Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN ISLAM DAN HUKUM KESEHATAN

“Perkembangan IPTEK di Bidang Kedokteran”

DOSEN PEMBINA

TRI LESTARI HANDAYANI M.Kep, Sp.Mat

Oleh:

KELOMPOK 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011
1
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. M. HENDRA .F. ( 09060001 )******

2. AN AN YULIANTI ( 09060010 )******

3. RIO HARDIATMA ( 09060018 )****** (presentasi)

4. KARMILA SARI ( 09060021 ) ******

5. NURBADRIYAH ( 09060028 ) ******

6. A. SHOLEH ( 09060030 ) ******

7. YUDI IRAWAN ( 09060034 ) ******

8. FITRIA WULANDARI ( 09060038 ) ******

9. HARDANI ANUGERAH .P. ( 09060042 ) ******

10. SAFIRA .S.M. ( 09060045 ) ******

11. DYAH AJENG .S. ( 09060050 ) ******

12. ARIF DWI .P. ( 09060056 ) ******

13. FATHIAH ATTAMIMI ( 09060058 ) ******

14. M. GHUFRON ( 09060059 ) ****** (presentasi)

Nb : ket ***** = kerja semua 1 orang satu materi .

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan IPTEK di Bidang Kedokteran”,
yang mana makalah ini disususun bertujuan untuk memenuhi tugas dan memberikan
informasi serta pengetahuan tambahan bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbtasan dalam penyajian data
dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna dan
dapat menambah pengetahuan pembaca.

Demikian makalah ini penulis susun, apabila ada kata- kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Malang, 02 Juni 2011

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2

1.3 Tujuan.................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

2.1 Penggunaan Komputer Dan Alat-Alat Canggih Kesehatan Dalam

Bidang Kedokteran.......................................................................... ........... 3

2.2 E-Health.......................................................................................... 4

2.3 Kelainan Kongenital........................................................................ 9

2.4 Rekayasa Genetika.......................................................................... 14

2.5 Rekayasa Reproduksi Manusia, Bayi Tabung................................. 23

BAB III PENUTUP............................................................................................ 36

3.1. Kesimpulan...................................................................................... ........... 36

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 37

ii

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di satu sisi memang


berdampak positif, yakni dapat memperbaiki kualitas hidup manusia. Berbagai sarana modern
industri, komunikasi, dan transportasi, misalnya, terbukti amat bermanfaat. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat di era globalisasi saat ini. Salah satunya di
bidang kedokteran. Banyak sesuatu yang telah diberikan atau disumbangkan dengan adanya
ilmu kedokteran kepada masyarakat. Perkembangan itu didukung dengan banyaknya para
ahli yang melakukan penelitian dan menelaah tentang sesuatu hal yang masih harus diteliti.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam bidang pengobatan dan
kedokteran merupakan hasil karya dan karya manusia yang dihasilkan dengan akalnya.
Kemajuan pesat dalam bidang molekuler telah melahirkan beberapa alternatif baru dalam
usaha pengobatan dan memberikan harapan baru bagi para penderita, bahkan untuk beberapa
penyakit yang di masa lampau mustahil untuk diobati, misalnya: Dengan penggunaan Alat-
alat medis yang telah dimoderenisasi dengan sistem komputerisasi yang mutahir; Serta yang
lebih mengagumkan yaitu hasil penelitian kedokteran yang bertujuan untuk menyelesaikan
penyakit keturunan. Rekayasa genetika dan terapi gen merupakan kemajuan teknologi yang
cukup dapat memberikan harapan di bidang pengobatan.
Penelitian para ahli tersebut ada yang menimbulkan kontroversi tetapi ada juga yang
tidak. Penelitian tersebut menimbulkan kontroversi karena adanya penyimpangan yang
dilakukan berdasarkan pada pandangan agama maupun etika. ilmu pengetahuan adalah suatu
institusi kebudayaan, suatu kegiatan manusia untuk mengetahui tentang diri sendiri dan alam
sekitarnya dengan tujuan untuk mengenal manusia sendiri, perubahan-perubahan yang
dialami dan cara mencegahnya, mendorong atau mengarahkannya, serta mengenal
lingkungan yang dekat dan jauh darinya, perubahan-perubahan lingkungan dan variasinya,
untuk memanfaatkan menghindari dan mengendalikannya. Bagian pengenalan merupakan
dasar yang diperlukan oleh bagian tindakan, sehingga terdiferensiasilah ilmu dasar dan ilmu
terapan. Ilmu terapan lebih dapat dilihat hasilnya dan dapat dirasakan oleh siapapun juga,
entah itu bermanfaat atau tidak, menguntungkan atau justru merugikan (berdampak negatif).
Maka dalam permasalahan ini muncul perbedaan pendapat mengenai kenetralan dan

