Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saling membutuhkan antara bangsa-bangsa di berbagai lapangan
kehidupan yang mengakibatkan timbulnya hubungan yang tetap dan terus
menerus antara bangsa-bangsa, mengakibatkan pula timbulnya kepentingan untuk
memelihara dan mengatur hubungan demikian. Karena kebutuhan antara bangsa-
bangsa timbal-balik sifatnya, kepentingan untuk memelihara dan mengatur
hubungan-hubungan yang bermanfaat demikian merupakan suatu kepentingan
bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan internasional
demikian dibutuhkan hukum untuk menjamin unsur kepastian yang sangat
diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur.1 Salah satu bentuk perwujudan
dalam menjaga hubungan kerjasama tersebut dituangkan dalam bentuk perjanjian
(internasional).2
Dalam dunia yang ditandai saling saling ketergantungan dewasa ini, tidak
ada satu negara yang tidak mempunyai perjanjian dengan negara lain dan tidak
ada satu negara yang tidak diatur oleh perjanjian dalam kehidupan
internasionalnya. Perjanjian internasional yang pada hakikatnya merupakan
sumber hukum internasional yang utama adalah instrumen-instrumen yuridik yang
menampung kehendak dan persetujuan negara atau subjek hukum internasional
lainnya untuk mencapai tujuan bersama, Hal ini secara dramatis terutama terlihat
dalam perdangangan dunia, baik di bidang barang– barang (trade in goods),
maupun di bidang jasa (trade in services). Saling keterkaitan ini memerlukan
kesepakatan mengenai aturan main yang berlaku. Maka dari itu Negara-negara
membuat suatu perjanjian untuk mengatur kesepakatan dan kerjasama mereka

1 Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kedua, (Bandung:
Alumni, 2002), hlm. 13.
2 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bunga Rampai, (Bandung: Alumni, 2003), hlm. 105.
yang terbentuk dalam suatu perjanjian Internasional, dalam makalah ini akan
dijelaskan dan dibahas salah satu perjanjian Internasional untuk mengetahui
perspektif dari Negara maju tentang perjanjian Internasional, yaitu perjanjian
tentang ‘Kebijakan Rusia terhadap Iran dalam kerjasama Program reaktor nuklir
Iran tahun 1995-2005”
Perjanjian yang disepakati oleh Rusia dan Iran pada tahun 1995 berisi
bahwa Rusia menyanggupi untuk membantu Iran dalam membangun reaktor
nuklir. Bantuan tersebut termasuk bantuan bahan baku, alat pendukung, dan juga
akan melatih serta memberi pengetahuan kepada masyarakat Iran tentang nuklir.
Bantuan yang diberikan Rusia terhadap Iran pada tahun 1995, kontrak yang
dibuat merupakan perjanjian yang berisi nantinya Rusia akan mendampingi serta
membantu Iran untuk mengembangkan reaktor nuklirnya. Pada tahun 1995 Rusia
Ministry of AtomIc Energy, Viktor MIkhailove dan Head of Atomic Energy
Agency of Iran, Riza Arollahi menandatangani perjanjian sebesar $800 milyar
untuk bantuan mengembangkan reaktor nuklir di Iran. 1Dalam hal ini Rusia juga
setuju untuk membantu penelitian yang akan dilakukan dengan Iran dengan
memberikan 2000 metric ton natural uranium dan sepakat untuk bekerja sama
menyelesaikan stasiun reaktor pertama di Bushehr.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Perspektif Negara Rusia terhadap perjanjian
kerjasama program reaktor nuklir Iran tahun 1995-2005?
2. Bagaimanakah kebijakan Rusia terhadap Iran dalam kerjasama
program reaktor nuklir?
3. Dampak apakah yang timbul bagi Negara Rusia dan Negara Iran
akibat Perjanjian tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perspektif Negara Rusia terhadap perjanjian
kerjasama program reaktor nuklir Iran tahun 1995-2005
2. Untuk mengetahui kebijakan Negara Rusia terhadap Iran dalam
kerjasama program reaktor nuklir
3. Untuk mengetahui dampak yang timbul bagi Negara Rusia dan
Negara Iran akibat Perjanjian tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Negara Rusia tentang Perjanjian terhadap Iran dalam


