Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TREND ISSUE PERILAKU YANG BERISIKO TERTULAR /


MENULARKAN HIV AIDS

Dosen Pembimbing : Rizka Yunita, S.Kep., Ns, M. Kes

Oeh Kelompok 1 :

1. Anita Widayanti : 14201.08.16005


2. Bambang irawan : 14201.08.16007
3. Faiqotun Nazila : 14201.08.16011
4. Noer Holisah : 14201.08.16030
5. Eka Sofiya : 14201.08.16010
6. Nur Aini : 14201.08.16034
7. Lu’luul Mukaromah : 14201.08.16020
8. Lisa Sintiya : 14201.08.16018
9. Yuliatin : 14201.08.16051
10. Nabilatur Rodiyah :

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES HASHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2018
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga makalah ini
dapat tersusun dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan
untuk membantu proses belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung
secara efektif dan efisien. Sehingga dapat di terbitkan sesuai dengan yang di
harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam melaksanakan kegiatanSehari-hari
dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan judul “Trend Issue
perilaku yang berisiko tertular/menularkan HIV AIDS”dan dengan selesainya
penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapa terima kasih
kepada :

1. KH.Moh.Hasan Mutawakkil ‘Alallah,S.M.M, Sebagai Pengasuh Pondok


Pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Ns. Iin Isnawati,S.Kep,M.Kep, Sebagai Ketua Stikes Hafshawaty Zainul
Hasan Genggong
3. Ana fitria Nusantara, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Sebagai Ketua prodi S1
keperawatan
4. Rizka Yunita, S.Kep., Ns, M. Kes,Sebagai Koordinator Dosen Mata Ajar
Farmakologi selaku pembimbing.
5. Santi Damayanti,A.Md, Sebagai Ketua perpustakaan Stikes Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
6. Teman-teman Kelompok Penyusun Makalah
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Sebagai manusia
yang memiliki keterbatasan, kami sebagai penyusun makalah ini mohon maaf jika
ada kesalahan.

Genggong, Februari 2018

Penulis
LEMBAR KONSULTASI

MAKALAH

TREND ISSUE PERILAKU YANG BERISIKO


TERTULAR/MENULARKAN HIV AIDS

NO. TANGGAL NAMA DOSEN EVALUASI PARAF


LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

Trend Issue perilaku yang berisiko tertular/menularkan HIV AIDS

PROBOLINGGO........... Februari 2018

DOSEN PEMBIMBING KETUA KELOMPOK

Rizka Yunita, S.Kep., Ns, M. Kes


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
LEMBAR KONSUL ............................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................
B. Tujuan ............................................................................................................
C. Manfaat ..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN (TEORI) .........................................................................
A. Pengertian HIV AIDS ...................................................................................
B. Penyebab HIV AIDS ....................................................................................
C. Epidemiologi penyakit HIV AIDS ...............................................................
D. Tanda dan gejala HIV AIDS ........................................................................
E. Cara penularan HIV AIDS ...........................................................................
F. Proses terjadi infeksi HIV AIDS ..................................................................
G. Pemeriksaan penunjang HIV AIDS ..............................................................
H. Penatalaksanaan HIV AIDS .........................................................................
BAB III PEMBAHASAN (JURNAL).....................................................................
A. Lampiran jurnal .............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN ANALISA JURNAL ....................................................
A. Pembahasan dan analisa jurnal .......................................................................
BAB V PENUTUP ....................................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya
Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi
rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina,
cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik
yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau
menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia.
Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981,
dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling
menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan
antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS
diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada
tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak.
Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada
tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3
juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan
jumlah terbesar sejak tahun 1981.
Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai
dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL,
Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS
sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan
106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430
kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an
kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di
Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia
menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan
kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan HIV AIDS?
2) Apa saja penyebab HIV AIDS?
3) Bagaimana epidemiologi penyakit HIV AIDS?
4) Apa saja tanda dan gejala HIV AIDS?
5) Bagaimana cara penularan HIV AIDS?
6) Bagaimana proses terjadi infeksi HIV AIDS?
7) Apa saja pemeriksaan penunjang HIV AIDS?
8) Bagaimana penatalaksanaan HIV AIDS?
C. Tujuan
1) Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas keperawatan
HIV AIDS.
2) Tujuan Khusus
Untuk mengetahui maksud HIV AIDS
Untuk mengetahui penyebab HIV AIDS
Untuk mengetahui epidemiologi HIV AIDS
Untuk mengetahui tanda dan gejala HIV AIDS
Untuk mengetahui cara penularan HIV AIDS
Untuk mengetahui proses terjadi infeksi HIV AIDS
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang HIV AIDS
Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV AIDS
D. Manfaat
Berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi siswa, baik penyusun maupun pembaca
adalah untuk menambah wawasan terhadap pengertian, penyebab,
epidemiologi, tanda dan gejala, cara penularan, proses terjadinya infeksi,
pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada penyakit HIV AIDS.
2. Bagi institusi
Makalah ini bagi institusi pendidikan kesehatan adalah sebagai
tambahan referensi untuk menguji mahasiswa atau mahasiswinya tentang
pengertian, penyebab, epidemiologi, tanda dan gejala, cara penularan,
proses terjadinya infeksi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan
pada penyakit HIV AIDS.

