Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN NY. M G3P2002A0000 USIA KEHAMILAN 41-42 MINGGU


INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN INDIKASI PRIMI TUA POST DATE
SEKUNDER DI RUANG BERSALIN RSD DR. SOEBANDI JEMBER

A. KONSEP MEDIS PERSALINAN NORMAL


1. Definisi Persalinan Normal
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)
sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (APN, 2008).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat
hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada letak
belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Rustam Mochtar,
1998).
2. Etiologi
Hal yang menyebabkan timbulnya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor
humoral, struktur rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi. Beberapa teori
mengenai timbulnya persalinan yaitu :
a. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum
partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar
progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua

8
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi
rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahi yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul konterkasi
uterus.

3. Tanda – tand Inpartu


a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (show) melalui vagina (APN, 2008)
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah : (Rustam Mochtar, 1998)
d) Kekuatan mendorong janin keluar (power) : His (kontraksi uterus), Kontraksi
otot-otot dinding perut, Kontraksi diafragma, Dan ligamentous action terutam
ligamen rotundum
e) Faktor janin
f) Faktor jalan lahir

4. Kala Persalinan
a) Fase kala I persalinan (Fase Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10
cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif :
1) Fase laten pada kala I persalinan :
- Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.

9
- Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
- Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
2) Fase aktif pada kala I persalinan :
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
- Dari pembukaan 4 cm hingga pencapaian pembukaan lengkap atau 10
cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara
atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara)
- Terjadi penurunan bagian terbawah janin
b) Fase Kala II persalinan (Kala Pengeluaran Janin)
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Gejala dan tanda kala II persalinan yaitu :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka
5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
c) Fase Kala III Persalinan (Kala Pengeluaran Uri)
1) Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
2) Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan vulume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena
tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau
ke dalam vagina.
3) Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah
ini :

10
- Perubahan bentuk dan tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus
berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi kanan)
- Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (Tanda Ahfeld)
- Semburan darah mendadk dan singkat
- Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila
kumpulan darah dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan
dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
d) Fase Kala IV Persalinan
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah
itu. Hal yang harus dilakukan setelah plasenta lahir yaitu :
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa
jari dibawah pusat
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laseras atau episiotomi)
perineum
5) Evaluasi keadaan umum ibu
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di
bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan.

11
B. KONSEP MEDIS PRIMI TUA SEKUNDER (PTS)
Primi adalah pertama kali. Primi gravida adalah wanita yang pertama kali hamil. Primi
disini dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :
1. Primi muda, yaitu ibu hamil pertama pada umur < 16 tahun rahim dan panggul
seringkali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan
dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa
sehingga diragukan keterampilan perawatan dini dan bayinya.
1) Bahaya yang dapat terjadi antara lain :
a. Bayi lahir belum cukup bulan.
b. Pendarahan dapat terjadi sebelum bayi lahir.
c. Pendarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
2) Kebutuhan pertolongan medik, bila terdapat kelainan yaitu :
a. Janin tidak dapat lahir normal, biasa dengan tenaga ibu sendiri.
b. Persalinan membutuhkan kemungkinan operasi sesar.
c. Bayi yang lahir kurang bulan membutuhkan perawatan khusus.
2. Primi tua dibagi lagi menjadi :
1) Primi tua, lama perkawinan > 4 tahun.
Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa :
a) Suami istri tinggal serumah.
b) Suami istri tidak sering keluar kota.
c) Tidak memakai alat kontrasepsi (KB).
Keluarga sangat membutuhkan anak, bayi dengan nilai sosial tinggi, “anak-
mahal”, bahaya yang mungkin terjadi pada primi tua ini antara lain :
a) Selama hamil dapat timbul masalah, faktor resiko lain oleh karena
kehamilannya, misalnya : pre eklamsi.
b) Persalinan tidak lancar.
Kebutuhan pertolongan medik :
a) Perawatan antenatal yang teratur.
b) Memberikan rujukan kehamilan dan bisa memberi pengobatan.

