTERVENSI RASIONAL
1. Identifikasi setiap faktor yang dapat 1. Diperkirakan bahwa 40% sampai
memprediksi ketidakpatuhan seperti: 50% klien dengan hipertensi meng-
a. Kurang pengetahuan hentikan program pengobatan dalam
b. Ketidakpatuhan di rumah sakit tahun pertama. Mengidentifikasikan
c. Kegagalan untuk merasakan adanya hambatan terhadap kepatuhan
keseriusan atau sifar kronis memungkinkan perawat untuk meren-
hipertensi. canakan intervensi untuk menghilan
d. Keyakinan bahwa kondisi akan kan masalah ini dan memperbaiki ke-
menghilang dengan sendirinya. patuhan (Militer, 1992). (2)
e. Keyakinan bahwa kondisi sudah
2. Penekanan ini menunjukkan ke-
tik mempunyai harapan. (2)
seriusan dari hipertensi, yang dapat
2. Tekanan pada klien kemungkinan
mendorong klien untuk mematuhi
ancaman hidup pada ketidakpatuhan.

15
(Rujuk pada Masalah Kolaboratif pengobatan. (2)
untuk informasi lebih lanjut. (2)
3. Tak adanya gejala sering mendorong
3. Tunjukkan bahwa kenaikkan tekanan
ketidakpatuhan. (2)
darah secara tipikal tidak
menunjukkan gejala. (2) 4. Diskusikan ini menekankan potensial
4. Diskusikan kemungku8nan efek stroke dampak hipertensi klien pada orang
pada masa akan datang, gagal ginjal, terdekat, yang dapat mendorong ke-
atau penyakit koroner, pada orang patuhan. (2)
terdekat (pasangan, anak-anak, cucu).(2) 5. Orang terdekat juga harus memahami
5. Libatkan orang terdekat klien dalam kemungkinan akibat dari ketidakpatu-
sesi penyuluhan, bila memungkinkan. han, untuk mendorong mereka mem-
Bantu klien dalam mentaati program
Pengobatan (Miller, 1992). (2)
6. Membantu klien memahami bahwa ia
6. Tekankan pada klien bahwa pada
bertanggungjawab terhadap kepatuh-
akhirnya adalah pilihan klien untuk
an yang dapat menigkatkan rasa kon-
mentaati atau tidak rencana pengobatan
troll klien dan penentuan diri, yang
tersebut. (2)
dapat membantu memperbaiki kepa-
7. Instruksikan klien atau orang lain tuhan. (2)
untuk memeriksa tekanan darahnya 7. Pengukuran tekanan darah tiap ming-
sedikitnya sekali seminggu, dan gu diperlukan untuk mengevaluasi
untuk menyimpan hasil pengukuran respons klien terhadap pengobatan
yang akurat. (2) dan perubahan gaya hipup. (2)
8. Jelaskan kemungkinan efek samping
8. Klien yang mengalami efek samping
obat antihipertensi 9mis, impotensi,
ini dapat menghentikan terapi obat
penurunan libido,vertigo); instruksikan
dengan sendirinya. (2)
klien untuk konsul dokter untuk obat
alternative bila terjadi efek samping ini.
9. Klien mungkin memerlukan bantuan
(2)
financial, untuk mencegah ketidakpa-
9. Bila biaya obat antihipertensi mengham
tuhan karena alas an financial.(2)
bat klien, konsulkan pada pelayanan
social. (2)

16
Diagnosa III : Resiko tinggi terhadap Inefektif penatalaksanaan Regimen
Terapeutik yang berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kondisi, pembatasan diet, obat, faktor risiko, dan
perawatan tindak lanjut. (2)
Tujuan : Memperagakan pengukuran tekanan darah sendiri,
mengidentifikasikan faktor-faktor untuk hipertensi,
menjelaskan kerja, dosis, efek samping, dan kewaspadaan
obat yang diberikan, menunjukkan maksud untuk patuh
terhadap perubahan gaya hidup dan anjuran-anjuran pasca
pulang, menggambarkan tanda-tanda dan gejala-gejala
yang harus dilaporkan pada tenaga pelayanan kedehatan. (2)

