Artikel
Artikel
Salah satu topik yang menjadi pokok bahasan dan penelitian dalam dunia
pendidikan adalah masalah kemajemukan siswa di sekolah. Perbedaan-perbedaan
pada diri siswa harus diakui dalam dunia pendidikan, terutama selama proses
pembelajaran. Perbedaan yang cukup tampak terutama di sekolah umum adalah
perbedaan jender. Beberapa penelitian telah mengungkap pengaruh berbedaan
jender terhadap berbagai kemampuan siswa. Mahanal (2011) mengungkapkan
bahwa ada pengaruh jender terhadap keterampilan metakognisi dan kemampuan
berpikir kritis siswa SMA di kota Malang. Soraya (2010) juga melaporkan bahwa
strategi pembelajaran, jenis kelamin, dan interaksi antara strategi pembelajaran
dan jenis kelamin siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SD di kota
Malang.
Perbedaan jender merupakan satu dari berbagai macam perbedaan yang
ada di dalam kelas. Siswa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan dalam
beberapa hal. Elliott (2000) telah mengungkapkan beberapa perbedaan siswa
ditinjau dari perbedaan jender. Perbedaan yang tampak jelas adalah perbedaan
secara fisik. Anak laki-laki biasanya memiliki fisik yang lebih besar dan kuat
meskipun hampir semua anak perempuan matang lebih cepat daripada anak laki-
laki. Anak laki-laki juga dinyatakan lebih unggul dalam hal keterampilan spasial
daripada anak perempuan. Meskipun demikian, anak laki-laki sering mengalami
masalah dalam hal berbahasa, sehingga anak perempuan dinyatakan lebih unggul
dalam hal kemampuan verbal. Perbedaan jender ini tampaknya juga berpengaruh
pada besarnya motivasi siswa untuk berprestasi. Hal tersebut karena adanya
anggapan bahwa anak laki-laki lebih unggul dalam bidang sains dan matematika,
sedangkan anak perempuan akan lebih unggul pada tugas-tugas yang lebih
feminim seperti seni dan musik. Perbedaan berikutnya yaitu tingkat
agresivitasnya, anak laki-laki cenderung akan lebih agresif daripada akan
perempuan.
1
2
METODE
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan penelitian eksperimen semu. Desain penelitian yang digunakan adalah
Pre test Pos test Nonequivalent Group Desain. Rancangan penelitian disajikan
pada Tabel 1.
3
HASIL PENELITIAN
Hasil uji keterlaksanaan sintaks dengan menggunakan lembar observer
telah menunjukkan bahwa pembelajaran sudah berlangsung sesuai langkah-
langkah pembelajaran Jigsaw. Selain itu, hasil analisis regresi untuk menguji
keterlaksanaan sintaks menunjukkan nilai tingkat paralel data sebesar 0,373
sedangkan tingkat koinsidensi data sebesar 0,000. Nilai tingkat paralel data
4
tersebut menunjukkan signifikansi yang lebih besar dari 0,05 sedangkan nilai
tingkat koinsiden data menunjukkan signifikansi yang kurang dari 0,05. Hasil
tersebut sudah menunjukkan bahwa sintaks pembelajaran telah dilaksanakan
secara konsisten. Diagram hasil uji konsistensi keterlaksanaan sintaks Jigsaw
ditunjukkan oleh Gambar 1.
Rerata nilai pre test kemampuan berpikir pada siswa laki-laki sebesar
17,94 sedangkan rerata nilai post test sebesar 45,06. Rerata nilai pre test
kemampuan berpikir untuk siswa perempuan sebesar 22,64 sedangkan rerata nilai
post test sebesar 53,64. Kemampuan berpikir kedua kelompok siswa baik laki-laki
maupun perempuan sama-sama mengalami peningkatan. Rerata kemampuan
berpikir pada siswa laki-laki mengalami peningkatan sebesar 27,12 atau 151,16%
sedangkan untuk kelompok siswa perempuan mengalami peningkatan sebesar
30,77 atau 135,92%. Rerata nilai pre test dan post test kemampuan berpikir
disajikan pada Tabel 2.
Rerata nilai pre test hasil belajar pada siswa laki-laki sebesar 17,72
sedangkan rerata nilai post test sebesar 52,20. Rerata nilai pre test hasil belajar
untuk siswa perempuan sebesar 17,87 sedangkan rerata nilai post test sebesar
59,03. Rerata nilai hasil belajar kedua kelompok siswa baik laki-laki maupun
perempuan sama-sama mengalami peningkatan. Rerata hasil belajar pada siswa
laki-laki mengalami peningkatan sebesar 34,48 atau 194,60% sedangkan untuk
kelompok siswa perempuan mengalami peningkatan sebesar 41,16 atau 230,31%.
