Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN STUDI KASUS

MASALAH OBESITAS PADA REMAJA DI KABUPATEN MINAHASA

A. Latar Belakang Masalah


Obesitas didefinisikan sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan
adiposa. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan
akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009). Obesitas terjadi jika dalam suatu
periode waktu, lebih banyak kilokalori yang masuk melalui makanan daripada yang
digunakan untuk menunjang kebutuhan energi tubuh, dengan kelebihan energi
tersebut disimpan sebagai trigliserida di jaringan lemak (Sherwood, 2012).
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan
danmetabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologikspesifik.
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaandengan akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringanadiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).
Menurut Kamus Dorland dalam (Hasdianah, 2014:63-64) obesitas adalah
peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik sebagai akibat
akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.
Seiring dengan berkembangnya zaman serta perubahan tren dan pola
hidupyang kurang sehat, saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita
obesitas. Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit–
penyakit non infeksi (Non Communicable Diseases) yang banyak terjadi di negara
maju maupun negara berkembang. Fenomena ini sering diberi nama “New World
Syndrome” atau sindroma dunia baru dan hal ini telah menimbulkan beban sosial–
ekonomi serta kesehatan masyarakat yang sangat besar di negara–negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia (WHO, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2014, lebih dari1,9
miliar orang dewasa yang berusia > 18 tahun, kelebihan berat badan. Dari jumlah
tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% dari
populasi dunia dewasa (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami obesitas
pada tahun 2014. Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara
tahun 1980 dan2014 (WHO, 2015).
Penyebab obesitas sangat kompleks, artinya obesitas disebabkan olehbanyak
faktor. Obesitas timbul akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila
energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh
melebihi jumlah yang dikeluarkan, berat badan akan bertambah dan sebagian energi
tersebut akan disimpan sebagai lemak (Guyton, 2007).
Penumpukan lemak disimpan dibawah kulit terutama berada di sekitar
pinggul, paha, dinding perut, punggung dan pangkal lengan. Selain dibawah kulit,
lemak disimpan juga berada di dalam rongga dada. Lemak simpanan pada rongga
perut dan di bawah kulitterus bertambah selama kelebihan energy berlangsung.
Pertambahan lemak pada rongga perut dan dibawah kulit dapat mengubah bentuk
tubuh seseorang. Jumlah lemak yang normal pada wanita adalah sekitar 15-28% dari
berat badannya dan untuk pria jumlah lemak yang normal adalah 10-18% dari berat
badannya. Presentasi lemak simpanan dibawah kulit pada wanita adalah 9% dan pada
pria adalah 4,4%, presentase lemak dismipan di rongga perut dan dada pada wanita
adalah 2,3% dan 1,55% pada pria (Irwan, 2016: 101).
Pada penelitian yang dilakukan (Kussoy, 2013) bahwa tingginya prevalensi
obesitas pada remaja kemungkinan berhubungan dengan kebiasaan makan remaja
yang kurang baik. Aktivitas remaja umumnya banyak dilakukan di luar rumah
sehingga sering dipengaruhi oleh teman sebaya, termasuk dalam hal pemilihan
makanan. Pemilihan makan sudah bukan lagi berdasarkan kandungan gizi tetapi
sekedar bersosialiasai untuk kesenangan dan agar tidak kehilangan status. Pada saat
sekarang ini umumnya remaja memilih makanan yang tidak membutuhkan waktu
lama untuk diolah. Jenis makanan seperti ini dikenal dengan istilah fast food.

B. Obesitas Secara Epidemiologi


Prevalensi obesitas populasi dewasa di seluruh dunia pada tahun 2005
mencapai 400 juta jiwa (WHO, 2011). Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas
pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun
2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun)
32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 % dari tahun 2010 (15,5%)
(Riskesdas, 2013).
Prevalensi nasional obesitas tipe pear shaped (usia >15 tahun) di Indonesia
sebesar 19,1% (8,8% overweight dan 10,3% obesitas) dan prevalensi obesitas tipe
apple shaped sebesar 26,6%, lebih tinggi dari prevalensi pada tahun 2007 (18,8%).
Kelompok dengan karakteristik obesitas tipe apple shaped tertinggi di Indonesia
berada dalam rentang umur 40-54 tahun sebanyak 27,4% (Riskesdas, 2013).
Di Indonesia, obesitas merupakan salah satu permasalahan gizi. Berdasarkan
Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi obesitas
pada penduduk berusia ≥18 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7
persen, lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013,
prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9 persen, naik 18,1 persen dari
tahun 2007 (13,9%) dan 17,5 persen dari tahun 2010 (15,5%) (Kemenkes, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan Moehji (2003) tiga jenis pekerjaan yang
memiliki prevalensi obesitas tertinggi yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang
menempati urutan pertama karakteristik penderita obesitas dengan prevalensi sebesar
27,3%, ABRI 26,4% dan wiraswasta sebesar 26,5%. Menurut Arambepola (2006)
dalam penelitiannya menemukan bahwa obesitas abdominal 33% lebih banyak pada
laki-laki yang memiliki pekerjaan sedentarian (profesional, manager, tata usaha) dan
hanya 6% pada mereka yang memiliki pekerjaan aktif yang tinggi (petani, nelayan,
tukang kayu).
C. Kegiatan Surveilance Terhadap Obesitas
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdasnas) tahun 2010, prevalensi
kegemukan pada anak umur 13-15 tahun adalah 2,5%. Ada 15 provinsi yang memiliki
prevalensi kegemukan pada anak 13-15 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu
Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka
Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Bali, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Papua. Untuk
prevalensi kegemukan pada anak 16-18 tahun adalah 1,4%.
Terdapat 11 provinsi yang memiliki prevalensi kegemukan pada anak 16-18
tahun diatas prevalensi nasional, yaitu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua.
Dari data diatas, peneliti memilih mengambil kasus prevalensi obesitas pada
remaja di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

D. Pengaruh Lingkungan Terhadap Masalah Obesitas


Lingkungan, termasuk perilaku atau gaya hidup juga memegang peranan yang
cukup berarti terhadap kejadian obesitas.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan penting yang cukup berarti.
Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya. (Farida El-Baz, 2009).
Faktor lingkungan juga mempengaruhi seseorang untuk menjadi gemuk. Jika
seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap gemuk adalah simbol
kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk menjadi
gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal maka
orang yang obesitas tidak akan mengalami masalah-masalah psikologis sehubungan
dengan kegemukan (Hasdianah, 2014:75).
Etnis Minahasa di Provinsi Sulawesi Utara mempunyai kebiasaan makan yang
cukup unik dengan beragam makanan yang khas yang sebagian besar mengandung
asam lemak jenuh tinggi, masyarakat etnis Minahasa juga yang sebagian besar
beragama Kristen mempunyai suatu kebiasaan party yang diikuti dengan pesta makan
makanan khas Minahasa yang sebagian besar berasal dari lemak hewani (babi).
Prevalensi obesitas pada remaja di kota Manado tahun 2005 adalah 9,88%,
sedangkan Prevalensi remaja obesitas di kota Tomohon pada tahun 2010 sebesar 35%

