PENDAHULUAN
dari bakal buah (ovarium). Buah pada umumnya membungkus dan melindungi
biji. Beraneka bentuk dari buah tidak terlepas kaitannya dengan fungsi penting
buah, yakni sebagai pemencar biji tumbuhan. Pisang kepok memiliki tekstur
lembut, manis sedikit sepat, beraroma wangi, berserat halus, berwarna hijau
kekuningan dan mampu bertahan lama karena kulit luarnya yang keras (Mardi,
2014).
seperti pati, gula dan asam organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
karbondioksida, dan air secara bersama memproduksi energi dan senyawa lain
yang dapat digunakan sel untuk reaksi sintetis. Respirasi dapat terjadi dengan
adanya oksigen (respirasi aerobik) atau dengan tidak adanya oksigen (respirasi
petunjuk yang baik dari aktivitas metabolisme pada jaringan dan berguna sebagai
pedoman yang baik untuk penyimpanan hidup hasil panen. Produk dengan laju
juga dipengaruhi oleh keberadaan etilen. Etilen adalah senyawa organik sederhana
sebab itu keberadaan etilen perlu ditekan pada saat produk telah mengalami
kematangan agar daya simpan produk lebih lama. Proses respirasi diawali dengan
1
adanya penangkapan oksigen dari lingkungan. Selain etilen yang mempengaruhi
diiringi pula peningkatan produksi etilen. Saat produk mencapai masak fisiologi,
proses pemasakan dapat berlangsung pada saat buah masih di pohon atau telah
dipanen. Pemanenan dapat dilakukan ketika laju respirasi suatu produk sudah
kualitas produk tersebut. Produk yang dipanen terlalu muda pada produk buah-
meningkat dan menjadikan buah terasa masam. Untuk pemanenan yang terlalu tua
menyebabkan kualitas produk turun pada saat disimpan dan rentan terjadi
apel dan mangga. Pola respirasi produk yang tidak menunjukkan karakteristik
jeruk, cabai, dan nanas. Pengurangan laju respirasi sampai batas tertentu dapat
memperpanjang daya simpan produk segar tetapi kebutuhan energi sel terpenuhi.
2004).
2
1.2 Tujuan Penelitian
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
4
pisang sangat bermaanfaat untuk kesehatan karena memiliki gizi yang lebih tinggi
daripada apel dan menyediakan cadangan energi.
Buah pisang dalam 100 gr pisang mengandung 136 kalori. Kandungan kalori
buah pisang yaitu 2 kali lipat dibandingkan apel. Kandungan energi pisang
merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga
bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori. Sedangkan kandungan protein
dan lemak pisang sangat rendah, yaitu hanya 2,3% dan 0,13%. Karena itu, tidak
perlu takut kegemukan walau mengonsumsi pisang dalam jumlah banyak. Pisang
kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan besi. Bila
dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang, khususnya besi,
hampir seluruhnya dapat diserap oleh tubuh. Pisang mengandung tiga jenis gula
alami yaitu sukrosa, fruktosa dan glukosa (Wikipedia, 2009). Pisang memiliki
kandungan vitamin yang tinggi, terutama provitamin A, yaitu beta karoten,
sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel hanya 15 mg.
Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin
B6 (piridoxin) (Suyanti dan Ahmad, 1992). Kandungan vitamin B6 pisang cukup
tinggi, yaitu sebesar 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim
untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan
metabolisme protein, khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif
sebagai neurotran smitter dalam kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan
dalam metabolisme energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini
jelas mendukung ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari.
Perubahan warna kulit merupakan salah satu aktivitas produk pertanian yang
masih berlangsung setelah panen. Perubahan warna pada pisang selama proses
pematangan disebabkan oleh degredasi pigmen klorofil. Hal ini menyebabkan
perubahan warna pisang yang mulanya berwarna hijau akan berubah menjadi
5
kuning. Perubahan warna merupakan indikator yang paling baik dalam
menentukan tingkat kematangan pisang (Caussiol,2001).
Perubahan tekstur merupakan perubahan fisik buah yang umum dijumpai
pada saat proses pematangan buah. Perubahan tekstur pada buah ini sebagian
besar ditentukan oleh kadar air dan kandungan lemak, jenis dan jumlah struktur
karbohidrat seperti selulosa dan pektin serta dipengaruhi oleh perubahan
kandungan protein pada saat proses pematangan. Perubahan zat-zat tersebut di
dalambuah akan merubah tekstur buah dari keras akan cenderung melunak
(Fellows, 2000).
Perubahan Kandungan Pati dan Kandungan Gula Penurunan kandungan pati
dan penambahan kandungan gula pada buah merupakan sifat yang paling
menonjol pada proses pematangan buah pisang. Menurut Simmonds (1982),
konsentrasi pati pada daging buah meningkat sampai 70 hari pada masa
pertumbuhan buah pisang dan kemudian menurun. Kandungan pati di dalambuah
yang belum masak berkisar antara 20 -25 % dari total berat segarnya dan sekitar 2
–5 % saja yang mampu diubah menjadi gula dan sebagianya dilepas dalam bentuk
CO2 melalui proses respirasi. Pada awal pertumbuhan buah konsentrasi gula di
dalam buah sangat rendah. Tetapi pada saat proses pemasakan gula dalam buah
akan meningkat dengan tajam dalam bentuk glukosa dan fruktosa (Sumadi et al.,
2004).
