Pengukuran
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian,
atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah proses pemberian angka-
angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut
konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya
definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali
melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran
(Measurement) adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang
telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan
membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja
mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2)
menurut suatu aturan atau formula tertentu.
Penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan)
peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau
prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan,
bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah
mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari
kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian
kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Evaluasi
Secara harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,
dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.
Evaluasi menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang
dikumpulkan melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995)
evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan
bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar,
baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
B. Penilaian Pendidikan
Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
b) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas
dan tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
c) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
d) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
g) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
h) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
i) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Standar Penilaian Pendidikan yang relevan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi :
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik.
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.
c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
C. Mengapa Menilai ?
Menilai atau mengevaluasi disini ada 3 sebab yaitu sebab bagi guru dan
sekolah. sebab bagi siswa yaitu:
a) Dengan menilai guru akan dapat mengetahui siswa-siswi mana yang sudah
berhak melanjutkan pelajarannya karna sudah berhasil menguasai
bahan,mapun mengetahui siswa-siswi yang belum berhasil menguasi bahan.
b) Guru akan menmgetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa
sehingga untuk memberikan diwaktu yang akan dating tidak perlu diadakan
perubahan.
c) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat apa
belum.
Sebab bagi siswa yaitu ada 2 kemungkinan yaitu memuaskan dan tidak
memuaskan.
a) Memuaskan
Jika siswa memperoleh nilai yang memuaskan dan hal itu
menyenangkan, tentu kepusan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan
lain kali.Akibatnya siswa mempunyai motivasi yang cukup besar untuk
belajar lebih giat.
b) Tidak Memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan nilai yang diperoleh,ia akan berusaha
agar lain kali keadaan itu tidak terulang lagi.atau bias jadi sebaliknya siswa
yang lemah kemauannya akan menjadi putus asa dengan hasil yang
diperolehnya.
Sekelompok siswa yang mempunyai penilaian yang sama, akan berada dalam
Witherington tersebut masih berlaku, dalam arti masih ada yang mengakui
oleh David Lazear dalam bukunya Seven Ways of Teaching tentang aspek-aspek
Menurut David Lazear ada 7 (tujuh) indikator atau aspek yang dapat
dikategorikan sebagai petunjuk tentang tinggi-rendahnya inteligensi seseorang ,
yaitu :
1) Kemampuan Verbal,
2) Kemampuan mengamati dan rasa ruang,
3) Kemampuan gerak kinetis-fisik,
4) Kemampuan logika/matematika,
5) Kemampuan dalam hubungan intra-personal,
6) Kemampuan dalam hubungan inrter-personal, dan
7) Kemampuan dalam musik/irama
unit-unit atau satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak normal. Anak
lain yang hasil pengukuran IQ nya 80 menurut unit ukurannya termasuk anak
dungu.
b) Ciri keempat, dari penilaian pendidikan adalah bersifat reltif artinya tidak
sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
KESIMPULAN :
https://navelmangelep.wordpress.com/2012/02/14/pengertian-evaluasi
pengukuran-dan-penilaian-dalam-dunia-pendidikan/
https://yogapermanawijaya.wordpress.com/2014/10/16/pengertian-pengukuran-
measurement-penilaian-assessment-dan-evaluasi-evaluate-dalam-pendidikan/
Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of Education and
Culture.
https://anomsblg.wordpress.com/profesi-kependidikan/standar-penilaian-
pendidikan/