kerjasama Program reaktor nuklir Iran tahun 1995-2005
Rusian Minister of Atomic Energy Aleksandr Rumyantsev, mengatakan
bahwa Iran masih jauh dari proses pembangunan senjata nuklir. Karena
teknologi yang belum mencapai hal tersebut. Rusia mengatakan bahwa transfer
alat yang selama ini dilakukan bukan merupakan barang yang sensitif hal ini
dikarenakan AS dan Rusia memiliki definisi yang berbeda mengenai barang
tersebut, Rusia lebih fokus terhadap materi-materi kecil yang memang dapat
dikembangkan menjadi senjata nuklir namun dalam kacamata AS materi sensitif
merupakan segala macam hal tidak hanya materi kecil seperti pada pandangan
Rusia. Walaupun disisi lain beberapa ilmuwan Rusia sudah ada yang mulai
mengkhawatirkan pengembangan nuklir Iran yang sudah berada dalam kapasitas
pengembangan senjata. Pemerintah Rusia pun tidak berusaha untuk menemukan
dan menuntut perusahaan perusahaan Rusia yang ditemukan bekerja sama dengan
Iran dalam lingkup nuklir (atau rudal), atau menghambat tindakan kerjasama Iran
dengan agen pengadaan di Rusia. Selain berdebat bahwa Iran tidak akan mampu
membangun bom, namun disisi lain Rusia tidak menyangkal bahwa nantinya Iran
akan mengembangkan nuklir dalam skala senjata. Deputi Duma Andrey
Kokoshin, yang juga merupakan kepala Akademi Sains Rusia, mengatakan bahwa
konflik yang terjadi antara Iran dan Iraq nantinya akan semakin memicu Iran
untuk mengembangkan senjata nuklir.
Bantuan yang diberikan Rusia termasuk bantuan bahan baku, alat
pendukung, dan juga akan melatih serta memberi pengetahuan kepada masyarakat
Iran tentang nuklir. Hal ini tidak berjalan dengan lancar seiring dengan banyaknya
kecaman dari luar tentang kebijakan yang dikeluarkan Rusia tersebut. AS, PBB,
IAEA masih belum percaya sepenuhnya bahwa nuklir yang dikembangkan Iran
bukan nuklir dalam skala senjata, barat pun berusaha untuk menghentikan bantuan
yang diberikan Rusia dengan dalih mencegah timbulnya proliferasi nuklir. Namun
hal tersebut tidak menghentikan Rusia. Disisi lain Rusia mengambil keuntungan
dari posisinya tesebut yaitu posisi dimana Rusia menjadi middle-man antara Iran
dan negara- negara Barat. Hal ini berakibat reaktor pertama yang semestinya
selesai pada tahun 2005 malah mundur 6 tahun dan baru diresmikan pada tahun
2011.
Terlihat bahwa walaupun banyaknya tekanan dari luar dan tidak
dipungkiri bahwa Rusia sempat terombang-ambing dalam mengambil sikap
namun pada akhirnya Rusia menyelesaikan janjinya kepada Iran.
Pasca lepasnya Rusia dari Uni Soviet, Rusia berusaha untuk memajukan
perekonomiannya. Rusia berusaha untuk meningkatkan perekonomiannya dengan
melakukan hubungan bilateral terhadap negara-negara pecahan Uni Soviet
utamanya yang memiliki sumber minyak dan gas. Pasca runtuhnya Uni Soviet
tahun 1991, Rusia terus berusaha melakukan pendekatan dan menjalin kerja sama
yang baik dengan negara-negara pecahan Uni Soviet. Rusia melakukannya untuk
mengimbangi pengaruh Amerika Serikat terhadap negara-negara lain yang terus
meningkat. Oleh sebab itu pemerintah Rusia memprioritaskan usaha
meningkatkan kerja sama dengan negara-negara Asia Tengah, salah satunya
melakukan kerjasama dengan Iran, dengan adanya kerjasama tersebut, Rusia
berpikir bahwa nantinya Iran dapat sangat membantu Rusia dalam banyak
bidang.3
Rusia memiliki perspektif bahwa dengan adanya kerjasama yang baik
antara Rusia dan Iran dapat membawa kedua negara memperoleh keuntungannya
masing-masing, dengan pandangan tersebut maka Rusia dan Iran melakukan
sebuah perjanjian, salah satunya adalah perjanjian Kerjasama Program reaktor
nuklir Iran, Selain itu juga Rusia melihat Iran sebagai rekan yang tepat karena Iran
merupakan sumber energi bagi Rusia, sehingga wajib hukumnya untuk membina
hubungan baik, disisi lain Iran memiliki kerjasama nuklir dengan Rusia. Ketika

3
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6698/BAB%20III%20burning.pdf?sequen
ce=7&isAllowed=y
20% minyak dan gas dibawah kontrol Iran dan Rusia hal ini menjadikan keduanya
duduk dalam posisi yang strategis untuk keduanya dan investasi yang sangat
menjanjikan.