12
c) Pengamatan persalinan ketat terhadap adanya gawat janin, 1 jam bayi
tidak lahir dilakukan tindakan atau operasi sesar.
2) Primi tua pada ibu umur > 35 tahun
Ibu yang hamil pertama pada umur > 35tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi
penyakit pada ibu dan organ kandungan menua. Jalan lahir juga tambah kaku.
Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi
persalinan macet dan pendarahan.
3) Anak terkecil umur < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu
masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang
tuanya.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil antara lain:
a) Pendarahan post partum.
b) Bayi prematur.
c) BBLR < 2500 gram
4) Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun yang lalu. Ibu dalam keadaan
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah mengalami kehamilan / persalinan yang
pertama lagi.

13
C. KONSEP MEDIS POST TERM
1. Pengertian Post Term
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih,
dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid
rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung melebihi 42 minggu yaitu
kehamilan memanjang, kehamilan lewat bulan, kehamilan posterm dan
pascamaturitas. Kehamilan lewat bulan merupakan suatu kondisi antepartum yang
dibedakan dengan sindrom pasca maturitas dan merupakan kondisi neonatal yang
didiagnosis setelah pemerikasaan bayi baru lahir. Definisi standar untuk kehamilan
lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir atau 280 hari
setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan
secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin. (Varney
H., 2007).
Ketika usia kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan
fungsinya menurun. Mengakibatkan kemampuan plasenta untuk menyediakan
makanan semakin berkurang dan janin akan menggunakan persediaan lemak dan
karbohidratnya sendiri sebagai sumber energy. Sehingga laju pertumbuhan janin
menjadi lambat. Jika plasenta tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup selama
persalinan, bisa terjadi gawat janin, sehingga janin menjadi rentan terhadap cedera
otak dan organ lainnya. Cedera tersebut merupakan resiko terbesar pada seorang bayi
post-matur dan untuk mencegah terjadinya hal tersebut, banyak dokter yang
melakukan induksi persalinan jika suatu kehamilan telah lebih 42 minggu.
2. Etiologi
Etiologinya masih belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu
kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang (Mochtar, Rustam, 1999). Diduga
adanya kadar kortisol yang rendah pada darah janin. Selain itu, kurangnya air ketuban
dan insufisiensi plasenta juga diduga berhubungan dengan kehamilan lewat waktu.
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun

14
setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta.
Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume air ketuban juga berkurang karena
mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk
janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum,
55% intrapartum, 15% postpartum.
Menurut Sarwono Prawirohardjo dalam bukunya (Ilmu Kebidanan, 2008) faktor
penyebab kehamilan postterm adalah:
a. Pengaruh Progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian
perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada
persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin , sehingga
terjadinya kehamilan dan persalinan postterm adalah karena masih
berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi
kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan
penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebabnya.
c. Teori Kortisol/ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma
janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti
anansefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada
janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga
kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d. Saraf Uterus

15
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebabnya.
e. Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada
kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham, menyatakan
bahwa bilamana seseorang ibu mengalami kehamilan postterm saat melahirkan
anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya mengalami
kehamilan postterm.
3. Tanda Bayi Post Term
Menurut Prawiroharjo (2009 : 691), klasifikasi pada bayi lewat bulan adalah :
a. Stadium I yaitu kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan terjadi
maserasi seperti kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
b. Stadium II seperti stadium I dan disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
c. Stadium III seperti stadium I dan disertai dengan pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit, dan tali pusat.
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di bidan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel

16
4. Patofisiologi Post Term
Fungsi plasenta mencapai puncaknya ada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan
estriol dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan
peningkatan kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali.
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi
dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri spiralis
menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut dismatur, sebagian
janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi persalinan, terjadi
perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang dan makin kental
menyebabkan perubahan abnormal jantung janin (Wiknjosastro, H. 2009, Manuaba,
G.B.I, 2011 & Mochtar R, 2009).
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi yang mungkin terjadi antara lain:
a. Volume cairan amnion mengalami penurunan sekitar 300 ml.
b. Berkurangnya berat badan Ibu (lebih dari 1,4 kg/minggu).
c. Berkurangnya ukuran lingkar perut (akibat berkurangnya cairan amnion).
d. Cairan amnion keruh, terdapat feces bayi, resiko terjadi aspirasi mekonium.
e. O2 supply kepada janin mengalami penurunan: Resiko asfiksi.
f. Hipoglikemy pada janin, akibat kurang asupan dan simpanan glukosa.
Pada janin:
1) Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak
telah tua 1-3 minggu.
2) Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula
terjadi peningkatan berat janin
3) Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4) Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5) Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium

17
6) Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7) Tali pusat layu dan berwarna kuning
8) Palpasi kepala janin mengeras.
6. Komplikasi
Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu :
a. Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri,
atonia uteri dan perdarahan postpartum.
b. Komplikasi pada Janin
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dari
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi yaitu berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu,
terjadinya asfiksia akibat makrosomia, aspirasi mekonium, hipoksia dan
hipoglikemia. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan
(IUFD).
Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus
yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti : gawat janin,
gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia neonaturum dan kelainan letak.
Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu
komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti :
kelainan kongenital, sindroma aspirasi meconium, gawat janin dalam persalinan, bayi
besar (makrosomia), pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka panjang pada
bayi.

18
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Bila HPHT dicatat dengan baik, diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
b. Bila wanita tidak tahu atau lupa haid terakhirnya, maka hanyalah dengan
pemeriksaan antenatal care yang teratur dapat diikuti dengan naik nya fundus
uteri, mulainya gerakan janin maka sangat membantu diagnosis.
c. Pemeriksaan berat badan ibu, apakah berkurang? Dan juga lingkar perut dan
jumlah air ketuban.
d. Pemeriksaan Rontgenology dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian
distal femur, bagian proksimal tibia dan tulang kuboid.
e. Ultrasonografi untuk menentukan ukuran bipariental, gerakan janin dan jumlah air
ketuban (Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid I)
8. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring
janin secara intensif
b. Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat
kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan
pilihan antara persalinan tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara
sectio caesaria.
c. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi.
Bila :
1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim.
2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4) Pada kehamilan > 40-42 minggu.
5) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar dan
kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan (Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998).

19
e. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada:
1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
f. Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat bulan :
1) Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah persalinan yang dilakukan setelah servik matang
dengan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan
prostaglandin terbukti lebih efektif sebagai agens yang mematangkan servik
dibanding oksitosin.
2) Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (misalnya minyak
jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis), memiliki
kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk
menguatkan rekomendasinya.
3) Metode hormon untuk induksi persalinan :
a) Oksitosin yang digunakan melalui intravena dengan catatan servik sudah
matang.
b) Prostaglandin dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih
baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang
positif.
c) Misprostol adalah suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan
intravagina (disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk
induksi)
d) Dinoproston Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam
dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi
persalinan pada tahun 1995).
e) Predipil yakni suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel
0,5 mg deng diberika intraservik (disetujui FDA untuk induksi persalinan
pada tahun 1993).

20
4) Metode non hormon Induksi persalinan
a) Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu
pada upaya memisahkan membran amnion dari bagian servik yang mudah
diraih dan segmen uterus bagian bawah. Mekanisme kerjanya
memungkinkan melepaskan prostaglandin ke dalam sirkulasi ibu.
Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat ruptur membran
yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun bagi
janin. Pemisahan memban serviks tidak dilakukan pada kasus – kasus
servisitis, plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak
diketahui, atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
b) Amniotomi yakni pemecahan ketuban secara sengaja
c) Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini relatif lebih aman karena menggunakan metode yang
sesuai dengan fisiologi kehamilan dan persalinan. Penanganannya dengan
menstimulasi putting selama 15 menit diselingi istirahat dengan metode
kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali perhari.
d) Minyak jarak
Ingesti minyak jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus
jeruk dapat meningkatkan angka kejadian persalinan spontan jika
diberikan pada kehamilan cukup bulan.
e) Kateter foley atau Kateter balon.
Secara umum kateter dimasukkan kedalam servik kemudian balon di isi
udara 25 hingg 50 mililiter untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.
Beberapa uji klinis membuktikan bahwa teknik ini sangat efektif.

