Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun
Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun
Oleh
Penulis dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 1984 dan
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara keluarga Bapak Tri Puryono (Alm.)
dan Ibu Sri Purwati.
Tahun 1996 penulis lulus dari SD Negeri Kauman I Juwana, Pati.
Kemudian pada tahun 1999 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1
Juwana, Pati. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Pati pada tahun 2002.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor pada tahun 2002 melalui jalur Undangan
Seleksi Mahasiswa IPB (USMI).
Dalam rangka mengisi waktu liburan semester genap tahun 2003/2004,
penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Pengembangan dan Promosi
Agribisnis Perbenihan Hortikultura (UPTD BP2APH) Kaliurang-Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Penulis
Judul : PENGARUH BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAUN
TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF ANGGREK
Dendrobium sp.
Nama : Erna Wahyu Wijaya
NRP : A34302008
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Oleh
Halaman
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................ 1
Tujuan...................................................................................................... 2
Hipotesis.................................................................................................. 2
KESIMPULAN ................................................................................................... 24
Kesimpulan.............................................................................................. 24
Saran........................................................................................................ 24
LAMPIRAN........................................................................................................ 28
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold.... 4
Lampiran
1. Tata Letak Tanaman Anggrek Dendrobium sp............................................ 35
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Lampiran
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kekayaan alam
dengan beragam tanaman. Salah satu keanekaragamannya berupa tanaman
hortikultura, yang meliputi tanaman buah, tanaman sayuran dan tanaman hias,
baik tanaman hias bunga maupun tanaman hias daun. Salah satu tanaman hias
bunga yang memiliki nilai ekonomi tinggi adalah tanaman anggrek.
Anggrek merupakan tanaman hias yang mempunyai nilai estetika tinggi.
Bentuk, warna, keragaman jenis dan keawetan bunganya menjadi daya tarik
tersendiri dari spesies tanaman tersebut sehingga banyak diminati oleh konsumen
baik dari dalam maupun luar negeri (Santi, 1992).
Di Indonesia, jenis anggrek yang banyak dibudidayakan adalah
Dendrobium sp. Silangan Dendrobium sp. sebagian besar terdapat di Hawai,
Thailand dan Singapura (Sheehan, 1992). Dendrobium banyak disukai karena
keawetannya dapat mencapai beberapa minggu, perawatannya mudah dan tahan
kering karena memiliki kantung penyimpan (canes).
Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman
pot semakin meningkat. Volume ekspor anggrek pada tahun 2003 sebesar 638 339
kg, tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 702 173 kg dan volume ekspor
tahun 2005 sebesar 772 390 kg, sedangkan volume impor tahun 2003 sebesar 72
757 kg, tahun 2004 sebesar 157 155 dan tahun 2005 mengalami peningkatan
menjadi 339 455 kg1). Dengan meningkatnya permintaan pasar akan anggrek
dalam bentuk bunga potong dan tanaman pot, maka diperlukan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas penyediaan anggrek dalam jumlah lebih banyak dan
berkesinambungan.
Produksi nasional anggrek pada tahun 2002 berjumlah 4 995 735 tangkai,
tahun 2003 berjumlah 6 904 109 tangkai dan tahun 2004 berjumlah 8 027 720
tangkai. Setiap tahun produksi nasional anggrek mengalami peningkatan, tetapi
produktivitasnya menurun. Produktivitas nasional anggrek sebesar 4.37
tangkai/m2 (tahun 2002), 6 tangkai/m2 (tahun 2003) dan 3.55 tangkai/m2 pada
tahun 20042). Penurunan produktivitas nasional anggrek disebabkan menurunnya
1)
www.litbang.deptan.go.id
2)
www.deptan.go.id
2
jumlah produksi anggrek setiap meter persegi luas lahan yang digunakan untuk
budidaya. Oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan produktivitas tanaman
anggrek.
Penyediaan anggrek secara berkesinambungan memerlukan teknik
perbanyakan yang tepat. Perbanyakan anggrek dapat dilakukan dengan pemisahan
anakan. Perbanyakan dengan pemisahan anakan biasanya dilakukan pada tanaman
anggrek simpodial seperti Dendrobium sp. dan sebaiknya dipilih tanaman yang
bebas penyakit (Rimando, 2001). Tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah
anakan yang banyak jika terpenuhi unsur hara bagi pertumbuhannya dan berada
pada kondisi lingkungan optimal. Menurut Widiastoety, Prasetio dan Solvia
(2000), pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Komponen iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor
lain seperti jenis media dan hara sangat menentukan pertumbuhan tanaman
anggrek.
Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara
untuk pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta
meningkatkan produktivitasnya. Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya
anggrek epifit, pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Pada praktek budidaya
anggrek, pemberian pupuk yang berbeda rasio unsur makro secara bergantian
seringkali dilakukan untuk menjaga ketersediaan suplai hara. Hasil penelitian
Ginting, Prasetio dan Sutater (2001) menunjukkan bahwa pemupukan NPK
(25:5:20) 3x diselingi NPK (10:40:15) 1x menghasilkan tanaman yang cenderung
lebih tinggi dibanding tanaman yang dipupuk NPK (25:5:20) 2x diselingi NPK
(10:40:15) 1x.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh beberapa komposisi pupuk
daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp.
Hipotesis
Setidaknya terdapat satu komposisi pupuk daun yang menghasilkan
pertumbuhan vegetatif terbaik pada anggrek Dendrobium sp.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani
Anggrek secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam phyllum
Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, kelas Angiospermae atau berbiji tertutup,
subkelas Monocotyledonae atau bijinya berkeping satu, ordo Gynandrae karena
alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga dan famili
Orcidaceae atau keluarga anggrek (Puspitaningtyas et al., 2003).
Famili anggrek mempunyai 750 genus berbeda dengan 25 000 spesies dan
lebih dari 30 000 kultivar hasil persilangan (Hew dan Yong, 1996). Dendrobium
merupakan salah satu genus anggrek terbesar di Asia (Warren dan Tettoni, 1996).
Nama Dendrobium berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata dendron
artinya pohon dan biein artinya untuk hidup. Secara keseluruhan Dendrobium
berarti tanaman yang hidup pada pohon. Genus Dendrobium diperkenalkan oleh
seorang botanist Swedia, Olaf Swarts pada tahun 1800. Botanist tersebut
mendiskripsikannya dalam sembilan spesies. Dendrobium tumbuh di Asia
Tenggara, Himalaya (Nepal dan Sikkim), Birma, propinsi Moulmein, India Barat
Daya, Ceylon, Malaysia, Filipina, Indonesia, New Guinea, Australia, Cina dan
Jepang (Paul, 1963).
Bentuk daun anggrek bermacam-macam dari sempit memanjang, pensil,
bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata lembing/lanset, jantung dan masih banyak
lagi variasi lainnya. Seperti umumnya tumbuhan monokotil, daun anggrek
memiliki tulang daun yang sejajar dengan helaian daun dan tidak memiliki
pertulangan yang bercabang. Tebal daun bervariasi dari tipis hingga tebal
berdaging (sukulen). Pada setiap bukunya, daun melekat berselang-seling atau
berpasangan dan setiap buku terdapat dua helai daun yang berhadapan
(Puspitaningtyas et al., 2003). Dendrobium mempunyai daun yang tebal (Hew dan
Yong, 1996). Bentuk daun pada Dendrobium bigibbum dan Dendrobium
phalaenopsis hampir sama, bentuk daunnya besar di bagian pangkal dan mengecil
di bagian ujung. Panjang daunnya dapat mencapai 10 cm (LIPI, 1980).
Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman
anggrek yang berbeda mungkin kelihatan berbeda, tetapi semuanya mempunyai
4
struktur dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid
Society, 1998). Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Bunga anggrek
biasanya biseksual, terdiri dari dua lingkaran (Paul, 1963). Lingkaran terluar
berbentuk calyx atau sepal dan lingkaran dalam terdiri dari corolla atau petal.
Bentuk petal dan sepal sering tidak teratur. Pembungaan (inflorescence) anggrek
dapat muncul dari ujung batangnya (terminal) atau pada ruas sampingnya (lateral,
axilar) (Puspitaningtyas et al., 2003). Organ reproduktif anggrek terdiri dari style
dan filamen yang merupakan kesatuan bentuk gynostemium atau pistil. Bentuk
dan ukuran organ ini berbeda untuk tiap spesies (Paul, 1963). Berikut adalah
gambar bentuk dan bagian-bagian bunga anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x
Booncho gold.
Sepal tengah
Petal
Petal
Labellum Pollinia
Gambar 1. Bentuk Bunga Anggrek Dendrobium sp. var Jiad gold x Booncho gold
Syarat Tumbuh
Tanaman anggrek memerlukan beberapa persyaratan tumbuh. Solvia dan
Sutater (1997) menyatakan bahwa sebagian jenis anggrek, terutama Dendrobium
dapat tumbuh dan berkembang tergantung pada faktor abiotik (komponen mati)
bahkan beberapa jenis anggrek sangat tergantung pada faktor biotik (lingkungan
hidup).
