Anda di halaman 1dari 20

Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 62 dari 81

6. Hukum Newton

Hukum Newton I
Bila ada sebuah bola yang diam di suatu tempat maka bola tersebut akan tetap
ditempatnya bila tidak ada resultan gaya luar yang bekerja padanya. Bila bola itu
dalam keadaan bergerak maka bola itu akan berhenti setelah bergerak dengan jarak
tertentu. Jarak yang ditempuh bola semakin jauh bila bola tersebut bergerak di atas
permukaan yang semakin licin. Dengan kata lain bila permukaaan tidak ada friksi,
maka bola akan bergerak terus dengan kecepatan tetap. Fenomena ini dijelaskan oleh
Newton dalam kalimat “apabila tidak ada resultan gaya dari luar yang bekerja pada
suatu benda maka benda dalam keadaan diam akan tetap diam, sedangkan benda
yang bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap. Pernyataan ini dikenal
dengan hukum Newton I.
Kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan kondisi awalnya (diam atau
bergerak) disebut inersia sehingga hukum ini dikenal pula sebagai hukum inersia.Hal
ini kita rasakan apabila berada dalam mobil yang awalnya diam kemudian mobil itu
bergerak, maka tubuh kita akan terdorong ke arah bagian belakang mobil. Setelah
berjalan dengan normal, mobil kemudian tiba-tiba direm maka tubuh kita akan
terdorong ke arah bagian depan mobil.

Hukum Newton II
Hukum Newton I menyatakan fenomena saat resultan gaya dari luar yang bekerja
pada benda tidak ada. Apabila gaya ini ada maka akan timbul percepatan. Hubungan
antara gaya yang bekerja pada benda dengan percepatan benda tersebut dinyatakan
dalam hukum newton II yaitu percepatan suatu benda berbanding lurus dengan
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan
massanya.
a = F/ m
a : percepatan; m/s2

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 63 dari 81

F : gaya, Newton
m : massa; kg
Misalnya sebuah benda diam (massa 2 kg) diberikan gaya seperti gambar dibawah

F=2N

Berapakah percepatan yang dialami benda tersebut bila gaya gesekan diabaikan?
Besarnya percepatan benda
a =F/m = 2/2 = 1 m/s2

Hukum Newton III


Saat kita mendorong suatu benda berarti kita memberikan gaya pada benda tersebut.
Hal yang tidak pernah kita cermati ialah bahwa benda tersebut juga memberikan
reaksi atas aksi yang kita lakukan. Benda akan memberikan gaya yang sama
besarnya pada tangan kita akan tetapi berlainan arah. Setiap ada aksi akan ada reaksi.
Hal ini merupakan hukum Newton III.

Gambar 6.1 Contoh Hukum Newton III


Dalam gambar di atas diberikan contoh pemakaian hukum ini. Apabila tangan kita
memukul meja dengan gaya F, maka meja juga akan memberikan gaya sebesar F ke
tangan kita tetapi arahnya berlawanan.

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 64 dari 81

Latihan

1. Apabila percepatan suatu benda nilainya nol, apakah ada gaya yang bekerja
pada benda tersebut, jelaskan!
2. Benda memiliki massa 10 kg. Benda itu ditarik dengan gaya Fx = 30 N dan
Fy = 40 N. Berapakah percepatannya dan bergerak ke arah mana benda
tersebut?
3. Mengapa kaki kita terasa sakit apabila menendang bola?

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 65 dari 81

7. Usaha, Energi dan Daya

Usaha
Istilah usaha seringkali kita dengar. Dalam kehidupan sehari-hari usaha dapat
diartikan sebagai mengerjakan sesuatu. Berjalan, berenang, memindahkan barang,
dan mendorong mobil adalah sebagian contoh usaha dalam kehidupan kita. Namun,
usaha memiliki makna yang berbeda dalam fisika. Usaha dalam fisika berarti hasil
perkalian gaya yang searah perpindahan dengan besarperpindahan. Apabila
diformulasikan ialah sebagai berikut
W=Fs
di mana
W: usaha; Joule
F : gaya; Newton
s : perpindahan; meter

Contoh:
Seorang bapak mendorong benda sejauh 3 m dengan gaya 10 N. Berapa usaha yang
dilakukan bapak itu?

Jawaban
Usaha = F s
W = 10 x 3 = 30 J
Jadi, usaha yang dilakukan bapak 30 J.

Energi
Dalam fisika, energi merupakan hal yang penting karena banyak konsep fisika
berkenaan dengan energi. Namun, sulit untuk mendefinisikannya secara tepat karena

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 66 dari 81

banyaknya jenis-jenis energi. Untuk itu, pada pembahasan di sini hanya dibatasi pada
energi kinetik dan potensial.

Energi Kinetik
Energi ini dimiliki oleh benda karena benda itu bergerak. Aplikasi dalam realitas
ialah peluru yang ditembakkan dapat memecahkan kaca. Apabila peluru tersebut
diam tentu tak mampu memecahkan kaca. Contoh lain misalnya bola sepak yang
bergerak kencang bila terkena kepala kita maka kepala kita akan merasa sakit.
Adapun persamaan untuk menentukan nilai energi kinetik ialah
E = ½ mv2
di mana
E : energi; J
m : massa; kg
v : kecepatan; m/s
contoh:
Mobil bergerak dengan kecepatan 40 km/jam. Berapa energi kinetik mobil bila
massanya 200 kg?

Jawaban
E = ½ mv2
E = ½ x 200 x 11,112 = 12343 J

Energi Potensial
Berbeda dengan energi kinetik yang timbul karena kecepatannya, energi potensial
ada karena bentuk benda atau posisinya. Contoh yang sering kita lihat ialah buah
kelapa yang berada di pohon. Apabila buah itu jatuh maka akan menimbulkan bunyi
atau bila terkena kepala, kita akan merasa sakit. Energi potensial dihitung dengan
persamaan
E=mgh
di mana

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 67 dari 81

E : energi; J
m : massa benda; kg
g : percepatan gravitasi; 9,8 m/s2
h : ketinggian; meter
Contoh:
Ada buah mangga (0,5 kg) tergantung di pohon dengan ketinggian 3 meter dari
permukaan tanah. Berapa energi potensial mangga tersebut?

Jawab:
E=mgh
E = 0,5 x 9,8 x 3 = 14,7 J

Daya
Daya didefinisikan sebagai kecepatan melakukan usaha. Bila usaha W dilakukan
dalam waktu t maka daya adalah
P = W/t
di mana
P : daya; watt {1 hp (british) = 746 watt}
W : usaha; Joule
t : waktu; detik
Daya mesin berarti jumlah energi listrik yang diubah menjadi energi mekanik dalam
satuan waktu. Satuan untuk daya ialah J/detik atau watt. Satuan lain ialah satu daya
kuda atau lebih dikenal dengan horse power (hp). Nilai 1 hp (british) = 746 watt.
Contoh
Berapa daya yang harus dikeluarkan untuk mendorong benda (100 kg) dengan gaya
50 N sejauh 10 meter dalam 10 menit?

Jawab
Usaha yang diperlukan untuk memindahkan benda
W = F s = 50 x 10 = 500 J

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 68 dari 81

Daya P = W/t = 500/(10 x 60) = 0,83 watt

Latihan
1. Bila benda ditarik dengan gaya 100 N dan bergerak sejauh 100 m (sudut
antara gaya dengan horisontal 60o) berapakah usaha yang telah dilakukan?
2. Berapa usaha yang dilakukan pelayan toko saat memindahkan barang seberat
5 kg ke sebuah rak setinggi 3 meter?
3. Mobil dengan bobot 1000 kg mulai berjalan dari kecepatan 0 km/j hingga 100
km/j dalam 10 detik. Berapa daya mesin mobil tersebut dalam hp?