21
A. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung kepada pasien / klien (anamnesis) atau dari keluarga dan
tenaga kesehatan, menurut Wildan (2009 : 34) adalah :
1) Identitas / Biodata Pasien suami dan istri adalah nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
2) Alasan datang : Untuk mengetahui alasan pasien datang ke tempat pelayanan
kesehatan.
3) Keluhan utama : Alasan wanita datang mengunjungi klinik / RB / RS / dan
diungkapkan dengan kata-kata sendiri.
4) Riwayat kesehatan antara lain riwayat kesehatan dahulu, sekarang, dan
riwayat kesehatan keluarga, juga riwayat alergi dan pengobatan.
5) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui berapa kali menikah, berapa usia pasien saat
menikah, usia pasangan pasien saat menikah, berapa lama pasien menikah dan
berapa jumlah anaknya.
6) Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang pertama kali pasien mendapatkan menstruasi
(menarce), siklus, lama menstruasi, banyak menstruasi, bentuk darah apakah
cair atau menggumpal, warna darah, dismenorea, flour albus dan untuk
mengetahui hari pertama menstruasi terakhir serta tanggal kelahiran dari
persalinan.
7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui pada tanggal, bulan, tahun berapa anaknya lahir, tempat
persalinan, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong persalinan, penyulit
dalam bersalinan, jenis kelahiran berat badan lahir, panjang badan lahir,
riwayat nifas yang lalu, keadaan anak sekarang, untuk mengetahui riwayat

22
yang lalu sehingga bisa menjadi acuan dalam pemberian asuhan, menurut
Prawiroharjo (2008 : 414).
8) Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengetahui ibu hamil yang ke berapa, HPHT, HPL, berat badan
sebelum dan sekarang, periksa ANC sebelumnya dimana, berapa kali dan
keluhannya apa, suntik TT berapa kali, obat-obatan yang pernah dikonsumsi
apa saja, gerakan janin yang pertama pada usia kehamilan berapa bulan dan
gerakan sekarang kuat atau lemah, kebiasaan ibu dan keluarga yang
berpengaruh negatif terhadap kehamilannya.

9) Riwayat KB
Untuk mengetahui sebelum ibu hamil pernah menggunakan alat kontrasepsi
atau tidak, berapa lama menggunakannya, alas an mengapa ibu menggunakan
alat kontrasesi tersebut, dan mengapa ibu menghentikan pemakaian alat
kontrasepsi tersebut, menurut Huliana (2007 :76-77).
10) Pola kebutuhan sehari-hari meliputi pola nutrisi, pola eliminsi, pola aktivitas
pekerjaan, pola istirahat, personal hygiene, pola seksual, menurut Muslihatun
(2009 : 137).
11) Psikososial spiritual meliputi tanggapan dan dukungan keluarga, pengambilan
keputusan dalam keluarga, ketaatan beribadah, lingkungan yang bepengaruh.
b. Data Obyektif
Menurut Wildan (2009 : 34), pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang, hasil laboratorium seperti VDRL,
HIV, pemeriksaan radiodiagnostik, ataupun USG yang dilakukan sesuai dengan
beratnya masalah. Data yang telah dikumpulkan diolah, disesuaikan dengan
kebutuhan pasien kemudian dilakukan pengolahan data yaitu menggabungkan dan
menghubungkan data satu dengan yang lainnya sehingga menunjukkan fakta.
Tujuan dari pengolahan data adalah untuk menunjukkan fakta berdasarkan
kumpulan data. Data yang telah diolah dianalisis dan hasilnya didokumentasikan.
1) Pemeriksaan Umun
a) Keadaan Umum (KU)

