Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat,
taufiq, dan hidayahnya maka penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan Praktek Belajar
Lapangan (PBL) dengan tepat waktu. Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah
Praktek Belajar Lapangan (PBL) pada Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya atas
semua dukungan, bantuan serta bimbingan dari semua pihak selama proses belajar dan
penyusunan laporan ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang tua yang selelua mensupport dari berbagai segi
2. Andreanda Nasution, SKM., MKM., selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat
Universitas Ibn Khaldun.
3. Andi Asni Fatimah SKM, MKM, selaku supervisi dalam mata kuliah Praktek Bimbingan
Belajar.
4. Kepala Puskesmas Warung Jambu drg. Elva Adhyaksani. G.
5. Bidang Promosi Kesehatan Puskesmas Warung Jambu Suipah Amd., Kep.
6. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keleman dalam penyusunan laporan ini.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan, untuk
perbaikan kedepan.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Bogor, Febuari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
Tahun 2014). Tugas puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat menyeluruh, terpadu,
merata dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Pada kesempatan ini penulis melakukan
serangkaian kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) yang ditempatkan dibagian unit
promosi kesehatan di Puskesmas Warung Jambu Bogor. Pengalaman Belajar Lapanga (PBL)
merupakan sebuah serangkaian kegiatan guna mengetahui kondisi lapangan kerja serta untuk
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
denagn kondisi sosial budaya setempat dan di dukung kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan. Berdasarkan definisi tersebut promosi kesehatan di puskesmas merupakan upaya
puskesmas dalam memberdayakan pengunjung dan masyarakat baik didalam maupun diluar
puskesmas agar ber perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mengenali masalah kesehatan,
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu pilar dalam
pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. (Kepmenkes RI No.128 Tahun
2004). Kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku
sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.
1193/MENKES /SK/X/2004 yaitu “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)’’ dengan target
minimal 70%.
Indonesia sebesar 55,46 % dari target 65 %, sedangkan pada tahun 2014 dari target yang
ditetapkan sebesar 70 % namun dapat dicapai 56.6% dengan demikian capaian kinerjanya baru
84.71% (Kemenkes 2014), sementara pada tahun 2015 dari target 75% dan pencapaiannya
sebesar 65%
Puskesmas Warung Jambu merupakan salah satu Puskesmas yang berada di Kota
Bogor tepatnya di wilayah Kecamatan Bogor Utara. Kenyataannya bahwa saat ini pelaksanaan
program promosi kesehatan di Puskesmas Warung Jambu belum mendapat perhatian lebih dan
belum terselenggara secara optimal. Belum optimalnya kegiatan promosi kesehatan dapat terlihat
dari pencapaian jumlah rumah tangga yang melakukan PHBS pada tahun 2014 sebanyak 55%
dan 58,4% pada tahun 2016. Laporan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran program
Hal ini juga menjadi salah satu faktor pencapaian PHBS di Jawa Barat sebesar
48,7% (Data Kesehatan Jawa Barat, 2015). Sementara Pencapaian PHBS di Kota Bogor pada
tahun 2013 sebanyak 61% dengan target 75%, tahun 2014 sebanyak 56,4% dengan target 85%,
tahun 2015 sebanyak 58,4% dengan target 63% dan tahun 2016 pencapaian sebanyak 59,0 %
M,KM kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor (dalam laporan kinerja dinas, 2014) adalah
disebabkan oleh rendahnya pencapaian PHBS indicator ke-2 yaitu ASI Eksklusif dan indicator
ke-10 yaitu perilaku merokok didalam rumah. Pencapaian indicator ASI eksklusif pada tahun
2014 sebanyak (61,1%), tahun 2015 sebanyak (69,1%) dan 2016 sebanyak (63,1%). Menurut
data UNICEFF pada tahun 2016 pencapaian ASI Eksklusif di dunia sebanyak (43%), sedangkan
Indonesia pencapaian ASI Eksklusif sebanyak (45%). Pencapaian indicator tidak merokok
didalam rumah pada tahun 2014 sebanyak (63,4%), tahun 2015 sebanyak (62,1%), dan tahun
Sehat (PHBS) di Kota Bogor karena masih rendahnya cakupakan ASI Eksklusif dan tidak
merokok didalam rumah. Dalam laporan ini dari 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) akan di ditetapkan 1 (satu) prioritas masalah yang menjadikan angka PHBS di Kota
Bogor tidak memenuhi target pencapaian yang sampelnya di wilayah kerja Puskesmas Warung
Jambu.
1.2. Tujuan
Mengatahui gambaran pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan
a. Mampu menetapkan prioritas masalah dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga di
b. Mampu mengindentifikasi masalah PHBS tatanan rumah tangga yang sudah di prioritaskan di
c. Mampu memecahkan masalah dari indicator PHBS tatanan rumah tangga yang belum mencapai
1. Bagi Mahasiswa
mengaplikasikan ilmu yang di dapat dari perkuliahan untuk kepentingan pengalaman belajar di
2. Bagi Fakultas
Menjalin kerjasama yang baik antar lembaga pendidikan dengan institusi pelayanan
kesehatan serta mendapatkan umpan balik tentang perkembangan di bidang keilmuan dan
Lokasi/ tempat magang di UPTD Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor terletak di
JL. Gatot Kaca1, No.1, Komplek Indrapasta 16133, Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Bogor
Utara, Kota Bogor, serta waktu magang 13 desember 2016 – 17 Febuari 2017
Secara umum penelitian pada laporan PBL ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
PHBS tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu yang cakupannya
58,4% pada tahun 2016. Penelitian pada laporan ini merupakan jenis penelitian yang bersifat
BAB IV
dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun
sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga,
dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan
mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010). Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan
4. Air bersih.
Alat pertama yang dapat digunakan untuk menentukan permasalahan prioritas adalah
dengan menggunakan Matriks U-S-G. Kepner dan Tragoe (1981) Penggunaan Matriks USG,
untuk menentukan suatu masalah yang prioritas, terdapat tiga faktor yang perlu dipertimbangkan.
1. Urgency
Berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Semakin mendesak suatu masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah
tersebut.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan
masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa
dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih
serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
3. Growth
Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hasil yang perlu diperhatikan seperti
kemampuan sumberdaya manusia, tenaga, teknologi, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan
penilaian prioritas masalah dari yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak.
Dalam menentukan prioritas masalah ini penulis lakukan dengan menggunakan metode
USG. Metode ini merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah dengan
memberikan skor dengan nilai ordinal yakni angka 1 untuk skor terendah dan angka 5 untuk skor
tertinggi. Pemberian skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan
dalam forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi, skor masing-masing kriteria
masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan mengkalikan skor masing-masing kriteria masalah
tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat
kontras, sehingga terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.
Penetapan prioritas masalah menggunakan matriks U-S-G (skor point 1-5),semakin besar
Table 4.1
Penetapan Prioritas Masalah Dengan Metode USG
Total Uruta
NO Daftar Masalah U S G
Skor n
1. Masalah I 5 4 5 100 I
2. Masalah II 3 5 2 30 III
3. Masalah III 5 5 2 50 II
Keterangan :
5 = Sangat Besar
4 = Besar
3 = Sedang
2 = Kecil
1 = Sangat kecil
4.3 Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasi sebuah masalah dapat dilakukan beberapa teknik. Untuk
permasalahan kesehatan, teknik yang bisa digunakan dengan mengidentifikasi hasil dan sasaran
Table 4.2
Matriks Identifikasi Masalah PHBS Tatanan Rumah Tangga tahun 2016
Pencapaian yang ada
N Targ
Indikator Sasar Persenta Masalah
o Hasil et
an se
2.9 % target
belum tercapai
karena sebagian
1. Linakes 224 231 97,10% 100% warga masih
ada yang
bersalin
dirumah.
45% Banyak
ibu yang
bekerja, tidak
dapat
Asi
2. 75 122 55% 100% mengeluarkan
Ekslusif
ASI, rendahnya
pengetahuan
tentang penting
ASI Eksklusif.
6 % target
belum tercapai
karena ibu
rumah tangga
Menimban yang bekerja
3. 1189 1217 94% 100%
g sehingga tidak
sempat
menimbang
bayinya ke
Posyandu.
22% target
belum tercapai
karena sasaran
4. Air Bersih 4227 4333 77,80% 100%
masih ada yang
menggunakan
air sungai.
1.4% target
belum tercapai
karena masih
rendahnya
13.83 pengetahuan
5. Ctps 4267 4333 86,17%
% pada sasaran
mengenai
CPTS, tidak
ada sabun pada
wastafel.
12.1% target
belum tercapai
karena masih
Jamban adanya
6. 3309 4333 87,90% 100%
Sehat sebaguan rumah
yang
membuang tinja
ke sungai.
24.91% target
belum tercapai
karena sebagian
rumah terdapat
Jentik
7. 3968 4333 75,09% 100% bak mandi,
nyamuk
botol-botol
yang berisi
endapan air
yang berjentik.
24.5% target
belum tercapai,
masih
Makan
rendahnya
8. Buah & 4275 4333 75,50% 100%
pengetahuan
Sayur
terhadap
manfaat buah
dan sayur.
Sebagian
masyarakat
masih ada yang
Melakukan
tidak rutin
9. Aktifitas 4228 4333 97,66% 100%
mngerjakan
Fisik
aktivitas fisik
selama 30 menit
dalam sehari
Tdk 41,5% targer
10
Merokok 3030 4333 58,50% 100% belum tercapai,
.
Dalam masih
Rumah rendahnya
kepedulian
sasaran
terhadap bahaya
merokok
didalam rumah.
Status Ber- 100
2532 4333 58,4%
PHBS %
Dari hasil matriks indentifikasi masalah di atas, 5 indikator PHBS yang jauh di bawah
Grafik 4.1 .Cakupan PHBS Tatanan RT di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu Pada Tahun 2016
Dari hasil data pada tahun 2016 di atas menunjukan 10 indikator PHBS tatanan rumah
tangga yang target cakupannya rendah yaitu Asi Eksklusif (55%), tidak merokok didalam rumah
(58%), jentik nyamuk (75,09%), makan buah dan sayur (75,50%), dan air bersih (77,80%).
Cakupan dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga terbanyak yaitu persalinan dengan tenaga
Grafik 4.2 Cakupan PHBS Tatanan RT di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu Pada Tahun 2015
Dari hasil data pada tahun 2015 di atas menunjukan 10 indikator PHBS tatanan rumah
tangga yang target cakupannya rendah yaitu Asi Eksklusif (54,20%), tidak merokok didalam
rumah (63,90%), jentik nyamuk (66%), jamban sehat (73%), dan aktivitas fisik (76,60%).
Cakupan dari 10 indikator PHBS tatanan rumah tangga terbanyak yaitu persalinan dengan tenaga
Gambar 4.3 Grafik Cakupan PHBS Tatanan Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu
tahun 2014
Dari hasil data PHBS tatanan rumah tangga pada tahun 2014 cakupan yang paling
rendah yaitu Asi Eksklusif (43,70%), tidak merokok dalam rumah (57,90%), Jentik nyamuk
Berdasarkan penentapan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG, maka dari
5 indikator masalah PHBS tatanan rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu
pada tahun 2016 yang jauh dari target pencapaian sebesar (100%), sebagai berikut :
Tabel 4.3
Penetapan Prioritas Masalah PHBS Tatanan Rumah Tangga Dengan Metode USG
N Total Uruta
Daftar Masalah U S G
O Skor n
1. ASI Eksklusif 5 5 4 100 I
Makan buah dan
2. 3 3 3 27 V
sayur
3. Air bersih 5 4 3 60 III
Tidak merokok dalam
4. 5 4 4 80 II
rumah
5. Jentik Nyamuk 4 4 3 48 IV
Besar masalah pada indikator ASI Eksklusif pada beban Urgency (U) sebesar 5 point
karena masalah tersebut mendesak apabila di tunda akan berdampak pada tingginya angka
morbiditas. Beban ASI Eksklusif pada seriousness (S) sebesar 5 karena tingkat keseriusan
masalah setiap tahunnya yang jauh dari target. Bebas nilai grwoth (G) pada indikator ASI
Eksklusif sebesar 4 karena perkembangan masalah yang besar tidak mencakup target.
Besar masalah masalah pada indikator makan buah dan sayur pada beban urgency
(U) sebesar 3 karena waktu untuk penanganan tidak begitu mendesak. Pada beban seriousness
(S) dinilai dengan point 3 karena dari cakupan sudah hampir mendekati target. Pada point growth
(G) sebesar 3 karena perekmbanganya kemajuannya untuk memenuhi target meningkat setiap
tahunnya.
Pada indikator air bersih beban mendesaknya waktu pada point urgency (U) sebesar
5 karena dampak yang dihasilkan apabila tidak cepat ditangani seperti tingginya angka kesakitan.
Tingkat keseriusan pad point seriousness (S) sebesar 4 sebagai kategori keseriusan yang besar.
Pada point growth (G) sebesar 3 dengan kategori sedang karena perkembangan masalahnya tidak
Pada indikator perilaku merokok didalam rumah point urgency (U) sebesar 5 dengan
kategori sangat besar karena jumlah perokok semakin banyak dan dampak yang dihasilkan bukan
hanya bagi perokok saja tetapi bagi orang yang disekitar perokok. Keseriusan masalah pada point
seriousness (S) sebesar 4 dengan kategori besar karena setiap tahunnya menjadi permasalahan
yang serius. Tingkat perkembangan masalah setiap tahunnya yang meningkat, maka dari itu pada
Pada indikator jentik nyamuk tingkat mendesak masalah besar dengan point urgency
(U) sebesar 4 karena dampak nya yang berpengaruh pada orang lain. Keseriusan masalah pada
indikator memberantas jentik nyamuk point seriousness (S) sebesar 4 dengan kategori besar
karena pada musim tidak menentuperkembang biakan jentik semakn meningkat. Point growth
(G) perkembangan masalah sebesar 3 dengan kategori 3 karena setiap tahunnya meningkat
teori U-S-G didapat prioritas masalah yaitu ASI Eksklusif dengan total skor 100 dari maksimal
Begitu pula terbukti dari cakupan PHBS di wilayah kerja Puskesmas Warung Jambu
dari tahun 2014-2016 (lihat grafik 4.4) yang paling rendah adalah indicator ASI Eksklusif. Hal
ini membuktikan bahwa indicator ASI Eksklusif memiliki nilai urgensi, keseriusan masalah pada
tiap tahunnya yang terbukti perkembangan cakupannya tidak begitu signifikan dan selalu
menjadi indikaor terendah tiap tahun dalam program PHBS tatanan rumah tangga.
Dari hasil grafik garis di atas bahwa cakupan indicator ASI Eksklusif pada tahun 2014
sebesar (43,70%), tahun 2015 sebesar (54,20%), dan tahun 2016 sebesar (55%). Sedangkan
cakupan tidak merokok dalam rumah tahun 2014 sebesar (57,90%), tahun 2015 sebesar
(63,90%), dan 2016 sebesar (58,50%). ASI Eksklusif merupakan indicator cakupan PHBS
terhadap permasalahan ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu pada tahun
Tabel 4.4
Penjabaran Masalah ASI Eksklusif Dengan Metode 5W1H
NO 5W1H Penjabaran Masalah
1. What (apa) 1) Apa yang menjadi permasalah dari Indikator PHBS
tatanan rumah tangga ?
ASI Eksklusif menjadi masalah setiap tahunnya mulai
dari 2014-2016 yang merupakan indicator paling
rendah PHBS diwilayah kerja Puskesmas Warung
Jambu.
2) Apa akibat yang ditimbulkan dari hal tersebut?
Menurunkan kecerdasan pada generasi selanjutnya,
kekebalan tubuh anak menjadi rendah, meningkatkan
kejadian diare (ASI dapat menurunkan angka kesakitan
diare sebanyak 50%), meningkatkan resiko kanker
payudara (menyusui dapat menurunkan angka kanker
sebesar 6-10%). (Yovita, 2016)
3) Apa kerugian jangka panjang yang terjadi ?
Meningkatkan angka kesakitan dan bahkan kematian
sebesar 6-10%. (Yovita,2016)
4) Apa yang harus dilakukan untuk menghindari hal
tersebut?
Melakukan upaya penyuluhan ASI Eksklusif, kampanye
ASI Eksklusif bukan hanya diberikan kepada ibu tetapi
keluarga yang mampu mendukung dan memotivasi
untuk berASI Eksklusif.
untuk mengurangi serta mencegah dampak dari tidak menyusui secara Eksklusif dan
meningkatkan cakupan ASI Eksklusif , maka perlu ditingkatkan kerjasama lintas sector untuk
melakukan kegiatan preventif dan promotif seperti penyuluhan, kampanye ASI Eksklusif.
BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
5.1. Kerangka Teori
Kerangka teori pada lapran ini adalah menggunakan landasan teori pebuhan perilaku
kesehatan L. Green (1990) yang mengemukakan ada 3 faktor yang mempengarungi perilaku
kesehatan yaitu:
perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya adalah:
pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai serta presepsi individu untuk melakukan tindakan.
yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan termasuk dalam factor pemungkin
adalah sarana prasarana kesehatan. Factor yang memungkinkan atau yang menfasilitasi perilaku
3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang ditentukan
apakah perilaku menerima umpan balik yang positif atau negative dan mendapatkan dukungan
social setelah perilaku dilakukan. Factor penguat mencakup: dukungan social dari tenaga
Gambar 5.1 Kerangka Teori Perubahan Perilaku Kesehatan Berdasarkan Teori L. Green
5.2. Analisis Penyebab Masalah
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan metode analisis penyebab masalah
Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran perilaku kesehatan secara kualitatif, penyebaran
Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu, penulis menggunakan L.Green analysis.
Metode ini kami anggap paling tepat dalam mngenalisis masalah ASI Eksklusif karena
ASI EKSKLUSIF
C. Factor Reinforcing
Peran keluarga
Kurangnya kepedulian/perhatian suami, dan kelurga dalam dukungan pemberian ASI
Eksklusif.
Pihak Tempat Kerja
Pemberian cuti kerja yang sebentar hanya 30 hari sebelum dan sesudah melahirkan, tidak adanya
sarana ruang menyusui ibu.
B. Factor Enabling
Peran Media dan Konselor ASI
Iklan susu formula yang gencar menstimulus ibu bahwa susu formula memiliki kelebihian
yang unggul di banding ASI. Kurangnya media-media (cetak,elektronik)disekitar daerah yang
berupaya menstimulus Ibu untuk melakukan ASI Eksklusif.
Kurangnya konselor ASI di posyandu atau di luar. (meja penyuluhan tidak terpakai),
sebagian posyandu tidak memfungsikan 5 meja.
5.3. Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 5.1
Analis Pemecahan Masalah ASI Eksklusif
di Puskesmas Warung Jambu Tahun 2016
1) Masalah Psikologis
Memiliki presepsi bahwa ASI
mereka tidak dapat memenuhi
kebutuhan bayi, tekanan
psikologis dari anggota keluarga
(stress).
Presepsi bahwa cairan yanga) Penyuluhan tentang pentingnya ASI
pertama kali keluar dari payudara Ekslusif serta peningkatan jumlah
berwarna kuning (kolostrum) konselor ASI
merupakan cairan kotor yang tidakb) Membuka kelas ASI di setiap
baik untuk bayi. Posyandu
1.
2) Masalah Pendidikan c) Pemanfaatan TOGA KANTORMAKSI
Kurangnya pengetahuan (Katuk dan Torbangun)
masyarakat tentang pentingnyad) Membentuk Kelompok Pendukung Ibu
ASI Eksklusif baik bagi bayi (KPI)
maupun ibu.
3) Masalah Fisik
Status gizi ibu sebelum dan
selama masa kehamilan, menderita
deficit multivitamin dan
mikronutrien sehingga tidak dapat
mengeluarkan ASI pada saat
menyusui.
Faktor Enabling
a) Membagikan leaflet ASI Ekslusif
bekerjasama dengan Puskesmas,
1) Peran Media dan Konselor ASI
menempelkan poster atau stiker di
Iklan susu formula yang
setiap rumah tentang pentingnya ASI
gencar menstimulus ibu bahwa
Eksklusif.
2. susu formula memiliki kelebihian
b) Menekankan kepada kader posyandu
yang unggul di banding ASI.
untuk memaksimalkan 5 meja, yang
Kurangnya media-media
mana meja ke-4 untuk pemyuluhan.
(cetak,elektronik)disekitar daerah
yang berupaya menstimulus Ibu
untuk melakukan ASI Eksklusif.
Kurangnya konselor ASI di
posyandu atau di luar. (meja
penyuluhan tidak terpakai),
sebagian posyandu tidak
memfungsikan 5 meja
Fakor Reinforcing
1) Peran keluarga
Kurangnya kepedulian/perhatian
suami, dan kelurga dalam
dukungan pemberian a) “Opat sauyunan”(1 kader memegang
ASI
Eksklusif. 4-5 ibu hamil/menyusui)
3.
2) Pihak Tempat Kerja b) Melakukan advokasi ke pihak untuk
Pemberian cuti kerja yang sebentar kebijakan cuti
hanya 30 hari sebelum dan
sesudah melahirkan, tidak adanya
sarana ruang menyusui ibu.
Ada 2 metode yang lazim digunakan dalam penetapan prioritas alternative pemecahan
masalah untuk intervensi, dalam bentuk penetapan pilihan bentuk intervensi yaitu metode
analis pembiayaan yang lebih dikenal dengan metode efektifitas dan efesiensi dan metode
Hanlon (2001).
Penggunaan metode Hanlon dalam penetapan alternative prioritas jenis intervensi yang
d) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan menggunakan istilah
PEARL factor.
Dalam pemecahan masalah ini penulis menggunakan metode Analisis Pembiayaan (Cost
MxIxV
Prioritas (P) =
C
Dimana :
5 : Sangat Besar
4 : Besar
3 : Sedang
2 : Kecil
1 : Sangat Kecil
5 : sangat Penting
4 : Penting
3 : Sedang
2 : Tidak Penting
5 : Sangat tepat
4 : Tepat
3 : Sedang
2 : Tidak tepat
5 : Sangat Mahal
4 : Mahal
3 : Cukup Murah
2 : Murah
1 : Sangat Murah
Tabel 5.2
Penetapan Prioritas Pemecahan Masalah Cakupan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Warung Jambu Tahun 2016
Efektifitas Efisien
No Alternatif Pemecahan Masalah Skor R
M I V C
1. Penyuluhan tentang pentingnya ASI
Ekslusif serta peningkatan jumlah konselor 5 5 5 2 62 I
ASI
2. Membuka kelas ASI di setiap Posyandu 5 4 5 3 33 III
3. Pemanfaatan TOGA KANTORMAKSI
3 4 3 4 9 VIII
(Katuk dan Torbangun)
4. Membentuk Kelompok Pendukung Ibu
5 3 4 4 15 VI
(KPI)
5. Membagikan leaflet ASI Ekslusif
bekerjasama dengan Puskesmas,
4 4 3 4 12 VII
menempelkan poster atau stiker di setiap
rumah tentang pentingnya ASI Eksklusif.
6. Menekankan kepada kader posyandu
untuk memaksimalkan 5 meja, yang mana 5 3 4 1 60 II
meja ke-4 untuk pemyuluhan.
7. Melakukan advokasi ke pihak untuk
5 4 3 3 20 V
kebijakan cuti
8 “Opat sauyunan”(1 kader memegang 4-5
4 4 4 2 32 IV
ibu hamil/menyusui)
dan peningkatan jumlah konselor ASI pada point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori
sangat besar karena besar masalah yang dihadapi adalah pada faktor predisposisi yang
merupakan menjadi dasar berprilaku sehat. Pada point important (I) sebesar 5 dengan
kategori sangat penting karena pengetahuan mempengaruhi berperilaku seseorang dalam teroi
L. Green (1990). Pada point Vunerability (V) sebesar 5 dengan kategori sangat tepat yakni
pengetahuan ibu. Pada point cost (C) dengan besar 2 kategori murah yakni biaya yang
ditanggung murah karena dapat bekerjasama dengan pihak puskesmas dan kader posyandu.
Pada pemecahan masalah dengan membuat Kelompok Pendukung Ibu (KPI) pada
point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yan
dihadapi adalah pada pada faktor predisposisi yang merupakan menjadi dasar berprilaku
sehat. Pada point important (I) sebesar 5 dengan kategori sangat penting karena pengetahuan
mempengaruhi berperilaku seseorang dalam teroi L. Green (1990). Pada point important (I)
dalam teroi L. Green (1990). Pada point Vunerability (V) sebesar 4 dengan kategori sangat
tepat yakni dengan membentuk kelompok pendukun ibu mampu meningkatkan pengetahuan
ibu dan merubah presepsi. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya
yang ditanggung mahal karena butuh biayasecara finansial dan waktu untuk membentuknya.
point magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang
dihadapi adalah pada pada faktor predisposisi yang merupakan menjadi dasar berprilaku
sehat dan maslah fisik. Pada point important (I) sebesar 4 dengan kategori penting karena
masalah fisik/ nutrisi mempengaruhi ibu dalam melakukan ASI Eksklusif. Pada point
Vunerability (V) sebesar 3 dengan kategori sedang yakni dengan pemanfaatan toga
kontramaksi mampu meningkatkan kesehtan ibu secara fisik tetapi tidak semua ibu memiliki
fisik yang sama. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya yang
ditanggung mahal karena butuh biaya yang mahal untuk bibit tanamannya.
Pada pemecahan masalah dengan membuat membagian leaflet pada point magnitude
(M) sebesar 4 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang dihadapi adalah pada
pada faktor enabling yang merupakan sarana dan prasarana serta peran media. Pada point
important (I) sebesar 4 dengan kategori penting karena hal ini dapat menstimulus ibu dalam
berperilaku. Pada point Vunerability (V) sebesar 3 dengan kategori sedang yakni dengan
membagikan leaflet mampu tidak begitu jalan keluar yang tepay karena leaflet merupakan
media yang tidak tahan lama. Pada point cost (C) dengan besar 4 kategori mahal yakni biaya
yang ditanggung mahal karena butuh biaya yang mahal untuk mencetak leaflet dan stiker.
magnitude (M) sebesar 5 dengan kategori sangat besar karena besar masalah yang dihadapi
adalah pada pada faktor enabling yang merupakan sarana dan prasarana dan keterliatan kader
kesehatan Pada point important (I) sebesar 3 dengan kategori sedang karena hal ini dapat
menstimulus ibu dalam berperilaku. Pada point Vunerability (V) sebesar 4 dengan kategori
tepat yakni dengan memaksimalkan 5 meja merupakan alternatif yang tepat karena ini
merupakan bagian penyuluhan atau konseling . Pada point cost (C) dengan besar 1 kategori
sangat murah yakni biaya yang ditanggung sangat murah fasilitas sudah ada tinggal
memanfaatkan.
Alternatif melakukan advokasi dan opat sauuynan point magnitude (M) besar
masalah 5 dengan kategori sangat besar dan 4 dengan katgeori besar karena masalah yang
dihadapi merupakan reinforcing penguat yang ini merupakan kebijakan para penentu. Point
important (I) sebesar 4 kategori penting karena masalah yang dihadapi penting. Point
Venurebility (V) denganpoint 3 kategori sedang karena sulit untuk meintervensi kebijakan
pihak swasta dan point 4 dengan katergori tepat karena dapat terkoordinir ibu hamil dan
menyusui. Pada pint cost (biaya) yang ditanggung cukup mahal karena butuh biaya secara
dengan total skor 62 adalah melakukan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif dan
konselor ASI dan total kedua 60 yaitu menekankan kepada kader posyandu untuk
BAB IV
6.1. Kesimpulan
Indonesia sebesar 55,46 % dari target 65 %, sedangkan pada tahun 2014 dari target yang
ditetapkan sebesar 70 % namun dapat dicapai 56.6% dengan demikian capaian kinerjanya
baru 84.71% (Kemenkes 2014), sementara pada tahun 2015 dari target 75% dan
pencapaiannya sebesar 65%. Cakupan PHBS tatanan rumah tangga di Kota Bogor pada tahun
2016 sebanyak 59,0%, sedangkan di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu pada tahun
2016 cakupan PHBS tatanan rumah tangga sebanyak 58,4%. Sedikitnya cakupan PHBS
tatanan rumah tangga di Kota Bogor karena rendahnya cakupan pada indicator ASI Eksklusif
dan tidak merokok dalam rumah (Laporan Kinerja Dinkes Kota Bogor, 2016).
tatanan rumah tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Warung Jambu indicator ASI Eksklusif
menjadi prioritas masalah penulishal ini. Terbukti pada laporan tahun 2014-2016 Indikator
ASI Eksklusif masih rendah, pada tahun 2014 sebesar (43,70%), tahun 2015 sebesar
(54,20%), dan tahun 2016 sebesar (55%). Rendahnya cakupan ASI Eksklusif disebabkan oleh
2 faktor yaitu factor Internal (Fisik, psikologi, IMD, pendidikan, dan pekerjaan ), factor
efektifitas dan efesiensi dalam menetapkan pilihan jenis intervensi yang dilakukan untuk
Penyuluhan pentingnya ASI Eksklusif dan meningkatkan konselor ASI ditetapkan menjadi
prioritas alternative pemecahan masalah ASI Eksklusif untuk meningkatkan cakupan ASI
6.2. Saran
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui
kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik bersalin, Posyandu di
dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu
0 komentar:
Posting Komentar
This Is me
Popular Posts
contoh leaflet bagian belakang contoh leaflet tentang peringatan bahaya HIIV (bagian
depan) bagian belakang leaflet bagian de...
KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT, karena atas rahmat, taufiq, dan hidayahnya maka penulis...
https://drive.google.com/open?id=0B5XDy5J9-DlOcno0cVRmMDRiV00
T ahukah anda bahwa kopi banyak bermanfaat untuk kesehatan Kenikmatan secangkir
banyak orang yang mengaguminya, tapi dibalik nikmatnya ...
kesehatan masyarakat
0B5XDy5J9-DlOcno0cVRmMDRiV00
Senyum adalah salah satu cara termudah dan termurah untuk meningkatkan
kesehatan, memperbaiki mood, bikin umur panjang, dan bahkan menambah...
Blog Archive
▼ 2017 (3)
o ▼ Februari (3)
kesehatan masyarakat
gambaran PHBS Kota Bogor Puskesmas Warung Jambu
Laporan Praktik Belajar Lapangan (PBL) kesehatan m...
► 2016 (7)
welcome to My blog
lutfiahbahesytiz
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.
Picture
penyuluhan PHBS
Pages
Beranda
Home
Komputer
o
o
o
o
Panyabungan
o
Android
Search...
DI PUSKESMAS MANDALA
TAHUN 2016
DI SUSUN OLEH :
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu hak setiap individu. Oleh karena itu setiap negara
menjamin kebebasan setiap warganya untuk meraih kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini
jugalah yang mendorong terbentuknya tujuan pembangunan suatu negara, khususnya indonesia
bangsa, dan negara ditandai oleh penduduknya dalam hidup dan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara utuh dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal seluruh wilayah Republik Indonesia. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, maka perlu upaya – upaya penyiapan sumber daya manusia yang mampu
memenuhi tuntutan dan kebutuhan bidang kesehatan, baik masa kini maupun masa yang akan
datang.
merupakan pusat pengembangan masyarakat, juga membina peran serta masyarakat selain
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah
Tujuan bangsa indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea
4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai
tujuan tersebut diselenggarakan program pembangunan nasional secara berkelanjutan, terencana
dan terarah.
Dalam pasal 5 UU kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa setiap orang
berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga dan lingkungan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai tempat pelayanan masyarakat
puskesmas memiliki tugas – tugas pokok, dan mempunyai tujuan yaitu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Adapun latar belakang yang penulis buat dalam laporan ini adalah untuk mengaplikasikan
mata kuliah keperawatan komunitas sebagai persyaratan kurikulum program pendidikan Diploma III
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 04 s/d 16 April 2016 di puskesmas Mandala, agar
mahasiswa/I mampu menjelaskan dan melaksanakan berbagai program dan mekanisme kerja
1.2 Tujuan
komunitas dan untuk mengetahui gambaran puskesmas secara geografi dan demografi, struktur
Untuk mengetahui struktur organisasi puskesmas serta program dari masing-masing unit yang ada.
Mengetahui sejauh mana program – program tersebut telah dijalankan, melalui data – data yang
Meninjau sejauh mana kesadaran masyarakat untuk hidup sehat serta memanfaatkan fasilitas yang
ada.
d. Melakukan secara langsung dilapangan mengenai masalah – masalah kesehatan di wilayah kerja
puskesmas.
b. Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan ikut serta dalam pelayanan kesehatan.
1.4.2 Tempat
Mandala.
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan praktek belajar lapangan di puskesmas oleh mahasiswa Akademi Keperawatan
Harapan Mama semester VI tingkat III selama 2 minggu yaitu dari tanggal 04 April 2016 s/d 16 April
2016.
1.4.4 Peserta
Yang menjadi peserta Praktek Belajar Lapangan di Puskesmas Mandala adalah mahasiswa
semester VI tingkat III Akademi Keperawatan Harapan Mama Kabupaten Deli Serdang yang
berjumlah 7 orang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promontif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat untuk setinggi –
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang secara proposional melakukan
upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta masyarakat secara aktif untuk
dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah
kerjanya. Suatu kesatuan organisasi kesehatan yang merupakan pusat pengembang kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping pemberian pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerja dalam bentuk kegiatan pokok.
nasional pertama di Jakarta. Sebelum tahun 1968 pelayanan kesehatan tingkat dasar sudah ada
sperti KIA, BP, PAM, dll. Masing – masing berjalan sendiri dan belum terorganisir sehingga dipandang
kurang menguntungkan dan tidak memenuhi sasaran, oleh karena itu, organisasi dan diberi nama
kelurahan atau desa yang memiliki jumlah sekitar 30.000 jiwa. Dan untuk mengkoordinasi kegiatan-
kegiatan yang berada disuatu kecamatan, maka salah satu Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai
penanggung jawab dan disebut dengan nama Puskesmas tingkat kecamatan atau Puskesmas
pembina. Sedang Puskesmas yang ada di tingkat kelurahan atau desa disebut Puskesmas kelurahan
atau Puskesamas pembantu. Pengkategorian Puskesmas seperti ini, hingga sekarang masih
digunakan.
Dalam KEPMENKES RI No. 128 tahun 2004 dinyatakan bahwa fungsi Puskesmas dibagi
1) Pertama, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) primer ditingkat pertama di
wilayahnya
2) Kedua, sebagai pusat penyedia data dan informasi kesehatan di wilayah kerjanya sekaligus dikaitkan
3) Ketiga, sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) primer/tingkat pertama yang
Upaya kesehatan di Puskesmas dipilah dalam dua kategori yakni : Pertama, pusat pelayanan
kesehatan masyarakat primer yakni Puskesmas sebagai pemberi layanan promotif dan preventif
dengan sasaran kelompok dan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit, dan Kedua, Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan perseorangan
primer dimana peran Puskesmas dimaknai sebagai gate keeper atau kontak pertama pada pelayanan
termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan
dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya msyarakat
setempat.
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi pelayanan perorangan antara lain, rawat jalan dan
rawat inap serta, pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat public dengan tujuan utama
nasional., kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi – tingginya dalam rangka
e. Meningkatkan kualitas penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan pada masyarakat di wilayah
puskesmas.
Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencangkup 4 indikator utama, yakni:
1) Lingkungan sehat
2) Perilaku sehat
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan.
lingkungannya.
2.5.3 Motto
Kami bukanlah yang terbaik tetapi beri kami kesempatan melayani anda dengan baik.
3. Azas keterpaduan.
4. Azas rujukan.
nasional, regional, dan global serta mempunyai daya tarik tinggi untuk meningkatkan derajat setiap
puskesmas.
a. Tujuan
1) Agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan melaksanakan perilku hidup sehat.
2) Agar individu kelompok masyarakat berperan aktif dalam perencanaan dalam penyelenggaraan.
3) Meningkatkan pengetahuan kesehatan, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih
dan sehat serta meningkatkan dan mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Sasaran
4) Tatanan tempat – tempat umum, pasar, terminal, tempat ibadah dan tempat hiburan.
c. Kegiatan
Mandala di dalam maupun diluar gedung berbentuk, kegiatan posyandu, posyandu lansia,
UKS,UKGS, Gizi, PKM, PHN, Sanitas, Pelayanan kesehatan ini dilakukan setiap hari kerjanya.
2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan membagikan brosur / lefleat info
kesehatan.
3) Mencari kader kesehatan untuk dilatih
4) Posyandu.
a. Tujuan
Untuk memperbaiki mutu lingkungan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
b. Sasaran
a. Tujuan
b. Sasaran
c. Kegiatan
3) Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio, DT dan TT.
4. Upaya Pengobatan
a. Tujuan
Mengobati seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas Mandala agar masyarakat sehat.
b. Sasaran
c. Kegiatan
1) Pemeriksaan mendiagnosa penyakit dan memberikan obat melalui apotik yang ada di puskesmas
3) Memberi penderita yang tidak mampu ke rumah sakit dan melanjutkan pengobatan setelah
penderita dikembalikan
4) Perawatan dan pengobatan pasien puskesmas Mandala meliputi pasien umum, Askes, BPJS, dan
Medan sehat.
a. Tujuan
b. Kegiatan
a. Pencatatan
1) Kegiatan administrasi
b. Pelaporan
2) Laporan biasa yaitu mencatat jumlah penyakit dan pengunjung puskesmas mandala
4) Laporan bulanan yaitu mencatat kegiatan puskesmas mandala dan posyandu di wilayah keja
puskesmas mandala.
5) Laporan tri wulan yaitu mencatat semua kegiatan puskesmas mandala dan rencana kerja selama tri
wulan
6) Laporan tahunan yaitu mencatat semua laporan dalam 1 tahun yang di ambil dari laporan bulanan
Kedudukan puskesmas dalam kesehatan nasional adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan
Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis
Kedudukan puskesmas dalam sistem pemerintahan daerah adalah sebagai unit pelaksana teknis
Di wilayah kerja puskesmas terdapat berbagai organisasi pelayanan kesehatan strata pertama yang
dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti : Praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek
a. Struktur Organisasi
organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi puskesmas disatu kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut:
1. Kepala Puskesmas
3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional yakni Upaya kesehatan masyarakat dan Upaya kesehatan
perorangan
4. Jaringan Pelayanan
a) Puskesmas Pembantu,
b) Puskesmas Keliling
c. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi puskesmas disesuaikan dengan tugas
Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya peran kepala puskesmas dalam
penilaian. Dalam hal ini, pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas,
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota dengan demikian,
secara teknis dari administratif, puskesmas bertanggung jawab kepala dinas kesehatan kabupaten /
kota. Sebaliknya, dinas kesehatan kabupaten / kota bertanggung jawab membina serta memberikan
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat
dan swasta, puskesmas menjalin kerja sama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau
kegiatan yang diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan bersumber dari
puskesmas menjalin kerja sama yang erat dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk
uapaya kesehatan perorangan, jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan berbagai srana
pelayanan kesehatan perorangan seperti Rumah sakit ( Kabuapate / kota ) dan berbagai balai
kesehatan masyarakat.
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalainan keraj sama diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti dinas kesehatan kabupaten /
kota, balai teknik kesehatan lingkungan, balai laboratorium kesehatan, serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerja sama tersebut diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang
e. Lintas Sektor
Tanggung jawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah menyelenggaraka sebagian
tugas pembangunan kesehatan yang dibedakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Untuk hasil
berbagai lintas sektor terkait yang ada di kecamatan. Diharapkan satu pihak penyelenggaraan
sedangkan dari pihak lain, pembangunan yang diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan
f. Masyarakat
puskesmas memerlukan dorongan aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan.
Dukumhan aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan badan penyantun puskesmas (BPP) yang
dihimpun berbagai potensi masyarakat, seperti : tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi
masyarakat serta dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mita puskesmas dalam
BAB III
Kabupaten Deli Serdang semeter VI dilakukan di Puskesmas Mandala kecamatan Medan Tembung
Puskesmas mandala berdiri pada bulan juni tahun 1982. Terletak di desa Kenangan Baru
kecamatan Percut Sei Tuan yang didirikan oleh Pemko Medan pada saat ini puskesmas mandala
Batasan wilayah kerja puskesmas yang ditetapkan oleh dinas kesehatan berdasarkan
keadaan geografis, saran transportasi, masalah kesehatan setempat, sumber daya dan lain – lain.
Pada wilayah kerja puskesmas mandala, terdapat 2 puskesmas pembantu yang terletak di
kelurahan Bantan dan kelurahan Tembung. Luas wilayah kerja puskesmas Mandala adalah 384 Ha
yaitu :
Kelurahan Tembung : 65 Ha
Puskesmas Mandala berada di kecamatan Medan Tembung tepatnya di jalan cucak rawa II
Perjuangan