INTERVENSI RASIONAL
1. Bahas konsep tekanan darah mengguna 1. Risiko stroke meningkat secara lang-
kan terminologi klien dan orang terde- sung dengan tekanan darah individu
kat yang dapat dimengerti: (baik sistolik maupun diastolic). Lapo
a. Nilai Normal ran penurunan dalam angka kejadian
b. Efek tekanan darah tinggi menetap stroke bertepatan dengan pengobatan
pada otak, jantung, ginjal, dan mata. agresif dan control efektif terhadap
c. Kontrol versus perawatan. (2) hipertensi selama beberapa tahun ter-
akhir (AHA, 1989). (2)
2. Ajarkan klien cara pengukuran tekanan
2. Pemantauan mandiri lebih tepat dan
darah, atau ajarkan orang tedekat bagai-
dapat meningkatkan kepatuhan.(2)
mana mengukur tekanan darah klien (2)
3. bahas modifikasi gaya hidup yang da-
3. Modifikasi gaya hidup telah ter-
pat menurunkan hipertensi
bukti menghilangkan hipertensi pada
(JNC, 1992). (2)
beberapa individu tanpa menggu-
a. Mencapai penurunan berat badan
nakan obat (JNC, 1992)
sampai 10% dari berat badan ideal. (2)
a. Obesitas meningkatkan tahanan
perifer dan beban kerja jantung,
b. Batasi masukan alcohol tiap hari
meningkatkan tekanan darah
(2 ozliquor, 8 oz anggur, atau 34 oz
( Cunningham, 1992)
bir). (2)
b. Alkohol adalah vasodilator re-
c. Ikut serta dalam latihan aerobic regular
bound, yang mempunyai

17
(30-40 menit) tiga sampai lima kali keterkaitan dengan peningkatan
seminggu. (2) tekanan darah ( Cunningham, 1992)
c. Latihan regular meningkatkan ali-
d. Kurangi masukkan natrium sampai
ran darah perifer, dan otot serta
(2)
<2,3 g natrium atau 6 g klorida.
efesiensi jantung. Hasilnya adalah
system kardiovaskuler yang lebih
e. Berhenti merokok. (2) efektif (Hill, 1985)
d. Natrium mengontrol distribusi air
f. Kurangi lemak jenuh dan kolesterol
ke seluruh tubuh. Peningkatan
(2)
<3% dari masukan diet.
natrium menyebabkan peningkatan
air, dengan demikian meningkatkan
g. Pastikan mengkonsumsi kalsium, kali-
volume sirkulasi dan meningkatkan
um, dan diet magnesium dalam jumlah
tekanan darah.
yang diizinkan setiap hari. (2)
e. Tembakau bekerja sebagai vaso-
4. Berikan klien atau orang terdekat pedo
kontriktor, yang meningkatkan te-
man obat dan informasi kartu obat un
kanan darah ( Cunningham, 1992)
tuk semua obat. Jelaskan hal berikkut .
(2) f. Diet tinggi lemak membantu pem-
bentukkan plaque dan penyempitan
a. Dosis
pembuluh darah ( Cunningham,
b. Kerja
1992)
c. Efek Samping
g. Elemen ini mempertahankan sis-
d. Kewaspadaan (2)
tem kardiovaskuler dan otot. (2)
5. Kewaspadaan klien dan orang terdekat
terhadap obat bebas yang menjadi 4. Penyuluhan ini menunjukkan pada
kontradiksi,seperti: klien efek samping yang harus dilapor
kan dan kewaspadaan yang harus di-
a. Obat tinggi natrium (Maalox, lakukan. (2)
Bromoseltzer, Rolaids) (2)
b. Dekongestan, mis: Vicks Formula
5. Obat bebas umumnya dipandang se-
44 (2)
bagai kurang berbahaya, namun ken-
yataannya banyak dari obat tersebut
(2)
c. Laksatif, mis: Phospho-soda
menyebabkan komplikasi. . (2)
a. Obat mengandung natrium tinggi

18
6. Tekankan pentingnya perawatan tindak meningkatkan retensi air.
lanjut . (2) b. Dekongestan bekerja sebagai vaso-
7. Ajarkan klien dan orang terdekat untuk konstriktor yang meningkatkan te-
melaporkan gejala-gejala ini: (2) kanan darah.
a. Sakit kepala, khususnya saat bangun c. Beberapa laksatif mengandung
b. Nyeri dada natrium tinggi. . (2)
c. Napas pendek
6. Perawatan tindak lanjut membantu
d. Peningkatan berat badan atau edema
mendeteksi komplikasi. (2)
e. perubahan penglihatan
7. Tanda dan gejala ini dapat menan-
f. Sering mengalami perdarahan hidung
dakan peningkatan tekanan darah
(2)
g. Efek samping obat
atau komplikasi kardiovaskuler lain.
(2)

Diagnosa IV : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum


dan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. (3)
Tujuan : Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur, menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda
intoleransi Fisiologi. (3)

