Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

individu yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut timbulah

interaksi antara individu dengan individu di lingkungannya, baik lingkungan

fisik maupun lingkungan sosio kultural.. Di dalam Undang Undang (UU)

Nomor 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tercantum pengertian

pendidikan :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Menurut George F. Kneller dalam Suwarno (2009:20), pendidikan

memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai

tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa, watak,

ataupun kemauan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu

proses mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari

generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-

lembaga pendidikan seperti sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga-

lembaga lain.

Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kegiatan

pendidikan. Tujuan pendidikan, menurut jenisnya, terbagi dalam beberapa

jenis, yaitu; 1)Tujuan nasional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai

oleh suatu bangsa; 2)Tujuan institusional adalah tujuan pendidikan yang ingin
dicapai suatu lembaga pendidikan; 3)Tujuan kurikuler adalah tujuan

pendidikan yang ingin dicapai oleh suatu mata pelajaran tertentu; dan

4)Tujuan instruksional adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh

suatu pokok atau sub-pokok bahasan tertentu.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 juga menguraikan bahwa

pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sekaligus

meningkatkan harkat dan martabat manusia. Selain itu pendidikan diharapkan

dapat meningkatkan kehidupan manusia kearah yang sempurna, sehingga

pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan betaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Hadis (2006: 59) menyatakan “Aktivitas belajar di sekolah merupakan

inti dari proses pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur terjadinya

proses pendidikan di sekolah. Sedangkan mengajar merupakan alat utama

bagi guru sebagai pendidik dan pengajar dalam mencapai tujuan

pembelajaran sebagai proses pendidikan di kelas”. Tujuan pembelajaran

dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai jika ada interaksi

belajar mengajar antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran di

kelas. Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi yang aktif dan

edukatif antara guru dengan peserta didik yang saling menguntungkan kedua
belah pihak agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan

efektif. Hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran

dapat dicapai sehingga peserta didik mengalami perubahan perilaku melalui

kegiatan belajar.

Slameto dalam Hadis (2006:60) mengemukakan bahwa “Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan

lingkungannya”

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, terdapat banyak faktor yang

mempengaruhinya, antara lain motivasi belajar dan kinerja guru dalam

mengelola kegiatan belajar mengajar.

Menurut Santrock dalam Kompri (2015: 3), motivasi adalah “Proses

yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang

termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama”.

Motivasi bagi peserta didik dapat mengembangkan dan memelihara

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar

hendaknya dalam diri anak perlu ditanamkan suatu motivasi, sehingga dengan

motivasi maka hasil belajar peserta didik diharapkan dapat meningkat.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006

terdapat uraian bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

mata pelajaran yang diberikan mulai tingkat SD/MI/SDLB dan

SMP/MTs/SMPLB. Di dalam KTSP ini mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial adalah untuk mengkaji seperangkat peristiwa, fakta dan konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata

pelajaran Pengetahuan Sosial memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi dan

Ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik

diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan

bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Susanto (2013:137) menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial, yang

sering disingkat dengan IPS, adalah “Ilmu pengetahuan yang mengkaji

berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia

yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman

yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan

menengah”. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang

beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,

sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini. Segala

sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi proses, faktor,

perkembangan, permasalahan, semuanya dipelajari dan dikaji dalam

sosiologi. Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor, dan

permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi. Aspek budaya dengan

segala perkembangan dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi.

Aspek sejarah yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia

dipelajari dalam ilmu sejarah. Begitu juga aspek geografi yang memberikan

karakter ruang terhadap kehidupan di masyarakat dipelajari dalam ilmu

geografi.

Di jenjang Sekolah Dasar (SD) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi

sebagian besar peserta didik masih dianggap sebagai mata pelajaran yang
sulit dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Kajian materinya yang begitu

luas, jam belajar yang hanya tiga jam dalam seminggu menjadi salah satu

kendala bagi peserta didik untuk dapat hasil yang optimal. Kesulitan tersebut

dialami pula oleh siswa-siswi di kelas VI di gugus V Citeureup. Berdasarkan

hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas VI di gugus V

Citeureup didapat informasi bahwa hasil belajar IPS peserta didik tergolong

rendah. Terlihat dari hasil evaluasi harian secara keseluruhan dari peserta

didik. Rata-rata dari tiap sekolah hanya (60,86 %) dari jumlah peserta didik

yang memperoleh nilai 80-100, sementara ada (39,14 %) dari jumlah peserta

didik yang memperoleh nilai kurang dari 70. Sedangkan KKM untuk mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu 70, artinya pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial masih belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga merupakan salah satu mata

pelajaran yang diujikan dalam Ujian Sekolah (US), untuk itu perlu perhatian

khusus bagi guru untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kompas (2011) mengemukakan permasalahan yang sering didengar pada

saat diskusi di berbagai baik tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi,

dengan beberapa teman kepala sekolah yang memiliki latar belakang

pendidikan yang sama atau sama-sama mengajar mata pelajaran IPS.

Persoalan yang mengganjal terkait pembelajaran IPS di sekolahnya,

misalnya: 1) ketidaksiapan dari guru-guru yang ada di sekolahnya untuk

membelajarkan IPS secara terpadu, mengingat terbatasnya tenaga guru yang

ada; 2) tidak tersedianya fasilitas pendukung pembelajaran IPS yang sesuai


dengan kebutuhan; dan 3) masih rendahnya hasil pembelajaran IPS di

sekolah.