Kondisi lingkungan yang optimal dibutuhkan oleh tanaman anggrek
karena pertumbuhannya tidak dapat dilepaskan dari kondisi lingkungan setempat.
Kondisi lingkungan setempat seperti pengaturan faktor cahaya, suhu, kelembaban,
jenis media dan pemupukan sangat menentukan pertumbuhan tanaman anggrek
(Widiastoety, Prasetio dan Solvia, 2000). Anggrek Dendrobium memerlukan suhu
udara 26oC - 30oC pada siang hari, 21oC pada malam hari, dengan daerah
ketinggian 0 - 650 mdpl (Stewart, 2000). Kelembaban udara (Relative
Humidity/RH) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek berkisar antara 70% -
80% (Pridgeon, 1992). Anggrek Dendrobium sp. membutuhkan intensitas cahaya
yang berkisar antara 1 000 - 2 500 foot candle atau 10 764 - 26 910 lux
(Widiastoety dan Bahar, 1995).
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting bagi
kehidupan. Energi matahari sangat penting untuk berlangsungnya proses
fotosintesis dan proses-proses lainnya antara lain dalam membentuk gula, pati,
protein dan lemak (Widiastoety dan Bahar, 1995). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pada tanaman bila kekurangan cahaya maka proses fotosintesis
menjadi rendah, akibatnya hasil fotosintesis dapat habis terombak oleh proses
respirasi, sehingga tidak ada sisa untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian
Widiastoety, Prasetio dan Solvia (2000) menyatakan bahwa penggunaan naungan
55% (7 500 – 27 000 lux) pada anggrek Dendrobium Bali Queen memberikan
produksi bunga tertinggi dibandingkan penggunaan naungan 65% (6 000 – 20 000
lux) dan 75% (3 000 - 7 500 lux).
Pada tanaman dewasa, media tanam berfungsi sebagai tempat berpijak
bagi akar, agar batang semu mampu menyangga tangkai bunga dengan sejumlah
kuntum bunga. Media tanam juga berfungsi untuk menyimpan air dan hara
tanaman bagi keperluan proses pertumbuhan tanaman. Bibit memerlukan media
6
tanam yang kelembabannya tepat dan relatif konstan dengan cara menggunakan
bahan media yang mempunyai daya mengikat air yang tinggi. Widiastoety dan
Santi (1997) menyatakan bahwa media tanam yang baik harus memenuhi
beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit,
mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah
didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya.
Media tanam yang dapat digunakan untuk anggrek antara lain : arang,
sabut kelapa, serat pakis dan sphagnum moss. Hasil penelitian Ginting, Prasetio
dan Sutater (2001) menyatakan bahwa media arang serta campuran arang dengan
sabut kelapa menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sama
baiknya. Tanaman yang ditumbuhkan pada media arang menghasilkan tanaman
yang lebih tinggi. Panjang daun, lebar daun, jumlah daun dan tebal daun
pertumbuhannya cukup seragam pada kedua jenis media yang digunakan.
Di Indonesia, umumnya Dendrobium sp. ditumbuhkan pada media pakis.
Serat pakis yang digunakan berasal dari batang pohon pakis (Sheehan, 1992).
Pakis memiliki hampir semua sifat yang dikehendaki untuk pertumbuhan yang
baik, memiliki cukup kadar hara, kemampuan mengikat airnya baik, pH cukup
asam dan melapuk perlahan-lahan (Sheehan dan Sheehan, 1979).
Pupuk Daun
Pupuk adalah bahan yang memberikan hara pada tanaman. Pupuk
biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui daun sebagai
larutan (Harjadi, 1996). Pupuk daun adalah pupuk anorganik yang cara
pemberiannya dilakukan dengan penyemprotan ke daun. Kelebihan pupuk daun
dibandingkan dengan pupuk akar adalah penyerapan hara melalui mulut daun
(stomata) berjalan cepat, sehingga perbaikan tanaman cepat terlihat
(Hardjowigeno, 2003).
Pupuk daun merupakan pupuk anorganik yang mengandung unsur makro
dan mikro. Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan
mengandung bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen
esensial dasar untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut
adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society, 1998). Pupuk
7
yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau
analisis) merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur
N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). Selain
unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil
(Harjadi, 1996). Pada umumnya elemen esensial yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain C, O, H, N, P, K, S, Ca, Mg,
Mn, Fe, B, Zn, Cu dan Mo (Edison, 1957).