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respons pasien terhadap aktifitas 1. Menyebutkan parameter membantu
perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 dalam mengkaji respons fisiologi
kali per menit diatas frekuensi istirahat terhadap stress aktivitas dan bila
peningkatan tekanan darah yang nyata ada merupakan indicator dari kele-
selama/sesudah aktivitas, dispnea atau bihan kerja yang berkaitan dengan
nyeri dada keletihan dan kelemahan tingkat aktivitas. (3)
yang berlebihan, diatoresis, pusing atau
2. Tehnik menghemat energi meng-
pingsan. (3)
mengurangi penggunaan energi,
2. Instruksikan pasien tentang teknik
juga membantu keseimbangan an-
penghematan energi, misalnya
tara suplai dan kebutuhan oksigen.(3)
menggunakan kursi saat mandi,
duduk saat menyisir rambut atau

19
menyikat gigi, melakukan aktifitas
dengan peralatan. (3) 3. Kemajuan aktivitas bertahap mence-
3. Berikan dorongan untuk melakukan ak- gah peningkatan kerja jantung tiba-
tivitas/perawatan diri bertahap jika tiba, memberikan bantuan hanya se-
dapat ditoleransi. Berikan bantuan se- batas kebutuhan akan mendorong
suai kebutuhan.(3) kemandirian dalam melakukan akti-
vitas. (3)

Diagnosa V : Nyeri (Akut). Sakit kepala berhubungan dengan


peningkatan tekanan Vaskular Serebral. (3)
Tujuan : Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan,
mengikuti regimen Farmakologi yang diresepkan (3)

INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring selama 1. Meminimalkan stimulasi/mening-
fase akut. (3) meningkatkan relaksasi. (3)
2. Berikan tindakan non farmakologi 2. Tindakan yang menurunkan teka-
untuk menghilangkan sakit kepala. (3) nan vaskural serebral dan yang
memperlambat/memblok respons
simpatis efektif dalam menghilang
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas va-
kan sakit kepala dan komplikasi-
sokontriksi yang dapat meningkatkan
nya.(3)
sakit kepala.(3)
3. Aktivitas yang meningkat vaso-
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
konstriksi menyebabkan sakit ke-
(3)
kebutuhan.
pala pada adanya peningkatan te-
kanan vaskuler serebral. (3)
5. Berikan cairan, makanan lunak, pera-
4. Pusing dan penglihatan kabur seri-
watan mulut yang teratur bila terjadi
ng berhubungan dengan sakit kepala
perdarahan hidung atau kompleks hi-
pasien juga dapa mengalami episode
dung telah dilakukan untuk menghen-
hipotensi postural. (3)
tikan perdarahan. (3)
5. Meningkatkan kenyamanan umum
6. Kolaborasi, berikan sesuai indikasi;
kompres hidung dapat mengganggu
anal getik. (3)
menelan atau membutuhkan nafas
7. Anti Ansietas, misalnya Lorazepam dengan mulut, menimbulkan stagnasi

20
(Antivan) Diazepam (Valium).(3) sekresi oral dan mengeringkan mem-
bran mukosa. (3)
6. Menurunkan/mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang system saraf
simpatis. (3)
7. Dapat mengurangi tegangan dan
ketidaknyamanan yang diperberat
oleh stress. (3)

Diagnosa VI : Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kebutuhan Metabolik. (3)
Tujuan : menunjukkan perubahan pola makan ( misalnya pilihan
makanan, kuantitas dan sebagainya), Mempertahankan
berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal, Melakukan mempertahankan program
olahraga yang tepat secara individual. (3)

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji pemahaman pasien tentang hu- 1. Kegemukan adalah risiko tambahan
bungan langsung antara hipetensi dan pada tekanan darah tinggi karena
kegemukan. (3) disproporsi antara kapasitas aorta
dan peningkatan curah jantung
2. Bicarakan pentingnya menurunkan berkaitan dengan peningkatan
masukkan kalori dan batasi masukan massa tubuh . (3)
lemak, garam, dan gula sesuai indi- 2. Kesalahan biasanya makan menun-
kasi. (3) jang terjadinya aterosklerosis dan
kegemukan, yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya. Misalnya stroke,
3. Tetapkan keinginan pasien menurun-
penyakit ginjal, gagal jantung.
kan berat badan .(3)
Kelebihan masukkan garam mem-
Perbanyak volume cairan intravas-
4. Kaji ulang masukkan kalori harian
kuler dan dapat merusak ginjal,
dan pilihan diet. (3)
yang lebih memperburuk Hi-