Selama proses pematangan sayur-sayuran dan buah-buahan mengalami
penurunan asam-asam organik, hal ini diduga disebabkan penggunaan asam
organik pada proses respirasi atau terkonversi menjadi gula. Asam-asam organik
yang paling banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan adalah asam
malat dan asam sitrat. Selain itu terdapat asam organik tertentu pada komoditi
misalnya asam tartrat pada jeruk, asam oksalat pada bayam, asam isositrat pada
buah berri dan asam quinat pada buah kiwi. Pada buah pisang asam yang palin
dominan adalah asam malat. Nilai pH pada buah pisang yang masih berwarna
hijau yaitu 5,02 –5,6 dan pada pisang matang berkisar antara 4,2 –4,75
(Pujimulyani, 2009).
6
Pengurangan berat pada komoditas pertanian terutama buah-buahan
mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah gas CO2 dan air yang
dikeluarkan. Proses penguapan air pada produk hortikultura merupakan proses
yang terus menerus akan berlangsung pada semua jenis buah dan sayur. Hal ini
merupakan penyebab kehilangan berat pada produk buah dan sayur secara
langsung (Hotman, 2009).
Pada awal pertumbuhan buah konsentrasi gula total, gula reduksi dan bukan
reduksi sangat rendah. Tetapi saat proses pemasakan, gula total meningkat tajam
dalam bentuk glukosa dan fruktosa. Naiknya kadar gula yang tiba-tiba ini dapat
digunakan sebagai indeks kimia kemasakan
7
pada komoditi buah di bawah 2% maka buah tersebut akan mengalami proses
respirasi anaerob yang akan mengakibatkan timbulnya aroma yang tidak sedap
pada produk yang disimpan (Dimas, 2011).
Pengukuran laju respirasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat
mengetahui akifitas metabolisme pada produk yang sedang kita tangani. Selama
proses respirasi aerob penyimpanan produk akan menghasilkan CO2, air dan
energi yang mempengaruhi pertumbuhan sel dan kualitas dari komoditi tersebut.
Menurut Saltveit (2003), ada beberapa parameter untuk mengukur tingkat laju
respirasi produk selama penyimpanan, diantaranya mengukur kehilangan substrat,
konsumsi oksigen, produksi karbondioksida, dan produksi energi. Dalam
perkembangannya banyak sekalifaktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi
komodit pertanian.
.
8
III. BAHAN DAN METODE
9
10. Mengukur larutan NaOH sebanyak 50 ml pada gelas ukur kemudian
memindahkannya pada elenmeyer.
11. Menghubungkan pipa yang terdapat pada tutup stoples ke erlenmeyer yang
berisi larutan NaOH dengan menggunakan selang.
12. Menjalankan aerator untuk memasukkan udara bebas CO2 ke dalam
stoples, tanda adanya CO2 yang masuk adalah adanya gelembung pada
larutan NaOH.
13. Membiarkan proses jalannya aerator selama satu jam.
14. Setelahsatu jam, menimbang kembali buah yang ada di dalam stoples.
15. Mengambil larutan NaOH yang digunakan selama proses jalannya aerator
dan meneteskan indikator PP sebanyak satu tetes sehingga terbentuk
warna merah jambu.
16. Kemudian mentitrasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan HCl
sampai warna berubah menjadi warna bening.
17. Mencatat jumlah akhir (ml) HCl yang digunakan dalam titrasi.
18. Menghitung laju respirasi dengan rumus :
( 𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 – 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝐿 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2
Laju respirasi (mg CO2/ kg/ jam) =
2
19. Melakukan pengamatan yang sama selama tiga hari.
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
11
4.2 Pembahasan
4
3.3088 laju respirasi
2
0
3 Juni 2017 4 Juni 2017 5 Juni 2017
-2
-3.3088
-4
-6
-6.8244
-8
12
diketahui yaitu 50 ml sedangkan volume HCl belum diketahui. Titrasi merupakan
salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara
mereaksikan larutan tersebut dengan zat yang sudah diketahui konsentrasinya
secara tepat. Pemberian indikator fenoftalein 1 tetes berfungsi untuk menentukan
larutan tersebut bersifat asam atau basa. Dalam hal ini NaoH bersifat basa terbukti
dari perubahan warna pada larutan NaOH setelah ditetesi indikator PP. Kemudian
setelah diketahui volume larutan bahan (HCl), dapat pula diketahui laju
respirasinya.
13
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perhitungan lajurespirasi :
Diketahui : bobot buah pisang = 470 gram = 0,47 kg
( 𝑚𝑙 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 – 𝑚𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ)𝑥 𝑁 𝐻𝐶𝐿 𝑥 𝐵𝑀 𝐶𝑂2
Laju respirasi (mg CO2/ kg/ jam) =
2
Hari pertama :
(18,2−15)𝑥 0,1𝑥 44
Laju respirasi =
2
= 7, 04 x 0,47
= 3,3088 kg/jam
Harikedua :
(18,2−21,4)𝑥 0,1𝑥 44
Laju respirasi =
2
= -7, 04 x 0,47
= -3,3088 kg/jam
Hariketiga :
(18,2−24,8)𝑥 0,1𝑥 44
Laju respirasi =
2
= -14, 52 x 0,47
= -6, 8244 kg/ jam
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah
sesudah di panen. Pada tabel dan perhitungan jumlah respirasi diatas, maka
dapat diketahui bahwa laju respirasi semakin menurun sehingga intensitas
respirasi dianggap sebagai ukuran laju metabolisme. Laju metabolisme yang
rendah biasanya disertai oleh umur simpan yang tinggi, ini dapat dilihat dari
jenis pada karateristik buah pisang dari hari pertama pengamatan sampai hari
ketiga buah masih dalam keadaan hijau.
14
Lampiran :
15
16