Pemupukan
Dalam usaha budidya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu
menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan. Kebutuhan tanaman anggrek akan hara sama dengan tumbuhan
lainnya, tetapi anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat
lambat. Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik
maupun anorganik (Widiastoety dan Santi, 1997).
Anggrek tidak membutuhkan pemberian pupuk khusus, tetapi lebih baik
diberikan dalam bentuk larutan. Menurut Santi (1992), pemupukan lewat daun
pada tanaman anggrek Aranda Lilac akan lebih efektif dan lebih efisien apabila
pupuk diberikan dengan konsentrasi lebih rendah, tetapi intensitas pemberian
pupuk ditingkatkan. Pemberian pupuk pada anggrek itu sendiri dapat dilakukan
pagi atau sore hari. Tetapi menurut Andani dan Purbayanti (1991), pemupukan
pada sore hari lebih efektif dibandingkan pagi hari karena anggrek termasuk
tanaman Crassulacean Acid Metabolism (CAM) yang mana stomata akan terbuka
pada sore hari.
Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan penyelingan dua jenis
pupuk berbeda. Penyelingan beberapa pupuk daun dilakukan untuk melengkapi
komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis pupuk daun
mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda. Hasil penelitian Ginting,
Prasetio dan Sutater (2001) menunjukkan bahwa pemupukan NPK (25:5:20) 3x
8
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
faktor tunggal, yaitu komposisi pemupukan. Terdapat sembilan perlakuan dengan
10
masing-masing perlakuan terdiri dari delapan ulangan sehingga jumlah bibit yang
diperlukan 72 tanaman. Model statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + Σij
Keterangan :
Yij : Nilai pengamatan (respon) perlakuan pupuk ke-i pada ulangan ke-j
μ : Nilai tengah populasi
αI : Pengaruh perlakuan jenis pupuk pada taraf ke-i
(i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
Σij : Pengaruh galat percobaan perlakuan pupuk ke-i pada ulangan ke-j
Perlakuan :
P1 : NPK (20-15-15) tiga minggu berturut-turut
diselilingi NPK (10-40-15) satu minggu
P2 : NPK (20-15-15) dua minggu berturut-turut
diselingi NPK (10-40-15) satu minggu
P3 : NPK (20-15-15) satu minggu diselingi
NPK (10-40-15) satu minggu
P4 : NPK (32-10-10) tiga minggu berturut-turut
diselingi NPK (6-20-30) satu minggu
P5 : NPK (32-10-10) dua minggu berturut-turut
diselingi NPK (6-20-30) satu minggu
P6 : NPK (32-10-10) satu minggu
diselingi NPK (6-20-30) satu minggu
P7 : NPK (20-15-15) tiga minggu berturut-turut
diselingi NPK (10-55-10) satu minggu
P8 : NPK (20-15-15) dua minggu berturut-turut
diselingi NPK (10-55-10) satu minggu
P9 : NPK (20-15-15) satu minggu
diselingi NPK (10-55-10) satu minggu
Pengolahan data dilakukan dengan uji F pada sistem SAS (Statistical
Analysis System). Setelah diuji F, perlakuan yang berpengaruh nyata diuji dengan
uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata 5%.
11
Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan Tempat dan Tanaman
Tempat yang digunakan berupa rak-rak dari bambu dan diberi naungan
paranet 55%. Bibit anggrek dipersiapkan sebanyak + 100 tanaman dan dipilih
yang seragam sebanyak 72 tanaman. Tanaman diberi label sesuai dengan
perlakuan yang diberikan kemudian ditata berderet tiga baris secara acak.
Selanjutnya dilakukan pemilihan dan penentuan daun yang akan diamati panjang
dan lebarnya. Daun yang diamati dipilih secara acak dan diberi tanda. Dalam satu
pot tanaman anggrek dipilih dua daun yang diamati setiap satu minggu sekali.
2. Pembuatan Larutan Stok
Dosis pupuk daun yang digunakan 2 g.l-1. Sebelum pengaplikasian pupuk
daun, terlebih dahulu dibuat larutan stok pupuk daun. Larutan stok dibuat dengan
cara menimbang masing-masing pupuk daun sebanyak 200 g kemudian dilarutkan
dalam 1 liter air. Pada saat akan dipergunakan untuk pemupukan, larutan stok
tersebut diambil 10 ml, kemudian diencerkan dengan cara menambah air sampai 1
liter.
