Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Setiap Kepala Satuan Organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk serta
bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan berkala
tepat pada waktunya. Laporan berkala merupakan laporan pelaksanaan tugas dan
fungsi dari satuan kerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang memuat
perkembangan dan hasil pencapaian kinerja baik kegiatan maupun anggaran dalam
kurun waktu semester 1 maupun tahunan. Dan untuk laporan berkala tersebut berisi
uraian yang lebih menyeluruh mengenai kondisi sumber daya (sumber daya manusia,
sarana prasarana dan dana), hasil kegiatan program, pencapaian kinerja dan masalah,
hambatan serta terobosan sebagai upaya pemecahan masalah dalam pelaksanaan
kegiatan dan program. Rumah Sakit St. Antonius Jopu sebagai Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan berkewajiban melaporkan seluruh kegiatan,
capaian kinerja maupun indikator instalasi/bagian sebagai pertanggung jawaban
pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pencapaian kinerja kegiatan dan
anggaran, dasar perbaikan dan perencanaan yang akan datang.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Laporan Tahunan bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang kegiatan kerja yang sudah dilaksanakan oleh Rumah Sakit St. Antonius
Jopu pada tahun berjalan 2014, sehingga dengan adanya laporan tertulis dapat
memberikan gambaran sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan yang sudah berjalan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui evaluasi, realisasi kegiatan dan kinerja di Rumah Sakit St.
Antonius Jopu
2. Untuk melakukan monitoring terhadap kegiatan rumah sakit.
3. Sebagai bahan perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang akan datang.

1.3 Ruang lingkup

Laporan Tahunan Rumah Sakit St. Antonius Jopu ini menjelaskan pencapaian kinerja,
kegiatan per unit dan realisasi rumah sakit tahun 2014. Capaian kinerja tersebut
dibandingkan dengan penetapan kinerja (Tapja), indikator BLU, Standar Pelayanan
Minimal, Key Performance Indicator yang sesuai renstra, yang ditetapkan pada awal
tahun 2013 sebagai tolak ukur keberhasilan tahunan. Analisis atas capaian kinerja
terhadap rencana kinerja sebagai perbaikan terhadap kinerja dimasa yang akan datang.

1.4 ll
BAB II
ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN

2.1 Hambatan Tahun Lalu


Masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan/program kerja
Rumah Sakit St. Antonius Jopu pada periode Tahun 2014, baik secara langsung
maupun tidak langsung, adalah sebagai berikut:
a). Faktor Internal
1) Unit Keuangan & Administrasi
i. Sumber daya manusia
 Belum ada standar khusus Sumber Daya Manusia untuk Rumah Sakit St.
Antonius Jopu
 Jumlah cukup tapi jenis kompetensi tidak sesuai kebutuhan
 Jumlah tenaga kontrak sebanyak 20%, melebihi dari alokasi yang
diperkenankan (10%), menimbulkan masalah:
- tenaga kontrak yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan dan standar
kompetensi. Karena proses rekruitmennya tidak dilaksanakan dengan
benar
- banyak tenaga kontrak tidak efektif sehingga membebani kinerja dan
biaya operasional Rumah Sakit. Saat ini dalam proses evaluasi
 Belum adanya grand design / Road Map rencana pengembangan pegawai,
sehingga langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
jumlah dan jenis pegawai, baik melalui pengadaan pegawai maupun dari
peningkatan kompetensi melalui pendidikan formal atau pun informal dari
Diklat masih berdasarkan kepentingan dan kebutuhan sesaat.
 Rendahnya komitmen, disiplin dan kinerja pegawai, dapat disebabkan :
- Belum optimalnya pengelolaan administrasi pegawai
- Belum optimalnya pembinaan pegawai dalam memahami pemenuhan
hak dan kewajiban pegawai sesuai dengan peraturan-peraturan
kepegawaian dan disiplin pegawai.
- Perhitungan tunjangan kinerja pegawai yang masih hanya
berdasarkan absensi dan belum berdasarkan kinerja.
- Belum adanya sistem reward dan punishment bagi pegawai
berprestasi maupun yang bermasalah
- Perbedaan dan kejelasan mekanisme perhitungan tunjangan kinerja
pegawai
 Tatalaksana penyelesaian permasalahan disiplin pegawai belum ada.
 Mutasi staf belum didasarkan atas pertimbangan kebutuhan yang berasal
dari masing-masing unit serta mekanisme alih tugas pegawai
ii. Sarana prasarana
 Kebutuhan sarana prasarana masih ada yang belum berbasis bukti
( pencatatan barang milik negara, usulan kebutuhan unit pelaksana sesuai
tupoksinya).
 Pemeliharaan sarana prasarana rumah sakit yang belum mampu
mengakomodir secara cepat kebutuhan unit pelaksana
 Peminjaman kendaraan bermotor kantor kepada staf yang belum jelas
justifikasinya
iii. Penganggaran
 Tarif belum disusun berdasarkan unit cost
 Jumlah pasien yang > 70 % pasien miskin menyebabkan pendapatan tidak
mencukupi kebutuhan biaya operasional
 Pencatatan mobilisasi dana yang masih manual berpotensi human error
dan mismanagement
 Klaim pembiayaan kesehatan pasien jaminan tidak sesuai dengan yang
dibayarkan
iv. Mekanisme
 Prosedur tetap mekanisme kegiatan keuangan dan admnisrasi yang belum
ada menyebabkan banyak kendala dalam proses perencanaan serta
penyerapan anggaran kegiatan.
 Usulan perencanaan dan anggaran kegiatan belum berdasarkan bukti
(pencatatan logistik, hasil pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya)
sehingga menyebabkan alokasi anggaran yang tidak efisien dan efektif
 Pengumpulan, pengolahan dan analisa data hasil kegiatan belum
dilaksanakan secara sistematis dan terpadu
 Sistem informasi Rumah Sakit belum sepenuhnya memanfaatkan high
technology system (masih ada perolehan data secara manual)
 Sistem monitoring dan evaluasi (ketenagaan, sarana prasarana,
mekanisme, anggaran) masih lemah, sehingga pencapaian tujuan sasaran
Rencana Strategis, rencana Bisnis Anggaran
 Tatalaksana / tata kelola perencanaan, keuangan yang masih lemah,
sehingga pengalokasian anggaran dan pemanfaatannya tidak sesuai
dengan kebutuhan untuk rangka pencapaian sasaran program
 Sistem pengawasan kegiatan (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi) yang
lemah, sehingga pencapaian sasaran program masih jauh dari yang
diharapkan
 Tata tatalaksana / tatakelola hukum dan kemitraan masih lemah (Prosedur
tetap tidak ada) sehingga menyebabkan permasalahan antara lain
- Perjanjian kerja sama dengan Institusi luar belum berdasarkan
kebutuhan unit pelaksana, aspek legalnya belum menjamin
terpenuhinya hak dan kewajiban bersama - Komunikasi masyarakat
tidak tertata dengan baik
- Pengelolaan masalah hukum terkait komunikasi masyarakat,
pengaduan pasien dlll belum tertata dengan baik
2). Unit Medik dan Keperawatan