21
5. Tetapkan rencana penurunan berat ba- pertensi(3)
dan yang realistik dengan pasien, mis- 3 Motivasi untuk penurunan berat
alnya penurunan berat badan 0.5 kg badan adalah internal, individu
perminggu. (3) harus berkeinginan untuk menu-
runkan berat badan, bila tidak maka
program sama sekali tidak berhasil. (3)
6. Dorong pasien untuk mempertahankan
4. Mengidentifikasikan kekuatan/
masukan makanan harian termasuk
kelemahan dalam program diit ter-
kapan dan dimana makan dilakukan
akhir membantu dalam menentukan
dan lingkungan dan perasaan sekitar
kebutuhan individu, untuk penye-
(3)
saat makanan dimakan.
suaian/penyuluhan. (3)
7. Instruksikan dan Bantu memilih ma- 5. Penurunan masukan kalorisese-
kanan yang tepat hindari makanan oramg sebanyak 500 kalori per
dengan kejenuhan lemak tinggi hari secara teori dapat menurunkan
(mentega, keju, telur, es krim, daging berat badan 0,5 kg/minggu. Pe-
dan kolesterol (daging berlemak, ku- nurunan berat badan yang lambat
ning telur, produk kalengan, jeroan.(3) mengindikasikan kehilangan lemak
8. Kolaboratif. melalui kerja otot dan umunya deng-
Rujuk ke ahli gizi sesuai indiaksi.(3) an cara mengubah kebiasaan makan
. (3)
6. Memberikan data dasar tentang
keadekuatan nutrisi yang dimakan
dan kondisi emosi saat makan. Mem-
Bantu untuk memfokuskan perha-
Tian pada faktor mana pasien telah
/dapat mengontrol perubahan. (3)
7. Menghindari makanan tinggi lemak,
jenuh dan kolesterol penting dalam
mencegah perkembangan aterogene-
sis (3)

8. Memberikan konseling dan bantuan


dengan memenuhi kebutuhan diet in-

22
dividual. (3)

Diagnosa VII : Inefektifnya koping individual berhubungan dengan krisis


situasional/Maturasional, perubahan hidup beragam,
Relaksasi tidak adekuat, nutrisi Buruk. Metode keeping
tidak efektif. (3)
Tujuan : Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan
pribadi mengidentifikasikan potensial situasi stress dan
mengambil langkah untuk menghindari/mengubahnya.
Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan/metode
koping efektif (3)

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keefektifan strategi koping deng- 1. Mekanisme adaptif perlu untuk meng-
an mengobservasi perilaku, misalnya ubah pola hidup seseorang. Menga-
kemampuan untuk menyatakan perasa- tasi Hipertensi kronik, dan meng-
an dan perhatian, keinginan berpartisi integrasikan terapi yang diharuskan
dalam rencana pengobatan. (3) ke dalam kehidupan sehari-hari. (3)

2. Bantu pasien untuk mengidentifikasi- 2. Pengenalan pasien stressor adalah


kan stressor spesifik dan kemungki- langkah pertama dalam mengubah
nan strategi untuk mengatasinya. (3) respons seseorang terhadap stress-
(3)
sor.
3. Libatkan pasien dalam perencanaan
3 Keterlibatan memberikan pasien
perawatan danberi dorongan partisi
perasaan control diri yang berke-
pasi maksimum dalam rencana peng-
lanjutan, memperbaiki ketrampi-
obatan.(3)
lan koping dan dapat meningkat
4. Dorong pasien untuk mengevaluasi
kan kerjasama.. (3)
prioritas/tujuan hidup. Tanyakan per-
4. Fokus perhatian pasien realitas
tanyakan seperti “Apakah yang anda
situasi yang ada relative terhadap
lakukan merupakan apa yang anda
pandangan pasien tentang apa yang
(3)
ingkari?”.
diinginkan . Etika kerja keras kebu-
tuhan untuk “Kontrol” dan fokus
5. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
keluar dapat mengarah pada kurang
dan mulai merencanakan perubahan
perhatian pada kebutuhan-kebutuhan

23
hidup yang perlu. Bantu untuk menye- personal. (3)
suaikan, ketimbang membatalkan tu- 5. Perubahan yang perlu diprioritaskan
juan diri/keluarga. (3) secara realistik untuk menghindari
rasa tidak menentu dan tidak ber-
daya. (3)

J. Implementasi
Melaksanakan perencanaan disesuaikan dengan diagnosa.
K. Evaluasi
Sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddath, Keperawatan medikal- Bedah


Edisi 8. Volume 2, EGC, Jakarta 2001.
2. Carpenito Juall Lydia, R.N., M.S.N, Rencana Asuhan & Dokumentasi
Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta 1999.
3. Doengos E Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,
Jakarta 1999.
4. Engram Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, volume 2,

24
EGC, Jakarta 1998.
5. Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga jilid pertama,
Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 1999.
6. Rokhaeni Heni, SMIP, CCRN, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler,
Bidang Pendidikan & Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung &
Pembuluh Darah Nasional “Harapan kita” 2001
7.Tambayong Jan, dr. Patofisiologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta, 2000.

25

Anda mungkin juga menyukai