E. Usaha Pencegahan (Primer, Sekunder, Tersier) Terhadap Masalah Obesitas


a. Pencegahan primer adalah dengan pendekatan komunitas untuk mempromosikan
cara hidup sehat. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah,
tempat kerja dan pusat kesehatan masyarakat.
b. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan prevalensi obesitas. Usaha
pencegahan dimulai dengan pengaturan diet, bukan mengurangi jumlah asupan
makanan tetapi dengan mengatur komposisi makanan menjadi menu sehat.
c. Pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi obesitas dan komplikasi penyakit
yang ditimbulkan. Usaha pencegahan dimulai dengan peningkatan aktivitas
fisik, misalnya dengan membatasi aktivitas pasif seperti menonton televisi atau
bermain komputer dan mengubah pola hidup (modifikasi perilaku) menjadi pola
hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam beraktivitas.
F. Pengaruh Obesitas terhadap Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu hamil dengan obesitas saat ini diketahui sangat berisiko untuk menderita
penyakit-penyakit dalam kehamilan.Selain itu obesitas juga mempengaruhi kesuburan
seorang wanita, wanita hamil dengan obesitas juga lebih berisiko mengalami
keguguran dibandingkan dengan wanita hamil normal (Kerrigan, 2010).
Wanita hamil dengan obesitas sangat berisiko tinggi menimbulkan abortus
spontan dan mengalami penyakit-penyakit seperti hipertensi dalam kehamilan,
gestasional diabetes, gangguan pernafasan dan tromboemboli, berkaitan dengan
proses persalinannya sendiri wanita tersebut akan membutuhkan waktu persalinan
yang lebih lama dengan risiko tindakan seksio sesaria lebih tinggi, selain itu juga
sehubungan dengan operasi akan mengalami kesulitan dalam tindakan pembiusan dan
penyembuhan luka (Yao dkk., 2014).
Sedangkan terhadap bayinya risiko untuk terjadi komplikasi seperti kelainan
kongenital, makrosomia, stillbirth, distosia bahu dan kemungkinan menderita obesitas
dan diabetes pada saat dewasa menjadi lebih besar (Rowlands dkk., 2010).