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 69 dari 81

8. Termodinamika

Hukum Termodinamika Pertama


Energi dalam merupakan total energi suatu molekul dari sistem. Sistem sendiri ialah
objek atau sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian. Bagian alam diluar
sistem disebut lingkungan.
Energi dalam sistem akan naik apabila sistem dikenakan kerja atau mendapat panas.
Sebaliknya, bila sistem melakukan kerja atau melepaskan panas maka energi dalam
sistem akan turun. Persamaan yang menghubungkan energi dalam sistem, kerja, dan
panas dinyatakan dalam hukum termodinamika pertama.
∆U = Q – W
U : energi dalam; J
Q : panas; J
W : kerja; J
Apabila ada suatu sistem memiliki energi dalam tertentu diberikan panas dan kerja
maka energi dalamnya akan berubah. Hal ini berarti sistem tersebut berubah
kondisinya atau dengan kata lain sistem itu mengalami proses termodinamika. Ada
beberapa proses termodinamika yang sering dibahas.
Proses yang pertama ialah adiabatik dimana tidak ada panas yang masuk atau keluar
sistem. Hal ini berarti Q = 0 sehingga ∆U = – W. Proses berikutnya ialah isotermal
yakni proses terjadi pada suhu tetap (Q = W). Selanjutnya proses isobarik yaitu
proses terjadi pada tekanan tetap. Terakhir ialah proses terjadi pada volume tetap
disebut isokorik.
Proses HK. Termodinamika I
Isotermal T konstan Q=W
Isobarik P konstan Q = ∆U + P ∆V
Isokorik V konstan Q = ∆U
Adiabatik Q=0 ∆U = -W

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 70 dari 81

Contoh:
Gas ideal ditekan perlahan pada tekanan tetap (2 atm) sehingga volumenya turun dari
10 L menjadi 2 L. Berapa kerja total gas tersebut?

Jawab
Kerja pada proses isobarik dimana
W = P ∆V
W = 2 (2-10) 10-3 = -16 10-3J

Latihan
1. Suatu sistem menerima panas 10 kJ kemudian melakukan kerja 6 kJ. Berapakah
nilai dari ∆U?
2. Hitung perubahan energi dalam untuk
a. kerja saat gas ekspansi adiabatik sebesar 10 J
b. kompresi gas secara adiabatik sehingga gas menerima kerja 10 J

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 71 dari 81

9. Gaya Listrik dan Medan Listrik

Hukum Coulomb
Ada fenomena yang mungkin pernah kita alami saat menyisir rambut. Sisir plastik
sebelum digunakan untuk menyisir tidak dapat menarik potongan-potongan kecil
kertas. Namun setelah dipakai untuk menyisir rambut kering, sisir dapat menarik
potongan kertas tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi? Sisir plastik sebelum digosok
pada rambut kering netral (tak bermuatan listrik). Setelah digosok, sisir menjadi
bermuatan sehingga dapat menarik potongan-potongan kertas. Kemudian apabila dua
sisir yang telah digosok-gosokan pada rambut didekatkan maka akan saling tolak.
Gejala di atas dapat dijelaskan dengan konsep muatan listrik.
1. Muatan listrik ada dua jenis yaitu positif dan negatif.
2. Muatan listrik sejenis akan saling tolak sedangkan yang tak sejenis akan
saling tarik.
Satuan untuk muatan listrik ialah Coulomb. Besarnya muatan listrik ini merupakan
kelipatan dari muatan elementer e yakni 1e, 2e, 3e, dst. Nilai dari 1 e = 1,60 x 10-19C.
Untuk muatan sejenis akan saling tolak dan yang tak sejenis akan saling tarik. Hal ini
berarti terjadi gaya tolak-menolak atau tarik-menarik. Dengan kata lain ada gaya
listrik antara dua benda bermuatan listrik. Besar dari gaya listrik ini diselidiki oleh
Coulomb dan dinyatakan sebagai hukum Coulomb sebagai berikut:
Besar gaya tarik atau gaya tolak antara dua muatan listrik sebanding dengan hasil
kali muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya.
Bila dinyatakan dengan persamaan matematis ialah
𝑞1 𝑞2
F=k 𝑟2

di mana
F : gaya listrik; N
q1 : muatan listrik 1; C
q2 : muatan listrik 2; C

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 72 dari 81

r : jarak antarmuatan; m
k : tetapan yang nilainya = 1/(4πε)
ε : permitivitas bahan

Medan Listrik
Sama seperti gaya gravitasi yang muncul karena adanya medan gravitasi, gaya listrik
juga demikian. Adamedan listrik disekitar benda yang bermuatan listrik sehingga
benda lain yang juga bermuatan listrik mengalami gaya listrik. Adapun kuatnya
medan listrik yang dialami benda itu didefinisikan sebagai besar gaya coulomb yang
bekerja pada benda tersebut dibagi dengan muatannya
E = F/q
di mana
E : kuat medan listrik; N/C
F : gaya listrik; N
q : muatan listrik; C
Medan listrik ini dapat digambarkan dengan garis-garis. Ada beberapa hal mengenai
gari-garis ini
1. Garis-garis medan listrik tidak pernah berpotongan
2. Garis-garis medan listrik selalu mengarah ke luar untuk muatan positif dan
mengarah ke dalam untuk muatan negatif
3. Garis-garis medan listrik rapat menggambarkan medan listriknya kuat, bila
renggang berarti lemah medan listriknya.

Kapasitansi
Awalnya, listrik belum dapat disimpan dalam waktu lama. Namun, setelah adanya
kapasitor pendapat itu berubah. Kemampuan suatu kapasitor untuk menyimpan
muatan listrik dinyatakan dalam besaran kapasitansi dengan satuannya farad (F).
C = q/V
Untuk kapasitor keping sejajar nilai

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 73 dari 81

C = (εoA)/d
di mana
C = kapasitansi; farad
Q = muatan listrik; C
V = beda potensial; volt
εo = permitivitas vakum/udara = 8,85 x 10-12 C2 N-1 m2
A = luas keping; m2
d = jarak antarkeping; m
Apabila bahan antarkeping bukan udara/vakum maka
C = (εrεoA)/d
dengan
εr = permitivitas relatif bahan
Kapasitor dapat disusun seri ataupun pararel. Adapun untuk nilai kapasitansi
equivalennya (Cek) diberikan oleh
1. susunan seri kapasitor
1/Cek = 1/C1 + 1/C2 + 1/C3 + ...
2. susunan paralel kapasitor
Cek = C1 + C2 + C3 + ...

Contoh
Tentukan nilai kapasitansi ekivalen untuk beberapa kapasitor yang disusun paralel 1
μF, 3 μF, 4 μF ?
Jawab
Cek = C1 + C2 + C3
Cek = 1 μF + 3 μF + 4 μF = 8 μF

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 74 dari 81

10. Listrik Dinamis

Arus Listrik
Kuat arus listrik merupakan jumlah muatan listrik yang mengalir dalam penghantar
tiap satuan waktu.
I = ∆q/∆t
di mana
I : kuat arus listrik; A
q : muatan listrik; C
t : waktu; detik
Arus hanya dapat mengalir dalam rangkaian yang lengkap apabila ada rangkaian
yang putus maka arus tak ada. Kemudian melalui percobaannya Ohm mendapati
bahwa V sebanding dengan I. Selain itu, ia juga mendapati bahwa besarnya I tidak
hanya dipengaruhi oleh nilai V tetapi juga resistansi dari penghantar (resistor). Hal
ini merupakan Hukum Ohm.
R = V/I
di mana
R : tahanan; Ohm
V : beda potensial; volt
I : kuat arus; A

Resistansi
Sedangkan nilai resistansi dari suatu resistor tergantung dari jenis bahan, panjang
penghantar dan luas penampangnya
R = ρ L/A
Di mana
ρ : hambatan jenis; Ωm
L : panjang penghantar; m
A : luas penampang; m2

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 75 dari 81

Saat ini resistor berguna untuk mengatur arus listrik yang mengalir dalam suatu
rangkaian. Ada banyak jenis resistor tetapi yang sering dipakai ialah resistor jenis
“warna”. Nilai hambatan dari resistor jenis ini ditunjukkan dengan warna.
Sedangkan untuk susunan resistor dalam rangkaian bisa seri atau paralel. Harga
untuk nilai resistansi equivalen ialah
1. Susunan seri resistor

Gambar 10.1 Rangkaian Seri Resistor


Rs = R1 + R2 + R3
I = I1 = I2 = I3
V = V1 + V2 + V3
2. Susunan paralel resistor

Gambar 10.2 Rangkaian Paralel Resistor


1/Rp = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 76 dari 81

I = I1 + I2 + I3
V = Vad = Vef = Vbc = Vgh

Daya Listrik
Daya listrik (P) diformulasikan sebagai berikut
P = V I = I2 R = V2/R
di mana
P : daya listrik; watt

Hukum Kirchhoff
Untuk rangkaian yang sederhana kita mudah menentukan nilai kuat arus. Namun
untuk rangkaian yang kompleks membutuhkan hukum Kirchhoff untuk menentukan
kuat arus. Hukum ini berbunyi
Pada tiap titik temu, jumlah arus listrik yang menuju titik temu harus sama dengan
jumlah arus meninggalkan titik temu tersebut.

Gambar 10.3 Pertemuan Arus Listrik


Sedangkan untuk hukum yang kedua berbunyi
Jumlah beda potensial untuk suatu loop tertutup dari suatu rangkaian harus nol.
Dirumuskan sebagai
ΣV + Σ IR = 0

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 77 dari 81

11. Induksi Elektromagnetik

Fluks Magnetik
Sebelum membahas tentang induksi elektromagnetik kita mengkaji dulu fluks
magnetik. Fluks magnetik didefinisikan sebagai perkalian dari besar medan magnet
(B) yang tegak lurus bidang dengan luas bidang (A).
Φ = BA cos ϴ
di mana
Φ : fluks magnetik; Weber
B : medan magnetik; Tesla
A : luas bidang; m2

Gambar 11.1 Fluks Magnetik

Gaya Gerak Listrik Induksi


Apabila kita memasukkan dan mengeluarkan magnet ke dalam kumparan maka akan
timbul arus listrik dalam kumparan. Arus ini berasal dari perubahan fluks magnetik
yang memotong kumparan.

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 78 dari 81

Gambar 11.2 Perubahan Fluks Magnetik dalam Kumparan


Besarnya nilai potensial listrik atau gaya gerak listrik induksi ini diturunkan oleh
Faraday dalam persamaan
E = -N ∆Φ/∆t
di mana
E : gaya gerak listrik induksi; volt
N : jumlah lilitan kumparan
Φ : fluks magnetik; Wb
t : waktu; detik
Sedangkan arah arus listrik yang dihasilkan digambarkan sebagai berikut

Gambar 11.3 Arah Arus Induksi


Aplikasi induksi elektromagnetik ini antara lain
1. Generator

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 79 dari 81

Generator merupakan alat untuk menghasilkan listrik. Alat ini mengubah energi
kinetik menjadi energi listrik. Ada dua bagian utama dari generator yaitu stator dan
rotor. Stator merupakan bagian yang diam terdiri atas kumparan-kumparan tembaga.
Sedangkan rotor terdiri atas magnet yang menghasilkan fluks magnetik. Jika rotor
bergerak maka akan terjadi perubahan fluks magnetik tiap waktu sehingga diperoleh
ggl induksi. Biasanya penggerak dari rotor ialah tenaga dari air terjun atau bahan
bakar fosil.

Gambar 11.4 Generator AC

Gambar 11.5 Generator DC


2. Dinamo sepeda
Untuk dinamo sepeda komponen yang bergerak ialah kumparannya sedangkan
magnetnya diam.

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 80 dari 81

Gambar 11.6 Dinamo Sepeda


3. Transformator
Transformator atau trafo ialah alat untuk mengubah tegangan AC tertentu menjadi
tegangan AC lain. Ada dua jenis trafo yaitu step-up untuk menaikkan tegangan dan
step-down untuk menurunkan tegangan. Trafo memiliki kumparan primer dan
sekunder untuk mengubah tegangan.Persamaan trafo yaitu
Vs/Vp = Ns/Np
Sedangkan efisiensi trafo
η = Ps/Pp = VsIs/VpIp = NsIs/NpIp

Gambar 11.7 Transformator

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”
Dokumen : FR-BA- 02

PHYSICS Tanggal : 19/11/2015

Revisi :0

PPSDM MIGAS TECHNICIAN DEVELOPMENT PROGRAM Halaman : 81 dari 81

Daftar Pustaka

1. Bueche, Frederick, Hecht, Eugene, College Physics


2. Giancoli, D, Physics With Principles and Application, 6th ed.
3. Kanginan, Mathen, Fisika untuk SMA
4. Ohanian, Hans, Markert, John T., Physics for Engineers and Scientist

Dokumen ini milik Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”, isi dari dokumen ini
tidak diperkenankan untuk digandakan atau disalin seluruh atau sebagian tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan Sumber
Daya Manusia Minyak dan Gas Bumi “PPSDM MIGAS”

Anda mungkin juga menyukai