Anda di halaman 1dari 4

CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

Akreditasi PP IAI–2 SKP

Efektivitas dan Peran Montelukast (LTRA) pada


Pasien Asma Kronis
Adhitya,1 Effendi2
1
Rumkit Tk IV Singaraja, Bali, RS Bhayangkara, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
2

ABSTRAK
Asma merupakan penyakit saluran napas kronik dengan gejala obstruksi akibat respons inflamasi. Pedoman tatalaksana asma saat ini
menyatakan kortikosteroid sebagai terapi lini pertama untuk mengontrol penyakit. Namun, kortikosteroid memiliki banyak efek samping.
Berdasarkan patofisiologi asma yang beragam, beberapa obat lain dapat digunakan untuk mengontrol asma, salah satunya adalah montelukast
yang termasuk golongan leukotriene receptor antagonist (LTRA).

Kata kunci: Asma, leukotriene receptor antagonist, montelukast

ABSTRACT
Asthma is a chronic respiratory disease with airway obstruction as the main symptom, caused by inflammation responses. Asthma management
guidelines state that corticosteroid is the mainstay therapy for asthma. But, corticosteroid has many side effects. Based on the patophysiology of
asthma, other drugs can be used to control asthma, one of them is montelukast which belongs to leukotriene receptor antagonist (LTRA) group. 
Adhitya, Effendi. The Role and the Effectivity of Montelukast (LTRA) in Chronic Asthma Management

Keywords: Asthma, leukotriene receptor antagonist, montelukast

LATAR BELAKANG ditemui pada anak-anak dengan status obat nonsteroid berperan lebih baik dalam
Asma merupakan penyakit saluran napas sosioekonomi tinggi, keluarga yang lebih mengontrol berbagai penyakit atopi.3
kronik yang umum ditemukan, dapat bersifat kecil, dan higienis berlebihan. Penderita
ringan dan tidak mengganggu aktivitas asma di Republik Rakyat Tiongkok mencapai PATOFISIOLOGI
sampai berat dan menetap, sehingga dapat 5%,3 sedangkan di Indonesia sebanyak 4,5% Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran
menimbulkan disabilitas.1 Asma adalah dari total penduduk.5 Prevalensi yang tinggi napas yang dipengaruhi berbagai sel inflamasi
gangguan inflamasi kronik saluran napas yang tersebut diperkirakan karena peningkatan seperti sel mast, eosinofil, sel limfosit T,
melibatkan banyak sel dan elemen.1 akses terhadap layanan kesehatan, penyakit makrofag, neutrofil, dan sel epitel.1,3 Inflamasi
asma lebih dikenal, pelaporan epidemiologi saluran napas tersebut menyebabkan
Asma ditandai dengan gejala obstruksi aliran yang lebih baik, atau peningkatan alergen keadaan hiperresponsif, limitasi aliran udara,
napas karena hiperresponsivitas saluran lingkungan karena industrialisasi dan polusi.3 gejala-gejala pernapasan, dan penyakit kronik
napas yang mudah konstriksi sebagai respons Selain hal-hal tersebut, genetik juga menjadi seperti pada asma.3 Inflamasi dapat berupa
terhadap stimulus inflamasi. Gejala-gejala salah satu faktor predisposisi asma.4 inflamasi akut ataupun kronik.
tersebut dapat berupa mengi, napas pendek,
dada sesak, dan batuk yang bervariasi waktu Tatalaksana asma di Asia masih belum optimal 1. Inflamasi akut yang terjadi saat serangan
dan intensitasnya, disertai keterbatasan aliran karena adanya mitos dan kesalahpahaman asma dapat dibagi menjadi reaksi asma tipe
udara ekspirasi.2-4 atas pengobatan barat dan penggunaan cepat dan reaksi asma tipe lambat.1
kortikosteroid yang menyebabkan „„ Pada reaksi asma tipe cepat, alergen yang
Prevalensi asma meningkat hingga 3 kali ketidaktaatan pengobatan.3 Selain itu, terikat pada IgE akan menempel pada sel mast
lipat dalam 3 dekade terakhir pada negara- penggunaan herbal dan tradisional lainnya yang kemudian akan mengalami degranulasi
negara industri, dan akan makin meningkat.3 untuk penyakit atopi masih populer.3 dan mengeluarkan mediator inflamasi seperti
Asma diderita oleh 9-20% anak-anak dan Montelukast yang termasuk golongan histamin, protease, leukotrien, prostaglandin,
1-3% dewasa di Amerika, lebih banyak leukotriene receptor antagonist (LTRA) sebagai dan PAF. Mediator – mediator tersebut akan

Alamat Korespondensi email: 1adhit.taslim@yahoo.com, 2Tanfendi@hotmail.com

CDK-259/ vol. 44 no. 12 th. 2017 897


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

menyebabkan kontraksi pada otot polos bronkokonstriksi dapat dicegah.6 paru mendekati normal.6
bronkus, sekresi mukus, dan vasodilatasi.
„„ Pada reaksi tipe lambat, provokasi oleh Peranan LTRA pada Asma Tatalaksana eksaserbasi dan pengontrolan
alergen akan melibatkan eosinofil, sel T CD4+, Meskipun leukotriene receptor antagonist asma harus dipertimbangkan sebagai
neutrofil, dan makrofag dalam waktu 6-9 jam. (LTRA) dapat dipertimbangkan sebagai penyakit saluran napas yang kompleks dan
2. Inflamasi kronik melibatkan limfosit pilihan terapi pada asma persisten ringan memiliki berbagai faktor patofisiologi. Seiring
T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, hingga sedang, studi-studi menyimpulkan dengan dipahaminya proses inflamasi pada
fibroblas, dan otot polos bronkus1 kortikosteroid inhalasi dosis rendah tetap asma yang melibatkan respons seluler dan
Sel Th1 dan Th2 memiliki mediator inflamasi lebih superior sebagai kontroler dibandingkan humoral, cysteinyl leukotrien telah menjadi
yang dapat mempengaruhi fungsi jalan LTRA.3,7 GINA (Global Initiative for Asthma) salah satu target terapi untuk menghalangi
napas. Sitokin-sitokin yang dihasilkan oleh menyatakan kortikosteroid inhalasi dosis proses inflamasi tersebut.3
Th2 (IL-4, IL-5, dan IL-13) berperan dalam rendah merupakan pilihan terapi utama
overproduksi IgE, kehadiran eosinofil, dan sebagai kontroler, dengan LTRA sebagai add- Antagonis reseptor leukotrien menunjukkan
timbulnya hiperresponsif saluran napas. on therapy, terutama pada penderita asma peningkatan dan efek yang menjanjikan
Sitokin-sitokin tersebut juga mengurangi yang tidak memberikan respons baik dengan pada kontrol asma.4 Salah satu LTRA yang
regulator limfosit T yang menghambat sel- kortikosteroid inhalasi.2,6 Meskipun efektivitas digunakan untuk mengontrol dan meredakan
sel Th2 dan malah meningkatkan sel NK yang montelukast inferior dibandingkan dengan gejala asma adalah montelukast. Montelukast
melepaskan sitokin-sitokin Th1 dan Th2 dalam kortikosteroid inhalasi, montelukast sebagai memblok aksi leukotrien D4 dan juga
jumlah banyak. Aktivasi sel mast mukosa monoterapi dapat dipertimbangkan pada sebagai ligan sekunder pada leukotrien C4
melepaskan mediator bronkokonstriktor pasien asma persisten ringan dengan fungsi dan E4 pada reseptor cysteinyl leukotrienes