Rerata nilai pre test dan post test hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 3.
Ringkasan Anakova hasil perhitungan data kemampuan berpikir
ditunjukkan pada Tabel 4. Berdasarkan tabel ringkasan Anakova tersebut dapat
dilihat bahwa nilai signifikansi jender sebesar 0,078 yang lebih besar dari alpha
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis
penelitian ditolak, artinya tidak ada perbedaan kemampuan berpikir siswa kelas X
SMA Negeri 7 Malang berdasarkan jender dengan penerapan strategi Jigsaw.
Rerata nilai terkoreksi kemampuan berpikir terdapat pada Tabel 5. Pada Tabel 5
tersebut terlihat bahwa kelompok laki-laki dan perempuan memperoleh nilai
terkoreksi kemampuan berpikir yang berbeda. Rerata nilai terkoreksi kemampuan
5
berpikir pada siswa laki-laki sebesar 46,83 sedangkan kelompok siswa perempuan
memperoleh rerata nilai terkoreksi kemampuan berpikir sebesar 52,12. Dengan
demikian, kemampuan berpikir pada kelompok siswa perempuan 11,29% lebih
tinggi dari siswa laki-laki.
Tabel 2. Rerata Nilai Pre test dan Post test Kemampuan Berpikir
Rerata
No. Jender Peningkatan (%)
Pre test Post test
1 Laki-laki 17,94 45,06 151,16
2 Perempuan 22,64 53,41 135,92
Tabel 3. Rerata Nilai Pre test dan Post test Hasil Belajar
Rerata
No. Jender Peningkatan (%)
Pre test Post test
1 Laki-laki 17,72 52,20 194,60
2 Perempuan 17,87 59,03 230,31
Tabel 4. Ringkasan Anakova Hasil Perhitungan Data Kemampuan Berpikir dari Hasil Pre
test dan Post test
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 2150,667(a) 2 1075,334 14,470 ,000
Intercept 9048,556 1 9048,556 121,758 ,000
XKPIKIR 1505,397 1 1505,397 20,257 ,000
JENDER 244,459 1 244,459 3,289 ,078
Error 2601,055 35 74,316
Total 99337,176 38
Corrected Total 4751,722 37
Tabel 6. Ringkasan Anakova Hasil Perhitungan Data Hasil Belajar dari Hasil Pre test dan
Post test
Type III Sum
Source df Mean Square F Sig.
of Squares
Corrected Model 2179,837(a) 2 1089,918 12,145 ,000
Intercept 12133,752 1 12133,752 135,206 ,000
XHB 1748,066 1 1748,066 19,479 ,000
JENDER 416,653 1 416,653 4,643 ,038
Error 3140,986 35 89,742
Total 125139,309 38
Corrected Total 5320,823 37
PEMBAHASAN
Perbedaan Kemampuan Berpikir Siswa Berdasarkan Jender dengan
Penerapan Strategi Jigsaw
Hasil analisis data pengaruh jender terhadap kemampuan berpikir
menggunakan uji Anakova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan
berpikir siswa kelas X SMA Negeri 7 Malang berdasarkan jender dengan
penerapan strategi pembelajaran Jigsaw. Hasil tersebut memberikan makna bahwa
tidak ada perbedaan secara signifikan dalam aspek kemampuan berpikir pada
siswa laki-laki dan siswa perempuan. Hasil temuan ini sesuai yang diungkapkan
oleh Heong dkk. (2011) bahwa jender, prestasi akademik, dan status sosial
ekonomi tidak mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Sejalan hasil tersebut,
Reese dkk. (2009) juga melaporkan bahwa perbedaan jenis kelamin tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan berpikir divergen.
Kemampuan berpikir yang sama antara siswa laki-laki dan perempuan
dapat disebabkan oleh karakter strategi pembelajaran kooperatif yang diterapkan.
Salah satu ciri khas pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah heterogenitas dalam
kelompok, termasuk dalam hal jender. Selama penerapan strategi pembelajaran
kooperatif Jigsaw, semua siswa baik laki-laki atau perempuan dikondisikan untuk
saling bekerja sama untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Eggen &
Kauchak (1996) mengungkapkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif maka
setiap individu akan mendapatkan kesempatan sama untuk sukses.