23
Untuk menilai keadaan pasien pada saat itu secara umum.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(Kesadaran penuh dengan memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan), somnolen (kesadaran yang mau tidur saja, dapat
dibangunkan dengan rasa nyeri tetapi tidur lagi), koma (tidak dapat
bereaksi terhadap stimulus yang diberikan atau rangsangan apapun, reflek
pupil terhadap cahaya tidak ada).
c) Tanda-tanda Vital (TTV)
Pada pengukuran tanda-tanda vital yang diukur adalah tekanan darah,
nadi, respirasi, dan suhu.
d) Berat Badan (BB)
Untuk mengetahui berat badan pasien dalam satuan kilogram (Buku
Panduan Praktik Klinik Kebidanan).
e) Tinggi Badan (TB)
Dikaji untuk mengetahui tinggi badan ibu dalam satuan sentimeter,
menurut Saminem (2009 : 23).
f) LILA (Lingkar Lengan Atas)
Untuk mengetahui status gizi pasien.
2) Pemeriksaan fisik / Status Present adalah pemeriksaan kepala, muka, mata,
hidung, telinga, mulut, leher, ketiak, dada, abdomen, punggung, genetalia,
ektermitas atas dan bawah, anus.
3) Pemeriksaan khusus obstetric, menurut Hidayat (2008 : 142-145)
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah
ada pembengkakan pada wajah dan ekstermitas, pada perut apakah ada
bekas operasi atau tidak.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indra peraba yaitu tangan, yang
berguna untuk memeriksa payudara apakah ada benjolan atau tidak,
pemeriksaan abdomen yaitu memeriksa Leopold I, II, III, dan IV.

24
c) Auskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ) yaitu salah satu tanda pasti hamil dan
kehidupan janin. DJJ mulai terdengar pada usia kehamilan 16 minggu.
Dengan dopler DJJ mulai terdengar usia kehamilan 12 minggu.
Normalnya denyut jantung janin (DJJ) yaitu 120-160x/menit.
4) Pemeriksaan penunjang, menurut Muslihatun (2009 : 141) :
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, dan penyakit yang
menyertai kehamilan, besalin dan nifas. Pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya:
memeriksa hemoglobin, golongan darah, rubella, VDRL / RPR dan HIV.
Pemeriksaan HIV harus dilakukan persetujuan ibu hamil.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi cedera pada janin ybd distress janin
b. Ansietas pada Ibu ybd ancaman pada status kesehatan
c. Nyeri ybd penurunan kepala janin/his
d. Kurang pengetahuan ybd keterbatasan kognitif.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
Resiko tinggi cedera Tujuan : 1.Kaji tanda-tanda vital. 1.untuk mengetahui
pada janin ybd Diharapkan setelah kondisi pasien.
distress janin dilakukan asuhan 2.Lakukan pemeriksaan 2.untuk mengetahui
keperawatan klien dalam (VT) kematangan servik
mampu 3.Auskultasi dan 3. untuk mengetahui
mempertahankan laporkan irama jantung kondisi janin didalam
kehamilan sampai janin, perhatikan rahim
janin benar-benar kekuatan ,
viable regularitas, dan 4. meminimalkan resiko
untuk hidup frekuensi. kematian janin yang

25
4. Kaji kondisi ibu dan akan dilahirkan
Kriteria hasil: adanya kontraksi uterus 5. membantu
Tidak ada cedera atau tanda-tanda lain megurangi resiko yang
yang terjadi pada dari ancaman kelahiran. akan terjadi.
pasien. 5. . Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian terapi yang
tepat.
Ansietas pada Ibu Tujuan : 1. Kaji keadaan umum 1. untuk mengetahui
b.d ancaman pada Diharapkan setelah klien. kondisi pasien
status kesehatan dilakukan asuhan 2. Anjurkan klien untuk 2.ventilasi perasaan
keperawatan klien mengungkapkan mengurangi rasa cemas
tidak perasaan cemasnya. yang muncul
cemas 3. : klien paham dan
3. Berikan informasi dapat mengambil
Kriteria hasil : tentang penyakit klien. keputusan dengan
a. Cemas tenang.
berkurang 4. mempermudah dalam
b. Tidak 4. Kolaborasi dengan tim proses pengobatan
menunjukan medis dalam pemberian sesuai dengan kondisi
perilaku agresif. terapi yang tepat. klien.
Nyeri ybd penurunan Tujuan : setelah 1.Jelaskan tentang nyeri 1.klien mengerti bahwa
kepala janin/his dilakukan tindakan pada kehamilan fisiologis nyeri tersebut bersifat
1x24jam fisiologis
diharapkan pasien 2.membentu klien
nyerinya beradaptasi dengan
berkurang. 2. Anjurkan klien untuk nyeri menggunakan
teknik relaksasi( nafas teknik nafas dalam.
KH : klien dalam) . 3..mengetahui frekuensi
mengatakan tidak nyeri dalam sehari.
nyeri, skala nyeri 4. memantau kondisi

26
1-3, tanda vital vital persiapan operasi
normal 3.Kaji ulang frekuensi sc
nyeri dalam sehari

4.Kolaborasi dengan
team medis tindakan
selanjutnya untuk
persalinan
post term

27
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Dr. Chrisdiono M. 2004. Prosedur Tetap Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta:
Salemba Medika
Huliana, Mellyna. 2007. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa Swara
Kurniawati, D (dkk). 2009. Obgynacea (Obgyndan Ginekologi). Yogyakarta: TOSCA
Manuaba, I.B.G. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Muslihatun. WN dkk. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogjakarta : Fitramaya
Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.
Rustam. 2005. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saminem, HJ. 2009. Kehamilan Normal : Seri Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Trihendradi dkk. 2010. Wonderpa Indahnya Pendampingan. Yogyakarta : ANDI
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wildan, M. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC

28

Anda mungkin juga menyukai

  • LP CKD Sandhi
    LP CKD Sandhi
    Dokumen22 halaman
    LP CKD Sandhi
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab V Penutup
    Bab V Penutup
    Dokumen4 halaman
    Bab V Penutup
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab III Analisa Situasi
    Bab III Analisa Situasi
    Dokumen21 halaman
    Bab III Analisa Situasi
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • 15 Askep Kanker Tulang 167 174
    15 Askep Kanker Tulang 167 174
    Dokumen9 halaman
    15 Askep Kanker Tulang 167 174
    Aulia Rahman
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Konsep Otot
    Konsep Otot
    Dokumen4 halaman
    Konsep Otot
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Serlinda
    Serlinda
    Dokumen6 halaman
    Serlinda
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab I Konsep Lansia
    Bab I Konsep Lansia
    Dokumen7 halaman
    Bab I Konsep Lansia
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab II Konsep Askep
    Bab II Konsep Askep
    Dokumen7 halaman
    Bab II Konsep Askep
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • BAB II Mini Riset
    BAB II Mini Riset
    Dokumen23 halaman
    BAB II Mini Riset
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab V Penutup
    Bab V Penutup
    Dokumen2 halaman
    Bab V Penutup
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab V Penutup
    Bab V Penutup
    Dokumen2 halaman
    Bab V Penutup
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isiii
    Daftar Isiii
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isiii
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR PENGESAHANnn
    LEMBAR PENGESAHANnn
    Dokumen1 halaman
    LEMBAR PENGESAHANnn
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen2 halaman
    Bab I Pendahuluan
    akreditasi puskesmas
    Belum ada peringkat
  • Bab III Pengkajian
    Bab III Pengkajian
    Dokumen12 halaman
    Bab III Pengkajian
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab III Pengkajian
    Bab III Pengkajian
    Dokumen12 halaman
    Bab III Pengkajian
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Model Konsep
    Model Konsep
    Dokumen23 halaman
    Model Konsep
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsultasi
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen4 halaman
    Peng Kaji An
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Lembar Konsultasi
    Lembar Konsultasi
    Dokumen1 halaman
    Lembar Konsultasi
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Dokumen2 halaman
    Analisa Data
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat
  • Leaflet-Gizi Ibu Hamil
    Leaflet-Gizi Ibu Hamil
    Dokumen2 halaman
    Leaflet-Gizi Ibu Hamil
    DonnaDaulay
    83% (12)
  • Woc Cer (P)
    Woc Cer (P)
    Dokumen1 halaman
    Woc Cer (P)
    Ria Indah M S
    Belum ada peringkat