3. Aplikasi Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.30 – 16.30 WIB,
dengan frekuensi pemberiannya satu minggu sekali (hari Selasa) selama 23
minggu. Pemberian pupuk dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.
Cara pemupukan dilakukan dengan menyemprotkannya pada seluruh bagian daun
dan media secara merata. Volume semprot yang diberikan setiap pot tanaman
sebanyak + 25 ml.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pengendalian gulma serta
pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan satu hari sekali atau
sesuai kebutuhan tanaman. Gulma yang tumbuh di sekitar pot atau tanaman
dibersihkan dengan cara mencabutnya. Dalam pengendalian hama dan penyakit
digunakan fungisida berupa Dithane M-45 dan Benlate serta pemberian
insektisida Decis 2.5 EC, dilakukan seminggu sekali secara bergantian. Cara lain
yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama dan penyakit ini adalah dengan
memotong bagian tanaman yang terserang hama maupun penyakit.
12
5. Pengamatan
Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah perlakuan (MSP)
mulai dari umur 1 MSP sampai 23 MSP. Pengamatan tersebut meliputi :
1. tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh (cm)
2. panjang daun, diukur dari pangkal atau ketiak daun sampai ujung daun (cm)
3. lebar daun, diukur pada bagian tengah daun terlebar dari daun yang diamati
(untuk parameter ke-2) (cm)
4. jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka sempurna)
5. jumlah anakan
Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran RH dan suhu harian (T).
RH dan suhu diukur dengan cara menggantungkan alat Hygrometer di tempat
penelitian, kemudian mencatat RH dan suhunya. Pengamatan dilakukan sehari
tiga kali pada pagi hari (pukul 07.30), siang hari (pukul 12.30) dan sore hari
(pukul 17.30). Menurut Handoko (1993), suhu rata-rata harian dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Kondisi Umum
Kondisi tanaman anggrek Dendrobium sp. pada awal perlakuan secara
umum baik dan seragam. Pada 6 MSP sebanyak 61.11% pot tanaman terserang
penyakit. Rata-rata 17.03% daun per pot tanaman menjadi layu, busuk dan pada
akhirnya mati. Hal ini dikarenakan adanya serangan penyakit bercak daun atau
Antraknosa (Gambar 2). Menurut Pirone (1978), gejala penyakit ini terlihat
dengan adanya bercak kekuningan sampai kecoklatan pada daun. Permukaan daun
menjadi lunak dan cekung.
Bali Queen yang terbaik. Intensitas cahaya aktual pada penelitian ini (3 928 lux)
lebih rendah dibanding intensitas cahaya aktual pada penelitian Widiastoety,
Prasetio dan Solvia (2000) (7 500 – 27 000 lux) maupun intensitas cahaya optimal
untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium (10 764 – 26 910 lux) (Widiastoety dan
Bahar, 1995).
Kondisi iklim selama penelitian menunjukkan adanya fluktuasi suhu dan
kelembaban. Suhu harian berkisar antara 25oC – 32oC dengan rata-rata bulanan
28.67oC (Tabel Lampiran 6). Menurut Stewart (2000), anggrek Dendrobium sp.
memerlukan suhu udara 26oC - 30oC pada siang hari dan 21oC pada malam hari.
RH harian selama penelitian berkisar antara 71% - 93% dengan rata-rata
bulanan 78.52% (Tabel Lampiran 7). Menurut Pridgeon (1992), RH yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan anggrek Dendrobium sp. berkisar antara 70% -
80%. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan RH selama penelitian berada pada
kisaran suhu dan RH optimal yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
anggrek Dendrobium sp.
Tabel 1. Jumlah Unsur Hara N-P-K yang Diterima Setiap Tanaman Selama 23
Minggu
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman tidak
berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun. Tinggi tanaman yang
dihasilkan setiap komposisi pupuk daun mengalami peningkatan dari 3 MSP
sampai 23 MSP (Tabel 3).
Jumlah Daun
Pertumbuhan tanaman tidak hanya ditentukan oleh tinggi tanaman. Tetapi,
ukuran daun yang meliputi jumlah, panjang dan lebar daun dapat dijadikan
sebagai indikator untuk menentukan pertumbuhan tanaman. Pembentukan daun
berawal dari pembelahan sel yang terjadi di dekat apeks tajuk yang kemudian
diikuti primordianya (Salisbury dan Ross, 1995). Dalam pembentukan daun
diperlukan adanya unsur hara yang cukup agar jumlah daun yang dihasilkan
banyak.
mengalami perubahan yang tidak signifikan. Pada 23 MSP komposisi pupuk NPK
(20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) yang mempunyai kandungan
unsur hara N sebanyak 0.195 g/tanaman (Tabel 1) dapat menghasilkan jumlah
daun 4 helai, sedangkan komposisi pupuk NPK (20-15-15) 3x diselingi NPK (10-
55-10) 1x (P7) yang mempunyai kandungan unsur hara N sebanyak 0.205
g/tanaman (Tabel 1) hanya menghasilkan jumlah daun 3.13 helai. Hal ini diduga,
selama penelitian tanaman yang menerima hara N lebih banyak dapat
meningkatkan kerentanan terhadap serangan penyakit yang menyebabkan daun
layu, busuk dan akhirnya mati sehingga terjadi penurunan terhadap jumlah daun.
Menurut Hardjowigeno (2003), kelebihan N dapat mengurangi daya tahan
tanaman terhadap penyakit.
Selain mengandung unsur hara N-P-K, kedua pupuk daun dalam
komposisi pupuk P2 juga mengandung unsur hara Mg (Tabel Lampiran 9).
Adanya kandungan unsur hara Mg dapat lebih meningkatkan jumlah daun. Hasil
penelitian Supriyadi (2001) menyatakan bahwa tanaman yang diberi pupuk daun
Mg menghasilkan jumlah daun lebih banyak dibandingkan tanpa pupuk Mg.
Menurut Laegreid, Backman dan Kaarstad (1999), unsur Mg merupakan penyusun
pigmen klorofil pada tanaman yang berperan mengambil dan mengubah energi
cahaya menjadi bentuk yang dapat digunakan dalam proses fotosintesis.
Panjang Daun
Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukkan bahwa parameter panjang
daun tidak berbeda nyata antar komposisi pupuk daun. Komposisi pupuk NPK
(20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x (P2) mencapai titik kritikal
pertumbuhan panjang daun (13 MSP) lebih cepat dibandingkan komposisi NPK
(20-15-15) 3x diselingi NPK (10-55-10) 1x (P7) yang mencapai titik kritikal
pertumbuhan panjang daun pada 23 MSP (Tabel 5).
Komposisi pupuk daun NPK (20-15-15) 2x diselingi NPK (10-40-15) 1x
(P2) selain mengandung unsur hara N-P-K, juga tersedia unsur hara mikro
lengkap. Kandungan unsur mikro dalam pupuk daun NPK (10-40-15) paling
lengkap dibandingkan pupuk daun yang lainnya (Tabel Lampiran 9) karena semua
unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman tersedia di dalamnya. Unsur mikro
19
pada pupuk daun dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Meskipun
kebutuhan tanaman sedikit tetapi kekahatan unsur mikro dapat menghambat
pertumbuhan tanaman3).
Lebar Daun
Semua perlakuan komposisi pupuk daun yang diberikan pada anggrek
Dendrobium sp.secara analisis sidik ragam menunjukkan bahwa parameter lebar
daun tidak berbeda nyata antar komposisi pupuk daun. Lebar daun yang
dihasilkan setiap komposisi pupuk mengalami peningkatan dari 3 MSP sampai 23
MSP (Tabel 6).
3)
www.nasih.staff.ugm.ac.id
20
Panjang daun dan lebar daun berhubungan dengan luas permukaan daun.
Menurut Hidayat (1995), daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis
dan proses metabolisme lainnya. Jika luasan daun lebih besar maka kemampuan
daun untuk berfotosintesis semakin besar pula dan karbohidrat yang dihasilkan
juga lebih banyak. Karbohidrat dari proses fotosintesis tersebut akan digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Jumlah Anakan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa parameter jumlah anakan
pada 23 MSP berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk daun (Tabel 7).
Kesimpulan
Pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun dan lebar daun
anggrek Dendrobium sp. tidak berbeda nyata antar perlakuan komposisi pupuk
daun, tetapi pada 23 MSP jumlah anakan anggrek Dendrobium sp. berbeda nyata
antar perlakuan komposisi pupuk daun. Komposisi pupuk daun memberikan hasil
yang sama baiknya terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek Dendrobium sp.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan jumlah kandungan hara
yang diperlukan setiap tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Selain
itu juga perlu diperhatikan kondisi lingkungan optimal untuk pertumbuhan
anggrek Dendrobium sp. Anggrek Dendrobium sp. sebaiknya ditempatkan pada
kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya optimal yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidianthy, Y. 2003. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap
Pertumbuhan Mawar (Rosa hibrida L. var. Princess). Skripsi. Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 42 hal.
Ginting, B., W. Prasetio dan T. Sutater. 2001. Pengaruh cara pemberian air,
media dan pemupukan terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium sp.
J.Hort. 11(1) : 22-29.
Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics.
Timber Press, Malaysia. 207 p.
Paul, M. 1963. Orchid Care and Growth. Universe Books, Inc., New York. 135 p.
26
Pirone, P. P. 1978. Diseases and Pests of Ornamental Plants 5th Ed. A Wiley-
Intersciense Publication, New York. 566 p.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/file/0104.ANGGREK.pdf.
Tanggal akses 16 Juni 2006.
Umur
Sumber KK
Tanaman db JK KT F Hit Pr>F
Keragaman (%)
(MSP)
3 Pupuk 8 0.80 0.10 0.63 0.75 23.74
Galat 63 10.01 0.16
Total 71 10.81
8 Pupuk 8 3.78 0.47 0.96 0.47 19.84
Galat 63 30.89 0.49
Total 71 34.67
13 Pupuk 8 183.70 22.96 1.57 0.15 26.78
Galat 63 922.21 14.64
Total 71 1105.91
18 Pupuk 8 117.97 14.75 1.23 0.29 21.28
Galat 63 753.25 11.96
Total 71 871.22
23 Pupuk 8 71.71 8.96 0.74 0.65 20.25
Galat 63 759.07 12.05
Total 71 830.78
Umur
Sumber KK
Tanaman db JK KT F Hit Pr>F
Keragaman (%)
(MSP)
3 Pupuk 8 5.36 0.67 1.67 0.12 17.40
Galat 63 25.25 0.40
Total 71 30.61
8 Pupuk 8 2.25 0.28 0.60 0.78 19.36
Galat 63 29.62 0.47
Total 71 31.88
13 Pupuk 8 5.36 0.67 1.47 0.18 19.34
Galat 63 28.62 0.45
Total 71 33.99
18 Pupuk 8 3.25 0.41 1.13 0.35 16.92
Galat 63 22.62 0.36
Total 71 25.88
23 Pupuk 8 3.44 0.43 0.97 0.46 18.49
Galat 63 27.88 0.44
Total 71 31.32
30
Umur
Sumber KK
Tanaman db JK KT F Hit Pr>F
Keragaman (%)
(MSP)
3 Pupuk 8 0.64 0.08 0.66 0.72 21.86
Galat 63 7.64 0.12
Total 71 8.29
8 Pupuk 8 2.00 0.25 0.65 0.73 23.15
Galat 63 24.37 0.39
Total 71 26.38
13 Pupuk 8 0.82 0.10 0.56 0.80 14.91
Galat 63 11.59 0.18
Total 71 12.4
18 Pupuk 8 0.49 0.06 0.37 0.93 13.77
Galat 63 10.48 0.17
Total 71 10.98
23 Pupuk 8 0.58 0.07 0.46 0.88 13.08
Galat 63 9.95 0.16
Total 71 10.53
Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Komposisi Pupuk Daun terhadap Lebar
Daun Anggrek Dendrobium sp.
Umur
Sumber KK
Tanaman db JK KT F Hit Pr>F
Keragaman (%)
(MSP)
3 Pupuk 8 0.31 0.04 0.69 0.70 16.54
Galat 63 3.58 0.06
Total 71 3.90
8 Pupuk 8 0.31 0.04 0.69 0.70 16.54
Galat 63 3.58 0.06
Total 71 3.90
13 Pupuk 8 0.31 0.04 0.81 0.60 10.19
Galat 63 2.98 0.05
Total 71 3.29
18 Pupuk 8 0.12 0.02 0.42 0.90 8.50
Galat 63 2.26 0.04
Total 71 2.38
23 Pupuk 8 0.19 0.02 0.70 0.69 8.22
Galat 63 2.21 0.04
Total 71 2.40
31
Umur
Sumber KK
Tanaman db JK KT F Hit Pr>F
Keragaman (%)
(MSP)
Pupuk 8 1.53 0.19 0.87 0.54 20.26
3 Galat 63 13.75 0.22
Total 71 15.28
Pupuk 8 2.03 0.25 1.17 0.33 20.05