Selama pembelajaran Jigsaw setiap siswa dituntut untuk berpikir secara
mandiri dan berdiskusi untuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada lembar
siswa bersama kelompok ahlinya. Semua siswa baik laki-laki maupun perempuan
akan lebih aktif menemukan penyelesaian dari semua masalah-masalah yang
menjadi tanggungjawabnya sehingga kemampuan berpikirnya akan berkembang.
Siswa juga memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan hasil diskusinya pada
kelompok asal. Dengan demikian, siswa akan memikirkan rencana atau strategi
untuk memahamkan materi yang menjadi bagiannya pada rekan-rekannya di
kelompok asal. Aktivitas belajar tersebut akan mendorong para siswa menjadi
7
pebelajar mandiri. Menurut Corebima (2006) jelas terlihat bahwa pada self
regulated learning para pebelajar dikondisikan terus menerus berpikir dan
berpikir.
Temuan penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian serupa yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Mahanal (2011) melaporkan bahwa jender
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA di Kota Malang.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kelompok siswa perempuan menunjukkan
kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dibanding kelompok siswa laki-laki.
Sejalan dengan hasil tersebut Walsh & Hardy (1999) juga melaporkan bahwa
mahasiswa perempuan memperoleh skor yang lebih tinggi pada semua aspek
berpikir kritis daripada mahasiswa laki-laki. Beberapa hasil penelitian tersebut
menunjukkan perempuan lebih unggul dalam kemampuan berpikir. Hal tersebut
dapat dijelaskan karena perempuan lebih unggul dalam hal berbahasa. Beberapa
penelitian telah melaporkan bahwa siswa perempuan lebih unggul dalam
kemampuan verbal (Elliot dkk., 2000; Sasser, 2010). Bahasa dapat dipandang
sebagai alat untuk menyampaikan pikiran seseorang. De Bono (1990) juga
mengungkapkan bahwa bahasa atau sistematika perlambangan verbal adalah alat
penting dalam berpikir, bahkan mungkin yang terpenting, sehingga berpikir kerap
juga dipandang sebagai percakapan batin.
Saran
Pengukuran kemampuan berpikir dengan indikator kemampuan berbahasa
membutuhkan kecermatan yang tinggi. Oleh karena itu, disarankan agar lebih
teliti dalam melakukan penskoran pada penelitian selanjutnya. Selain itu,
pengaruh jender terhadap kemampuan berpikir dan hasil belajar dengan penerapan
strategi pembelajaran Jigsaw juga perlu diteliti lebih lanjut pada jenjang
pendidikan yang berbeda.
DAFTAR RUJUKAN
Corebima, A. D. 2005. Pengukuran Kemampuan Berpikir pada Pembelajaran
Biologi. Makalah disajikan dalam seminar Dies ke 41 Universitas Negeri
Yogyakarta dengan tema Hasil Penelitian tentang Evaluasi Hasil Belajar
serta Pengelolaannya, Yogyakarta 14-15 Mei 2005.
Corebima, A. D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan
Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif
pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-Guru Biologi SMA di Kota
Palangkaraya, 23 Agustus 2006.
De Bono, E. 1990. Mengajar Berpikir. Terjemahan Soemardjo. 1992. Jakarta:
Erlangga.
Eggen, P. D. & Kauchak, D. P. 1996. Strategies for Teacher: Teaching Content
and Thinking Skills. Boston: Allyn & Bacon.
Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L. & Travers, J. F. 2000. Educational
Psycology: Effective Teaching, Effective Learning, Third Edition. United
States of America: McGraw-Hill Companies, Inc.
Heong, Y. M., Othman, W.B., Yunos, J.B.M., Kiong, T.T., Hassan, R.B., &
Mohamad. M.M.B. 2011. The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills among Technical Education Students. International Journal of
Social Science and Humanity, Vol. 1, No. 2, July 2011, (Online),
(http://www.ijssh.org/papers/20-H009.pdf), diakses tanggal 27 April 2013.
Leong, B. K. & Dindyal, J. 2007. Singapore Grade 8 Students’ Performance in
Science by Gender in TIMSS 2007. Grade 8 Science and Gender in
TIMSS2007, (Online), (http://www.iea.nl/fileadmin/userupload/IRC/
IRC2010/Papers/IRC2010_Boey_Dindyal.pdf), diakses 16 Maret 2013.
Mahanal, S. 2011. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek pada Matapelajaran
Biologi dan Gender terhadap Keterampilan Metakognisi dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SMA di Malang. Laporan Penelitian. Malang: Lemlit
UM.
10