3. Bagi Masyarakat
Makalah ini bagi masyarakat adalah sebagai penambah wawasan
tentang pengertian, penyebab, epidemiologi, tanda dan gejala, cara
penularan, proses terjadinya infeksi, pemeriksaan penunjang, dan
penatalaksanaan pada penyakit HIV AIDS.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

AIDS (Acquared Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala


atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi
oleh virus HIV (Human Immunodeficiensy Virus) yang termasuk famili
retroviridae. AID merupakan taha akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo Aru, 2009)

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.

HIV ( Human immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia yang


menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu yang
relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah suatu
sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif lama
karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV.
Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

AIDS adalah sindroma yang menunujukkan defisiensi imun seluler pada


seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan
terjadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat – obatan seperti imun,
penyakit infeksi yang sudah dikenal, dan sebagainya (Christine L, 1992)

AIDS dalah kumpulan gejalapenyakit akibat menurunnya system kekbalan


tubuh oleh virus yang disbut HIV yang di tandai dengan menurunya system
kekebalan tubuh sehinggapasien AIDS mudah diserang oleh infeksi oportunistik
dan kanker (Djauzi dan Djoerban, 2003)

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus
menerus yang berkaitan dengan infeksi human immunodetciency virus (HIV).
(Suzane C. Smetzler dan Brende G. Bare, 2002)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau
kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil
akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem
kekebalan tubuh manusia (H. JH. Wartono, 1999 : 09).

B. Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebabkan lympadenopthy
asociatec virus (LAV) atau Human T-cell Leukemia virus ( HTL- III yang disebut
homen TCL lympotropic virus (retrovirus). Retro virus mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunukleat (DNA) setalah masuk
kedalam sel pejamu.

Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam


bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit
T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam
sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat
tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus
dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif
dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Secara mortologis HIV
terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop).
Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua untaian RNA (Ribonucleic Acid).
Enzim reverce transcriptase dan beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri
atas lipid dan glikoprotein (gp 41 dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan
reseptor Lymfosit (T4) yang rentan. Karena bagian luar virus (lemak) tidak tahan
panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif terhadap pengaruh
lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah dimatikan dengan
berbagai desinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium hipoklorit dan
sebagainya, tetapi relatif resisten terhadap radiasi dan sinar utraviolet. Virus HIV
hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV
dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak.

C. Epidemiologi

1. Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2015-2016


Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan
determinan penyakit, serta upaya pengendalian penyakit tersebut. Ilmu
epidemiologi telah berkembang sangat pesat dalam berbagai aspek kehidupan,
bukan hanya penyakit menular saja tapi aspek sosial perilaku sampai genetik
dan histologi molekuler telah menjadi kajian epidemiologi. Subjeknya
mengetahui mengapa populasi atau grup yang berbeda mempunyai risiko
berbeda dengan penyakit yang berbeda, dimana pada gilirannya dapat
mendukung kesimpulan pada tingkat individu seperti mengapa perkembangan
penyakit pada waktu yang tertentu.

2. Epidemiologi HIV/AIDS di Dunia


Sejarah tentang HIV/AIDS dimulai ketika tahun 1979 di Amerika
Serikat ditemukan seorang gay muda dengan Pneumocytis Carinii dan dua
orang gay muda dengan Sarcoma Kaposi. Pada tahun 1981 ditemukan seorang
gay muda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh. Pada tahun 1980 WHO
mengadakan pertemuan yang pertama tentang AIDS. Prevalensi AIDS pada
tahun 2014 sebesar 36,9 juta orang, sebanyak 17,1 juta orang tidakmengetahui
terinfeksi HIV. Insidensi penderita HIV pada tahun 2014 secara global adalah
2 juta dan angka mortalitasnya 1,2 juta orang. Jumlah penderita HIV terus
meningkat tiap tahunnya, walapun terjadi penurunan jumlah insidensi pada
akhir tahun 2014. Secara global lebih banyak orang yang menggunakan
antiretroviral (ARV) sebagai terapi sehingga dapat memperpanjang angka
harapan hidupnya. Pada bulan Juni 2015 didapati 15,8 juta orang mendapat
pengobatan.
3. Epidemiologi HIV/AIDS di Asia Pasifik
Pada tahun 2014, prevalensi infeksi HIV adalah 5 juta orang. Dari
angka tersebut, sebanyak 340.000 orang baru terinfeksi HIV pada tahun 2014
terdiri dari anak sebanyak 21000. Pada akhir tahun 2014 terdapat 240.000
kematian akibat HIV/AIDS. Terjadi peningkatan insidensi 31% antara tahun 2000
dan 2014. Insidensi infeksi HIV pada Asia Pasifik terbanyak terdapat di Cina,
Indonesia dan India (78%). Peningkatan angka kejadian HIV pada daerah asia
terutama karena adanya perilaku seks vaginal atau anal tanpa menggunakan
kondom atau tanpa pengobatan yang mencegah HIV,atau menggunakan jarum
suntk yang sama dengan penderita HIV. Faktor lainnya adalah tidak terdiagnosa
HIV pada daerah Asia sebesar 22%, faktor kebudayaan yang mempengaruhi
persepsi,stigma dan diskriminasi; keterbatasan penelitian sehingga terbatasnya
program pencegahan seta intervensi pada populasi. Pencakupan pengobatan pada
penderita AIDS sebanyak 36% dengan 3,2 juta orang belum dapat terapi ARV.
Pengobatan dengan menggunakan ARV yang mencakup ≥ 50% terdapat pada
negara Thailand dan Kamboja.

4. Epidemiologi HIV/AIDS di Indonesia


Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan September 2014,
HIV-AIDS tersebar di 381 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya kasus HIV-AIDS adalah
Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi
Barat pada tahun 2011. Sementara secara kumulatif sejak 1 Januari 1987 sampai
dengan 30 September 2014 telah terjadi kasus HIV sebanyak 150.296 dan kasus
AIDS sebanyak 55.799. Dari bulan Juli sampai dengan September 2014 jumlah
infeksi HIV yang baru dilaporkan sebanyak 7.335 kasus. Persentase infeksi HIV
tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun sebesar 69,1%, diikuti
kelompok umur 20-24 tahun sebesar17,2%, dan kelompok umur diatas 50 tahun
sebesar 5,5%. Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1berbanding1.
Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada
heteroseksual sebesar 57%, LSL (Lelaki Seks Lelaki) sebesar 15%, dan
penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (pengguna narkoba suntik)
sebesar 4% Berbagai upaya penanggulangan sudah dilakukan oleh Pemerintah
bekerja sama dengan berbagai lembaga di dalam negeri dan luar negeri. Sebelum
memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif.
Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero
survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Berdasarkan estimasi WHO sebanyak 660.000 orang di Indonesia terinfeksi
HIV pada tahun 2014 yang meningkat sebesar 43%. Merupakan orang dewasa (≥
15 tahun) sebesar 0,5 %., homoseks sebesar 8,5%, pengguna narkoba injeksi
36,4%, dan pekerja seks komersial 9%. Pada tahun 1999 di Indonesia terdapat 635
kasus HIV dan 183 kasus baru AIDS. Mulai tahun 2000-2005 terjadi peningkatan
kasus HIV dan AIDS secara signifikan di Indonesia.Pada Tahun 2015 terjadi
penurunan yaitu menjadi 24.791 kasus dengan jumlah kumulatif infeksi HIV
sebanyak 184.929. Sementarajumlah AIDS yang dilaporkan tahun 2015 adalah
3127 dengan Jumlah kumulatif AIDS sebanyak 65.197 orang. dijumpai Setelah 3
tahun berturut-turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus
baru HIV positif pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami peningkatan
secara signifikan.
Insidensi adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai
tahun 2013. Namun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi
sebesar 3.127 kasus. Diperkirakan hal tersebut terjadi karena jumlah pelaporan
kasus AIDS dari daerah masih rendah. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai
dengan tahun 2015 sebesar 68. 197 kasus. Terdiri dari 4600 kasus adalah anak-
anak

Pemetaan epidemi HIV di Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu


<90 kasus, 90-206 kasus, 207-323 kasus, 324-440 kasus, dan >440
kasus.Berdasarkan gambar di atas, sebanyak 15 provinsi di Indonesia
memiliki jumlah kasus HIV > 440, meliputi seluruh provinsi di Pulau Jawa,
Bali dan Pulau Papua serta beberapa provinsi di Sumatera (Sumatera Utara
dan Riau), Kalimantan (Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur), dan satu
provinsi di Sulawesi yaitu Sulawesi Selatan. Jumlah kasus HIV di lima
belas provinsi tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus
HIV di Indonesia. Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta
(38.464), Jawa Timur (24.104), dan Jawa Barat(17.075), Bali (1.824).
Sebanyak empat provinsi memiliki jumlah kasus HIV kurang dari 90 kasus
yaitu Gorontalo, Sulawesi Barat, Aceh, dan Maluku Utara.

Bedasarkan data WHO populasi terbanyak pada daerah perkotaan. Angka


kejadian kasus AIDS atau AIDS Case Rate adalah jumlah kasus AIDS per
100.000 penduduk dalam kurun waktu tertentu. AIDS Case Rate di Indonesia
yang tertinggi adalah Jawa Timur ( 13.043), Provinsi Papua (12.117 kasus),
diikuti DKI Jakarta (8.007kasus),Bali (4.813 kasus), dan Jawa Tengah (5.042
kasus). Pada provinsi Papua dan Papuan Barat, terutama disebabkan oleh
hubungan seksual yang tidak aman terutama pada rentang usia antara 15-49 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2015 pada
kelompok laki-laki 1,75 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan
Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 54% dan pada perempuan sebesar 31%. Sebesar
4% penderita AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya. Beberapa kasus baru AIDS dari
Provinsi DKI Jakarta dan Papua Barat tidak dilaporkan jenis kelaminnya.Pada
penelitian berdasarkan jenis kelamin memiliki pola yang hampir sama dalam 7 tahun
terakhir.

Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa


Infeksi HIV terbanyak ditemukan pada kelompok usia produktif 25-49 tahun pada 5
tahun terakhir. Usia muda merupakan populasi dengan faktor resiko yang tinggi. Usia
dewasa muda yaitu pada usia 20-29 tahun sebesar 32% pada populasi yang terinfeksi
HIV , 30-39 tahun sebesar 29,4%, dan 40-49 tahun sebesar 11,8 %. Kelompok umur
tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan
termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Kelompok usia muda
yang sedikit berdasarkan tidak lazimnya seks sebelum pernikahan yang dilarang adat
istiadat di Indonesia. Berdasarkan data Behaviour Surveillance Surveys (BSS) pada
2004-2005 sebanyak 1% pelajar di Jakarta dan Surabaya memakai narkoba suntik,
23% pelajar di Jakarta dan 9% pelajar di Surabaya pernah mencoba menggunakan
narkoba suntik dengan jaarum suntik bergantian, sehingga meningkatkan angka
penularan HIV. Sebanyak 40% pengguna narkoba suntik pada usia 15-24 tahun. Pada
kota Jakarta dan Surabayadidapati pekerja seks komersial dengan usia muda dibanding
kota lain.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan
seksual lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis homoseksual/biseksual,
penggunaan alat suntik (penasun)/pengguna narkoba injeksi (IDU) secara bergantian,
transfusi darah, dan penularan dari ibu ke anak (perinatal). Kasus baru infeksi HIV
di Indonesia terutama pada golongan yanga beresiko , yaitu injecting drug users
(IDUs), female sexworkers (FSWs) dan klien, men who have sex with men.
Berdasarkan data Kemenkes tahun 2015 hubungan heteroseksual merupakan cara
penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar 64,5%, diikuti
oleh penasun sebesar 12,4%, penularan melalui perinatal sebesar 3,5%, , homoseksual
sebesar(2,7%). Sedangkan penasun yang biasanya cara penularan tertinggi kedua,
pada tahun 2014 turun secara signifikan menjadi 3,3% dibandingkan tahun 2013
yang sebesar 9,3% . Prevalensi dari kebiasaan penyuntikan yang tidak aman
jumlahnya lebih kecil dibandingkan kebiasaan seks yang tidak aman, tetapi tidak
menggambarkan prevalensi dari penguna narkoba suntik terjadi penurunan jumlah
penggunaan jarum suntik bersama, dilaporkan sebanyak 87% pengguna narkoba suntik
tidak menggunakan jarum suntik bersama. Program Locations of Needle and Syringe
Program (NSP) dan Methadone Maintenance Therapy (MMT) yang dilakukan
pemerintah meningkatkan dari 120 dan11 pada 2006 menjadi 194 and 74 pada 2011.
Pasangan yang multipel, hubungan seksual yang terlalu sering, kebutuhan kondom,
rendahnya angka penggunaan kondom secara bersamaan meningkatkan resiko
transmisi dari HIV tidak hanya populasi beresiko, tetapi juga pada tetapijuga wanita
sebagia partner seksual atau pekerja seks komersial atau pengguna narkoba.
Bersamaan dengan peningkatan angka penularan melalui seks bebas maka dilakukan
penyuluhan tentang perilaku seks sehat dengan menggunakan kondom, tetapi
terhambat oleh pandangan agama tertentu pada daerah epidemi.

D. Manivestasi klinis AIDS


HIV memasuki tubuh jika serum HIV menjadi positif dalam 10 minggu
suatu pemaparan yang menunjukkan gejala awal yang tidak spesifik yaitu
a) Respon tipe influenza
b) Demam
c) Malaise
d) Mual
e) Diare
f) Nyeri tenggorokan
g) Ruam dapat menetap 2 sampai 3 minggu
h) Berat badan menurun
i) Fatique
j) Anoreksi
k) Mungkin menderita kandidiasis otot faring atau vagina

E. Cara Penularan
Cara penularan HIV AIDS ini secara umum ada 4 macam,yaitu:
a. Dengan melakukan hubungan seksual atau bersenggama.
Pemindahan yang paling umum dan paling sering terjadi
adalah melalui hubungan seksual.Disini HIV dipindandahkan
melalui cairan sperma. Adanya luka pada pihak penerima akan
memperbesar kemungkinan penularan. Apalagi jika pada saat
melakukan hubungan seksual pasanganya selalu beda atau berganti-
ganti pasangan.
b. Penularan melalui transfusi darah
Jika darah yang di transfusikan telah terinfeksi oleh HIV,vitus
itu akan menyebar ke orang lain melalui darah. Ini akan membuat
orang tersebut terinfeksi HIV.
c. Penularan melalui jarum suntik
Model penularan lain scara teoritis dapat terjadi melalui
akupuntur (penggunaan tusuk jarum),tato,dan tindik. Penularan ini
juga terjadi pada penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril
yang sering dipakai para pengguna narkoba dan juga suntikan oleh
petugas kesehatan liar.
d. Penularan melalui kehamilan
Jika ibu hamil terinfeksi HIV,virus tersebut bisa meular ke janin
yang dikandungnya melalui plasenta. Resiko penularan ibu hamil
kejanin yang dikandungnya berkisar 20%-40%.
F. Proses terjadi infeksi HIV AIDS
Infeksi HIV dapat berasal dari jarum suntik yang biasa digunakan secara
bergantian seperti penggunaan narkoba. Biasanya untuk pengguna narkoba
sering menggunakan jarum suntik secara bergantian dan itu merupakan faktor
penyebab HIV AIDS yang serimg terjadi. Jika ada orang yang sudah terkana
virus HIV AIDS secara otomatis orang yang memakai jarum suntik bekasnya
akan langsung tertular karena cairan tubuh penderita HIV AIDS akan
langsung berpindah secara cepat. HIV adalah virus yang material genetiknya
ialah RNA (asam ribonukleat) yang terbungkus oleh sebuah matriks yang
beberapa besar terdiri dari protein dan HIV ini menyerang sistem imunitas
tubuh sehingga orang yang terkena penyakit ini mudah terkena penyakit yang
lain karna sistem imunitas pada tubuh telah berkurang dan tidak bisa
mempertahankan diri dari penyakit .
Pathway HIV AIDS

 KONTAK DENGAN DARAH HIV BERKAIAN LIMFOSIT


HIV MASUK KEDALAM
 KONTAK SEKS T, MONOSIT,
TUBUH
 KONTAK IBU BAYI MAKROFAG

RNA VIRUS DNA INTI VIRUS MASUK HIV BERDIFUSI DENGAN


KEDALAM SITIPLASMA CD4

INTERGRASI DNA VIRUS +PROT,


PADA T4(PROVIRUS)

mRNA DITRANSLASI
RNA GENOM DI LEPAS
KESITOPLASMA

Prot. virus

TUNAS VIRUS

VIRION0 HIV BARU


TERBENTUK(DILIMFOID

AIDS
G. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium darah
1. Trombositopenia
2. Anemia
3. HDL
4. Jumlah limfosit total
b) EIA atau EUSA dan tes western bloc: positif, tetapi invalid.
1. EIA atau EUSA: mendeteksi anti body terhadap anti gen HIV
2. Tes western bloc mendeteksi adanya body terhadap beberapa prot
spesifik HIV
c) Kultur HIV: dengan sel monomuklear darah perifer dan bila tersedia
palasma dapat mengkur beban virus.
d) Tes reaksi rantai polimer dengan liokosit darah periver mendeteksi
DNA viral pada adanya kuntitas kecil sel monoluklear perifer
terinveksi
e) Antigen P24 serum atau plasma: meningkatan nilai kuantatif dapat
menjadi indikasi dari kemajuan inveksi.
f) Penentuan immunoglobulin G,M,A serum kualitatif: data dasar
immunoglobulin
g) IFA: memastikan serupesivitas.
h) RIPA: mendeteksi protein HIV
Pemeriksaan parenteral juga dapat menunjukkan adanya goorhoe,
kandidiasis, hepatitis B, tuberkolosis, sitomegalo virus, dan toksoplamosis.
H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibotik kotrimokzasol
4. Pemberian ARV (antiretroviral)
ARV dapat diberikan saat pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat
seumur hidup
a. Jangan gunakan obat tunggal atau dua obat
b. Selalu gunakan minimal konbinasi 3 ARV yang disebut
HAART(highly active anti retroviral terapiye)
c. Kombinasi ARV lini pertama pasien nive (belum pernah pakai
ARV sebelumnya ) yang dianjurkan : 2NTRI (nutleucide atau
nutcletide reverzetranscriptase inhibitor ) + 1NNRTI( non-
nucleside atau nucleutide reverze transsiptase inhibitor)

d. Diindonesia regimen pengobatan yang dipakai adalah


-lini pertama :AZT+3TC +EFV atau NVP
Alternatif :d4T+3TC +EFV atau NVP
-AZT (azidotimidin ),EFV(Efavirenz),d4T( stavudine), 3TC
(Lamivudine),NPV(nalfinafir), LPV/r (lopinavire/ritonafir)
BAB III
LAMPIRAN JURNAL
BAB IV
PEMBAHASAN
(Jurnal dan Teori)

Menurut jurnal yang menyajikan karakteristik demografi dan perilaku


penggunaan narkoba yang dipilih dari 337 penasun yang mulai suntik tahun 1995
atau yang lebih baru dan yang dikemukakan paling tidak pada tanggal 19 Juli
2005, dan 31 Agustus 2009. Peserta utamanya adalah laki-laki, adalah anggota
kelompok etnis minoritas, rata-rata berusia 34 tahun, dan telah melakukan
suntikan rata-rata 5 tahun. Hampir semua (97%) melaporkan penyuntikan heroin,
baik dengan sendirinya atau dikombinasikan dengan kokain (speedball); 51%
melaporkan penyuntikan kokain dengan sendirinya; dan 79% melaporkan
penyuntikan setiap hari atau lebih sering dalam 6 bulan sebelum wawancara.
Sebuah biomarker untuk risiko suntik, dengan HIV di antara pengguna
narkoba suntik (IDU) yang mulai menyuntik setelah perluasan pertukaran jarum
suntik secara besar-besaran program di New York City. Metode. Kami merekrut
337 pengguna heroin dan kokain yang mulai menyuntik pada tahun 1995 atau
yang lebih baru dari orang-orang yang memasuki detoksifikasi obat.
Yang mencakup penggunaan narkoba dan perilaku berisiko HIV dan
mengumpulkan sampel serum untuk tes HIV, HCV, dan HSV-2. Hasil. Prevalensi
HIV adalah 8%, HSV-2 39%, dan HCV 55%
Kami menemukan hubungan yang signifikan antara HSV-2 dan HIV (rasio odds
[OR] = 7,9; 95% interval kepercayaan [CI] = 2,9, 21,4) dan tidak ada hubungan
antara HCV dan HIV (OR = 1,14; 95% CI = 0,5, 2.6). Penasun hitam memiliki
prevalensi tertinggi HSV-2 (76%) dan HIV (24%) namun prevalensi HCV
terendah (34%).

Menurut teori Berdasarkan estimasi WHO sebanyak 660.000 orang di Indonesia


terinfeksi HIV pada tahun 2014 yang meningkat sebesar 43%. Merupakan orang
dewasa (≥ 15 tahun) sebesar 0,5 %., homoseks sebesar 8,5%, pengguna narkoba
injeksi 36,4%, dan pekerja seks komersial 9%. Pada tahun 1999 di Indonesia terdapat
635 kasus HIV dan 183 kasus baru AIDS. Mulai tahun 2000-2005 terjadi peningkatan
kasus HIV dan AIDS secara signifikan di Indonesia.Pada Tahun 2015 terjadi
penurunan yaitu menjadi 24.791 kasus dengan jumlah kumulatif infeksi HIV sebanyak
184.929. Sementarajumlah AIDS yang dilaporkan tahun 2015 adalah 3127 dengan
Jumlah kumulatif AIDS sebanyak 65.197 orang. dijumpai Setelah 3 tahun berturut-
turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus baru HIV positif pada
tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami peningkatan secara signifikan.

Hubungan antara pembahasan jurnal dan teori ialah kebanyakan pada perilaku
resiko tertularnya pada HIV AIDS ialah kepada laki-laki, dan di antara pengguna
narkoba suntik yang mulai menyuntik setelah perluasan pertukaran jarum suntik, dan
melakukan penyuntikan selama 5 tahun.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau
kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa
sejak lahir)dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari
kelainan ringan dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan
ini imunosuprsi dan berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa
kematian dan dengan kelianan malignitas yang jarang terjadi.
Etiologi AIDS disebabkan oleh virus HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus
sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia.
Cara penularan AIDS yaitu melalui hubungan seksual, melalui darah (
transfuse darah, penggunaan jarum suntik dan terpapar mukosa yang
mengandung AIDS), transmisi dari ibu ke anak yang mengidap AIDS.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan :
Bagi institusi pendidikan di harapkan untuk mendalami tentang
HIV AIDS sehingga yang bersangkutan dapat memberikan pengarahan
yang lebih intensif..
2. Bagi mahasiswa :
Bagi mahasiswa mengenai makalah dapat dijadikan wawasan
tambahan mengenai HIV AIDS.
DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick.2006. Infeksi HIV dan AIDS dalam : safitri, amalai, ed.At a
Glance Medicine. Jakarta : penerbit Erlangga.

Sumaryoto dan nopemdri, soni. 2014. Pendidikan jasmani olahraga dan


kesehatan kelas XI semester 2. Jakarta : pusat kurikulum dan perbukuan.

Widoyono.2005.penyakit tropis: Epidomeologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.Jakarta : Erlangga Medikal Series.

Anda mungkin juga menyukai