a. Komplikasi Obesitas dalam Kehamilan


 Abortus spontan
Risiko abortus spontan pada wanita obesitas meningkat, Lashen dkk
mengidentifikasipada suatu penelitian case control didapatkan OR abortus
spontan sebesar 1,2.Didapatkan juga peningkatan abortus berulang (>3
kali) pada populasi obesitasdengan OR 3,5. Obesitas berkaitan erat dengan
abortus baik itu pada wanita denganPCOS (Polycystic Ovarian Syndrome)
ataupun pada wanita dengan morfologiovarium normal, disebutkan bahwa
50% wanita obesitas mengalami PCOSbandingkan dengan wanita berat
badan normal sekitar 30%.Pada suatu metaanalisa terhadap 13 penelitian
tentang gonadotropin induksi ovulasi pada wanita dengan gonadotropin
normal yang anovulatori infertil didapatkan bahwa obesitas dan insulin
resistensi berpengaruh terhadap hasil luaran yang buruk terhadap terapi.
Abortus spontan pada obesitas meningkat seiring dengan menurunnya
sensitivitas insulin (Davies, 2010).
Mekanisme lain yang mencoba menjelaskan patofisiologi abortus
pada obesitas adalah meningkatnya agen-agen protrombotik dan inflamasi
oleh jaringan adipose. Plasminogen Activator Inhibitor type 1 (PAI-1)
berhubungan dengan meningkatnya abortus spontan pada obesitas,
penatalaksanaan denganmetformin tampaknya mengurangi PAI-1 dan
kejadian abortus (Jarvie, 2010).
 Komplikasi medis
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya kelainan medis dalam kehamilan
sepertidiabetes gestasional, preeklampsia, penyakit tromboemboli,
obstruksi saluran nafas(sleep apneu), asma, dan low back pain. Pada
kehamilan terjadi suatu keadaaninflamasi dan insulin resisten, hal tersebut
fisiologis sebagai kompensasi terhadapperkembangan hasil konsepsi
namun akan memberikan dampak yang buruk apabila kehamilan dialami
oleh wanita dengan overweight dan obesitas (Roberts dkk., 2011).
Pada wanita obesitas berisiko 3 kali untuk menderita diabetes dalam
kehamilan, olehkarena keadaan obesitas menyebabkan disregulasi keadaan
inflamasi dan metabolisme tubuh sehingga sangat berpotensi untuk
timbulnya hipertensi dan diabetes.Mediator inflamasi berasal dari adiposit
yaitu adipokines, faktor inflamasitersebut berhubungan dengan sistem
komplemen yang juga berasal dari jaringan lemak (Dennedy, 2012). Dari
literatur juga disebutkan bahwa pada keadaan obesitas kadar vitamin D
lebih rendah dibandingkan dengan wanita hamil dengan berat badan
normal dimana keadaan ini dapat berhubungan dengan terjadinya
gestasional diabetes dan preeklampsia serta terhadap perkembangan otak
dan tulang bayi (Karlsson,2014).
 Komplikasi perinatal dan postpartum
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya perdarahan dan infeksi
postpartum, termasukkegagalan dalam proses laktasi, hal tersebut mungkin
disebabkan oleh responprolaktin pada wanita dengan obesitas sehingga
akan meningkatkan penggunaan susuformula yang mana cenderung
menimbulkan obesitas pada bayi tersebut (Depaivadkk., 2012).
Dari beberapa literatur menunjukkan bukti bahwa kontraksi uteruspada
wanita obesitas terganggu (Huda, 2010).Pada obesitas terjadi gangguan
proliferasi limfosit dan penurunan produksi CD8+ dan NKT sel sehingga
meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka jahit paska persalinan, infeksi
saluran kemih, serta penggunaan antibiotik yang lebih lama dibandingkan
dengan wanitaberat badan normal (Sarbattama dkk., 2013).
b. Komplikasi pada Bayi
Komplikasi yang ditimbulkan oleh obesitas terhadap hasil konsepsi dimulai
sejakawal konsepi, antenatal, intrapartum dan postpartum bahkan sampai pada
saatdewasa. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain :
 Kelainan kongenital
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko kelainan
kongenitalsehubungan dengan obesitas pada ibu. Kelainan tersebut antara
lain defek tabungsaraf (DTS), defek jantung, abnormalitas saluran cerna,
omfalokel, orofacial cleft dankelainan kongenital lainnya pada sistem saraf
pusat (Kither, 2012).
Dari beberapapenelitian menunjukkan risiko terjadinya defek tabung saraf
meningkat seiringdengan peningkatan BMI dibandingkan dengan BMI
normal. Terjadinya kelainan kongenital tersebut belum sepenuhnya
dipahami patofisiologinya, diperkirakan sehubungan dengan kadar
hiperglikemia yang memicu radikal bebas sehingga agen vasokonstriktor
seperti tromboksan meningkat berbanding terbalik dengan agen
vasodilator seperti prostasiklin yang menurun akibatnya aliran darah
terganggu termasuk disini adalah berkurangnya asupan nutrisi terlebih saat