i) Sumber daya manusia

 Keterbatasan jumlah SDM yang berperan dalam penyelenggaraan diklat : Dokter


dengan fungsional pendidik klinis, Clinical instructor, Spesialisasi dokter tertentu
(Penyakit dalam, konsultan infeksi, dll), menyebabkan kurang optimalnya
pelaksanaan diklat kerjasama dengan Institusi kesehatan
 Minimnya anggaran penguatan kompetensi SDM menyebabkan jumlah jam diklat
pegawai per tahunnya tidak memenuhi standar, sehingga berakibat pada
menurunnya kualitas layanan yang diberikan.
 Rendahnya pendapatan menjadi alasan dokter fungsional untuk merangkap kerja
pada Rumah Sakit lain pada jam kantor.
 Perbedaan mekanisme perhitungan tunjangan kinerja antara dokter dan perawat
menjadi penyebab rendahnya komitmen dan etos kerja.
ii. Sarana prasarana
 Belum ada standar peralatan medik dan penunjang medik khusus Rumah Sakit St.
Antonius Jopu
 Peralatan medik yang ada umumnya sudah tua dan teknologi sudah tertinggal.
 Kalibrasi alat laboratorium yang minim dilakukan menyebabkan peralatan cepat
rusak
 Bermacam jenis alat laboratorium yang digunakan untuk pemeriksaan yang sama
menyebabkan kebutuhan reagen yang meningkat karena perbedaan reagen yang
dibutuhkan,
iii. Penganggaran
 Penetapan tarif INA-CBGs berdasarkan paket masih belum mengakomodir
beberapa layanan, sehingga tidak terbayarkan
 Pengadaan alat medik dan penunjang medik belum berdasarkan “health technology
assesment” dan efisiensi pemanfaatan alat yang sudah ada, sehingga menyebabkan
biaya investasi dan operasional yang tinggi
 Pengadaan alat medik & penunjang medik belum mengadopsi high technology
iv. Mekanisme
 Prosedur standar mekanisme kerja dalam rangka penerapan Akreditasi Rumah Sakit
2012, perlu dievaluasi dan disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu : Clinical pathway,
Hospital safety system, maintenance building Program Pengendalian Resistensi
Antibiotika (PPRA), Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), asuhan
keperawatan dan lain sebagainya.
 Penyusunan Clinical Path Way yang belum selesai, menimbulkan kerugian karena
biaya perawatan tidak rasional yang tinggi.
 Evaluasi dan perbaikan tatalaksana penyakit infeksi perlu dilakukan demi dicapainya
tatalaksana penyakit infeksi dengan gold standar yang menjadi syarat terlaksananya
kajian / penelitian penyakit infeksi yang berkualitas.
 Sebagai Rumah Sakit Rujukan Nasional Penyakit infeksi, peningkatan kualitas
tatalaksana khusus penyakit infeksi belum dikelola dengan baik.
 Kekhususan sebagai Rumah Sakit Khusus Penyakit Infeksi belum dikelola
mendalam untuk dapat dijadikan unggulan pelayanan (tatalaksana penyakit infeksi,
sarana prasarana, SDM).
 Jam pelayanan poliklinik belum beroperasional sebagaimana mestinya, waktu
tunggu pasien yang lama menyebabkan rendahnya kepuasan pasien.
 Kelengkapan Resume rekam medis yang rendah menyebabkan keterlambatan
pembayaran administrasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai