Anda di halaman 1dari 15

PR UJIAN THT

INEKE PUTRI
112016341
OMA
Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti
radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran
Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka
sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang
dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika
lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan
organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan
pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun
cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45
desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.
Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat
merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi
otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini
berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat,
pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik.1
Stadium
OMA memiliki beberapa stadium berdasarkan pada gambaran membran
timpani yang diamati melalui liang telinga luar yaitu stadium oklusi, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi.1
Pada stadium oklusi tuba Eustachius perdapat gambaran retraksi membran
timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara.

1
Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat dan sukar dibedakan dengan
otitis media serosa virus. terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik
untuk anak <12 thn dan HCl efedrin 1% dalam larutan fisiologik untuk anak yang
berumur >12 thn atau dewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati
dengan memberikan antibiotik.1
Pada stadium hiperemis, pembuluh darah tampak lebar dan edema pada
membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat
yang serosa sehingga sukar terlihat. diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan
analgesik. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat
resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam
darah sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa, dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Bila alergi terhadap penisilin maka diberikan eritromisin. Pada anak diberikan
ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin
4x40 mg/kgBB/hari.1
Pada stadium supurasi, edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan
hancurnya sel epitel superfisila serta terbentuk eksudat purulen di kavum timpani
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
tambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka
terjadi iskemia. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah yang
lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi ruptur. Selain
antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat
berkurang. Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.1
Pada stadium perforasi, karena beberapa sebab seperti terlambatnya
pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat menyebabkan
membran timpani ruptur. Keluar nanah dari telinga tengah ke telinga luar. Anak

2
yang tadinya gelisah akan menjadi lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur
nyenyak. sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat sekret keluar
secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H 2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu.1
Pada stadium resolusi, bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang
dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan
daya tahan tubuh baik.1
Daftar Pustaka
1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga,
Hidung, Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007

OTITIS MEDIA EFUSI


DEFINISI
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME, otitis media mucoid).1
Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi
tersebut encer.2 disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti
lem disebut otitis media mukoid (glue ear).1
EPIDEMIOLOGI
Infeksi telinga tengah merupakan diagnosa utama yang paling sering dijumpai
pada anak-anak usia kurang dari 15 tahun yang diperiksa di tempat praktek
dokter.2 Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami setidaknya satu
episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka
mengalaminya tiga kali atau lebih.3 Di Inggris, setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia 10 tahun. Di negara tersebut otitis media
paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun. 3 Pada tahun 1990, 12,8 juta kejadian
otitis media terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Anak-anak dengan usia

3
di bawah 2 tahun, 17% memiliki peluang untuk kambuh kembali. 30-45% anak-
anak dengan OMA dapat menjadi OME setelah 30 hari dan 10% lainnya menjadi
OME setelah 90 hari, sedikitnya 3,84 juta kasus OME terjadi pada tahun tersebut;
1,28 juta kasus menetap setelah 3 bulan.2
Di Indonesia masih jarang ditemukan kepustakaan yang melaporkan angka
kejadian penyakit ini, hal ini di sebabkan kerena belum ada penelitian yang
khusus mengenai penyakit ini, atau tidak terdeteksi karena minimalnya keluhan
pada anak yang menderita OME.

ETIOLOGI
Etiologi OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri,
gangguan fungsi tuba Eustachius. Faktor penyebab lainnya termasuk adenoid
hipertrofi, adenoitis, palatoskisis, tumor nasofaring, barotrauma, rinitis, sinusitis.

ETIOPATOGENESIS
Pada dasarnya otitis media efusi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu otitis
media serosa dan otitis media mukoid. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media
mukoid.4
Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga
tengah terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu
dan gangguan mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap refluks dari
rongga nasofaring. Akibat gangguan tersebut rongga telinga tengah akan
mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di telinga tengah menyebabkan
peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi transudasi. Selain itu
terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar. Akibatnya terdapat
akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga tengah akan
menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.
Gangguan pada tuba eustachius yang membuat tuba eustachius tidak dapat
membuka secara normal antara lain berupa palatoskisis dan obstruksi tuba serta
barotrauma.5

4
Palatoskisis dapat menyebabkan disfungsi tuba eustachius akibat hilangya
penambat otot tensor veli palatini. Pada palastokisis yang tidak dikoreksi, otot
menjadi terhambat dalam kontraksinya membuka tuba eustachius pada saat
menelan. Ketidakmampuan untuk membuka tuba ini menyebabkan ventilasi
telinga tengah tidak memadai, dan selanjutnya terjadi peradangan.3
Obstruksi tuba eustachius dapat disebabkan oleh berbagai keadaan termasuk
peradangan, seperti nasofaringitis atau adenoitis. Obstruksi juga disebabkan oleh
tumor nasofaring. Bila suatu tumor nasofaring menyumbat tuba eustachius,
temuan klinis pertama dapat berupa cairan dalam telinga tengah. Obstruksi dapat
pula disebabkan oleh benda asing, misalnya tampon posterior untuk pengobatan
epistaksis, atau trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif
sehingga terbentuk parut dan penutupan tuba.9
Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-
tiba di luar telinga tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang
menyebabkan tuba gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan mencapai
90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada
keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan
keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan
ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid
tercampur darah.4

KLASIFIKASI
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:
1. Otitis media serosa akut
Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba eustachius disertai
rasa nyeri pada telinga
2. Otitis media serosa kronis
Pada keadaan kronis, sekret terbentuknya secara bertahap tanpa
rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung
lama.

5
PATOFISIOLOGI
Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan
mengeluarkan sekret, yang akan dipindahkan oleh sistem mukosilier ke nasofaring
melalui tuba eustachius. Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi
produksi sekret yang berlebihan, klirens sekret yang optimal, atau kedua-duanya
dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di telinga tengah.7
Infeksi (peradangan) yang disebabkan bakteri dan virus dapat mendorong
peningkatan produksi dan kekentalan sekret mukosa yang edema dapat
menyebabkan obstruksi tuba eustachi. Kelumpuhan silia yang sementara yang
disebabkan eksotoksin bakteri akan menghambat proses penyembuhan dari OME.
Ada 2 mekanisme utama yang menyebabkan OME :
1. Kegagalan fungsi tuba eustachi untuk pertukaran udara pada telinga tengah
dan juga tidak dapat mengalirkan cairan.
2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah. Dari hasil biopsi
mukosa telinga tengah pada kasus OME didapatkan peningkatan jumlah
sel yang menghasilkan mukus atau serosa.5

6
Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang
mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat
adanya perbadaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid,
cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eustachius, dan rongga
mastoid. Faktor utama yang berperan disini adalah terganggunya fungsi tuba
eustachius.1
Otitis media serosa sering timbul setelah otitis media akut. Cairan yang
telah terakumulasi dibelakang gendang telinga selama infeksi akut dapat tetap
menetap walau infeksi mulai mengalami penyembuhan. Sekresi cairan dan
inflamasi menyebabkan suatu oklusi relatif dari tuba eustachius. Normalnya,
mukosa telinga tengah mengabsorbpsi udara di dalam telinga tengah. Apabila
udara dalam telinga tengah tidak diganti akibat obstruksi relatif dari tuba
eustachius, maka akibatnya terjadi tekanan negatif dalam telinga tengah dan
menyebabkan suatu efusi yang serius. Efusi pada telinga tengah ini menjadi suatu
media pertumbuhan mikroba dan dengan adanya ISPA dapat terjadi penyebaran

7
virus-virus dan atau bakteria dari saluran nafas bagian atas ke telinga bagian
tengah.8
Saat lahir, tuba Eustahius berada pada bidang paralel dengan dasar
tengkorak, sekitar 10 derajat dari bidang horizontal dan memiliki lumen yang
pendek dan sempit. Seiring dengan pertambahan usia, terutama saat mencapai usia
7 tahun, lumen tuba eustachius menjadi lebih lebar, panjang, dan membentuk
sudut 45 derajat terhadap bidang horizontal telinga. Dengan struktur yang
demikian, pada anak usia < 7 tahun, sekresi dari nasofaring lebih mudah mencapai
telinga tengah dan membawa kuman patogen ke telinga tengah.

GEJALA KLINIS
Otitis Media Serosa Akut
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran
berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau
suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak
dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri di dalam telinga
dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan
negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk, tekanan negatif ini
perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila
penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing
kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi tampak membrana
timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan
dalam cavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala.9
Otitis Media Serosa Kronik
Pada otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga
tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga tengah dengan disertai rasa nyeri
pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala- gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekret
pada otitis media serosa kronik kental seperti lem, maka disebut glue ear. Otitis
media serosa kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa dan otitis media akut (OMA)
yang tidak sembuh sempurna.