organogenesis.
Dilain pihak dalam percobaan pada binatang menunjukkan bahwa suplai
bermacam nutrisi yang berlebih seperti glukosa dan asam amino dapat
bersifat embriotoksis dimana keadaan tersebut memicu oksigen reaktif
terhadap protein, lemak dan DNA dimitochondria sehingga terjadi oksidasi
dan kerusakan sel (Stotland, 2009).
 Makrosomia
Wanita dengan obesitas, pregestasional diabetes, gestasionaldiabetes
berisiko untuk melahirkan bayi makrosomia, yaitu bayi dengan berat
badan>90 persentil (LGA, Large for Gestasional Age) atau >4,5kg atau
> 2 SD. Dalampenelitian menunjukkan dari 100 bayi yang lahir dengan
LGA, 11 diantaranya berasaldari ibu dengan obesitas, sedangkan 4 lahir
dari ibu dengan pregestasional diabetes,hal tersebut menunjukkan bahwa
prevalensi bayi LGA lebih sering pada wanitadengan obesitas
dibandingkan wanita dengan pregestasional diabetes (Buschur, 2012).
Dari literatur disebutkan bahwa kadar trigliserid wanita obesitas
merupakanprediktor yang baik untuk memperkirakan bayi makrosomia
pada wanita tersebutbaik dengan atau tanpa disertai diabetes dalam
kehamilan (Shaikh, 2010).
 Prematuritas
Dari beberapa literatur menunjukkan perbedaan pendapat bahwa
obesitasmenyebabkan prematuritas, tetapi lebih cenderung prematuritas
disebabkan olehpenyakit yang diderita oleh ibu yang mana risiko
kejadiannya meningkat apabila ibu mengalami obesitas (Vaswani, 2013).
 Antepartum stillbirth
Dari penelitian didapatkan bahwa peningkatan BMI sebelum hamil
berhubungandengan kejadian stillbirth, patofisiologi yang menerangkan
peningkatan risikoterjadinya hal tersebut hingga saat ini belum
jelas.Kemungkinannya adalahberhubungan dengan penyakit yang
ditimbulkan oleh obesitas seperti diabetesmellitus dan hipertensi.
Penjelasan lain penyebabnya adalah oleh karena sleep apnoeyang diikuti
dengan fetal hipoksia, kelainan metabolisme ibu seperti hiperlipidemia
sehingga terjadi plasenta arterosklerosis berakibat menurunnya aliran
darah ke plasenta atau kesulitan ibu dalam menilai perburukan gerakan
bayi (Huda,2010).
Risiko terjadinya stillbirthpada wanita hamil dengan obesitas 2-5 kali
lebihtinggi dibandingkan wanita dengan BMI normal. Risiko stillbirthpada
obesitasmeningkat seiring pertambahan usia kehamilan. Studi
epidemiologi menunjukkanpada obesitas kelas III risiko terjadinya
stillbirth 1,5 kali lebih tinggi dibandingkanobesitas kelas I. Studi tersebut
juga menyatakan bahwa wanita hamil dengan BMIoverweight, obesitas
kelas I, dan obesitas kelas II risiko stillbirth pada usia kehamilan30-42
minggu dalam grafik ditunjukkan linier, berbeda pada obesitas kelas III
danBMI > 50 kg/m2 dimana risikonya meningkatcepat seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan (Yao dkk., 2014).
 Morbiditas perinatal
Bayi yang lahir dari ibu dengan obesitas berisiko tinggi untuk dirawat di
NeonatalIntensive Care Unit (NICU) oleh karena aspirasi mekonium dan
distosia bahu, selainitu juga obesitas berhubungan dengan hipoglikemia,
jaundice dan gangguan pernafasan bayi.Sedangkan hubungan antara
obesitas dengan early neonatal deathbelum dapat dipahami secara jelas,
tetapi dari 3 penelitian menunjukkan kedua haltersebut berhubungan,
sedangkan pada penelitian lain memperlihatkan hubunganantara early
neonatal death dengan wanita obesitas primipara(Rowlands dkk., 2010).
 Kejadian obesitas pada anak yang lahir dari ibu obesitas
Dari beberapa literatur menjelaskan bahwa keadaan pada anak dikemudian
haritelah terprogram sejak awal konsepsi dalam kandungan.Hal tersebut
dipengaruhi olehbeberapa faktor seperti nutrisi dan hormon yang berperan
terhadap fungsi organ tubuhdan sistem yang meregulasinya sehingga jika
terjadi gangguan pada saat awalpengaturan tersebut maka berimplikasi
pada keadaan seperti obesitas dan diabetesatau berbagai macam penyakit
lainnya.
Pada penelitian epidemiologi didapatkan bahwa wanita hamil obesitas
denganjanin overnutrisiberpotensi untuk tumbuh menjadi obesitas.
Penelitian tersebutmenunjukkan bayi yang lahir dari ibu obesitas memiliki
massa lemak yang lebihbanyak dibandingkan dengan bayi yang lahir dari
ibu dengan BMI normal (Adamo dkk., 2013).
Penting untuk diperhatikan bahwa bayi yang terlahir dari ibu overweight
atau obesitas 2 kali berisiko untuk menjadi obesitas pada usia 24 bulan dan
anak-anak dengan BMI yang lebih dari normal cenderung untuk
mengalami berat badan lebih pada usia 12 tahun (Desai dkk., 2014).

