Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT THT


Otitis Media Supuratif Kronik
Aurikular Sinistra

Dokter Pembimbing
dr. Abdi Bumi Suryanto, Sp.THT

Disusun Oleh
Johanes Mayolus Davy Putra
11.2017.002

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


RS IMANUEL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


JAKARTA

1
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
RUMAH SAKIT IMANUEL

Nama : Johanes Mayolus Davy Putra Tanda Tangan

Dr. Pembimbing/Penguji: dr. Abdi Bumi Suryanto, Sp.THT

IDENTITAS PASIEN:
Nama : Nn, FA Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 tahun Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Raya serdang Status Menikah : Belum Menikah

ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis pada Senin 29 November 2017 Pk. 10.00

Keluhan utama: Telinga kiri berair 1 minggu SMRS.

Riwayat penyakit sekarang (RPS):


Sejak 1 minggu SMRS telinga kiri pasien berair. Pasien mengatakan cairan yang
keluar dari telinga berwarna bening kekuningan dan ada kerak pada bagian luar telinga kiri
saat bangun tidur. Pasien juga mengeluhkan ada rasa sakit di telinga kiri seperti digigit semut
sepanjang hari, semenjak keluarnya cairan dari telinga kiri.
Pasien juga mengeluhkan adanya pusing semenjak telinga kiri pasien berair, rasa
pusing tersebut hilang timbul, membaik jika pasien beristirahat. Pasien juga mengeluhkan
adanya rasa pekak pada telinga kiri, pasien mengatakan bahwa pendengarannya terganggu
dengan rasa pekak tersebut. Pasien menyangkal adanya demam semenjak telinga kiri berair,
namun 2 bulan sebelum telinga kiri berair, pasien mengalami batuk dan pilek yang sudah
membaik setelah meminum obat warung.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan bahwa dirinya pernah mengalami hal yang sama. Pada saat
berusia 3 tahun telinga pasien keluar cairan dari telinga kiri.
2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat sakit serupa (-) Asma (-) alergi (-) DM (-) hipertensi (-).

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal Pemeriksaan : 29 November 2017
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 76/x menit.
Frekuensi Napas : 20/x menit.
Suhu : 36 OC.
Status Lokalis
Kepala dan Leher
Kepala : Normocephal.
Wajah : Simetris.
Leher : KGB tidak tampak membesar.
Lain-lain : Tidak ada.

Telinga
Kanan Kiri
Bentuk normal, benjolan (-), Bentuk normal, benjolan (-),
Bentuk daun telinga
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Kelainan congenital (-) (-)
Radang, Tumor (-) (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Penarikan daun telinga Nyeri (-) Nyeri (-)
Kelainan pre-, infra-,
(-) (-)
retroaurikuler
Region Mastoid Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Lapang, sekret (-), radang (-), Lapang, sekret (+), radang (-
Liang telinga
serumen (-), benda asing (-) ), serumen (-), benda asing (-)

3
Membran timpani
 Perforasi (-) (+)
 Cone of light (+), arah jam 5 (-)
 Warna Putih abu-abu Putih Keruh
 Bentuk Normal Perforasi pada pars tensa
bagian central
Tes Penala
Kanan Kiri
Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Penala yang dipakai (-) (-)
Hidung
Kanan Kiri
Nyeri tekan:
 Pangkal hidung (-) (-)
 Pipi (-) (-)
 Dahi (-) (-)
Bentuk Normal Normal
Sekret (-) (-)
Cavum nasi Lapang Lapang
Konka media Hiperemis (-), hipertrofi (-) Hiperemis (-), hipertrofi (-)
Meatus media Sekret (-) Sekret (-)
Konka inferior Hiperemis (-), hipertrofi (-) Hiperemis (-), hipertrofi (-)
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)

NASOPHARNYX
 Koana : tidak dilakukan
 Septum nasi posterior : tidak dilakukan
 Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
 Tuba eustachius : tidak dilakukan
 Torus tubarius : tidak dilakukan
 Post nasal drip : tidak dilakukan

4
PEMERIKSAAN TRANSLUMINASI
 Sinus frontalis kanan, grade : tidak dilakukan
 Sinus frontalis kiri, grade : tidak dilakukan
 Sinus maksilaris kanan, grade : tidak dilakukan
 Sinus maksilaris kiri, grade : tidak dilakukan