8 Galat 63 13.62 0.22
Total 71 15.65
Pupuk 8 0.69 0.09 0.63 0.74 17.19
13 Galat 63 8.62 0.14
Total 71 9.32
Pupuk 8 1.25 0.16 1.14 0.34 17.41
18 Galat 63 8.62 0.14
Total 71 9.88
Pupuk 8 3.19 0.40 2.24* 0.04 19.02
23 Galat 63 11.25 0.18
Total 71 14.44
Tabel Lampiran 7. Rata- rata Kelembaban Udara (RH) Harian dan Bulanan (%)
Rata-rata RH (%) Rata-rata
Bulan
07.30 12.30 17.30 Min Max RH Harian (%)
Desember 92.03 73.40 80.26 62 100 81.90
Januari 93.00 69.90 77.70 30 100 80.17
Februari 94.64 62.68 79.64 54 99 78.99
Maret 91.28 63.82 72.18 45 100 75.76
April 92.74 58.00 80.18 52 100 76.97
Mei 96.11 56.22 79.72 49 100 77.35
Rata-rata RH Bulanan (%) 78.52
32
Tabel Lampiran 9. Komposisi Unsur Makro dan Unsur Mikro dalam Pupuk Daun
Pupuk Daun (%)
Unsur
NPK NPK NPK NPK NPK
Hara
(20-15-15) (6-20-30) (32-10-10) (10-55-10) (10-40-15)
N 20 6 32 10 10
P2O5 15 20 10 55 40
K2O 15 30 10 10 15
B v v 0.02 0.02 v
Ca - - 0.05 0.05 v
Co v v - - v
Cu v v 0.05 0.05 v
Fe - - 0.1 0.1 v
Mg 1 3 0.1 0.1 v
Mn v v 0.05 0.05 v
Mo - - 0.0005 0.0005 v
S - - 0.2 0.2 v
Zn v v 0.05 0.05 v
Jumlah Daun
Pot Jumlah Terserang Rata-rata Jumlah Daun
Perlakuan
ke- Daun Penyakit Terserang Antraknosa (%)
Antraknosa
1 PIU1 10 0 0.00
2 PIU2 10 1 10.00
3 PIU3 13 1 7.69
4 PIU4 13 0 0.00
5 PIU5 11 4 36.36
6 PIU6 15 2 13.33
7 PIU7 5 0 0.00
8 PIU8 16 1 6.25
9 P2U1 18 0 0.00
10 P2U2 11 2 18.18
11 P2U3 13 2 15.38
12 P2U4 12 1 8.33
13 P2U5 21 1 4.76
14 P2U6 8 1 12.50
15 P2U7 13 1 7.69
16 P2U8 16 1 6.25
17 P3U1 9 0 0.00
18 P3U2 11 0 0.00
19 P3U3 20 6 30.00
20 P3U4 12 0 0.00
21 P3U5 13 0 0.00
22 P3U6 6 0 0.00
23 P3U7 13 0 0.00
24 P3U8 18 0 0.00
25 P4U1 11 0 0.00
26 P4U2 5 0 0.00
27 P4U3 10 1 10.00
28 P4U4 11 2 18.18
29 P4U5 17 0 0.00
30 P4U6 8 2 25.00
31 P4U7 8 0 0.00
32 P4U8 16 1 6.25
33 P5U1 7 0 0.00
34 P5U2 8 1 12.50
35 P5U3 16 1 6.25
36 P5U4 12 1 8.33
37 P5U5 18 2 11.11
38 P5U6 9 2 22.22
39 P5U7 14 0 0.00
40 P5U8 9 0 0.00
34
41 P6U1 16 2 12.50
42 P6U2 14 1 7.14
43 P6U3 10 2 20.00
44 P6U4 11 0 0.00
45 P6U5 10 2 20.00
46 P6U6 3 1 33.33
47 P6U7 10 3 30.00
48 P6U8 8 2 25.00
49 P7U1 11 1 9.09
50 P7U2 17 5 29.41
51 P7U3 11 1 9.09
52 P7U4 11 5 45.45
53 P7U5 15 0 0.00
54 P7U6 11 2 18.18
55 P7U7 16 4 25.00
56 P7U8 18 0 0.00
57 P8U1 12 2 16.67
58 P8U2 21 0 0.00
59 P8U3 6 0 0.00
60 P8U4 6 0 0.00
61 P8U5 6 1 16.67
62 P8U6 9 3 33.33
63 P8U7 10 1 10.00
64 P8U8 11 0 0.00
65 P9U1 13 0 0.00
66 P9U2 10 1 10.00
67 P9U3 11 2 18.18
68 P9U4 14 3 21.43
69 P9U5 8 0 0.00
70 P9U6 8 1 12.50
71 P9U7 10 3 30.00
72 P9U8 11 0 0.00
Persentase Rata-rata Jumlah Daun per Pot
17.03
Terserang Antraknosa (%)