2.2 Kebijakan Negara Rusia terhadap Iran dalam kerjasama program


reaktor nuklir
Kebijakan Rusia dalam kesepakatan nuklir dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain yaitu kepentingan nasional dalam hal Military Security dan
Economic Well-being. Rusia mengupayakan berbagai cara untuk
mempertahankan jati diri negaranya di kaca internasional. Rusia memiliki dilema
tersendiri dalam kebijaknnya untuk membantu Iran dalam proses pengembangan
nuklir. Tekanan – tekanan dari negara barat membuat hal ini menjadi masalah.
Hal ini karena, pemerintah Rusia secara terang-terangan menyatakan akan
membantu dan mengekspor bantuan terhadap Iran perihal rencana pembangunan
reaktor nuklir yang akan dijalankannya. Keputusan pemerintah Rusia tersebut
mendapatkan tanggapan keras dari AS, Israel dan negara lainnya. Bahkan AS
sendiri mengancam akan memberikan sanksi kepada Rusia bila tetap menjalankan
bantuan tersebut. Namun, pemerintah Rusia menegaskan tentang bantuannya
bahwa Rusia tidak akan membantu Iran untuk membangun senjata nuklir, Rusia
hanya membantu pembuatan reaktor dan siap untuk terbuka dan melaporkan
segala perkembangan yang terjadi kepada IAEA.
Konsep kebijakan luar negeri Rusia sendiri merupakan cerminan dari
sistem dan garis besar dari kebijakan luar negeri Rusia sendiri. Pembangunan
pembangkit nuklir bukanlah hal yang murah dan berjangka pendek. Walaupun
telah dibangun reaktor nuklir oleh Rusia diberbagai negara di dunia ini, Rusia
tetap membatasi untuk pengiriman uranium walaupun permintaan meningkat
tajam sehingga timbal balik yang didapatkan Rusia akan lebih besar untuk
kedepannya. Hal inilah yang membuat Rusia terus mempertahankan hubungan
dengan Negara-negara lain baik AS ataupun negara-negara di Asia dan
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan jati diri negaranya di kaca
internasional
Oleh karena itu, dalam setiap kebijakannya Rusia juga memiliki beberapa
target yang akan dicapai dari segala kebijakan yang dikeluarkannya yaitu :
1. Garansi adanya keamanan dan ketentraman baik dalam sector politik,
ekonomi,sosial di Rusia sendiri dan menaikkan kedudukan Rusia didunia
Internasional dengan keadaan domestik yang kuat.
2. Segala kebijakan yang nantinya diambil sesuai dengan hukum
internasional dan hukum nasional yang berlaku.
3. Rusia juga mengedepankan hubungan baik dengan Negara tetangganya.
Rusia tidak ingin meningkatkan tensi yang memungkinkan terjadinya
konflik regional.
4. Mencari kecocokan dengan Negara lain yang memiliki visi dan misi yang
sama untuk menyelesaikan isu-isu yang ada dan juga membantu Rusia
untuk menyelesaikan masalah domestiknya (yang memang membutuhkan
campur tangan luar)
5. Mengedepankan perlindungan terhadap rakyat Rusia baik yang berada
didalam wilayah Rusia maupun diluar Rusia.
Kebijakan yang Rusia ambil juga terkait dengan beberapa tendensi yaitu:
• Terjadinya Globalisasi ekonomi di dunia Internasional.
• Memperkuat peranan Rusia dalam Institusi Internasional dan dalam
mekanisme di dunia ekonomi dan politik.
• Merperkuat di wilayah regional dan sub-regional
• Perlombaan dalam bidang militer di dunia Internasional
Kebijakan yang dibuat oleh Rusia tentunya sudah dipertimbangkan dalam
berbagai aspek dan tentunya untuk memajukan berbagai bidang kehidupan untuk
negaranya.
2.3Dampak yang timbul bagi dunia internasional akibat Perjanjian
Rusia dan Iran
Hubungan Rusia dan Iran sudah berjalan sejak lama bahkan dari sebelum
tahun 1813. Tidak jarang hubungan kedua Negara ini bergejolak bahkan dalam
setiap tahunnya. Rusia memiliki kerjasama dengan Iran begitu juga sebaliknya
dalam hal minyak, gas ataupun uranium dan bahan-bahan pembuatan senjata.
Hingga kerjasama tahun 1995 tentang program nuklir Iran.
Letak geografis Rusia dan Iran yang berdekatan membuat mereka
memiliki suatu ancaman yang sama sebagai suatu kekuatan regional. Tidak
hanya dalam masalah keamanan, tetapi juga bagaimana penyebaran energy dan
hal-hal lainnya yang menyangkut jalur darat.
Oleh karena itu banyak dari Negara-negara lain yang mencekam dan
menekan program kerjasama Nuklir Rusia dan Iran dengan alasan keamanan dan
ketertiban dunia. Nuklir tidak hanya membawa kesejahteraan tetapi juga bencana
bagi stabilitas keamanan Internasional dan peradaban dunia apabila digunakan
secara irasional, tanpa kalkulasi yang matang dan bukan untuk tujuan damai.
Pengembangan program nuklir Iran yang dicurigai dunia Internasional berdimensi
militer ini, mendapat reaksi keras berupa sanksi internasional terhadap sektor
ekonomi, politik, persenjataan dan penerbangan Iran yang berdampak pada
melemahnya ekonomi Iran.
Yang menjadi ancaman Barat dan sekutu adalah program nuklir Iran dapat
menjadi sumber instabilitas kawasan Timur Tengah. Iran dapat menjadi sumber
pemasok senjata nuklir bagi aksi terorisme dan gerakan militansi di Timur Tengah
yang menentang AS. Hal ini juga akan membuat negara-negara seperti Arab
Saudi, Turki dan Mesir untuk memperoleh senjata nuklir dari Iran sehingga
proliferasi nuklir di kawasan Timur Tengah dapat menjadi pemicu terjadinya
Perang Nuklir. Oleh karena itu, program nuklir Iran dapat menjadi sumber
instabilitas keamanan internasional akibat kondisi geopolitik Iran sebagai
pemasok minyak terbesar ketiga dunia, isu terorisme dan krisis politik Timur
Tengah.Disisi lain, Iran mengetahui bahwa kemampuan preventive action yang
dimiliki sekutu khususnya AS dan Israel jauh lebih mematikan apabila Iran
mencoba melakukan serangan nuklir karena akan menyebabkan kerugian besar di
pihak Iran. Oleh karena itu, senjata nuklir Iran hanya dimungkinkan untuk
kebijakan self-defense atau deter
BAB III
PENUTUP