TENGGOROK
 Orofaring:
- Oral : dapat membuka mulut dengan baik
- Mukosa bukal : merah muda
- Ginggiva : merah muda
- Lidah 2/3 anterior : merah muda
- Palatum : merah muda
- Dinding pharynx : hiperemis
- Arkus faring : simetris
- Tonsil :
Dextra Sinistra
Ukuran T1 T1
Kripta Tidak melebar Tidak melebar
Permukaan Rata Rata
Warna Merah Muda Merah Muda
Detritus (-) (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Pilar anterior Merah muda Merah muda

- Uvula : deviasi (-), hiperemis (-), edema (-)


- Gigi :
Dextra Sinistra
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah

5
RESUME
Telinga kiri berair 1 minggu SMRS, berwarna bening, rasa sakit di telinga kiri, pusing
hilang timbul, membaik jika pasien beristirahat. Rasa pekak dan pendengarannya terganggu.
2 bulan sebelumnya batuk dan pilek yang sudah membaik setelah meminum obat warung.
Usia 3 tahun telinga pasien keluar cairan dari telinga kiri. Riwayat sakit serupa (-) Asma (-)
alergi (-) DM (-) hipertensi (-). Liang telinga secret (+), membrane timpani perforasi (+)
perforasi pada pars tensa bagian central

WORKING DIAGNOSIS
Otitis Media Supuratif Kronis Aurikular Sinistra
Dasar diagnosis:
Telinga kiri berair 1 minggu SMRS, otalgia (+) ear fullness (+) liang telinga sekret (+),
membrane timpani perforasi (+) perforasi pada pars tensa bagian central, riwayat batuk dan
pilek 2 bulan sebelum keluar cairan.

DIAGNOSA BANDING
Otitis media akut
Otitis Media Efusi

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Ciprofloxacin 3 x 1
Asam mefenamat 3 x 1
Hidrogen Peroksida 2 % 3 x 5 tetes
Non-Medikamentosa :
 Jangan membersihkan telinga dengan cotton bud
 Jaga telinga agar tetap kering

PROGNOSIS
 Ad vitam: bonam.
 Ad sanationam: bonam.
 Ad functionam: bonam.

6
Tinjauan Pustaka
Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus dan tuba
eustachius, sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea dan vestibuler.

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas sebagai berikut :


 Batas luar : membran timpani
 Batas depan : tuba eustachius
 Batas belakang : aditus ad antrum dan kanalis fasialis pars vertikalis.
 Batas bawah : vena jugularis
 Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
 Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round
window) dan promontorium.

Telinga tengah terdiri dari :

1. Membran timpani. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari
arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani
terdiri dari dua bagian yaitu pars tensa dan pars plaksida Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran

7
propria). Pars flaksid hanya berlapis dua, bagian luar yang merupakan lanjutan epitel luar
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia. Pars tensa terbentuk
oleh tiga lapisan, yaitu :

- Lapisan terluar dari pars tensa, disebut sebagailapisan cutaneus terdiri dari epitel
skuamos stratified yang secara normal merefleksikan cahaya.
- Lapisan dalam membrane timpani yang berbatasan dengan cavum timpani disebut
lapisan mucosal terdiri dari satu lapis epitel skuamosa.
- Diantara lapisan luar dan dalam terdapat lapisan yang disebut lamina propria .
Lapisan ini terdiri dari dua lapisan yang berjalan secara radier dan sirkular. Serabut
tersebut menyatu dengan cincin fibrokartilago di sekekliling membrane timpani.
Tulang pendengaran terdiri dari malleus (hammer/martil), inkus (anvil/landasan), dan
stapes (stirrup/pelana). Tulang-tulang ini saling berhubungan. Prosesus longus maleus
melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklebidang
depan dari stapes terletak berhadapan dengan membrane labirin koklea pada muara
fenestra ovalis. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.2,7

2. Kavum timpani
Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya bikonkaf,
atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan
diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap,
lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior.
3. Tuba eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti
huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan
nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan
medial dari telinga tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba
terdiri dari 2 bagian yaitu bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3
bagian) dan bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan
tekanan udara didalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase sekret dari
kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke
kavum timpani.

8
Otitis Media Supuratif Kronik
OMSK adalah stadium dari penyakit telinga tengah dimana terjadi peradangan kronis
dari telinga tengah dan mastoid dan membran timpani tidak intak (perforasi) dan ditemukan
sekret (otorea), purulen yang hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan
sekitar dari sisa membran timpani atau sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat
ditemukan seperti pada anterior, posterior, inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam
bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari middle ear cleft
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang ireversibe.1

Klasifikasi
1. Tipe tubotimpani
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala
klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:
o Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan
infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman
masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen1,2.
o Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang
dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.1
2. Tipe atikoantral
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih
sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.
Pada umumnya kolesteatom terdapat pada otitis media kronik dengan perforasi
marginal. teori itu adalah2 :
 Epitel dari liang telinga masuk melalui perforasi kedalam kavum timpani dan disini ia
membentuk kolesteatom (migration teori menurut Hartmann); epitel yang masuk
menjadi nekrotis, terangkat keatas.
 Embrional sudah ada pulau-pulau kecil dan ini yang akan menjadi kolesteatom.

9
 Mukosa dari kavum timpani mengadakan metaplasia oleh karena infeksi (metaplasia
teori menurut Wendt).
 Ada pula kolesteatom yang letaknya pada pars plasida (attic retraction cholesteatom).
Tipe perforasi membrane timpani :
 Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total1,2
 Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada
pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom1,2
 Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma1,2

Patofisiologi
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus1. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis1.
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit
3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid
OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir terjadi
antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis media yang
terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut, mastoid
mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang1.

10
Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial,
ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan
melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi
tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba
Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring
yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral
(seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan
leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis1,2.
Penyebab OMSK antara lain1,2,:
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi15
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Gejala Klinis
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada OMSK tipe
jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai
reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi.
Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai
adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah
berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.

11
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Beratnya ketulian
tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat
tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter
atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau
trombosis sinus lateralis1,2.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi
dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan
meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum.

Pemeriksaan Klinis
Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai
berikut1,3 :
Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas3
Derajat ketulian nilai ambang pendengaran
Normal : -10 dB sampai 26 dB
Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB
Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB
Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB
Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB
Tuli total : lebih dari 90 dB.

12
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
1. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB
2. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 30-50 dB
apabila disertai perforasi.
3. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih utuh
menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
4. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan hantaran
tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.
Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen3.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang
pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur3.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi
ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya
pembesaran akibat2,3
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan
kerusakan tulang oleh karena kolesteatom3.
Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie,
H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli,
Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.

13
Penatalaksanaan
OMSK Benign Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan di nasehatkan untuk jangan mengorek
telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat
bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan
operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.

OMSK Benign Aktif


Prinsip pengobatan OMSK adalah3 :
1.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
2.Pemberian antibiotika :
- topikal antibiotik ( antimikroba)
- sistemik.

Pemberian antibiotik topikal


Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan
obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.4 Mengingat pemberian obat topikal
dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang
ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Pengobatan antibiotik
topikal dapat digunakan secara luas untuk OMSK aktif yang dikombinasi dengan
pembersihan telinga.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah3 :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli
Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik
terhadap ginjal dan susunan saraf.
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuma gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid
14
Pemberian antibiotik sistemik
Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret
profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan
yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan
pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman
terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah
antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis
tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.
Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah2,3.
 Pseudomonas : Aminoglikosida ± karbenisilin
 P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
 P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida ± Karbenisilin
 Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
 E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
 S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
 Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
 B. fragilis : Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat
asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.
Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin
generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas,
tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk
OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek
bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan
dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg
per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1,2.

OMSK Malignan
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi3.

15
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain3:
1.Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2.Mastoidektomi radikal
3.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4.Miringoplasti
5.Timpanoplasti
6.Pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.

Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya
pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien
OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman
yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi1,2.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom1,2.
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
C. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis

16
Daftar Pustaka
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar
ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI,
2001. h. 49-62
2. Helmi. Komplikasi otitis media supuratif kronis dan mastoiditis. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi
kelima. Jakarta: FKUI, 2001. h. 63-73
3. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997:
88-118
4. Shenoi PM. Management of chronic suppurative otitis media. Scott-brown’s
otolaryngology. Fifth edition. Otology editor John B. Booth. Butterworth International
edition, 1987:p215-232

17

Anda mungkin juga menyukai