G. Kegiatan Advokasi yang Sudah Dilaksanakan / Akan di laksanakan


Kegiatan advokasi yang sudah dilakukan untuk masalah obesitas di
Minahasaadalah dengan menggunakan metode penelitian. Penelitian ini bersifat
cross-sectional dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dilakukan di SMK negeri
di kota Tondano. Penelitian ini dalam pelaksanaannya dari persiapan, pengumpulan
data, analisis data, hingga diseminarkan dilaksakan dari bulan Agustus 2012 – Januari
2013. Populasi adalah remaja yang berusia 13-18 tahun di kabupaten Minahasa.
Sampel adalah siswa SMK di kota Tondano. Pengambilan sampel menggunakan cara
Simple Random Sampling. Kriteria Inklusi yaitu siswa yang berusia 13 tahun – 18
tahun, sehat, terdaftar, dan aktif mengikuti kegiatan sekolah dan siswa yang bersedia
menandatangani surat persetujuan untuk dijadikan sampel penelitian. Kriteria eksklusi
adalah siswa yang menderita penyakit kronis.
Definisi operasional obesitas dinilai dengan mengukur lingkar pinggang.
Tempat pengukuran diantara tulang panggul bagian atas dan tulang rusuk bagian
bawah. Pengkategorian obesitas berdasarkan nilai ukuran lingkar pinggang, untuk
laki-laki >90 cm, dan untuk wanita >80 cm (International Diabetes Federation,
2005). Remaja adalah anak-anak yang berusia antara 13-18 tahun (Hurlock, 1981).
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pita pengukur lingkar pinggang dan alat
tulis menulis. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lingkar pinggang,
pengukuran lingkar pinggang dilakukan dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju
penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista
illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar
dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir ekspirasi normal. Nyatakan lingkar
pinggang dalam cm. Data yang diperoleh kemudian di kumpul, diolah, ditabulasi, dan
diambil rata-rata.

H. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Terhadap Masalah Obesitas


Kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap masalah obesitas diwakili dalam
penelitian yang dilakukan sejak bulan Agustus 2012 sampai bulan Januari 2013 dan
untuk pengambilan data dilakukan sejak bulan November 2012 sampai bulan Januari
2013 di SMK Negeri di Kota Tondano, penelitian ini diawali dengan membuat surat
persetujuan penelitian dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten
Minahasa, setelah itu surat tersebut diserahkan kepada kepala sekolah di SMK yang
akan menjadi lokasi penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 13-18 tahun yang merupakan
siswa SMK kelas 10 sampai kelas 12.
Jumlah populasi adalah 1167 dan diambil 395 orang sebagai subjek secara
simple random sampling untuk dilakukan pengukuran lingkar pinggang. Dari hasil
pengukuran yang dilakukan diperoleh 104 orang siswa yang memiliki lingkar
pinggang >80 bagi perempuan dan >90 bagi laki-laki.
I. Teknologi Tepat Guna dalam Mengatasi Masalah Obesitas
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius, sering terjadi dan susah
ditangani. Seorang individu yang obesitas berisiko besar mengalami berbagai
penyakit seperti hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskuler, dan polycystic
ovarium (Wei and Xie, 2012). Oleh karena itu, seorang individu yang obesitas harus
segera menurunkan berat badan untuk mengurangi faktor resiko penyakit tersebut.
Berbagai upaya terapi yang dilakukan untuk penanganan obesitas diantarannya
meliputi diet ketat, regulasi aktivitas fisik, perubahan perilaku (lifestyle),
farmakoterapi, operasi pembedahan atau kombinasidari terapi di atas. Biaya terapi
obesitas mapun penyakit yang terkait dengan obesitas sangatlah signifikan dalam
pengeluaran kesehatan umum di berbagai negara. Selain itu, farmakoterapi dan
operasi pembedahan memiliki efek samping dan mungkin juga kurang aman untuk
beberapa orang. Menurut Wei and Xie (2012) perubahan gaya hidup seperti diet ketat
dan regulasi aktivitas fisik terkadang juga dapat mengakibatkan perubahan fisiologis
yang kurang baik.
Salah satu terapi untuk obesitas adalah dengan metode akupunktur. Menurut
Wei and Xie (2012) akupunktur telah dipraktikkan selama ribuan tahun di China
sebagai monoterapi atau terapi komplementer yang aman dan tidak mahal.
Akupunktur secara luas digunakan sebagai terapi untuk gejala dan penyakit di
berbagai klinik di seluruh dunia. Akupunktur sangat efektif dalam mengontrol berat
badan sejak tahun 1980. Akupunktur memiliki efek yang baik dalam penurunan berat
badan tanpa efek samping yang merugikan.
Berbagai penelitian akupunktur untuk obesitas telah banyak dilakukan, seperti
penelitian Cho, et al (2009) yang membandingkan efektivitas terapi akupunktur
dengan farmakoterapi dalam penurunan berat badan yang hasilnya menyatakan bahwa
terapi akupunktur lebih efektif menurunkan berat badan dan hampir tanpa efek
samping dibandingkan dengan farmakoterapi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sun (2008) yaitu efek terapi akupunktur
dalam menurunkan berat badan, lingkar pinggang dan ketebalan lemak yang hasilnya
dinyatakan dengan adanya penurunan yang signifikan terhadap penurunan beratbadan,
lingkar pinggang dan ketebalan lemak selama 3 bulan terapi.
Dari berbagai penelitian luar negeri maupun di Indonesia tentang terapi
akupunktur dalam menurunkan berat badan dan lingkar pinggang, titik yang
digunakan untuk penelitian sangat banyak sekali. Jin’s three needle merupakan terapi
akupunktur dengan menggunakan tiga titik saja dalam terapi. (Yuan and Liu, 2004)
 Terapi Akupuntur Jin’s 3 – Needle
Terapi Akupunktur Jin’s 3-Needle untuk obesitas adalah kombinasi dari titik
CV 12 (Zhongwan), GB 26 (Daimai) dan ST 36 (Zusanli). Ketiga titik tersebut
memiliki hubungan dengan sistem endokrin (Yuan and Liu, 2004).Hal tersebut
juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Hui et al (2005) dalam
White et al (2008) penusukan pada titik ST 36(Zusanli) dapat mempengaruhi
sistem limbik karena menurut Wilborn et al (2005) ada beberapa hormon,
komponen genetik, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap obesitas.
Selain itu dalam penelitian Chen et al tahun 1981 dan 1983 (dalam Ying et al,
2010) penggunaan elektrostimulator dalam terapi dapat mempercepat
menghantarkan listrik yang dapat mempengaruhi sistem endokrin dengan
meningkatkan level plasma beta endorphin sehingga aktivitas lipolitik menjadi
meningkat. Akibatnya massa lemak juga bisa berkurang sehingga berat badan juga
bisa turun. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Xie et al tahun 1984
(dalam Ying et al, 2010) menjelaskan bahwa rangsangan elektrostimulator juga
dapat meningkatkan metihionin enkephalin di hipotalamus.
Penusukan tiga titik dalam Jin’s 3 Needle dapat meregulasi Limpa dan
Lambung, menghilangkan lemak dan menurunkan berat badan (Xu and Liu,
2007). Hal ini sesuai dengan teori dalam kedokteran China bahwa organ Limpa
dan Lambung sangat berperan penting dalam obesitas. Berlebihnya jaringan
adipose umumnya disebabkan oleh akumulasi flegma dan lembab. Limpa sebagai
organ yang menguasai fungsi transformasi dan transportasi cairan tubuh dan
essence makanan merupakan sumber dari flegma dan lembab. (Liu, et al, 1996).
Terapi akupunktur merupakan metode terapi yang memandang dan mengatasi
penyakit secara holistik (Saputra, 2005) sehingga terapi akupunktur khususnya
Jin’s 3 Needle dapat dikombinasikan dengan pengaturan pola hidup yang sehat
agar memberikan hasil yang lebih baik dalam penurunan IMT.