seperti histamin, cysteinyl leukotrien, dan
prostaglandin D2. IgE merupakan antibodi
yang bertanggung jawab terhadap aktivasi
reaksi alergi dan berperan penting dalam
patogenesis penyakit alergi serta timbul dan
persistennya inflamasi. Cysteinyl leukotrienes
merupakan bronkokonstriktor poten yang
dihasilkan terutama oleh sel mast. Sel mast
memiliki banyak reseptor IgE yang kemudian
melepaskan mediator-mediator yang
menginisiasi bronkospasme akut dan sitokin-
sitokin proinflamasi, sehingga menyebabkan
inflamasi jalan napas.3
„„ Selain sel Th1 dan Th2, leukotrien
merupakan mediator proinflamasi yang
memiliki peran penting dalam patogenesis
asma. Leukotrien dihasilkan dari metabolisme
fosfolipid pada makrofag, eosinofil, dan sel
mast di alveolus. Leukotrien kemudian akan Gambar. Patogenesis asma6
berikatan dengan reseptor cysteinyl leukotrienes
(CysLT ) tipe 1 dan tipe 2 di membran sel. Tabel. Klasifikasi asma.1
CysLT tipe 1 terutama terdapat pada sel otot Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
polos di paru. Aktivasi reseptor CysLT tersebut Bulanan
APE > 80%
dapat memicu terjadinya penurunan fungsi Gejala <1x/minggu
Intermiten <2 kali sebulan VEP1> 80% nilai terbaik
Tanpa gejala di luar serangan
silia, peningkatan sekresi mukus, peningkatan Variabiliti APE < 20%
Serangan singkat
permeabilitas kapiler, dan dapat meningkatan Mingguan
APE > 80%
jumlah eosinofil. Hal-hal tersebut kemudian Gejala > 1x/minggu, tetapi < 1x/hari
Persisten ringan >2 kali sebulan VEP1>80% nilai prediksi
Serangan dapat mengganggu aktivitas
memicu proliferasi jalan napas yang berujung Variabiliti APE 20 – 30%
dan tidur
pada remodelling jalan napas. Selain itu, CysLT Harian
merupakan agen bronkokonstriktor sangat Gejala setiap hari
APE 60 – 80%
Serangan mengganggu aktivitas dan
poten, lebih poten dibandingkan histamin. Persisten sedang >1x / minggu VEP1 60 – 80% nilai prediksi
tidur
Variabiliti APE > 30%
Sintesis leukotrien tersebut tidak dapat Membutuhkan bronkodilator setiap
hari
dihalangi dengan kortikosteroid. Montelukast
Gejala terus - menerus APE < 60%
sebagai LTRA dapat berikatan dengan reseptor Persisten berat Aktivitas fisik terbatas Sering VEP1< 60% nilai prediksi
leukotrien, sehingga dapat mencegah proses Sering kambuh Variabiliti APE > 30%
fisiologis, dan proses yang berujung pada Ket : APE: angka puncak ekspirasi; VEP1: volume ekspirasi paksa detik pertama

898 CDK-259/ vol. 44 no. 12 th. 2017


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

CysLT1 di paru dan bronkus.3 Dengan cara dosis rendah pada anak dengan asma persiten konsisten dalam mengontrol gejala-gejala
kerja seperti ini, montelukast tidak berguna ringan hanya dapat dipertimbangkan pada asma, sehingga LTRA dapat digunakan
sebagai tatalaksana serangan asma akut.3,4 pasien tanpa riwayat serangan asma serius sebagai alternatif, agen nonsteroid per oral,
Montelukast menjadi satu-satunya LTRA yang yang memerlukan kortikosteroid oral dan dalam menangani asma, terutama pada
dapat digunakan pada anak-anak dengan pada pasien yang tidak dapat menggunakan anak-anak yang tidak dapat menggunakan
asma.3 kortikosteroid inhalasi.4 kortikosteroid inhalasi karena nonkomplians
atau tidak mampu menoleransi efek samping,
Montelukast (LTRA) sebagai Terapi pada Montelukast memiliki efek samping seperti atau juga pada anak-anak yang mengalami
Asma Kronik reaksi hipersensitivitas (rash), artralgia, pertumbuhan yang buruk.4
Montelukast yang merupakan antagonis eosinofilia pulmo, gangguan gastrointestinal,
reseptor leukotrien sisteinil yang selektif gangguan tidur, infeksi saluran napas, Montelukast memiliki keunggulan
dapat mengurangi inflamasi dan resistensi neuropsikiatri (depresi, insomnia, iritabilitas, dibandingkan kortikosteroid inhalasi seperti
saluran napas pada asma, serta mencegah ansietas, serta pikiran bunuh diri dan dapat diberikan secara oral dalam dosis
bronkokonstriksi. Montelukast terdaftar halusinasi), kejang, dan peningkatan enzim tunggal dan tidak memiliki efek samping
sebagai profilaksis dan tatalaksana kronik hati, Churg-Strauss sindrom, dengan sakit terhadap pertumbuhan, mineralisasi tulang,
untuk asma atopi pada dewasa dan anak- kepala faringitis, nyeri abdomen, dispepsia, dan aksis adrenal.4
anak.4 dan batuk menjadi yang tersering. Agitasi
menjadi gejala tersering withdrawal Montelukast dan Fenotip Asma
Montelukast tersedia dalam formulasi oral montelukast,3,4 sedangkan kecenderungan Terdapat beberapa fenotip asma yang
dan dapat digunakan pada pasien dari umur bunuh diri tidak terbukti bermakna pada menunjukkan efektivitas montelukast lebih
2 tahun. Montelukast memiliki onset cepat penggunaan montelukast.7 superior dibandingkan dengan penggunaan
(2-4 jam) dan durasi hingga 24 jam, sehingga kortikosteroid inhalasi. Beberapa fenotip asma
memungkinkan untuk dikonsumsi satu kali Efektivitas Montelukast (LTRA) Dibandingkan tersebut antara lain:
sehari.4 Montelukast dapat dikonsumsi secara dengan Kortikosteroid Inhalasi „„ Asma dan rinitis alergi
oral oleh dewasa dengan dosis 10 mg per hari Montelukast sebagai LTRA yang memblok Rinitis alergi merupakan suatu tanda klinis
saat waktu tidur, sebagai tatalaksana asma efek leukotrien sisteinil pada saluran napas yang menunjukkan bahwa asma tersebut
atopi dengan atau tanpa rinitis alergi. Dosis dapat dipertimbangkan menjadi tambahan merupakan asma yang disebabkan karena
10 mg adalah dosis maksimal pada dewasa, terapi bagi pasien asma yang sedang alergi. Pada studi COMPACT (Clinical Outcomes
dan pemberian dosis di atas 10 mg tidak menggunakan kortikosteroid inhalasi.1,2,4 with Montelukastt as a Partner Agent to
memberikan keuntungan apapun.4 Untuk Penggunaan kortikosteroid inhalasi tetap Corticosteroid Therapy) yang membandingkan
tatalaksana pasien asma pada anak-anak, menjadi lini pertama pada asma kronik.1-4 penggunaan budesonide dengan budesonide
montelukast sebaiknya diberikan: Walaupun penggunaan montelukast ditambah montelukast pada penderita
„„ 6 - 14 tahun: 5 mg per hari via oral saat lebih aman, montelukast lebih inferior dari asma dengan komorbid rinitis alergi, hasil
waktu tidur.4 kortikosteroid inhalasi, sehingga tidak dapat yang didapatkan adalah penderita dengan
„„ 2 - 5 tahun : 4 mg per hari via oral saat digunakan sebagai pilihan utama terapi pada budesonide + montelukast menunjukkan
waktu tidur.4 asma persisten yang berat.3 penurunan angka obstruksi jalur napas yang
lebih baik dibandingkan dengan peningkatan
Montelukast memiliki bentuk granul untuk Menurut studi-studi sistematik review dan dosis budesonide.8
dikonsumsi oleh pasien pediatri yang dapat meta-analisis yang ada, montelukast ataupun „„ Asma dan perokok, baik perokok aktif
diberikan langsung ke dalam mulut atau LTRA lain dapat dipertimbangkan ketika maupun perokok pasif
dikombinasi dengan makanan halus pada kombinasi kortikosteroid inhalasi dengan Perokok baik aktif maupun pasif
suhu ruangan, tetapi tidak dapat dicampur long-acting beta 2-agonist (LABA) gagal menunjukkan adanya penurunan efektivitas
dengan cairan, serta harus dikonsumsi dalam memberikan kepuasan dalam mengontrol pada penggunaan kortikosteroid. Oleh
15 menit setelah paket dibuka. gejala, atau ketika gagal dalam pemberian karena itu, pada perokok yang menderita
LABA.3 Dalam penggunaan tersebut, asma penggunaan kortikosteroid tidak
Efek terapi montelukast mulai timbul dalam montelukast menggantikan peran LABA menunjukkan hasil seperti pada mereka
satu hari. Montelukast sebaiknya dikonsumsi dan dikombinasikan dengan kortikosteroid yang tidak merokok. Selain itu, diketahui
terus walaupun asma yang diderita telah inhalasi karena memiliki efikasi sejenis bahwa terdapat peningkatan dari cysteinyl
terkontrol, juga terus dikonsumsi saat asma LABA.3 Meskipun demikian, montelukast leukotrienes pada perokok, sehingga dapat
yang diderita memburuk.4 Penting untuk dan LTRA lain dapat diberikan pada pasien memperburuk kondisi asma pasien-pasien
diingat bahwa montelukast tidak diindikasikan asma persisten ringan, atau dikombinasikan tersebut. Pada suatu studi yang dilakukan
sebagai terapi dalam serangan asma akut.4 dengan pengobatan asma lainnya pada oleh Prize, dkk. didapatkan hasil bahwa
Montelukast tidak direkomendasikan sebagai semua tingkat keparahan penyakit untuk pada perokok dengan asma, penggunaan
monoterapi pada pasien asma persisten kontrol asma jangka panjang.1-3 Studi-studi fluticasone propionate + montelukast memiliki
sedang. Penggunaan montelukast sebagai lainnya juga menunjukkan montelukast dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
alternatif terapi dari kortikosteroid inhalasi LTRA lainnya dapat memberikan keuntungan plasebo untuk mengontrol asma. Selain itu,

CDK-259/ vol. 44 no. 12 th. 2017 899


CONTINUING PROFESSIONAL DEVELOPMENT

pada penderita yang merokok lebih dari dari anak usia 6 tahun hingga pasien dewasa. direkomendasikan sebagai monoterapi
11 bungkus menunjukkan manfaat yang Penggunaan montelukast dosis tunggal pada pasien asma persisten sedang-berat;3
lebih dalam penggunaan montelukast dalam 24 jam pada penderita asma ringan montelukast dapat dipertimbangkan sebagai
dibandingkan dengan fluticasone.8 yang dicetuskan oleh aktivitas memiliki efek monoterapi atau sebagai terapi tambahan
„„ Asma pada usia tua protektif setelah 2 jam dan bertahan hingga kortikosteroid inhalasi pada keadaan tertentu,
Pada penderita tua, penggunaan inhalasi 24 jam.8 seperti:
kortikosteroid merupakan suatu tantangan „„ Asma pada penderita obesitas „„ Dikombinasikan dengan kortikosteroid
tersendiri, sehingga banyak penderita usia Obesitas merupakan salah satu faktor risiko inhalasi ketika kombinasi kortikosteroid
tua memiliki asma yang tak terkontrol. terjadinya asma. Pasien obesitas yang inhalasi dengan LABA gagal memberikan
Jalur penggunaan montelukast yang lebih menderita asma tersebut diketahui memiliki kepuasan dalam mengontrol gejala, atau
mudah merupakan salah satu hal yang respons yang tidak terlalu baik terhadap ketika gagal dalam pemberian LABA3
menyebabkan penderita dalam golongan kortikosteroid, yang mana merupakan terapi „„ Monoterapi pada pasien asma persisten
ini menunjukkan efek yang baik dalam kontrol utama dari asma. Selain itu, penderita ringan tanpa riwayat serangan asma serius
penggunaan montelukast. Pada suatu studi obesitas tersebut juga mengalami penurunan yang memerlukan kortikosteroid oral1-4
yang dilakukan oleh Bozek, dkk. penggunaan respons terhadap bronkodilator. Oleh karena „„ Alternatif terapi pada pasien yang tidak
kortikosteroid inhalasi + LABA pada tahun itu, diperlukan terapi tambahan yang terbukti dapat menggunakan kortikosteroid inhalasi1-4
pertama dibandingkan dengan kortikosteroid efektif untuk penderita asma dengan obesitas.
+ LABA + montelukast pada 2/3 pasien pada Pada penderita obesitas terjadi peningkatan Montelukast juga memiliki tempat pada
tahun berikutnya, dengan 1/3 pasien menjadi 5-lipoxygenasi (5-LO) yang merupakan pasien anak dengan penyakit mengi akibat
kontrol. Dari studi tersebut didapatkan hari komponen kunci dalam pembentukan virus, asma terkait olahraga, pada anak
bebas asma dan penggunaan SABA memiliki leukotrien, maka pada penderita obesitas dengan orang tua fobia steroid dan tidak
perbedaan yang signifikan pada tahun didapatkan peningkatan jumlah leukotrien. dapat menggunakan kortikosteroid inhalasi,
pertama dan tahun kedua, yaitu sebesar 78,4% Pada suatu studi oleh Peters-Golden, dkk. serta pada penderita asma kronik persisten
dan 39,5%. Hal tersebut tidak ditemukan pada montelukast mempunyai efek yang lebih baik ringan dewasa dan anak-anak.2-4,8
1/3 pasien kontrol.8 dibandingkan dengan kortikosteroid inhalasi
„„ Asma yang dicetuskan oleh aktivitas pada pasien overweight dan obesitas.8 Montelukast aman digunakan dalam jangka
Efek protektif montelukast pada penderita panjang.3 Keuntungan lainnya adalah efek
asma yang dicetuskan oleh aktivitas pertama SIMPULAN samping yang rendah, onset cepat, dan
kali mulai dikemukakan pada pertengahan Walaupun montelukast memiliki efektivitas diberikan sekali sehari, sehingga dapat
tahun 1990. Beberapa studi menunjukkan yang lebih rendah dari kortikosteroid meningkatkan ketaatan pasien.3
adanya manfaat untuk penggunaan inhalasi, tidak diindikasikan sebagai terapi
montelukast pada kelompok pasien ini, mulai dalam serangan asma akut dan tidak

DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia. 2016.
2. Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention. 2017.
3. Hon KLE, Leung TF, Leung AKC. Clinical effectiveness and safety of montelukast in asthma. What are the conclusions from clinical trial and meta-analyses? Drug
Design Development and Therapy 2014;8:839–50.
4. Lambert L. Montelukast in the treatment of asthma. S Afr Pharm J. 2014;81(1):22-4.
5. Departemen Kesehatan RI (Depkes RI). Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013.
6. Vora AC. Montelukast – Place in therapy. JAPI. 2014;62:46-50.
7. Paggiaro P, Bacci E. Montelukast in asthma - A review of its efficacy and place in therapy. Ther Adv Chronic Dis. 2011;2(1):47-58.
8. Marcello C, Carlo L. Asthma phenotypes: The intriguing selective intervention with montelukast. Asthma research and practice. 2016;2:1-12

900 CDK-259/ vol. 44 no. 12 th. 2017

Anda mungkin juga menyukai