2.4Kesimpulan
Rusia mengambil keuntungan dari posisinya tesebut yaitu posisi dimana
Rusia menjadi middle-man antara Iran dan negara- negara Barat. Rusia memiliki
perspektif bahwa dengan adanya kerjasama yang baik antara Rusia dan Iran dapat
membawa kedua negara memperoleh keuntungannya masing-masing, dengan
pandangan tersebut maka Rusia dan Iran melakukan sebuah perjanjian, salah
satunya adalah perjanjian Kerjasama Program reaktor nuklir Iran, Selain itu juga
Rusia melihat Iran sebagai rekan yang tepat karena Iran merupakan sumber energi
bagi Rusia, sehingga wajib hukumnya untuk membina hubungan baik, disisi lain
Iran memiliki kerjasama nuklir dengan Rusia. Ketika 20% minyak dan gas
dibawah kontrol Iran dan Rusia hal ini menjadikan keduanya duduk dalam posisi
yang strategis untuk keduanya dan investasi yang sangat menjanjikan.
Kebijakan Rusia dalam kesepakatan nuklir dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain yaitu kepentingan nasional dalam hal Military Security dan
Economic Well-being. Rusia mengupayakan berbagai cara untuk
mempertahankan jati diri negaranya di kaca internasional. Hal inilah yang
membuat Rusia terus mempertahankan hubungan dengan Negara-negara lain baik
AS ataupun negara-negara di Asia. Konsep kebijakan luar negeri Rusia sendiri
merupakan cerminan dari sistem dan garis besar dari kebijakan luar negeri Rusia
sendiri
Namun yang menjadi ancaman Barat dan sekutu adalah program nuklir
Iran dapat menjadi sumber instabilitas kawasan Timur Tengah. Iran dapat menjadi
sumber pemasok senjata nuklir bagi aksi terorisme dan gerakan militansi di Timur
Tengah yang menentang AS. Hal ini juga akan membuat negara-negara seperti
Arab Saudi, Turki dan Mesir untuk memperoleh senjata nuklir dari Iran sehingga
proliferasi nuklir di kawasan Timur Tengah dapat menjadi pemicu terjadinya
Perang Nuklir. Oleh karena itu, program nuklir Iran dapat menjadi sumber
instabilitas keamanan internasional akibat kondisi geopolitik Iran sebagai
pemasok minyak terbesar ketiga dunia, isu terorisme dan krisis politik Timur
Tengah

3.2 Saran
Kebijakan yang diambil oleh Rusia harus memperhatikan berbagai aspek
kehidupan internasional agar tidak menimbulkan dampak yang negaif terhadap
negara lain. Walaupun kebijakan itu untuk kepentingan negaranya. Dan Rusia
diharapkan mampu menanggulangi permasalahan yang timbul akibat kebijakan
yang telah diambil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum


Internasional,edisi kedua , (Bandung: Alumni, 2010).
2. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6698/BAB%20III
%20burning.pdf?sequence=7&isAllowed=y
3. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6698/BAB%20IV
%20burning.pdf?sequence=8&isAllowed=y
4. http://www.davishare.com/2014/12/kesimpulan-saran-makalah-sejarah-
hukum-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai