Anda di halaman 1dari 58

untuk sang pembaca

NEVER SAY GIVE UP


 Beranda

Laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL)


kesehatan masyarakat. Gambaran PHBS
undefined undefined undefined
Posted by lutfiahbahesytiz with No comments
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
taufiq, dan hidayahnya maka penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Praktek Belajar
Lapangan (PBL) dengan tepat waktu. Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Praktek Belajar Lapangan (PBL) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya atas
semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak selama proses belajar dan
penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang tua yang selelua mensupport dari berbagai segi
2. Andreanda Nasution, SKM., MKM., selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Ibn Khaldun.
3. Andi Asni Fatimah SKM, MKM, selaku supervisi dalam mata kuliah Praktek Bimbingan
Belajar.
4. Kepala Puskesmas Warung Jambu drg. Elva Adhyaksani. G.
5. Bidang Promosi Kesehatan Puskesmas Warung Jambu Suipah Amd., Kep.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keleman dalam penyusunan laporan ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan, untuk
perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Febuari 2017

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah fasilitas pelayanan kesehatan

yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat

pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyan di wilayah kerjanya. (Permenkes RI No. 75

Tahun 2014). Tugas puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya

yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Pada kesempatan ini penulis melakukan

serangkaian kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang ditempatkan dibagian unit

promosi kesehatan di Puskesmas Warung Jambu Bogor. Pengalaman Belajar Lapanga (PBL)

merupakan sebuah serangkaian kegiatan guna mengetahui kondisi lapangan kerja serta untuk

mengaplikasikan materi-materi kuliah selama proses perkuliahan berlangsung, dan

mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan.

Promosi Kesehatan (Promkes) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat

menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai

denagn kondisi sosial budaya setempat dan di dukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut promosi kesehatan di puskesmas merupakan upaya

puskesmas dalam memberdayakan pengunjung dan masyarakat baik didalam maupun diluar

puskesmas agar ber perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mengenali masalah kesehatan,

mencegah dan menanggulanginya sebagai bentuk pemecahan masalah-masalah kesehatan yang

dihadapinya, baik masalah-masalah kesehatan yang diderita maupun yang berpotensi

mengancam secara mandiri.

Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Kesehatan

Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar dalam

pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-

tingginya (Depkes, 2012). Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. (Kepmenkes RI No.128 Tahun

2004). Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku

sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.

1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)’’ dengan target

minimal 70%.

Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah pada tahun 2013 pencapaian PHBS di

Indonesia sebesar 55,46 % dari target 65 %, sedangkan pada tahun 2014 dari target yang

ditetapkan sebesar 70 % namun dapat dicapai 56.6% dengan demikian capaian kinerjanya baru
84.71% (Kemenkes 2014), sementara pada tahun 2015 dari target 75% dan pencapaiannya

sebesar 65%

Puskesmas Warung Jambu merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kota

Bogor tepatnya di wilayah Kecamatan Bogor Utara. Kenyataannya bahwa saat ini pelaksanaan

program promosi kesehatan di Puskesmas Warung Jambu belum mendapat perhatian lebih dan

belum terselenggara secara optimal. Belum optimalnya kegiatan promosi kesehatan dapat terlihat

dari pencapaian jumlah rumah tangga yang melakukan PHBS pada tahun 2014 sebanyak 55%

dan 58,4% pada tahun 2016. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran program

promosi kesehatan di Puskesmas Warung Jambu.

Hal ini juga menjadi salah satu faktor pencapaian PHBS di Jawa Barat sebesar

48,7% (Data Kesehatan Jawa Barat, 2015). Sementara Pencapaian PHBS di Kota Bogor pada

tahun 2013 sebanyak 61% dengan target 75%, tahun 2014 sebanyak 56,4% dengan target 85%,

tahun 2015 sebanyak 58,4% dengan target 63% dan tahun 2016 pencapaian sebanyak 59,0 %

dengan target 65%. (Dinas Kesehatan Kota Bogor, 2016).

Penyebab rendahnya pencapaian PHBS di Kota Bogor menurut dr. Rubaeah

M,KM kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor (dalam laporan kinerja dinas, 2014) adalah

disebabkan oleh rendahnya pencapaian PHBS indicator ke-2 yaitu ASI Eksklusif dan indicator

ke-10 yaitu perilaku merokok didalam rumah. Pencapaian indicator ASI eksklusif pada tahun

2014 sebanyak (61,1%), tahun 2015 sebanyak (69,1%) dan 2016 sebanyak (63,1%). Menurut

data UNICEFF pada tahun 2016 pencapaian ASI Eksklusif di dunia sebanyak (43%), sedangkan

Indonesia pencapaian ASI Eksklusif sebanyak (45%). Pencapaian indicator tidak merokok

didalam rumah pada tahun 2014 sebanyak (63,4%), tahun 2015 sebanyak (62,1%), dan tahun

2016 sebanyak (65,2%).


Dari uraian di atas bahwa masih rendahnya angka Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) di Kota Bogor karena masih rendahnya cakupakan ASI Eksklusif dan tidak

merokok didalam rumah. Dalam laporan ini dari 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS) akan di ditetapkan 1 (satu) prioritas masalah yang menjadikan angka PHBS di Kota

Bogor tidak memenuhi target pencapaian yang sampelnya di wilayah kerja Puskesmas Warung

Jambu.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengatahui gambaran pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan

rumah tangga di Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor tahun 2016.

1.2.2. Tujuan Khusus

a. Mampu menetapkan prioritas masalah dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga di

Puskesmas Warung Jambu

b. Mampu mengindentifikasi masalah PHBS tatanan rumah tangga yang sudah di prioritaskan di

Puskesmas Warung Jambu

c. Mampu memecahkan masalah dari indicator PHBS tatanan rumah tangga yang belum mencapai

target dan yang sudah diprioritaskan.

1.3. Manfaat Kegiatan

1. Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan, pemahaman dan kemampuan yang diharapkan dapat

mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari perkuliahan untuk kepentingan pengalaman belajar di

lapangan/ di institusi kesehatan.

2. Bagi Fakultas
Menjalin kerjasama yang baik antar lembaga pendidikan dengan institusi pelayanan

kesehatan serta mendapatkan umpan balik tentang perkembangan di bidang keilmuan dan

tekhnologi yang diterapkan.

3. Bagi Puskesmas Instansi

Sebagai penghubung antara institusi dengan lingkungan pendidikan.

1.4. Lokasi Magang

Lokasi/ tempat magang di UPTD Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor terletak di

JL. Gatot Kaca1, No.1, Komplek Indrapasta 16133, Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor

Utara, Kota Bogor, serta waktu magang 13 desember 2016 – 17 Febuari 2017

1.5. Lingkup Kegiatan Magang

Secara umum penelitian pada laporan PBL ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

PHBS tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu yang cakupannya

58,4% pada tahun 2016. Penelitian pada laporan ini merupakan jenis penelitian yang bersifat

kuantitatif yang berlangsung dari Desember 2016 – Febuari 2017.

BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Pengertian PHBS


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat

dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk

meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun

sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,

dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,

sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup

bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan

mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas

dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat

menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat

kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010). Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan

rumah tangga memiliki 10 indikator :

1. Persalinan di tolong tenaga kesahatan.

2. Memberikan ASI Eksklusif.

3. Menimbang bayi dan balita.

4. Air bersih.

5. Cuci tangan pakai sabun.

6. Menggunakan Jamban sehat.

7. Membersihkan jentik nyamik.

8. Makann buah dan sayur.


9. Aktivitas Fisik

10. Tidak merokok dalam rumah.

4.2 Metode Penemuan Masalah

Alat pertama yang dapat digunakan untuk menentukan permasalahan prioritas adalah

dengan menggunakan Matriks U-S-G. Kepner dan Tragoe (1981) Penggunaan Matriks USG,

untuk menentukan suatu masalah yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan.

Ketiga faktor tersebut adalah urgency, seriuosness, dan growth.

1. Urgency

Berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah

tersebut.

2. Seriousness

Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan

penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan

masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa

dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih

serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

3. Growth

Seberapa kemunkinan-kemungkinan isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan

masalah penyebab isu akan semakin memburuk kalau dibiarkan.

Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hasil yang perlu diperhatikan seperti

kemampuan sumberdaya manusia, tenaga, teknologi, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan

penilaian prioritas masalah dari yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak.
Dalam menentukan prioritas masalah ini penulis lakukan dengan menggunakan metode

USG. Metode ini merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan

memberikan skor dengan nilai ordinal yakni angka 1 untuk skor terendah dan angka 5 untuk skor

tertinggi. Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan

dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi, skor masing-masing kriteria

masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan mengkalikan skor masing-masing kriteria masalah

tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat

kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.

Penetapan prioritas masalah menggunakan matriks U-S-G (skor point 1-5),semakin besar

pointnya maka semakin besar masalahnya, contoh sebagai berikut :

Table 4.1
Penetapan Prioritas Masalah Dengan Metode USG

Total Uruta
NO Daftar Masalah U S G
Skor n
1. Masalah I 5 4 5 100 I
2. Masalah II 3 5 2 30 III
3. Masalah III 5 5 2 50 II
Keterangan :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat kecil
4.3 Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasi sebuah masalah dapat dilakukan beberapa teknik. Untuk

permasalahan kesehatan, teknik yang bisa digunakan dengan mengidentifikasi hasil dan sasaran

serta target yang telah tercapai adalah sebagai berikut:

Table 4.2
Matriks Identifikasi Masalah PHBS Tatanan Rumah Tangga tahun 2016
Pencapaian yang ada
N Targ
Indikator Sasar Persenta Masalah
o Hasil et
an se
2.9 % target
belum tercapai
karena sebagian
1. Linakes 224 231 97,10% 100% warga masih
ada yang
bersalin
dirumah.
45% Banyak
ibu yang
bekerja, tidak
dapat
Asi
2. 75 122 55% 100% mengeluarkan
Ekslusif
ASI, rendahnya
pengetahuan
tentang penting
ASI Eksklusif.
6 % target
belum tercapai
karena ibu
rumah tangga
Menimban yang bekerja
3. 1189 1217 94% 100%
g sehingga tidak
sempat
menimbang
bayinya ke
Posyandu.
22% target
belum tercapai
karena sasaran
4. Air Bersih 4227 4333 77,80% 100%
masih ada yang
menggunakan
air sungai.
1.4% target
belum tercapai
karena masih
rendahnya
13.83 pengetahuan
5. Ctps 4267 4333 86,17%
% pada sasaran
mengenai
CPTS, tidak
ada sabun pada
wastafel.
12.1% target
belum tercapai
karena masih
Jamban adanya
6. 3309 4333 87,90% 100%
Sehat sebaguan rumah
yang
membuang tinja
ke sungai.
24.91% target
belum tercapai
karena sebagian
rumah terdapat
Jentik
7. 3968 4333 75,09% 100% bak mandi,
nyamuk
botol-botol
yang berisi
endapan air
yang berjentik.
24.5% target
belum tercapai,
masih
Makan
rendahnya
8. Buah & 4275 4333 75,50% 100%
pengetahuan
Sayur
terhadap
manfaat buah
dan sayur.
Sebagian
masyarakat
masih ada yang
Melakukan
tidak rutin
9. Aktifitas 4228 4333 97,66% 100%
mngerjakan
Fisik
aktivitas fisik
selama 30 menit
dalam sehari
Tdk 41,5% targer
10
Merokok 3030 4333 58,50% 100% belum tercapai,
.
Dalam masih
Rumah rendahnya
kepedulian
sasaran
terhadap bahaya
merokok
didalam rumah.
Status Ber- 100
2532 4333 58,4%
PHBS %

Dari hasil matriks indentifikasi masalah di atas, 5 indikator PHBS yang jauh di bawah

target pada indicator :

1. ASI Eksklusif (55%)

2. Tidak Merokok didalam rumah (58,50%)

3. Air Bersih (77,80%)

4. Jentik nyamuk (75,09%)

5. Makan buah dan sayur (75,50%)

Sumber: Profil Kesehatan Puskesmas, 2016

Grafik 4.1 .Cakupan PHBS Tatanan RT di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu Pada Tahun 2016

Dari hasil data pada tahun 2016 di atas menunjukan 10 indikator PHBS tatanan rumah

tangga yang target cakupannya rendah yaitu Asi Eksklusif (55%), tidak merokok didalam rumah

(58%), jentik nyamuk (75,09%), makan buah dan sayur (75,50%), dan air bersih (77,80%).

Cakupan dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga terbanyak yaitu persalinan dengan tenaga

kesehatan (97,10%) dan aktivitas fisik (97,66%).


Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas, 2015

Grafik 4.2 Cakupan PHBS Tatanan RT di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu Pada Tahun 2015

Dari hasil data pada tahun 2015 di atas menunjukan 10 indikator PHBS tatanan rumah

tangga yang target cakupannya rendah yaitu Asi Eksklusif (54,20%), tidak merokok didalam

rumah (63,90%), jentik nyamuk (66%), jamban sehat (73%), dan aktivitas fisik (76,60%).

Cakupan dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga terbanyak yaitu persalinan dengan tenaga

kesehatan (97,10%) dan aktivitas fisik (97,66%).

sumber: Profil Kesehatan Puskesmas, 2014

Gambar 4.3 Grafik Cakupan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu
tahun 2014

Dari hasil data PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2014 cakupan yang paling

rendah yaitu Asi Eksklusif (43,70%), tidak merokok dalam rumah (57,90%), Jentik nyamuk

(82%), air bersih (85%), dan jamban sehat 91,90%.


4.4 Penetapan Prioritas Masalah

Berdasarkan penentapan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG, maka dari

5 indikator masalah PHBS tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu

pada tahun 2016 yang jauh dari target pencapaian sebesar (100%), sebagai berikut :

Tabel 4.3
Penetapan Prioritas Masalah PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Metode USG
N Total Uruta
Daftar Masalah U S G
O Skor n
1. ASI Eksklusif 5 5 4 100 I
Makan buah dan
2. 3 3 3 27 V
sayur
3. Air bersih 5 4 3 60 III
Tidak merokok dalam
4. 5 4 4 80 II
rumah
5. Jentik Nyamuk 4 4 3 48 IV

Besar masalah pada indikator ASI Eksklusif pada beban Urgency (U) sebesar 5 point

karena masalah tersebut mendesak apabila di tunda akan berdampak pada tingginya angka

morbiditas. Beban ASI Eksklusif pada seriousness (S) sebesar 5 karena tingkat keseriusan

masalah setiap tahunnya yang jauh dari target. Bebas nilai grwoth (G) pada indikator ASI

Eksklusif sebesar 4 karena perkembangan masalah yang besar tidak mencakup target.

Besar masalah masalah pada indikator makan buah dan sayur pada beban urgency

(U) sebesar 3 karena waktu untuk penanganan tidak begitu mendesak. Pada beban seriousness

(S) dinilai dengan point 3 karena dari cakupan sudah hampir mendekati target. Pada point growth

(G) sebesar 3 karena perekmbanganya kemajuannya untuk memenuhi target meningkat setiap

tahunnya.
Pada indikator air bersih beban mendesaknya waktu pada point urgency (U) sebesar

5 karena dampak yang dihasilkan apabila tidak cepat ditangani seperti tingginya angka kesakitan.

Tingkat keseriusan pad point seriousness (S) sebesar 4 sebagai kategori keseriusan yang besar.

Pada point growth (G) sebesar 3 dengan kategori sedang karena perkembangan masalahnya tidak

jauh dari target setiap tahunya.

Pada indikator perilaku merokok didalam rumah point urgency (U) sebesar 5 dengan

kategori sangat besar karena jumlah perokok semakin banyak dan dampak yang dihasilkan bukan

hanya bagi perokok saja tetapi bagi orang yang disekitar perokok. Keseriusan masalah pada point

seriousness (S) sebesar 4 dengan kategori besar karena setiap tahunnya menjadi permasalahan

yang serius. Tingkat perkembangan masalah setiap tahunnya yang meningkat, maka dari itu pada

point growth (G) sebesar 4 dengan kategori besar.

Pada indikator jentik nyamuk tingkat mendesak masalah besar dengan point urgency

(U) sebesar 4 karena dampak nya yang berpengaruh pada orang lain. Keseriusan masalah pada

indikator memberantas jentik nyamuk point seriousness (S) sebesar 4 dengan kategori besar

karena pada musim tidak menentuperkembang biakan jentik semakn meningkat. Point growth

(G) perkembangan masalah sebesar 3 dengan kategori 3 karena setiap tahunnya meningkat

cakupan target indikator ini.

Dapat disumpulkan dari matriks diatas, penetapan masalah dengan menggunakan

teori U-S-G didapat prioritas masalah yaitu ASI Eksklusif dengan total skor 100 dari maksimal

skor total 125 point.

Begitu pula terbukti dari cakupan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu

dari tahun 2014-2016 (lihat grafik 4.4) yang paling rendah adalah indicator ASI Eksklusif. Hal

ini membuktikan bahwa indicator ASI Eksklusif memiliki nilai urgensi, keseriusan masalah pada
tiap tahunnya yang terbukti perkembangan cakupannya tidak begitu signifikan dan selalu

menjadi indikaor terendah tiap tahun dalam program PHBS tatanan rumah tangga.

Sumber : Data Puskesmas


Grafik 4.4 Distribusi ASI Eksklusif dan tidak merokok dalam rumah menurut waktu di Wilayah Kerja
Puskesmas Warung Jambu Pada Tahun 2014-2016

Dari hasil grafik garis di atas bahwa cakupan indicator ASI Eksklusif pada tahun 2014

sebesar (43,70%), tahun 2015 sebesar (54,20%), dan tahun 2016 sebesar (55%). Sedangkan

cakupan tidak merokok dalam rumah tahun 2014 sebesar (57,90%), tahun 2015 sebesar

(63,90%), dan 2016 sebesar (58,50%). ASI Eksklusif merupakan indicator cakupan PHBS

tatanan rumah tangga terendah setiap tahunnya dari tahun 2014-2016.

4.5 Penjabaran Masalah

Dengan menggunakan metode analisis 5W1H ini maka diharapkan penanggulangan

terhadap permasalahan ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu pada tahun

2016 dapat terpecahkan.

Tabel 4.4
Penjabaran Masalah ASI Eksklusif Dengan Metode 5W1H
NO 5W1H Penjabaran Masalah
1. What (apa) 1) Apa yang menjadi permasalah dari Indikator PHBS
tatanan rumah tangga ?
ASI Eksklusif menjadi masalah setiap tahunnya mulai
dari 2014-2016 yang merupakan indicator paling
rendah PHBS diwilayah kerja Puskesmas Warung
Jambu.
2) Apa akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut?
Menurunkan kecerdasan pada generasi selanjutnya,
kekebalan tubuh anak menjadi rendah, meningkatkan
kejadian diare (ASI dapat menurunkan angka kesakitan
diare sebanyak 50%), meningkatkan resiko kanker
payudara (menyusui dapat menurunkan angka kanker
sebesar 6-10%). (Yovita, 2016)
3) Apa kerugian jangka panjang yang terjadi ?
Meningkatkan angka kesakitan dan bahkan kematian
sebesar 6-10%. (Yovita,2016)
4) Apa yang harus dilakukan untuk menghindari hal
tersebut?
Melakukan upaya penyuluhan ASI Eksklusif, kampanye
ASI Eksklusif bukan hanya diberikan kepada ibu tetapi
keluarga yang mampu mendukung dan memotivasi
untuk berASI Eksklusif.

2. Who (Siapa) 1) Siapa yang terlibat dan perlu dilibatkan ?


Sasaran primer : Ibu
Sasaran Sekunder : kader posyandu, petugas
kesehatan, Toma, Toga, Rt Rw, PKK, keluarga (utama
suami).
Sasaran Tersier : pemerintah (lurah, walikota), para
penentu kebijakan.
2) Siapa yang akan melaksanakan hal tersebut
(mengkampanyekan ASI Eksklusif)?
Seluruh sasaran primer, sekunder, dan tersier.
3) Siapa yang akan memperoleh keuntungan ?
Masyarakat, dan bangsa Indonesia.
3. When (kapan) 1) Kapan cakupan ASI Eksklusif rendah?
ASI Eksklusif pada tahun 2014 sebesar (43,70%),
tahun 2015 sebesar (54,20%), dan tahun 2016 sebesar
(55%).
2) Kapan hal itu harus dikerjakan (menyadarkan
pentingnya ASI Eksklusif kepada ibu)?
Secepatnya dan terus menerus.
4. Where (dimana)1) Dimana hal itu terjadi (rendahnya cakupan ASI
Eksklusif)?
Capaian rendahnya ASI Eksklusif di dunia sebesar
(43%), Indonesia (45%). (UNICEFF, 2016).
Sedangkan di Bogor (63,1%), wilayah kerja Puskesmas
Wr. Jambu (55%). (Profil Kesehatan Puskesmas,
2016).
2) Dimana kita dapat menemukan sumber informasi?
Data Internasional UNICEFF; WHO, Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kab/Kota/Prov, Rumah sakit
terdekat.
3) Dimana hal tersebut dalam dilakukan (penyuluhan, dan
kampanye kesehatan)?
Di lingkungan wilayah kerja puskesmas Wr. Jambu
dan sekitarnya.
5. Why (mengapa) 1) Mengapa masalah ini terjadi ?
A. Masalah Internal
a) Masalah Fisik
Status gizi ibu sebelum dan selama masa
kehamilan, menderita deficit multivitamin dan
mikronutrien sehingga tidak dapat mengeluarkan ASI
pada saat menyusui.
b) Masalah Psikologis
Memiliki presepsi bahwa ASI mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi, tekanan psikologis dari
anggota keluarga (stress).
c) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Inisiasi menyusui yang tertunda terbukti erat
dengan durasi menyusui yang singkat, dan pemberian
kolostrum yang kurang karena beranggapan bahwa itu
cairan kotor.
d) Pekerjaan Ibu
Cuti pekerjaan hanya diberikan selama 3 bulan
sebelum dan setelah melahirkan sehingga tidak dapay
menyusui.
Pekerjaan yang berat (bertani) tidak
memungkinkan ibu untuk menyusui karena menguras
tenaga dan menurunkan status gizi ibu.
e) Pendidikan Ibu
Kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya
menyusui Eksklusif.
B. Masalah Eksternal
a) Masalah Keluarga
Kurangnya dukungan/kepedulian dari suami untuk
ASI Eksklusif. Sebagian ibu ada yang tinggal dengan
mertuanya sehingga mertua tersebut memberikan susu
formula ketika ibu bayi tidak ada.
b) Peran Media
Banyak ibu yang tergiur dengan keunggulan susu
formula yang di jual dimedia. Stimulus dari iklan
membuat ibu terangsang untuk membeli.
2) Mengapa masalah ini harus segera ditangani?
Karena dampak panjang dari tidak menyusui ASI
secara Eksklusif yakni meningkatnya jumlah kesakitan.

6. How 1) Bagaimana cara meningkatkan cakupan ASI


(Bagaimana) Eksklusif?
Dengan melakukan penyuluhan dan peningkatan
jumlah konselor ASI.
Dengan menggunakan penjabaran masalah 5W1H ini maka dapat disimpulkan bahwa

untuk mengurangi serta mencegah dampak dari tidak menyusui secara Eksklusif dan
meningkatkan cakupan ASI Eksklusif , maka perlu ditingkatkan kerjasama lintas sector untuk

melakukan kegiatan preventif dan promotif seperti penyuluhan, kampanye ASI Eksklusif.

BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
5.1. Kerangka Teori

Kerangka teori pada lapran ini adalah menggunakan landasan teori pebuhan perilaku

kesehatan L. Green (1990) yang mengemukakan ada 3 faktor yang mempengarungi perilaku

kesehatan yaitu:

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors), merupakan factor antessenden terhadap

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah:

pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai serta presepsi individu untuk melakukan tindakan.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), merupakan factor antesenden terhadap perilaku

yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan termasuk dalam factor pemungkin

adalah sarana prasarana kesehatan. Factor yang memungkinkan atau yang menfasilitasi perilaku

atau tindakan, antara lain: prasarana, sarana, ketersediaan sdm

3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang ditentukan

apakah perilaku menerima umpan balik yang positif atau negative dan mendapatkan dukungan

social setelah perilaku dilakukan. Factor penguat mencakup: dukungan social dari tenaga

kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga, dukungan suami, pengaruh sebaya.

Gambar 5.1 Kerangka Teori Perubahan Perilaku Kesehatan Berdasarkan Teori L. Green
5.2. Analisis Penyebab Masalah

Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode analisis penyebab masalah

L.Green yang digunakan dengan menganalisis masing-masing determinan dan factor-faktor

perubahan perilaku kesehatan itu sendiri, serta melihat hubungan diantaranya.


Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan predisposing, enabling, dan reinforcing.

Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran perilaku kesehatan secara kualitatif, penyebaran

masalah menurut factor predisposing, enabling dan reinforcing.

Dalam menganalisis penyebab masalah terjadinya masalah rendahnya cakupan ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu, penulis menggunakan L.Green analysis.

Metode ini kami anggap paling tepat dalam mngenalisis masalah ASI Eksklusif karena

penyebabnya berkaitan dengan perilaku kesehatan.


Gambar 5.1
A. Factor Predisposisi
Masalah Psikologis
Memiliki presepsi bahwa ASI mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi, tekanan
psikologis dari anggota keluarga (stress).
Presepsi bahwa cairan yang pertama kali keluar dari payudara berwarna kuning (kolostrum)
merupakan cairan kotor yang tidak baik untuk bayi.
Masalah Pendidikan
Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI Eksklusif baik bagi bayi
maupun ibu.
Masalah Fisik
Status gizi ibu sebelum dan selama masa kehamilan, menderita deficit multivitamin dan
mikronutrien sehingga tidak dapat mengeluarkan ASI pada saat menyusui.

Kerangka Analisis Penyebab Masalah Menurut Teori L.Green

ASI EKSKLUSIF
C. Factor Reinforcing
Peran keluarga
Kurangnya kepedulian/perhatian suami, dan kelurga dalam dukungan pemberian ASI
Eksklusif.
Pihak Tempat Kerja
Pemberian cuti kerja yang sebentar hanya 30 hari sebelum dan sesudah melahirkan, tidak adanya
sarana ruang menyusui ibu.
B. Factor Enabling
Peran Media dan Konselor ASI
Iklan susu formula yang gencar menstimulus ibu bahwa susu formula memiliki kelebihian
yang unggul di banding ASI. Kurangnya media-media (cetak,elektronik)disekitar daerah yang
berupaya menstimulus Ibu untuk melakukan ASI Eksklusif.
Kurangnya konselor ASI di posyandu atau di luar. (meja penyuluhan tidak terpakai),
sebagian posyandu tidak memfungsikan 5 meja.
5.3. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 5.1
Analis Pemecahan Masalah ASI Eksklusif
di Puskesmas Warung Jambu Tahun 2016

No Analis Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Msalah


Faktor Predisposing

1) Masalah Psikologis
Memiliki presepsi bahwa ASI
mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan bayi, tekanan
psikologis dari anggota keluarga
(stress).
Presepsi bahwa cairan yanga) Penyuluhan tentang pentingnya ASI
pertama kali keluar dari payudara Ekslusif serta peningkatan jumlah
berwarna kuning (kolostrum) konselor ASI
merupakan cairan kotor yang tidakb) Membuka kelas ASI di setiap
baik untuk bayi. Posyandu
1.
2) Masalah Pendidikan c) Pemanfaatan TOGA KANTORMAKSI
Kurangnya pengetahuan (Katuk dan Torbangun)
masyarakat tentang pentingnyad) Membentuk Kelompok Pendukung Ibu
ASI Eksklusif baik bagi bayi (KPI)
maupun ibu.
3) Masalah Fisik
Status gizi ibu sebelum dan
selama masa kehamilan, menderita
deficit multivitamin dan
mikronutrien sehingga tidak dapat
mengeluarkan ASI pada saat
menyusui.

Faktor Enabling
a) Membagikan leaflet ASI Ekslusif
bekerjasama dengan Puskesmas,
1) Peran Media dan Konselor ASI
menempelkan poster atau stiker di
Iklan susu formula yang
setiap rumah tentang pentingnya ASI
gencar menstimulus ibu bahwa
Eksklusif.
2. susu formula memiliki kelebihian
b) Menekankan kepada kader posyandu
yang unggul di banding ASI.
untuk memaksimalkan 5 meja, yang
Kurangnya media-media
mana meja ke-4 untuk pemyuluhan.
(cetak,elektronik)disekitar daerah
yang berupaya menstimulus Ibu
untuk melakukan ASI Eksklusif.
Kurangnya konselor ASI di
posyandu atau di luar. (meja
penyuluhan tidak terpakai),
sebagian posyandu tidak
memfungsikan 5 meja
Fakor Reinforcing

1) Peran keluarga
Kurangnya kepedulian/perhatian
suami, dan kelurga dalam
dukungan pemberian a) “Opat sauyunan”(1 kader memegang
ASI
Eksklusif. 4-5 ibu hamil/menyusui)
3.
2) Pihak Tempat Kerja b) Melakukan advokasi ke pihak untuk
Pemberian cuti kerja yang sebentar kebijakan cuti
hanya 30 hari sebelum dan
sesudah melahirkan, tidak adanya
sarana ruang menyusui ibu.

5.4. Penetapan Prioritas Masalah

Ada 2 metode yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternative pemecahan

masalah untuk intervensi, dalam bentuk penetapan pilihan bentuk intervensi yaitu metode

analis pembiayaan yang lebih dikenal dengan metode efektifitas dan efesiensi dan metode

Hanlon (2001).

Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan alternative prioritas jenis intervensi yang

akan dilakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing :

a) Kelompok kriteria 1 yaitu besarnya masalah (magnitude).

b) Kelompok kriteria 2 yaitu tingkat kegawatan masalah (emergency atau seriousness)

c) Kelompok kriteria ke 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah (causability).

d) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah

PEARL factor.

Dalam pemecahan masalah ini penulis menggunakan metode Analisis Pembiayaan (Cost

Analysis). (Hanlon, 2001. Pemilihan metode ini dengan memperhitungkanefektifitas dan


efesiensi dalam menetapkan pilihan jenis intervensi yang dilakukan untuk memaksimalkan

cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

MxIxV
Prioritas (P) =
C

Dimana :

M = Magnitude (besarnya masalah yang dihadapi)

5 : Sangat Besar

4 : Besar

3 : Sedang

2 : Kecil

1 : Sangat Kecil

I = Important (pentingnya jalan keluar menyelesaikan masalah)

5 : sangat Penting

4 : Penting

3 : Sedang

2 : Tidak Penting

1 : Sangat Tidak Penting

V = Vunerability (Ketepatan jalan keluar untuk masalah)

5 : Sangat tepat

4 : Tepat

3 : Sedang
2 : Tidak tepat

1 : Sangat tidak tepat

C = Cost (biaya yang dikeluarkan)

5 : Sangat Mahal

4 : Mahal

3 : Cukup Murah

2 : Murah

1 : Sangat Murah

Tabel 5.2
Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah Cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Warung Jambu Tahun 2016
Efektifitas Efisien
No Alternatif Pemecahan Masalah Skor R
M I V C
1. Penyuluhan tentang pentingnya ASI
Ekslusif serta peningkatan jumlah konselor 5 5 5 2 62 I
ASI
2. Membuka kelas ASI di setiap Posyandu 5 4 5 3 33 III
3. Pemanfaatan TOGA KANTORMAKSI
3 4 3 4 9 VIII
(Katuk dan Torbangun)
4. Membentuk Kelompok Pendukung Ibu
5 3 4 4 15 VI
(KPI)
5. Membagikan leaflet ASI Ekslusif
bekerjasama dengan Puskesmas,
4 4 3 4 12 VII
menempelkan poster atau stiker di setiap
rumah tentang pentingnya ASI Eksklusif.
6. Menekankan kepada kader posyandu
untuk memaksimalkan 5 meja, yang mana 5 3 4 1 60 II
meja ke-4 untuk pemyuluhan.
7. Melakukan advokasi ke pihak untuk
5 4 3 3 20 V
kebijakan cuti
8 “Opat sauyunan”(1 kader memegang 4-5
4 4 4 2 32 IV
ibu hamil/menyusui)

Alternatif pemecahan masalah dengan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif

dan peningkatan jumlah konselor ASI pada point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori

sangat besar karena besar masalah yang dihadapi adalah pada faktor predisposisi yang

merupakan menjadi dasar berprilaku sehat. Pada point important (I) sebesar 5 dengan

kategori sangat penting karena pengetahuan mempengaruhi berperilaku seseorang dalam teroi

L. Green (1990). Pada point Vunerability (V) sebesar 5 dengan kategori sangat tepat yakni

dengan penyuluhan dan peningkatan jumlah konselor ASI mampu meningkatkan

pengetahuan ibu. Pada point cost (C) dengan besar 2 kategori murah yakni biaya yang

ditanggung murah karena dapat bekerjasama dengan pihak puskesmas dan kader posyandu.

Pada pemecahan masalah dengan membuat Kelompok Pendukung Ibu (KPI) pada

point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yan

dihadapi adalah pada pada faktor predisposisi yang merupakan menjadi dasar berprilaku

sehat. Pada point important (I) sebesar 5 dengan kategori sangat penting karena pengetahuan

mempengaruhi berperilaku seseorang dalam teroi L. Green (1990). Pada point important (I)

sebesar 3 dengan kategori sedangkarena pengetahuan mempengaruhi berperilaku seseorang

dalam teroi L. Green (1990). Pada point Vunerability (V) sebesar 4 dengan kategori sangat

tepat yakni dengan membentuk kelompok pendukun ibu mampu meningkatkan pengetahuan

ibu dan merubah presepsi. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya

yang ditanggung mahal karena butuh biayasecara finansial dan waktu untuk membentuknya.

Pada pemecahan masalah dengan membuat pemanfaatan toga kontramaksi pada

point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang

dihadapi adalah pada pada faktor predisposisi yang merupakan menjadi dasar berprilaku
sehat dan maslah fisik. Pada point important (I) sebesar 4 dengan kategori penting karena

masalah fisik/ nutrisi mempengaruhi ibu dalam melakukan ASI Eksklusif. Pada point

Vunerability (V) sebesar 3 dengan kategori sedang yakni dengan pemanfaatan toga

kontramaksi mampu meningkatkan kesehtan ibu secara fisik tetapi tidak semua ibu memiliki

fisik yang sama. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya yang

ditanggung mahal karena butuh biaya yang mahal untuk bibit tanamannya.

Pada pemecahan masalah dengan membuat membagian leaflet pada point magnitude

(M) sebesar 4 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang dihadapi adalah pada

pada faktor enabling yang merupakan sarana dan prasarana serta peran media. Pada point

important (I) sebesar 4 dengan kategori penting karena hal ini dapat menstimulus ibu dalam

berperilaku. Pada point Vunerability (V) sebesar 3 dengan kategori sedang yakni dengan

membagikan leaflet mampu tidak begitu jalan keluar yang tepay karena leaflet merupakan

media yang tidak tahan lama. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya

yang ditanggung mahal karena butuh biaya yang mahal untuk mencetak leaflet dan stiker.

Pada pemecahan masalah dengan memanfaatkan 5 meja di posyandu pada point

magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang dihadapi

adalah pada pada faktor enabling yang merupakan sarana dan prasarana dan keterliatan kader

kesehatan Pada point important (I) sebesar 3 dengan kategori sedang karena hal ini dapat

menstimulus ibu dalam berperilaku. Pada point Vunerability (V) sebesar 4 dengan kategori

tepat yakni dengan memaksimalkan 5 meja merupakan alternatif yang tepat karena ini

merupakan bagian penyuluhan atau konseling . Pada point cost (C) dengan besar 1 kategori

sangat murah yakni biaya yang ditanggung sangat murah fasilitas sudah ada tinggal

memanfaatkan.

Alternatif melakukan advokasi dan opat sauuynan point magnitude (M) besar

masalah 5 dengan kategori sangat besar dan 4 dengan katgeori besar karena masalah yang
dihadapi merupakan reinforcing penguat yang ini merupakan kebijakan para penentu. Point

important (I) sebesar 4 kategori penting karena masalah yang dihadapi penting. Point

Venurebility (V) denganpoint 3 kategori sedang karena sulit untuk meintervensi kebijakan

pihak swasta dan point 4 dengan katergori tepat karena dapat terkoordinir ibu hamil dan

menyusui. Pada pint cost (biaya) yang ditanggung cukup mahal karena butuh biaya secara

finansial dan waktu.

Berdasarkan formula perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tertinggi

dengan total skor 62 adalah melakukan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif dan

konselor ASI dan total kedua 60 yaitu menekankan kepada kader posyandu untuk

memaksimalkan 5 meja, yang mana meja ke-4 untuk penyuluhan.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah pada tahun 2013 pencapaian PHBS di

Indonesia sebesar 55,46 % dari target 65 %, sedangkan pada tahun 2014 dari target yang

ditetapkan sebesar 70 % namun dapat dicapai 56.6% dengan demikian capaian kinerjanya

baru 84.71% (Kemenkes 2014), sementara pada tahun 2015 dari target 75% dan

pencapaiannya sebesar 65%. Cakupan PHBS tatanan rumah tangga di Kota Bogor pada tahun
2016 sebanyak 59,0%, sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu pada tahun

2016 cakupan PHBS tatanan rumah tangga sebanyak 58,4%. Sedikitnya cakupan PHBS

tatanan rumah tangga di Kota Bogor karena rendahnya cakupan pada indicator ASI Eksklusif

dan tidak merokok dalam rumah (Laporan Kinerja Dinkes Kota Bogor, 2016).

Dengan menggunakan metode penetapan masalah USG dari 10 indikator PHBS

tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu indicator ASI Eksklusif

menjadi prioritas masalah penulishal ini. Terbukti pada laporan tahun 2014-2016 Indikator

ASI Eksklusif masih rendah, pada tahun 2014 sebesar (43,70%), tahun 2015 sebesar

(54,20%), dan tahun 2016 sebesar (55%). Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh

2 faktor yaitu factor Internal (Fisik, psikologi, IMD, pendidikan, dan pekerjaan ), factor

Eksternal (dukungan keluarga, peran media dan sarana prasarana).

Alternative pemecahan masalah pada ASI Ekslusif menggunakan metode metode

Analisis Pembiayaan (Cost Analysis). Pemilihan metode ini dengan memperhitungkan

efektifitas dan efesiensi dalam menetapkan pilihan jenis intervensi yang dilakukan untuk

memaksimalkan cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu.

Penyuluhan pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatkan konselor ASI ditetapkan menjadi

prioritas alternative pemecahan masalah ASI Eksklusif untuk meningkatkan cakupan ASI

Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu.

6.2. Saran

1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui

kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama

masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup.

2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di

dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu

menyusui tentang ASI dan menyusui.


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Search

This Is me
Popular Posts

contoh leaflet kesehatan

contoh leaflet bagian belakang contoh leaflet tentang peringatan bahaya HIIV (bagian
depan) bagian belakang leaflet bagian de...

 Laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL) kesehatan masyarakat. Gambaran PHBS

KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka penulis...

rancangan intervensi Promosi Kesehatan

Rancangan Intervensi Promosi Kesehatan Di Kelurahan Tanah Baru, Bogor Utara


Indentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan prioritas di...

penelitian dialog komunitas pencapaian PHBS tatanan rumah tangga

“Dialog Komunitas Terhadap Peningkatan Pencapaian PHBS Tatanan Rumah


Tangga dalam Menangani Prilaku Merokok dalam Rumah di Posyandu W...

 gambaran PHBS Kota Bogor Puskesmas Warung Jambu

https://drive.google.com/open?id=0B5XDy5J9-DlOcno0cVRmMDRiV00

Kopi untuk Kesehatan

T ahukah anda bahwa kopi banyak bermanfaat untuk kesehatan Kenikmatan secangkir
banyak orang yang mengaguminya, tapi dibalik nikmatnya ...

 kesehatan masyarakat

0B5XDy5J9-DlOcno0cVRmMDRiV00

Senyum Menambah Kesehatan

Senyum adalah salah satu cara termudah dan termurah untuk meningkatkan
kesehatan, memperbaiki mood, bikin umur panjang, dan bahkan menambah...

Blog Archive
 ▼ 2017 (3)
o ▼ Februari (3)
 kesehatan masyarakat
 gambaran PHBS Kota Bogor Puskesmas Warung Jambu
 Laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL) kesehatan m...

 ► 2016 (7)

welcome to My blog
lutfiahbahesytiz
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Picture
penyuluhan PHBS

Pages
 Beranda

Copyright © 2017 untuk sang pembaca | Powered by Blogger


Design by Ying Zhang | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Rap Beats
Back to top
 About
 Contact Us
 Privacy Policy
 Disclaimer




Ahmad Riyan Dayani

 Home
 Komputer
o
o
o
o
 Panyabungan
o
 Android

Search...

Home » Uncategories » laporan peraktek belajar lapangan

laporan peraktek belajar lapangan


ahmad riyan Friday, 22 April 2016

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN AKADEMI


KEPERAWATAN HARAPAN MAMA

KABUPATEN DELI SERDANG

DI PUSKESMAS MANDALA

TAHUN 2016
DI SUSUN OLEH :

ASMAUL HUSNA NIM : 13.01.002

NURIANA NIM : 13.01.028

PURNAMA IRAWAN NIM : 13.01.029

RINALDI HASIBUAN NIM : 13.01.031

YENI ELFIA NIM : 13.01.035

ASRUL HADI NIM : 13.01.037

ADAMSYAH NIM : 13.01.038

MULYADI NIM: 13.01.024

AKADEMI KEPERAWATAN HARAPAN MAMA

KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu hak setiap individu. Oleh karena itu setiap negara

menjamin kebebasan setiap warganya untuk meraih kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini

jugalah yang mendorong terbentuknya tujuan pembangunan suatu negara, khususnya indonesia

yang terkandung tujuan pembangunan kesehatan.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat adalah meningkatkan kesadaran,

bangsa, dan negara ditandai oleh penduduknya dalam hidup dan perilaku yang sehat, memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara utuh dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang optimal seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mewujudkan

tujuan tersebut, maka perlu upaya – upaya penyiapan sumber daya manusia yang mampu

memenuhi tuntutan dan kebutuhan bidang kesehatan, baik masa kini maupun masa yang akan

datang.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah Unit Kesehatan Fungsional yang

merupakan pusat pengembangan masyarakat, juga membina peran serta masyarakat selain

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Atik 2010).

Tujuan bangsa indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea

4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai
tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana

dan terarah.

Dalam pasal 5 UU kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa setiap orang

berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,

keluarga dan lingkungan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai tempat pelayanan masyarakat

puskesmas memiliki tugas – tugas pokok, dan mempunyai tujuan yaitu meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Adapun latar belakang yang penulis buat dalam laporan ini adalah untuk mengaplikasikan

mata kuliah keperawatan komunitas sebagai persyaratan kurikulum program pendidikan Diploma III

keperawatan yang dilakukan pada tanggal 04 s/d 16 April 2016 di puskesmas Mandala, agar

mahasiswa/I mampu menjelaskan dan melaksanakan berbagai program dan mekanisme kerja

pelayanan kesehatan di puskesmas.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa keperawatan dapat melaksanakan promosi kesehatan, keperawatan

komunitas dan untuk mengetahui gambaran puskesmas secara geografi dan demografi, struktur

organisasi Puskesmas serta program kerja di Puskesmas Mandala tahun 2015.

1.2.2 Tujuan Khusus

 Menyiapkan untuk mengetahui program kerja Puskesmas Mandala di masyarakat.

 Untuk mengetahui pelayanan kesehatan dasar puskesmas.

 Untuk mengetahui struktur organisasi puskesmas serta program dari masing-masing unit yang ada.

 Mengetahaui program – program wajib dan pengembangan puskesmas Mandala.

 Mengetahui sejauh mana program – program tersebut telah dijalankan, melalui data – data yang

telah tersedia di puskesmas Mandala.

 Mampu melaksankan penyuluhan kesehatan di masyarakat.


 Mampu memberikan pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas.

 Memahami daerah kerja puskesmas.

 Meninjau sejauh mana kesadaran masyarakat untuk hidup sehat serta memanfaatkan fasilitas yang

ada.

 Memahami cara merancang survei mengumpulkan, mengelola, menganalisa dan

menginterpretasikan data sehingga mampu merumuskan masalah kesehatan.

 Melakukan pengamatan secara langsung dilapangan mengenai masalah – masalah kesehatan di

wilayah kerja Puskesmas Mandala.

1.3 Mamfaat PBL

a. Dapat mengetahui program – program yang ada di puskesmas

b. Dapat melaksanakan penyuluhan kesehatan di masyarakat

c. Dapat memahami cara merancang survei, mengumpulkan, mengelola, menganalisa dan

menginterpretasikan data sehingga mampu merumuskan masalah kesehatan.

d. Melakukan secara langsung dilapangan mengenai masalah – masalah kesehatan di wilayah kerja

puskesmas.

1.4 Ruang Lingkup PBL

1.4.1 Prosedur Kerja

a. Mencatat data geografis dan demografis di wilayah kerja Puskesmas Mandala.

b. Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan ikut serta dalam pelayanan kesehatan.

c. Melakukan penyuluhan kesehatan.

1.4.2 Tempat

Tempat yang dipergunakan untuk mendapat keterampilan di atas adalah puskesmas

Mandala.

1.4.3 Waktu
Pelaksanaan praktek belajar lapangan di puskesmas oleh mahasiswa Akademi Keperawatan

Harapan Mama semester VI tingkat III selama 2 minggu yaitu dari tanggal 04 April 2016 s/d 16 April

2016.

1.4.4 Peserta

Yang menjadi peserta Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas Mandala adalah mahasiswa

semester VI tingkat III Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang yang

berjumlah 7 orang.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promontif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat untuk setinggi –

tingginya di wilayah kerjanya. (Depkes,2014)

Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara proposional melakukan

upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk

dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah

kerjanya. Suatu kesatuan organisasi kesehatan yang merupakan pusat pengembang kesehatan

masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping pemberian pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok.

2.2 Sejarah Puskesmas


Di Indonesia konsep pukesmas dilahirkan tahun 1968, ketika dilangsungkan rapat kerja

nasional pertama di Jakarta. Sebelum tahun 1968 pelayanan kesehatan tingkat dasar sudah ada

sperti KIA, BP, PAM, dll. Masing – masing berjalan sendiri dan belum terorganisir sehingga dipandang

kurang menguntungkan dan tidak memenuhi sasaran, oleh karena itu, organisasi dan diberi nama

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Sejak tahun 1979, mulai dirintis pembangunan Puskesmas didaerah-daerah tingkat

kelurahan atau desa yang memiliki jumlah sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-

kegiatan yang berada disuatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai

penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas tingkat kecamatan atau Puskesmas

pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat kelurahan atau desa disebut Puskesmas kelurahan

atau Puskesamas pembantu. Pengkategorian Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih

digunakan.

2.3 Fungsi Puskesmas

Dalam KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi

menjadi tiga fungsi utama:

1) Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di

wilayahnya

2) Kedua, sebagai pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan

dengan perannya sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di wilayahnya, dan

3) Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama yang

berkualitas dan berorientasi pada pengguna layanannya

Upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : Pertama, pusat pelayanan

kesehatan masyarakat primer yakni Puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif
dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit, dan Kedua, Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan

primer dimana peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan

kesehatan formal dan rujukan sesuai dengan standard pelayanan medik.

Ada beberapa fungsi Puskesmas yang tertulis secara umum, yaitu:

1. Puskesmas Sebagai Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas berperan menggerakkan dan memantau penyelenggaraan lintas sektor

termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta

mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan

dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus

untuk pembangunan kesehatan upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan

pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan.

2. Puskesmas Sebagai Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan

masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri

sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan

kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau

pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya msyarakat

setempat.

3. Puskesmas Sebagai Pelayanan Kesehatan Strata Pratama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan perorangan antara lain, rawat jalan dan

rawat inap serta, pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat public dengan tujuan utama

memelihara dan maningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2.4 Tujuan Puskesmas

2.4.1 Tujuan Umum

Tujuan pembangunan kesehatan yang di selenggarakan oleh puskesmas adalah untuk

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. Yakni meningkatkan kesehatan

nasional., kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya dalam rangka

mewujudkan Indonesia Sehat.

2.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengurangi kematian di wilayah puskesmas

b. Mengurangi prevalansi khusus KEP di puskesmas

c. Meningkatkan pemeriksaan di puskesmas.

d. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada keluarga rawan di wilayah kerja puskesmas

e. Meningkatkan kualitas penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan pada masyarakat di wilayah

puskesmas.

2.5 Visi dan Misi Puskesmas

2.5.1 Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah tercapainya

kesehatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2016.

Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencangkup 4 indikator utama, yakni:
1) Lingkungan sehat

2) Perilaku sehat

3) Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

4) Derajat kesehatan penduduk kecamatan.

2.5.2 Misi Puskesmas

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta

lingkungannya.

2.5.3 Motto

Kami bukanlah yang terbaik tetapi beri kami kesempatan melayani anda dengan baik.

2.6. Azas dan upaya penyelenggaraan Puskesmas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pembangunan harus

menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.

2.6.1 Azas penyelenggaraan puskesmas Mandala

Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :

1. Azas pertanggung jawaban wilayah.

2. Azas pemberdayaan masyarakat.

3. Azas keterpaduan.

4. Azas rujukan.

2.6.2 Upaya penyelenggaraan puskesmas Mandala


Dalam mencapai visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas yakni terwujudnya

kecamatan sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan tersebut di kelompokkan menjadi 2 yaitu :

2.6.2.1 Upaya kesehatan wajib / pokok Puskesmas Mandala

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya ditetapkan berdasarkan komitmen

nasional, regional, dan global serta mempunyai daya tarik tinggi untuk meningkatkan derajat setiap

puskesmas.

1. Upaya Promosi Kesehatan

a. Tujuan

1) Agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan perilku hidup sehat.

2) Agar individu kelompok masyarakat berperan aktif dalam perencanaan dalam penyelenggaraan.

3) Meningkatkan pengetahuan kesehatan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih

dan sehat serta meningkatkan dan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

b. Sasaran

1) Tatanan rumah tangga

2) Tatanan industri pendidikan (sekolah) termasuk madrasah dan pondok pesantren.

3) Tatanan tempat kerja (kantor, pabrik)

4) Tatanan tempat – tempat umum, pasar, terminal, tempat ibadah dan tempat hiburan.

c. Kegiatan

1) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dilingkungan wilayah kerja puskesmas

Mandala di dalam maupun diluar gedung berbentuk, kegiatan posyandu, posyandu lansia,

UKS,UKGS, Gizi, PKM, PHN, Sanitas, Pelayanan kesehatan ini dilakukan setiap hari kerjanya.

2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membagikan brosur / lefleat info

kesehatan.
3) Mencari kader kesehatan untuk dilatih

4) Posyandu.

2. Upaya Kesehatan Lingkungan

a. Tujuan

Untuk memperbaiki mutu lingkungan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin

kesehatan, melalui kegiatan sanitasi dasar serta pencegahan.

b. Sasaran

1) Daerah yang rawan air bersih

2) Daerah rawan penyakit menular

3) Daerah percontohan dan pemukiman baru.

3. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

a. Tujuan

1) Mencegah terjangkitnya penyakit

2) Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal

3) Menurunkan angka kematian dan kesakitan.

b. Sasaran

Seluruh lapisan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Mandala.

c. Kegiatan

1) Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan

2) Memberikan penyuluhan kesehatan daerah wabah di puskesmas

3) Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio, DT dan TT.

4) Langkah – langkah yang dilakukan dalam pengamatan dan pemberantasan penyakit

5) Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit

6) Melaporkan penyakit menular


7) Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang masuk, menemukan kasus – kasus

untuk mengetahui sumber penularannya.

8) Tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya

9) Menyembuhkan penderita hingga sehat

10) Pemberian imunisasi

11) Pemberantasan vektor nyamuk

12) Pendidikan kesehatan

4. Upaya Pengobatan

a. Tujuan

Mengobati seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas Mandala agar masyarakat sehat.

b. Sasaran

Seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas Mandala.

c. Kegiatan

1) Pemeriksaan mendiagnosa penyakit dan memberikan obat melalui apotik yang ada di puskesmas

2) Penyuluhan pada pasien saat dilakukan pemeriksaan

3) Memberi penderita yang tidak mampu ke rumah sakit dan melanjutkan pengobatan setelah

penderita dikembalikan

4) Perawatan dan pengobatan pasien puskesmas Mandala meliputi pasien umum, Askes, BPJS, dan

Medan sehat.

5. Upaya pencatatan dan pelaporan

a. Tujuan

1) Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan

2) Untuk dipergunakan sebagai bahan di dalam menyusun rencana kerja.

b. Kegiatan

a. Pencatatan
1) Kegiatan administrasi

2) Kegiatan family forder

3) Registrasi kegiatan lain

b. Pelaporan

1) Laporan kejadian luar biasa

2) Laporan biasa yaitu mencatat jumlah penyakit dan pengunjung puskesmas mandala

3) Laporan mingguan yaitu mencatat kasus penyakit menular

4) Laporan bulanan yaitu mencatat kegiatan puskesmas mandala dan posyandu di wilayah keja

puskesmas mandala.

5) Laporan tri wulan yaitu mencatat semua kegiatan puskesmas mandala dan rencana kerja selama tri

wulan

6) Laporan tahunan yaitu mencatat semua laporan dalam 1 tahun yang di ambil dari laporan bulanan

7) Laporan kasus berupa penyakit, kematian dan obat.

2.6.2.2. Program pengembangan Puskesmas Mandala

a. Upaya Kesehatan Sekolah,

b. Upaya Kesehatan Olah Raga,

c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat,

d. Upaya Kesehatan Kerja,

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut,

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


2.7. Kedudukan Puskesmas

Kedudukan puskesmas menurut keterkaitannya dengan system kesehatan nasional, system

kesehatan kabupaten / dan system pemerintahan daerah :

1. Sistem kesehatan nasional

Kedudukan puskesmas dalam kesehatan nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan

starata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat di

wilayah kerjanya. Sebagai tugas pembangunan.

2. Sistem kesehatan kabupaten / kota

Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten / kota di wilayah kerjanya.

3. Sistem pemerintahan daerah

Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis

dinas kesehatan kabupaten / kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.

4. Antar sarana pelayanan kesehatan strata pertama

Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang

dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti : Praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek

bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.

2.8. Organisasi Puskesmas

a. Struktur Organisasi

Menurut keputusan menteri kesehatan RI nomor 128/menkes/ RI/SK/II/2004, struktur

organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas.

Penyusunan struktur organisasi puskesmas disatu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan

kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.

Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala Puskesmas

2. Unit Tata Usaha

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional yakni Upaya kesehatan masyarakat dan Upaya kesehatan

perorangan

4. Jaringan Pelayanan

a) Puskesmas Pembantu,

b) Puskesmas Keliling

c) Unit bidan desa / komunitas

c. Kriteria Personalia

Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan dengan tugas

dan tanggung jawab masing – masing unit puskesmas.

d. Eselon Kepala Puskesmas

Kepala puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan.

Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya peran kepala puskesmas dalam

penyelnggaraan pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan, maka jabatan kepala puskesmas

adalah jabatan struktural eselon IV.

2.9. Tata kerja puskesmas


a. Kantor Kecamatan

Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas puskesmas berkoordinasi dengan kantor

kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di tingkat kecamatan, koordinasi

tersebut mencakup perencanaan, pergerakan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta

penilaian. Dalam hal ini, pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,

koordinasi dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitas.

b. Dinas kesehatan kabupaten / kota

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota dengan demikian,

secara teknis dari administratif, puskesmas bertanggung jawab kepala dinas kesehatan kabupaten /

kota. Sebaliknya, dinas kesehatan kabupaten / kota bertanggung jawab membina serta memberikan

bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.

c. Jaringan pelayanan kesehatan strata pertama

Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat

dan swasta, puskesmas menjalin kerja sama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau

kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumber dari

masyarakat, puskesmas melaksanakan bimbingan teknis, pembedayaan dan rujukan sesuai

kebutuhan. Contohnya seperti posyandu, pokeles, dan lain – lain.

d. Jaringan pelayanan kesehatan rujukan

Dalam menyelenggarakan uapaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,

puskesmas menjalin kerja sama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk

uapaya kesehatan perorangan, jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai srana
pelayanan kesehatan perorangan seperti Rumah sakit ( Kabuapate / kota ) dan berbagai balai

kesehatan masyarakat.

Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalainan keraj sama diselenggarakan dengan

berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti dinas kesehatan kabupaten /

kota, balai teknik kesehatan lingkungan, balai laboratorium kesehatan, serta berbagai balai

kesehatan masyarakat. Kerja sama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang

menyeluruh dalam koordinasi dinas kesehatan kabupaten / kota.

e. Lintas Sektor

Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggaraka sebagian

tugas pembangunan kesehatan yang dibedakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Untuk hasil

yang optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus dikoordinasikan dengan

berbagai lintas sektor terkait yang ada di kecamatan. Diharapkan satu pihak penyelenggaraan

pembangunan kesehatan di kecamatan tersebut mendapat dukungan berbagai sektor terkait,

sedangkan dari pihak lain, pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan

berdampak positif terhadap kecamatan.

f. Masyarakat

Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya,

puskesmas memerlukan dorongan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan.

Dukumhan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan badan penyantun puskesmas (BPP) yang

dihimpun berbagai potensi masyarakat, seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi
masyarakat serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mita puskesmas dalam

menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan

Pelaksanaan praktek belajar mahasiswa / mahasiswi Akademi Keperawatan Harapan Mama

Kabupaten Deli Serdang semeter VI dilakukan di Puskesmas Mandala kecamatan Medan Tembung

selama 2 minggu ( 4 April – 16 April 2016 ) pada saat jam puskesmas.

3.2 Gambaran Umum Puskesmas

3.2.1. Sejarah puskesmas mandala

Puskesmas mandala berdiri pada bulan juni tahun 1982. Terletak di desa Kenangan Baru

kecamatan Percut Sei Tuan yang didirikan oleh Pemko Medan pada saat ini puskesmas mandala

dipimpin oleh dr. Hafni Tanjung dengan 35 pegawai.


3.2.2. Wilayah kerja puskesmas Mandala

Batasan wilayah kerja puskesmas yang ditetapkan oleh dinas kesehatan berdasarkan

keadaan geografis, saran transportasi, masalah kesehatan setempat, sumber daya dan lain – lain.

Pada wilayah kerja puskesmas mandala, terdapat 2 puskesmas pembantu yang terletak di

kelurahan Bantan dan kelurahan Tembung. Luas wilayah kerja puskesmas Mandala adalah 384 Ha

yaitu :

 Kelurahan Bandar Selamat : 90 Ha

 Kelurahan Bantan : 151 Ha

 Kelurahan Bantan Timur : 89 Ha

 Kelurahan Tembung : 65 Ha

a. Jumlah Penduduk : 72.341 Jiwa

b. Jumlah Keseluruhan : 4 Kelurahan

1. Bantan Timur terletak di jalan Pukat III No. 56

2. Bandar Selamat terletak di jalan Kapten M. Jamil Lubis No.54

3. Bantan terletak di jalan Pertiwi ujung No.110 B

4. Tembung terletak di jalan Bantan No.17

3.2.3. Data Geografis

Puskesmas Mandala berada di kecamatan Medan Tembung tepatnya di jalan cucak rawa II

Perumnas Mandala Medan. Secara geografis, puskesmas mandala berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan kecamatan Percut Sei

Tuan Kab. Deli Serdang

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Medan Denai


c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Medan

Perjuangan

d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Percut Sei

Tuan Kab. Deli Serdang

untuk download silahkan klik disini

Anda mungkin juga menyukai