8
DIAGNOSIS
Diagnosis otitis media efusi seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya
sendiri yang kerap tidak bergejala, atau dikenal dengan silent otitis media. Otitis
media efusi sering tidak terdeteksi baik oleh orang tuanya, guru, bahkan oleh
anaknya sendiri. Selain dari anamnesis, terdapat beberapa pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis otitis
media efusi.10-11
Anamnesis
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini
disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang tua
mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan bahwa
anak mempunyai problem pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di sekolah,
bahkan dalam gangguan wicara dan bahasa. Sering kali OME ditemukan secara
tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan pendengaran di sekolah-
sekolah.
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering
adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh sampai
dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME biasanya
mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri tenggorokan
berulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka mengeluhkan
kesulitan mendengarkan pelajaran di sekolah, atau harus membesarkan volume
saat menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering mendengarkan keluhan
telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat anaknya menarik-narik
daun telinganya.

Pemeriksaan Fisik
a) Otoskopi
Diagnosis otitis media efusi terutama didasarkan pada pemeriksaan
membran timpani. Otoskopi yang tepat memerlukan liang telinga yang bersih dan
pencahayaan dan pembesaran yang memadai. Pada kasus efusi mucoid,

9
pemeriksaan otoskopi dapat memperlihatkan membrane timpani opaque,
translusen, warna kusam dan tekstur tebal. Tekanan yang disebabkan oleh efusi di
telinga tengah dapat menyebabkan membrane timpani sedikit menonjol. Pada
efusi serosa kadang-kadang hanya mengisi sebagian rongga timpani, ini
memperlihatkan adanya air fluid level dan gelembung udara yang terlihat melalui
membran timpani.10-1

10
11
b) Tes pendengaran dengan garpu tala
Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya
penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien
dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis media efusi didapatkan
gambaran tuli konduktif.10

Pemeriksaan Penunjang
Pure tone Audiometry
Selain dengan Garpu Tala, penilaian gangguan pendengaran bisa dilakukana
dengan Audiometri Nada Murni. Tuli konduktif umumnya berkisar antara derajat
ringan hingga sedang.10

DIAGNOSIS BANDING

12
PENATALAKSANAAN
1. Terapi non-bedah
Pengobatan konservatif secara local ( obat tetes hidung atau spray ) dan
sistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan, serta
perasat valsava.
Setelah satu atau dua minggu, bila gejala-gejala masih menetap dapat
dilakukan tindakan pembedahan.
2. Terapi pembedahan
Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain miringotomi,
pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi. Satu-satunya pengobatan yang
efektif pada pasien dengan otitis media efusi adalah evakuasi cairan di telinga
tengah dengan pembedahan.

13
KOMPLIKASI
Akibat lanjut OME dapat mengakibatkan hilangnya fungsi pendengaran
sehingga akan mempengaruhi perkembangan bicara dan intelektual. Perubahan
yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit berlanjut menjadi
otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.

PROGNOSA
Secara umum, prognosis pasien dengan otitis media efusi tergolong baik.
Kebanyakan kasus sembuh sendiri tanpa intervensi. Angka prevalensi otitis media
efusi juga menurun tajam pada anak usia 7 tahun, yang dikaitkan dengan maturasi
tuba eustachius dan fungsi imunitas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Probost R, Grevers G, Iro H. Middle ear. In: Probost R, Grevers G, Iro H,


editors. Basic Otorhinolaryngology. Stutgart : Thieme.; 2006. p. 228-249
2. Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis
& Treatment – Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc
Graw Hill. 2008
3. Media,Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 5 May 2011. Available from :
http://id.wikipedia.org/wiki/telinga
4. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga Tengah. In: Soepardi
EA, et all, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. 6th ed. Jakarta : Badan Penerbit FKUI. 2007. p. 64-74
5. Paparella,MM., Adams, GL., Levine, SC. Penyakit telinga tengah dan
mastoid. Dalam: Adams, GL., Boies,LR., Higler, PA. BOIES Buku Ajar
Penyakit THT. Ed. 6. Jakarta:EGC. 1997. P. 90-9
6. David L.S, Ear, Nose and throat disorders: serous otitis media,
Netwellness; 2008

14
7. Dhingra, PL. Editor : Otitis Media With Effusion. Disease of Ear, Nose,
and Throat. New Delhi : Churchill Livingstone Pvt Ltd . 1998. P 64-67
8. Cook. K. 2005. Otitis Media. Cited 7 May 2011. Available from :
http://www.emedicine/emerg/emedicine/htm.351.topic
9. Soepardi, Efiaty Arsyad; Iskandar, Nurbaiti. Editor : Otitis Media Non-
Supuratif. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-Tenggorokan-
Kepala-Leher. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2001.p
58 – 60.
10. Soepardi, efiaty arsyad.dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta ; FKUI
11. Otitis media with effusions (fluid behind the eardrum), Departement of
surgery, the University of Arizona.

15

Anda mungkin juga menyukai