Gambaran inilah yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) perlu perbaikan salah satunya dengan cara

menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kompetensi dasar

yang hendak dicapai peserta didik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka kita

sebagai pendidik harus mulai menggunakan inovasi-inovasi model

pembelajaran yang menyenangkan yang dapat meningkatkan keaktifan serta

motivasi belajar peserta didik sehingga diharapkan berpengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar peserta didik. Dalam hal ini peneliti mencoba

menerapkan dua model pembelajaran yang diharapkan membantu peserta

didik agar lebih termotivasi dalam pembelajaran, sehingga diharapkan hasil

belajar peserta didik lebih meningkat.

Model pembelajaran Picture And Picture menurut Muliawan (2016:215)

Prinsip dan cara kerjanya sama dengan metode belajar menyusun


gambar. Peserta didik sama-sama diminta menyusun gambar yang telah
disiapkan secara berurutan dan sistematis. Sistematis dan berurutan
sesuai nalar dan kekuatan logika anak (peserta didik). Bedanya, pada
model pembelajaran Picture And Picture, peserta didik diminta
mengurutkan gambar yang telah disediakan guru satu persatu di depan
kelas.

Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam

proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses

pembelajaran. Selain model pembelajaran Picture And Picture peneliti juga

menerapkan model pembelajaran alternatif sebagai pembanding.

Huda (2014:234) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran Example Non Example merupakan strategi


pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media untuk
menyampaikan materi pelajaran. Strategi ini bertujuan mendorong siswa
untuk belajar berpikir kritis dengan memecahkan permasalahan-
permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar dirancang agar siswa dapat menganalisis
gambar tersebut untuk kemudian dideskripsikan secara singkat perihal isi
dari sebuah gambar. Dengan demikian, strategi ini menekankan pada
konteks analisis siswa.

Gambar yang digunakan dalam strategi ini dapat ditampilkan melalui

OHP, proyektor, atau yang paling sederhana, yaitu poster. Gambar ini

haruslah jelas terlihat meski dari jarak jauh, sehingga siswa yang berada di

bangku belakang dapat juga melihatnya dengan jelas.

Kedua model pembelajaran ini, diharapkan dapat menjadi salah satu

cara yang mampu membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam proses

pembelajaran, dan termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Apabila peserta

didik aktif dan termotivasi dalam belajar diharapkan peserta didik akan lebih

memahami materi pembelajaran dengan baik, sehingga hasil belajar IPS

meningkat. Dengan pemahaman tersebut peserta didik akan mendapatkan

hasil belajar yang maksimal, sedangkan guru hanya menjadi fasilitator bagi

peserta didik.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran

Picture And Picture & Example Non Example dan Motivasi Belajar Terhadap

Hasil Belajar IPS Kelas VI Gugus V Citeureup-Bogor, Jawa Barat”.


B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara peserta didik yang

belajar dengan menggunakan model pembelajaran Picture And Picture

dengan peserta didik yang belajar dengan menggunakan model

pembelajaran Example Non Example ?

2. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan

motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS peserta didik ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS peserta didik, bagi peserta

didik yang mendapat motivasi belajar tinggi antara yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran Picture And Picture dengan yang

belajar menggunakan model pembelajaran Example Non Example ?

4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPS peserta didik, bagi peserta

didik yang mendapat motivasi belajar rendah antara yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran Picture And Picture dengan yang

belajar menggunakan model pembelajaran Example Non Example ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empirik mengenai

keterkaitan model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Data tersebut diharapkan dapat

memberi gambaran mengenai beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, antara lain :
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS antara peserta didik yang

diberi perlakuan pembelajaran model pembelajaran Picture And Picture

dengan peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran

Example Non Example.

2. Untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran dan motivasi

belajar terhadap hasil belajar IPS peserta didik.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS peserta didik, bagi peserta

didik yang mendapat motivasi belajar tinggi antara yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran Picture And Picture dengan yang

belajar menggunakan model pembelajaran Example Non Example.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPS peserta didik, bagi peserta

didik yang mendapat motivasi belajar rendah antara yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran Picture And Picture dengan yang

belajar menggunakan model pembelajaran Example Non Example.

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini digunakan untuk mengembangkan keilmuan dalam

kegiatan ilmiah, yaitu dengan meneliti adakah pengaruh antara model

pembelajaran, dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS pada siswa

Sekolah Dasar. Penelitian ini dapat juga digunakan sebagai bahan kajian

dan pertimbangan dalam penelitian lanjutan yang masih relevan di masa

yang akan datang.


2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Memberikan informasi kepada siswa bahwa untuk meraih prestasi

yang baik dalam belajar hendaknya dalam diri anak perlu ditanamkan

suatu motivasi, sehingga dengan motivasi maka hasil belajar peserta

didik diharapkan dapat meningkat. Juga memberikan informasi betapa

bermanfaatnya suatu motivasi belajar bagi peserta didik dalam

mengembangkan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang maksimal.

b. Orang tua

Memberikan informasi kepada orang tua tentang betapa pentingnya

memiliki motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar IPS. Serta

memberikan informasi bagaimana cara memberikan ataupun seperti

apa bentuk motivasi belajar yang dibutuhkan anak dalam

perkembangan dan belajarnya.

c. Bagi guru

Menambah khasanah pengetahuan terutama dalam pemilihan model

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang mempertimbangkan

kreativitas siswa. Memberikan informasi tentang pentingnya

menerapkan model pembelajaran yang kreatif, inovatif dan

menyenangkan serta memberikan motivasi belajar dalam

meningkatkan hasil belajar anak.


d. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif dalam mengelola

pembelajaran yang kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa.

Memberikan informasi akan pentingnya meningkatkan motivasi

belajar dalam pendidikan siswa, juga sebagai bahan pertimbangan

dalam menyusun program-program sekolah.

Anda mungkin juga menyukai