Anda di halaman 1dari 14

A.

Judul : Analisis Urin


B. Tujuan : Mengetahui sifat dan kandungan kimiawi urin normal dan urin
patologis
C. Dasar Teori
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawamelalui ureter menuju kandung kemih,akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
daridarah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika ada molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagaisenyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh
(Poedjiadi, 2005).
Dalam pembentukan urine diperlukan hormon insulin. Hormon insulin
berfungsi untuk mengatur kadar gula, seseorang penderita diabetes
disebabkan karena kerja hormone insulinnya terganggu. Faktor yang
memepengaruhi jumlah urine dihasilkan seseorang antara lain adalah volume
air yang dimimun, suhu, banyak garam yang harus dikeluarkan di dalam
tubuh, zat-zat diuritict seperti kopi dan alkohol, yang dapat mengurangi
penyerapan ion Na+ sehingga penyerapan tersebut terhambat dan volume air
akan meningkat (Kimball, 1996).
Volume urin normal per hari adalah 1200-1500 ml,volume tersebut
dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alkohol,
dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna
urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang
(Girindra, 2010). Urin yang kita keluarkan terdiri dari berbagai unsur seperti
air, protein, amonia, glukosa, sedimen, bakteri, dan epitel. Unsur-unsur
tersebut sangat bervariasi perbandingannya pada orang yang berbeda dan juga
pada waktu yang berbeda dan dipengaruhi oleh makanan yang kita konsumsi.
Kandungan urin inilah yang menentukan tampilan fisik air urin seperti
kekentalannya, warna, kejernihan, bau,dan busa. Pada keadaan normal, urin

1
memang tampak sedikit berbusa karena urinmengandung unsur-unsur
tersebut. Apalagi bila urin dicurahkan kedalam tempat berwadah dari posisi
tinggi, akan terjadi reaksi yang menyebabkan urin tampak berbusa.
Memastikan adanya kelainan pada urin perlu diperhatikan beberapa hal
seperti warna, bau, kejernihan, dan kekentalan.Warna yang memerah
menandakan adanya darah yang bercampur dalam urin. Hal ini terjadi pada
keadaan infeksi, luka, batu saluran kemih, tumor,atau meminum obat tertentu.
Jika warna sangat merah menandakan adanya perdarahan yang hebat
disaluran kemih (Ophart, 2003).
Urin yang terlalu keruh menandakan tingginya kadar unsur-unsur
yang terlarut didalamnya. Hal ini bisa terjadi karena faktor makanan dan
adanya infeksi yang mengeluarkan bakteri atau konsumsi air yang kurang.
Bau urin dapat bervariasi karena kandungan asam organik yang mudah
menguap. Bau amonia biasanya terjadi kalau urin dibiarkan tanpa pengawet
atau karena reaksi oleh bakteri yang mengubah ureum di dalam kantong
kemih. Bau keton sering terjadi pada penderita kencing manis dan bau busuk
sering terjadi pada penderita tumor di saluran kemih (Ophart, 2003).
1. Sifat kimia dan fisik urin
Urine memiliki sifat kimia dan fisik diantaranya adalah
a. Jumlah rata-rata 1-2 liter/hari tergantung banyaknya cairan yang
dimasukan
b. Berwarna bening/orange pucat tanpa endapan,
c. Mempunyai bau yang menyengat, dan
d. Reaksi sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6. Sedangkan
komposisi urine adalah 96% air, Natrium, Pigmen Empedu, 1,5%
garam, Kalium, Toksin, 2,5% urea, kalsium, Bikarbonat, Kreatinin
N, Magnesium, Kreatini, Khlorida, Asam urat, Sulfat anorganik, Asam
urat, Fosfat anorganik, Amino N, Sulfat, Amonia N dan Hormon.
2. Karakteristik urin
Secara umum urin berwarna kuning. Urin yang didiamkan agak lama
akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas yaitu berbau ammonia. Ph

2
urin berkisar antara 4,8 – 7 dan akan menjadi lebih asam jika
mengkonsumsi banyak protein serta urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin yakni 1,002 – 1,035 g/ml
(Uliyah, 2008).
Komposisi urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut. Di
dalam urin terkandung bermacam – macam zat, antara lain (1) zat sisa
pembongkaran protein seperti urea, asam ureat, dan amoniak, (2) zat
warna empedu yang memberikan warna kuning pada urin, (3) garam,
terutama NaCl, dan (4) zat – zat yang berlebihan dikomsumsi, misalnya
vitamin C, dan obat – obatan serta juga kelebihan zat yang yang
diproduksi sendiri oleh tubuh misalnya hormon (Ethel, 2003).
Urin yang normal tidak mengandung protein dan glukosa. Jika urin
mengandung protein, berarti telah terjadi kerusakan ginjal pada bagian
glomerulus. Jika urin mengandung gula, berarti tubulus ginjal tidak
menyerap kembali gula dengan sempurna. Hal ini dapat diakibatkan oleh
kerusakan tubulus ginjal. Dapat pula karena kadar gula dalam darah terlalu
tinggi atau melebihi batas normal sehingga tubulus ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua gula yang ada pada filtrat glomerulus. Kadar
gula yang tinggi diakibatkan oleh proses pengubahan gula menjadi
glikogen terlambat, kerena produksi hormon insulin terhambat. Orang
yang demikian menderita penyakit kencing manis (diabetes melitus). Zat
warna makanan juga dikeluarkan melalui ginjal dan sering memberi warna
pada urin. Bahan pengawet atau pewarna membuat ginjal bekerja keras
sehingga dapat merusak ginjal. Adanya insektisida pada makanan karena
pencemaran atau terlalu banyak mengkonsumsi obat – obatan juga dapat
merusak ginjal (Scanlon, 2000).
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Pemeriksaan kimiawi
Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang diperiksa
adalah pH urin / keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa,
bilirubin, urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa merupakan

3
penanda keadaan dari organ2 tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti
penyakit “kuning” yang disebabkan oleh bilirubin darah yang tinggi
biasanya menghasilkan urin yang mengandung kadar bilirubin diatas
normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang dihubungkan dengan
keadaan organ tubuh yang berbeda (Djojodibroto, 2001).
2. Pemeriksaan sedimen
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa
metabolisme yang berupa kristal, granula termasuk juga bakteri.
Dengan pemeriksaan sedimen maka keberadaan suatu benda normal
ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita akan dapat
menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan
jumlah eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya
perdarahan di saluran kemih bagian bawah. Begitu juga dengan
ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika seseorang
beresiko terkena batu ginjal, karena kristal-kristal dalam urin
merupakan pemicu utama terjadinya endapan kristal dalam saluran
kemih terutama ginjal yang jika dibiarkan berlanjut akan
membentuk batu ginjal (Djojodibroto, 2001).
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat
jenis cairan urin, pH, dan suhu urin. Sedangkan analisis kimiawi dapat
meliputi analisis glukosa, analisis protein, dan analisis pigmen
empedu. Untuk analisis kandungan protein ada banyak sekali metode
yang dapat digunakan, mulai dari metode uji Millon sampai kupri
sulfa dan sodium basa. Analisis secara mikroskopik sampel urin
secara langsung diamati di bawah mikroskop sehingga akan diketahui
zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urintersebut, misalnya
kalsium phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (Lehninger, 1982).

4
D. Alat dan bahan
a. Alat
NO. Nama alat Gambar Kategori Fungsi
1. Batang 1 Digunakan
pengaduk untuk
mengaduk
larutan
2. Erlenmeyer 1 Digunakan
untuk wadah
larutan yang
akan dititrasi
3, Gelas 1 Digunakan
kimia sebagai wadah
larutan

4. Gelas ukur 1 Digunakan


untuk mengukur
volume zat
kimia dalam
bentuk cairan
5. pH meter 1 Digunakan
atau pH untuk mengukur
universal tingkat
keasaman suatu
larutan
6. Pipet tetes 1 Mengambil
bahan yang
berbentuk
larutan dalam
jumlah kecil

5
7. Rak tabung 1 Digunakan
reaksi sebagai tempat
untuk tabung
reaksi
8. Tabung 1 Sebagai tempat
reaksi untuk
mereaksikan
larutan
b. Bahan
No. Nama bahan Sifat fisika Sifat kimia
1. AgNO3 10% - Kristal - Larut dalam air
- Tidak berwarna - Oksidator kuat
- Tidak berbau - Beracun
2. BaCl2 - Kristal - Garam organic
- Tidak berwarna - Mudah larut dalam
- Titik lebur : 960°C air
- Densitas : 3.10 kg/L - Beracun
3. HCl encer - Massa jenis 3.21 gr/cm3 - Larut dalam alkali
- Titik leleh : 101°C hidroksida
- Massa atom : 36,45 - Oksidator kuat
4. Reagen - Berwarna biru - Dapat larut dalam
- Berbentuk encer air
benedict
- Dapat digunakan
untuk uji makanan
dengan pemanasan
5. Reagen Biuret - Titik leleh 186-189℃ - Dapat larut dalam
- Massa molar 103,08 air
g/mol-1 - Mudah larut dalam
- Berwarna biru air panas

- Cairan tidak berwarna - Mudah larut dalam


HNO3 - Berbau tajam air dingin dan air
6.
- BM 63,01 gr/mol panas
- Titik didih 83℃ - Larut dalam dietil
- Titik beku-42℃ eter
- Tekana uap 47,9 mmHg

6
E. Prosedur kerja
a. Uji biuret
10 tabung reaksi
- Disiapkan 10 tabung reaksi, masing-masing diisi
dengan 1 ml urin normal dan 1 ml urin patologis
- Ditambahkan 8 tetes reagen biuret
- Diamati dan catat perubahan yang terjadi

Hasil Pengamatan

b. Uji glukosa
10 tabung reaksi
- Diisi mading-masing dengan 1 ml urin normal dan 1 ml
urin patologis
- Ditambahkan reagen benedict sebanyak 1-2 ml
- Dipanaskan larutan
- Diamati dan dicatat yang terjadi
-
Hasil Pengamatan

c. Uji klorida
10 tabung reaksi
- Diisi masing-masing dengan 1 ml urin normal dan 1 ml
urin patologis
- Disiapkan 2 tabung reaksi, masing-masing diisi dengan
1 ml urin normal dan urin patologis
- Ditambahkan beberapa tetes HNO3 encer dan 1 ml
AgNO3 10%
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
-
Hasil Pengamatan

7
d. Uji pH
10 tabung reaksi
- Dimasukkan beberapa tetes sampel urin dalam tabung
reaksi
- Dicelupkan pH meter ke dalam tabung reaksi yang
berisi sampel
- Dibandingkan pengamatan dilakukan pada sampel urin
orang normal, dan urin orang tidak normal

e. Uji Sulfat
10 tabung reaksi
- Diisi masing-masing dengan urin normal, dan 1 ml
urin patologis
- Ditambahkan beberapa tetes HCl encer dan 1 ml BaCl2
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi
-
Hasil Pengamatan

8
F. Hasil pengamatan
Sampel
pH Klorida Sulfat Glukosa Biuret
urin
Normal 6 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau (Biru
mengendap) muda) kehijauan)
Diabetes 8 (++) (++) (++) (+)
mellitus (banyak (keruh ada (kuning) (Biru
endapan) endapan) kehijauan)
Gagal 5 (++) (++) (++) (+)
giinjal (banyak (keruh ada (kuning) (Biru
endapan) endapan) kehijauan)
Ibu hamil 6 (++) (++) (+) (+)
(banyak (keruh ada (Hijau) (Biru
endapan) endapan) kehijauan)
Nazar 8 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)
Yudis 8 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)
Iin 6 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)
Ningsih 6 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)
Aini 8 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)

9
Lisa 6 (+) (+) (+) (+)
(Ada endapan) (keruh tidak (Hijau) (Biru
mengendap) kehijauan)
G. Pembahasan
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawamelalui ureter menuju kandung kemih,akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
daridarah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika ada molekul yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagaisenyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh
(Poedjiadi, 2005).
Pada praktikum ini dilakukan pengujian analisis sampel urin, sampel urin
yang digunakan yaitu urin normal, urin diabetes mellitus, urin gagal ginjal,
urin ibu hamil, urin Nazar, urin Yudis, urin Iin, urin Ningsih, urin Aini, dan
urin Lisa.
Berikut beberapa pengujian yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Uji pH
Pada uji ini hal pertama dilakukan yaitu memasukkan semua sampel
yang akan di uji pada tabung reaksi. Selanjutnya sampel dicelupkan
dengan kertas pH untuk mengukur pH dari masing-masing sampel yang
diuji dan didapatkan bahwa urin normal adalan 6 (asam), urin diabetes
mellitus 8 (basa), urin gagal ginjal 5 (asam), urin ibu hamil 6 (asam), urin
Nazar 8 (basa), urin Yudis 8 (basa), urin Iin 6 (asam), urin Ningsih 6
(asam), urin Aini 8 (basa), dan urin Lisa 6 (asam)
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa urin normal adalah asam
dengan pH 6 sedangkan untuk urin pH nya basa atau diatas 7 merupakan
urin patologis. Karena menurut Sloane (2004), pH urin normal itu berkisar
antara 4,5-8,0.

10
2. Uji Klorida
Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar klorida yang terdapat pada
urin ini dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 sampel
urin masing-masing sebanyak 1 ml. Kemudian di tambahkan beberapa
tetes HNO3 encer dan 1 ml AgNO3 10 % .
Dari uji klorida didapatkan hasil untuk urin normal (ada endapan),
urin diabetes mellitus (banyak endapan), urin gagal ginjal (banyak
endapan), urin ibu hamil (banyak endapan), urin Nazar (ada endapan), urin
Yudis (ada endapan ), urin Iin (ada endapan), urin Ningsih (ada endapan ),
urin Aini (ada endapan), dan urin Lisa (ada endapan).
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, ada urin yang ada
endapan dan urin yang terdapat banyak endapan. Uji klorida dilakukan
untuk mengetahui zat-zat abnormal yang terkandung dalam urin. Menurut
(Thenawijaya, 1995), pada urin akan terbentuk endapan berwarna putih.
Terbentuknya endapan putih ini karena terjadi pengikatan ion Cl-oleh
senyawa perak nitrat, dan hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan
klorida dalam urin yang merupakan zat atau kandungan yang seharusnya
memang harus ada dalam urin sebagai hasil ekskresi sisa metabolime
dalam tubuh.
3. Uji Sulfat
Pada uji ini bertujuan untuk menguji kadar sulfat yang terdapat pada
urin ini dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan masing-
masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian di tambahkan beberapa tetes
HCl encer dan 1 ml BaCl2 .
Pada uji klorida didapatkan hasil untuk urin normal (keruh tidak ada
endapan), urin diabetes mellitus (keruh ada endapan), urin gagal ginjal
(keruh ada endapan), urin ibu hamil (keruh ada endapan), urin Nazar
(keruh tidak ada endapan), urin Yudis (keruh, tidak ada endapan ), urin Iin
(keruh tidak ada endapan), urin Ningsih (keruh tidak ada endapan ), urin
Aini (keruh tidak ada endapan), dan urin Lisa (keruh tidak ada endapan).

11
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa urin yang keruh menurut
menandakan adanya kandungan phospat dan terdapat endapan putih. Hal
ini ditandai dengan belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari
belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal terutama dari metabolisme
protein.
4. Uji Glukosa.
Uji bertujuan untuk menguji kadar glukosa yang terdapat pada urin ini
dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan masing-masing 1
ml urin yang akan diuji, kemudian di tambahkan 1-2 ml reagen benedict
lalu larutan ini dipanaskan.
Diperoleh hasil bahwa urin normal berwarna hijau muda, urin diabetes
mellitus berwarna kuning, urin gagal ginjal berwarna kuning, urin ibu
hamil berwarna hijau, urin Nazar berwarna hijau, urin Yudis berwarna
hijau, urin Iin urin Ningsih berwarna hijau, urin Aini berwarna hijau, dan
urin Lisa berwarna hijau.
Menurut Wulandari (2011), pada uji glukosa menggunakan reagen
benedict. Reagen benedict (ion Cu2+) akan bereaksi (oksidasi reduksi)
dengan gula pereduksi dan menghasilkan endapan Cu2O yang berwarna
hijau hingga merah bata pada urin yang normal. Untuk urin yang berwarna
kuning menandakan bahwa urin tersebut memilili kadar glukosa yang
tinggi.
5. Uji biuret
Uji bertujuan untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urin
ini dengan hal pertama yang dilakukan adalah memasukkan masing-
masing 1 ml urin yang akan diuji, kemudian di tambahkan 8 tetes larutan
reagen biuret, Dari uji ini didapatkan hasil bahwa semua sampel urin
berwarna biru kehijauan.
Urin yang berwarna keunguan menandakan adanya kandungan
protein, sesuai dengan prinsip dari uji biuret pada protein adalah jika
dalam suasana basa , ion Cu2+bereaksi dengan peptida dan menghasilkan
kompleks waran yaitu violet (ungu). Hal ini sesuai dengan pH dari urin

12
yang basa. Sedangkan dalam hasil percobaan ini semua urin tidak
berwarna ungu, hal ini menandakan urin tersebut normal atau tidak
mengandung protein.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peranan urin sangat penting untuk mempertahankan homeostasis tubuh,
karena sebagian pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi
urin. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh.
2. Kandungan kimia urin normal dan urin patologis memiliki perbedaan yaitu
dalam urin normal terdapat klorida, sulfur dan juga mengandung unsur
urea, amonia, kreatinin dan kreatin, asam amino, asam urat dan unsur
fosfat. Sedangkan untuk urin patologis didapatkan kandungan kimia yang
abnormal seperti protein dan glukosa.
I. Kemungkinan kesalahan
Dalam praktikum ini adanya kemungkinan kesalahan berupa kurang
terampilnya praktikan dalam menghitung konsentrasi larutan yang digunakan
pada saat praktikum, kurang bersihnya alat-alat yang digunakan serta kurang
telitinya dalam menjalankan berbagai prosedur percobaan yang menyebabkan
hasil yang diperoleh kurang akurat.
J. Daftar Pustaka
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical
Check Up): Bagaimana Menyikapi Hasilnya.Jakarta: Pustaka Populer
Obor
Ethel, S. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Girindra A. 1993. Biokimia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kimball, J.W. 1996. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Suhartono MT,
penerjemah. Jakarta: Erlangga.
Ophart C.E. 2003 .Virtual Chembook. Jakarta: Elmhurst College.

13
Poedjiadi A. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit UI-Press
Scanlon, Valerie C. dan Tina Sanders. 2000. Buku Ajar Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Thenawijaya, M. 1995. Uji Biologi. Jakarta: Erlangga.
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta :
Salemba Medika.
Wulandari. 2011. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Jogjakarta: Ar-
ruzz Media.

14

Anda mungkin juga menyukai