Sifat Titik Akupuntur:


1. Memiliki tahanan listrik lebih rendah.
2. Memiliki muatan listrik yang berpotensi lebih tinggi.
3. Memiliki daya hantar lebih tinggi dan daya rangsang lebih peka.
4. Memiliki daya hantar gelombang suara yang lebih tinggi.
5. Memiliki suhu lebih tinggi.
6. Meliputi daerah kulit 1-2 mm.
7. Terletak pada daerah kulit dengan persarafan dan vaskularisasi yang lebih
superfisial.
8. Memiliki ujung-ujung saraf yang lebih banyak.
9. Memiliki hubungan dengan susunan saraf otonom.

Peran akupuntur dalam penanganan obesitas:


1. Menurunkan nafsu makan di hipotalamus dengan meningkatkan reseptor
leptin.
2. Meregulasi molekul spesifik di jaringan adiposa.
3. Meregulasi metabolisme lipid.
4. Menekan nafsu makan berlebih dan mempengaruhi pencernaan
gastrointestinal dan mengurangi masukan kalori.
5. Meningkatkan metabolisme energi, mobilisasi dan utilisasi lemak.

J. Pelayanan Kesehatan/Rujukan yang Telah Dilakukan dalam Mengatasi Masalah


Obesitas
Pelayanan Kesehatan dalam mengatasi masalah obesitas yaitu tersedianya
berbagai pelayanan penurunan indeks massa tubuh dan lingkar pinggang, salah
satunya adalah terapi akupuntur jin’s needle. Berbagai upaya rujukan yang telah di
lakukan dalam mengatasi masalah obesitas adalah dilakukannya pendidikan kesehatan
dan penyuluhan di lingkungan sekolah maupun masyarakat tentang mengenal lebih
jauh pengertian obesitas, penyebab obesitas, gejala dan faktor yang mempengaruhi
serta pencegahan dan penanganan obesitas dengan melakukan gaya hidup sehat,
termasuk makan makanan bergizi dan aktivitas fisik seperti berolahraga, bersepeda,
jalan-jalan, dll. Selain itu perilaku diet dengan menjaga berat badan tubuh tetap
normal, makan dengan teratur, perbanyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau, tomat
dan wortel dan batasi meengkonsumsi fast food.
DAFTAR PUSTAKA

Kussoy, Fatimawali, Kepel. Prevalensi Obesitas pada Remaja di Kabupaten Minahasa.


Jurnal e-Biomedik (eBM), volume 1, nomor 2, Juli 2013. Available at:
https://media.neliti.com/media/publications/61206-ID-prevalensi-obesitas-pada-remaja-di-
kabup.pdf [Diakses pada tanggal 23 September 2017 pukul 08.00 WIB]

Puspitasari Ayu, Mega. Kenali Strategi Pencegahan Obesitas. 2016.Available at :


http://megaayup.web.unej.ac.id/wp-
content/uploads/sites/27165/2016/12/OBESITAS.docx[Diakses pada tanggal 05 November
2017 pukul 17.14 WIB]

Sudirtayasa, Wayan. Obesitas dalam Kehamilan. 2015. Available


at:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=326162&val=7676&title=OBESITAS
%20DALAM%20KEHAMILAN [Diakses pada tanggal 07 November 2017 pukul 07.28
WIB]

Estuningsih. Penurunan Indeks Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Klien Obesitas dengan
Terapi Akupuntur Jin’s 3 – Needle. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, volume 3, No 1, Mei
2014. Available at :
file:///D:/bahan%20mentah%20studi%20kasus%20kesmas/ipi279515%2005%20nov%20201
7%2019.29.pdf[Diakses pada tanggal 05 November 2017 pukul 19.29 WIB]

Anda mungkin juga menyukai