Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Di Indonesia, banyak terjadi kasus pembesaran skrotum. Banyak penyakit
yang dapat menyebabkan keadaan seperti pembesaran skrotum. Misalnya
pembesaran skrotum akibat infeksi seperti epididimitis, orkitis, kemudian adapun
pembesaran skrotum akibat tumor testis, torsio testis, varikokel maupun hidrokel.
Salah satu penyebab pembesaran skrotum adalah hidrokel. Hidrokel adalah
kumpulan cairan di dalam ruang potensial di antara kedua lapisan membran tunika
vaginalis. Kumpulan cairan tersebut terbentuk sebagai reaksi terhadap infeksi,
tumor maupun trauma, yaitu karena produksi cairan yang berlebihan oleh testis
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam dunikulus spermatikus terjadi misalnya karena
filariasis yang menyumbat saluran limfe.
Umumnya pasien dengan hidrokel, skrotumnya akan membesar dan disertai
dengan rasa berat kadang nyeri bahkan tidak sakit. Diagnosis mengenai penyebab
pembesaran skrotum dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lab dan pemeriksaan penunjang seperti USG dan transiluminasi.
Untuk lebih jelasnya, penjelasan mengenai hidrokel, tipe-tipe hidrokel,
patofisiologi serta cara penanganan hidrokel akan dibahas dalam makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi
pembaca sekalian.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui etiologi, patogenesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan
penatalaksanaan hidrokel.

1.3 MANFAAT
1.3.1 Menambah wawasan mengenai penyakit bedah khususnya hidrokel.
1.3.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit bedah umum.

1
BAB II
STATUS PASIEN

II.1 Identitas
Nama : Tn. S
No CM : 162901
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Kembang Dlimoyo, Kecamatan Ngadirejo
Tanggal masuk RS : 09 Januari 2018

II.2 Anamnesis
Keluhan utama : Kantong zakar kiri membesar.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan
kantong zakar kiri membesar sejak 1 tahun yang lalu.Pasien mengaku tidak
terdapat keluhan pada kantong zakar kiri, hanya saja setiap bulan semakin
membesar dari sebelum nya. BAK dan BAB tidak terdapat keluhan. Pasien
mengaku ingin di operasi karena akan menjalankan ibadah umroh.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah sakit ini sebelumnya dan dalam keluarga, riwayat sakit seperti
ini disangkal.
Riwayat Kebiasaan
Merokok (+) 10 batang sehari, Alkohol (-)

II.3 Pemeriksaan Fisik


Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital : TD : 140/90 mmHg

2
Nadi : 64 x/menit
RR : 20 x/ menit
S : 36,0°C
Kepala : konjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik,
Pupil bulat, isokor Ø 3 mm
Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Thoraks :
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur -, gallop –
Pulmo: Inspeksi : pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : Supel, NT (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas atas & Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan
Status Lokalis
Status lokalis (scrotum)
Pada pemeriksaan di scrotum ditemukan :
Inspeksi
1. Skrotum kiri membesar ±10 cm
2. Kulit rata dan tidak ada tanda-tanda radang
Palpasi
1. Berbentuk buah peer / konsistensi elastis
2. Tidak nyeri
3. Tidak dapat direposisi
Menunjukkan bahwa tidak adanya hernia scrotalis
4. Testis kiri tak teraba/ kanan teraba

3
5. Pada pemeriksaan transiluminasi positif
Auskultasi
1. Tidak ditemukan bising usus
Menunjukkan bahwa tidak adanya hernia scrotalis

II.4 Resume
Pasien Tn S ke RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan kantong zakar
kiri membesar sejak 1 tahun yang lalu.Pasien mengaku tidak terdapat keluhan pada
kantong zakar kiri, hanya saja setiap bulan semakin membesar dari sebelum nya.
Dari pemeriksaan lokalis di scrotum, inspeksi skrotum kiri membesar
±10 cm, palpasi konsistensi elastis, tidak nyeri, pemeriksaan transiluminasi
positif, pada auskultasi tidak ditemukan bising usus menunjukkan bahwa
tidak adanya hernia scrotalis.

II.5 Asessment
Hidrocele sinistra

II.6 Planning Terapi


1. Farmakologi
- Inf RL 20 tpm
- Cefotaxim 2x1
- Ketorolac 3x1
2. Non operatif
- Cek darah lengkap
3. Operatif
- Hidrocelectomy
- Rencana operasi Rabu (10 Januari 2018)
- Puasa pre operasi
- Konsul anestesi

4
Laboratorium pre Op (09 Januari 2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 13,2 11.70- 16.0

Leukosit 5.600 3600 – 11000

Hematokrit 39,2 35 – 47

Eritrosit 4,10 juta 3.8 - 5.2

Trombosit 304.000 150000 – 440000

MCV 95,5 80 – 100

MCH 32,2 26 – 34

MCHC 33,7 32 – 36

RDW 11,6 11.5 - 14.5

MPV 7,1 L 9.4 - 12.3

HBSAG NEGATIF NEGATIF

RIWAYAT RAWAT INAP


Follow up pre-operasi (09 Januari 2018)
S O A P
kantong Vital Sign: Hidrocele Farmakologi
zakar kiri TD: 140/60 mmHg sinistra - Inf RL 20 tpm
membesar HR: 80x/mnt - Cefotaxim 2x1
sejak RR: 24x/mnt - Ketorolac 3x1

1thn yg S: 36ºC
lalu Non operatif
- Cek darah lengkap
Status Generalis:
KU: baik, CM
Operatif
Kepala/Leher: dbn
- Hidrocelectomy
Thorax: dbn
Abdomen: dbn

5
- Rencana Operasi
Status Lokalis: Rabu (10 Januari
Pada pemeriksaan di scrotum 2018)
ditemukan : - Puasa pre operasi
Inspeksi - Konsul anestesi
-Skrotum kiri membesar ±10 cm
-Kulit rata dan tidak ada tanda-
tanda radang
Palpasi
-Berbentuk buah peer /
konsistensi elastis
-Tidak nyeri
-Tidak dapat direposisi
Menunjukkan bahwa tidak
adanya hernia scrotalis
-Testis kiri tak teraba/ kanan
teraba
-Pada pemeriksaan
transiluminasi positif
Auskultasi
-Tidak ditemukan bising usus
Menunjukkan bahwa tidak
adanya hernia scrotalis

Laporan operasi (10 Januari 2018)


- Dilakukan tindakan asepsis antiseptik
- Dilakukan insisi pada scrotum sinistra cutis, subcutis dan tunica dartos
- Diambil cairan jernih kurang lebih 50 cc
- Dilakukkan hidrocelectomy jaboulay
- Operasi selesai

6
Instruksi Post Op
- Infus RL 20tpm
- Cefotaxim 2x1
- Ketorolac 3x1
- Puasa sampai jam 13.00

7
Follow up post-operasi (10 Januari 2018)
S O A P
Nyeri luka Vital Sign: Post - Infus RL 20tpm
post op TD: 140/90 mmHg hidrokelektomy - Cefotaxim 2x1
HR: 80x/mnt H+1 - Ketorolac 3x1
RR: 20x/mnt - Puasa sampai
S: 36,3ºC jam 13.00
- BLPL
Status Generalis:
KU: baik, CM

Status Lokalis:
Inspeksi
Tampak luka tertutup perban
post operasi, darah (-), pus (-)

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Definisi
Anatomi

Untuk lebih mudah mengerti mengenai struktur anatomi canalis ingunalis,


sebaiknya diketahui dulu proses terjadinya descensus testiculorum terlebih dahulu,
yaitu turunnya testis menuju scrotum melalui canalis inguinalis.
Pada masa embrio, testis terbentuk di regio lumbalis antara fascia tranversa
dan peritoneum. Sebuah ligamentum, yang disebut gubernaculum testis melekat
pada bagian bawah testis sampai mencapai permukaan dalam scrotum. Seperti
diketahui, lapisan otot dinding perut bagian bawah terdiri dari delapan lapisan.
Bagian dari lapisan ke delapan yaitu peritoneum yang kemudian disebut processus
vaginalis suatu saat akan menonjol ke luar (evaginasi).
Penonjolan seperti diverticulum ini mengikuti gubernaculum yang
memendek untuk menonjol keluar melalui dinding abdomen. Bersama dengan
processus vaginalis ini akan terbawa juga lapisan-lapisan dinding perut di sebelah
luarnya.
Pada laki-laki, lapisan luar dinding perut ini akan menjadi pembungkus
funiculus spermaticus. Kurang lebih sebulan sebelum bayi lahir, testis yang terletak
di belakang processus vaginalis pada daerah retroperitoneum akan turun melalui
canalis inguinalis menuju scrotum dan kemudian processus vaginalis akan
menutup.
Bagian processus vaginalis yang membungkus testis kemudian disebut
tunica vaginalis testis. Setelah berlangsungnya proses tersebut, terdapat persamaan
dan perbedaan lapisan dinding perut dan scrotum seperti yang terlihat pada table ini

9
Lapisan dinding perut Lapisan yang sesuai pada scrotum
1. Kulit 1. Kulit
2. fascia superficialis 2. musculus dartos dan fascia
3. musculus obliquus abdominis externus 3. fascia spermatica externa
4. musculus obliquus abdominis internus 4. musculus cremaster
5. musculus transverses abdominis 5. musculus cremaster
6. fascia transversa 6. fascia spermatica interna
7. lemak ekstraperitoneal 7. jaringan areoler dan lemak
8. peritoneum 8. processus vaginalis

Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis adalah suatu lorong yang melintas serong melalui bagian
kaudal dinding abdomen ventral dalam arah mediokaudal, untuk memberi jalan
pada funiculus spermaticus. Canalis inguinalis letaknya sejajar dan tepat kranial
dari ligamentum inguinale.
Pada laki-laki canalis inguinalis berisi funiculus spermaticus. Pada wanita
canalis inguinalis berisi ligamentum teres uteri, serta nervus ilioinguinalis pada
kedua jenis kelamin.

10
Canalis inguinalis memiliki :
 dinding ventral yang terutama dibentuk oleh aponeurosis musculus
obliquus externus abdominis yang di sebelah lateral diperkuat oleh serabut
musculus obliquus internus abdominis
 dinding dorsal yang dibentuk oleh fascia transversalis dan di sebelah medial
diperkuat oleh conjoint tendon, yakni tendo bersama musculus obliquus
externus abdominis dan musculus tranversus abdominis.
 atap yang dibentuk oleh serabut musculus obliquus internus abdominis dan
musculus transversus abdominis yang melengkung
 dasar yang dibentuk oleh permukaan cranial ligamentum inguinale dan di
sebelah medial diperkuat oleh ligamentum lacunare, yakni lanjutan dari
ligamentum inguinale
 annulus inguinalis superficialis, celah berbentuk segitiga pada aponeurosis
musculus obliquus externus abdominis dengan sisi-sisi yang dikenal sebagai
crura (crus laterale melekat pada tuberculum pubicum), dan crus mediale
melekat pada corpus ossis pubis, sedangkan fibrae intercrurales melintas
melengkung dari ligamentum inguinale lewat cincin inguinal superficial
untuk mencegah tercerainya kedua tangkai tersebut
 annulus inguinalis profundus yang merupakan pemburutan fascia
transversalis tepat cranial dari pertengahan ligamentum inguinale, lateral
terhadap arteria epigastrica inferior.

11
Funiculus Spermaticus
Funiculus spermatikus atau spermatic cord menggantungkan testis dalam
scrotum dan berisi struktur-struktur yang melintas ke dan dari testis. Funiculus
spermatikus berawal pada annulus inguinalis profundus, lateral dari arteria
epigastrica inferior, melalui canalis inguinalis, dan berakhir pada tepi dorsal testis
dalam scrotum.
Funiculus spermatikus diliputi fascia pembungkus yang berasal dari dinding
abdomen. Pembungkus funiculus spermatikus dibentuk oleh 3 fascia dari dinding
abdomen ventral sewaktu masa fetal :
a. fascia spermatica interna dari fascia transversalis
b. fascia cremasterica dari fascia penutup musculus obliquus internus
abdominis
c. fascia spermatica externa dari aponeurosis musculus obliquus externus
abdominis
Pada fascia cremasterica terdapat ikal-ikal (loops) musculus cremaster yang
secara refleks mengakat testis ke atas dalam scrotum, terutama sewaktu dingin.
Musculus cremaster, yang berasal dari musculus obliquus internus abdominis,
memperoleh persarafan dari ramus genitales nervi genitofemoralis (L1, L2).
Komponen funiculus spermatikus (spermatic cord) ialah:
 ductus deferens (vas deferens), pipa berotot dengan kepanjangan sekitar
45cm yang menyalurkan mani dari epididymis
 arteria testiculares yang berasal dari permukaan lateral aorta, dan memasok
darah lepada testis dan epididymis.
 arteri untuk ductus deferens dari arteria vesicalis inferior
 arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior
 plexus pampiniformis, anyaman vena yang dibentuk melalui anostomosis
beberapa sampai dua belas vena
 serabut saraf simpatis pada arteri, dan serabut simpatis dan parasimpatis
pada ductus deferens
 ramus genitalis nervi genitofemoralis mempersarafi musculus cremaster
 pembuluh limfe untuk menyalurkan limfe dari testis dan struktur berdekatan
ke nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.

12
Scrotum
Scotum adalah sebuah kantong kulit yang terdiri dari dua lapis : kulit dan
fascia superficialis. Fascia superficialis tidak mengandung jaringan lemak, tetapi
pada fascia superficialis terdapat selembar otot polos yang tipis, dikenal sebagai
tunica dartos, yang berkontraksi sebagai reaksi terhadap dingin, dan demikian
mempersempit luas permukaan kulit. Ke arah ventral fascia superficialis
dilanjutkan menjadi lapis dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen
ventrolateral, dan ke arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia superficialis perineum.
Arteri untuk scrotum ialah
 ramus perinealis dari arteria pudenda interna
 arteriae pudendae dari arteria femoralis
 arteriae cremasterica dari arteria epigastrica inferior
Vena scrotales mengelilingi arteri-arteri tersebut
Pembuluh limfe ditampung oleh nodi lymphoidei inguinales superficiales.
Saraf scrotum ialah
4. ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (L1, L2) yang bercabang
menjadi cabang sensoris pada permukaan scrotum ventral dan lateral
5. cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan scrotum ventral
6. ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4), untuk permukaan scrotum
dorsal

13
7. ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior (S2, S3) untuk
permukaan scrotum caudal

Testis
Kedua testis terletak dalam scrotum dan menghasilkan spermatozoon dan
hormone, terutama testosterone. Permukaan masing-masing testis tertutup oleh
lamina viseralis tunicae vaginalis, kecuali pada tempat perlekatan epididymis dan
funiculus spermaticus.
Tunica vaginalis ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus testis
dan berasal dari processus vaginalis embrional. Laminae parietalis tunicae
vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica interna dan lamina visceralis
tunicae vaginalis melekat pada testis dan epididymis.
Sedikit cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina visceralis
terhadap lamina parietalis dan memungkinkan testis bergerak secara bebas di
dalam scrotum.
Epididymis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada
permukaan cranial dan permukaan dorsolateral testis.
 bagian cranial yang melebar, yakni capit epididymis terdiri dari lobul-lobul
yang dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes
 ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididymis untuk
ditimbun
 corpus epididymis terdiri dari ductus epididymis yang berbeit-belit

14
 cauda epididymis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkat
spermatozoon dari epididymis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke
dalam pars prostatica urethrae
Arteria testicularis berasal dari pars abdominalis aortae, tepat caudal
arteria renalis. Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus
pampiniformis yang melepaskan vena testicularis dan canalis ingunalis.
Limfe dari testis disalurkan ke nodi lymphoidei lumbales dan nodi
lymphoidei pre-aortici. Saraf autonom testis berasal dari plexus testicularis
sekeliling arteria testicularis. Saraf ini mengandung serabut parasimpatis dari
nervus vagus dan serabut simpatis dari segemen medulla spinalis.

Hidrokel
Definisi
Penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunica
vaginalis.

Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1)
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.(2) Pada bayi laki-laki
hidrokel dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu
,testis turun dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada
kantong yang mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis
tersebut.(6) Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis
atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi
cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi,
atau trauma pada testis atau epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan

15
produksi cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena
di dalam funikulus spermatikus. (2)

Klasifikasi
 Hidrokel testis. Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tidak dapat diraba. Pada anamnesis besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
 Hidrokel funiculus. Kantong hidrokel berada di funiculus yaitu terletak di
sebelah cranial dari testis sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.
 Hidrokel komunikan. Terdapat hubungan antara processus vaginalis
dengan rongga peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah yaitu akan bertambah besar pada saat anak menangis.
Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke
rongga abdomen.

16
Derajat Pembesaran Hidrokel
 Derajat I : Hanya terjadi pembengkakan funikulus spermatikus.
 Derajat II : Terjadi penimbunan cairan sepanjang funikulus
spermatikus,terjadi limfokel diatas testis. Terdapat hidrokel kecil, kurang
dari atau lebih dari 6 cm tanpa teraba cairan.
 Derajat III : Besar hidrokel 6-8 cm
 Derajat IV : Besar hidrokel 8-11 cm
 Derajat V : Besar hidrokel 11-15 cm, dan mulai ada gangguan dalam
kehidupan sehari-hari.
 Derajat VI : Besar hidrokel lebih besar dari 15 cm.

Manifestasi klinik
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan
konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara
klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel
funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan
dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
 Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel
tidak berubah sepanjang hari.
 Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak
di sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya
tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-
ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong

17
hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga
abdomen.

Patofisiologi
Pada pria dewasa, hidrokel dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor yaitu proses perangsangan peningkatan produksi cairan
serosa.Peningkatan cairan rongga serosa (ruang antara tunika vaginalis viseralis dan
parietalis) dapat disebabkan karena tumor, peradangan, trauma, dsb. Pada banyak
kasus, akan terjadi penyerapan spontan (oleh sistem limfatik) bila proses yang
menstimulasi produksi cairan yang berlebihan telah hilang.
Hidrokel juga dapat terjadi apabila terjadi gangguan penyerapan cairan
serosa yang normal diproduksi oleh kedua lapisan tunika vaginalis (sebagai
lubrikasi) karena obstruksi aliran limfe.

Penatalaksanaan
Terapi medis
Pada pasien dewasa yang asimtomatik dengan hidroceles
noncommunicating terisolasi dapat diamati tanpa batas waktu atau sampai mereka
menjadi bergejala, atau komplikasi seperti infeksi atau kompromi testis yang sangat
langka. Namun, jika diagnosis yang bersangkutan atau patologi yang mendasari
tidak dapat dikesampingkan, eksplorasi operasi dibenarkan.

Terapi pembedahan
1. Punksi aspirasi.
Tindakan mengeluarkan cairan dari dalam skrotum dengan jarum. Jika
tidak terjadi keseimbangan sekresi dan absorpsi maka setelah punksi aspirasi
akan terjadi akumulasi lagi. Oleh karena itu, punksi aspirasi cairan hidrocele
tidak begitu dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi, kadangkala
dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Suntikan obat penebal atau pengeras (sklerotik) setelah aspirasi dapat
membantu mencegah reakumulasi cairan. Tetapi dapat menyebabkan

18
terbentuknya fibrin pada rongga tunika vaginalis sehingga tunika vaginalis
saling melekat, akibatnya sekresi akan berkurang.
Penyuntikan zat iritan ini juga mempunyai komplikasi infeksi dan dapat
kambuh lagi. Aspirasi biasa dilakukan bagi pasien yang memiliki faktor risiko
yang membuat operasi menjadi tidak mungkin dilakukan.
2. Tindakan operasi
Metode operasi tergantung pada macam hidrocele. Karena pasien
menderita hidrocele testis, maka dilakukan pendekatan skrotal dengan
melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrocele sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrocele sesuai cara Lord.
Eksisi (hydrocelectomy) adalah Pengangkatan hidrokel dilakukan
secara rawat jalan dengan menggunakan anestesi umum. Insisi dilakukan di
daerah skrotum. Kemudian kantung hidrokel diangkat dan cairan nya diaspirasi.
Pada operasi Winkelman, kantong hidrocele dibuka, lalu tunika vaginalis
dibalik serta dieksisi sebagian kemudian dijahit di belakang testis.
Pada operasi Lord, setelah kantong hidrocele dibuka, tunika vaginalis
parietalis dilipat dan dijahitkan pada daerah pertemuan testis dengan epididimis
tanpa dilakukan eksisi.

19
BAB V
KESIMPULAN
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan keadaan seperti pembesaran
skrotum, pada pasien ini kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien menderita
Hydrocele dikarenakan melihat dari gejala yaitu pembesaran skrotum, yang setelah
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tidak ada rasa nyeri, tidak adanya
bising usus, tidak terdapat radang dan berbentuk rata, tes transiluminasi (+). Dan
pasien termasuk hydrocele derajat 5 karena pembesaran skrotum sudah mencapai
10-15 cm.

20
BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Wilson LM, Hillegas KB. Gangguan Sistem Reproduksi Laki-Laki. In:


Hartanto H, Wulansari P, Susi N, Mahanani DA. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC; 2003. p.67, 1319
2. Price SA, Wilson LM.Gangguan Sistem Reproduksi Pria.In:wijaya c,
editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. 4th
ed.Jakarta:EGC;19955.p.1153-4.
3. Purnomo, Basuki B. Dasar-Dasar Urologi. 2nd ed. Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Malang: 2003. p140-145, 186
4. Mayo Clinic Staff. Hydrocele : Treatment and Drugs. Mayo Clinic. Last
updated : November 19, 2009. Available at :
http://www.mayoclinic.com/health/hydrocele/DS00617/DSECTION=treat
ments-and-drugs . Accessed at: October 10, 2010
5. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi tubuh manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2007.
6. Mantu, F.N. Hidrokel. Bedah Anak. Jakarta: EGC; 1993. p33-35
7. Samiadji S, Aryo D, Muslim R. Korelasi antara Umur, Lama Keluhan,
Etiologi terhadap Derajat Besar Hidrokel. FK UNDIP. Available at :
http://eprints.undip.ac.id/13836/1/1996KI326-11.pdf . Accessed : October
12, 2010
8. Bedah Urologi. Hidrokel. Available at:
http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/22/hidrokel/. Accessed 12
October 2010
9. Lee SL. Hydrocele. Emedicine. Last updated: April 1, 2009. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview . Accessed at:
October 12, 2010
10. Partono F, Kurniawan A, Supali T. Nematoda Jaringan: Wuchereria
Bancrofti. In: Sutanto I, Ismid IS, Sjarifudin PK, Sungkar S, Editors. Buku
Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 32-
34.
11. Vorvick LJ, Liou LS, Zieve D. Hydrocele. National Library of Medicine.
Last updated : September 22, 2009. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000518.htm . Accessed
at : October 10, 2010
12. Lee SL. Hydrocele : Treatment. Emedicine.Last updated : April 2, 2009.
Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/438724-treatment . Accesed at:
October 11, 2010

21

Anda mungkin juga menyukai