5
keobjektifan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan adanya hukum, adat,
agama, dan etika untuk mengendalikan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah ini akan di jelaskan mengenai beberapa kemajuan IPTEK yang terjadi
pada bidang kedokteran yang melingkupi Komputer dan Alat Canggih Kesehatan, e-Health,
Rekayasa konginental, Rekayasa Genetika, dan Rekayasa Reproduksi Manusia.

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan sistem komputerisasi dan alat-alat kesehatan
canggih yang dimanfaatkan dalam bidang kedokteran.
2. Mengidentifikasi dan menjelaskan fungsi e-Health dalam bidang kedokteran.
3. Mengidentifikasi dan menjelaskan masalah Rekayasa konginental dalam ilmu
kedokteran.
4. Mengidentifikasi dan menjelaskan masalah Rekayasa Genetika dalam ilmu
kedokteran.
5. Mengidentifikasi dan menjelaskan masalah Rekayasa Reproduksi Manusia dalam
ilmu kedokteran.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penggunaan Komputer Dan Alat-alat Canggih Kesehatan dalam Bidang


Kedokteran.

2.1.1 Penggunaan Komputerisasi Kedokteran.

Perkembangan teknologi pada era ini semakin canggih, terutama dalam dunia IT
(Informatic Technologi), perkembangan teknologi memberikan imbas positif dalam berbagai
bidang, salah satunya adalah dalam bidang kesehatan dan kedokteran. Pemanfaatan komputer
dalam dunia kedokteran, pertama kali digunakan pada tahun 1973 untuk membuat gambar
otak, yang menggunakan suatu system bernama CAT (Computerized Axial Tomography).
Dan sekarang CAT tidak hanya digunakan untuk membuat gambar otak, melainkan seluruh
organ tubuh lainnya juga. Salah satu pengaplikasian IT dalam bidang kedokteran dengan
menggunakan komputer adalah USG (Ultra Sonografi), USG adalah salah satu alat
kedokteran yang memanfaatkan gelombang ultrasonic yaitu gelombang suara yang memiliki
frekuensi tinggi (250 kHz – 2000 kHz), dimana hasilnya ditampilkan pada layar monitor.

Komputer digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dan menemukan obat yang
tepat, komputer juga mempermudah dokter untuk menganalisa organ dalam tubuh manusia
tanpa harus melakukan operasi dan juga memudahkan dalam menganalisis organ tubuh
manusia bagian dalam yang sulit untuk dilihat. Pengawasan keadaan kondisi pasien pun tidak
lepas dari penggunaan komputer. Selain itu bagi para dokter itu sendiri, komputer amat
sangat bermanfaat, salah satunya adalah untuk mengupdate segala sesuatu hal yang tentunya
berhubungan dengan dunia kesehatan dan kedokteran, kurang lebih 750.000 artikel terbaru
dijurnal kedokteran yang dipublikasikan tiap tahunnya.

Komputer juga digunakan untuk administrasi dalam transaksi yang terjadi di rumah
sakit, karena tentunya didalam rumah sakit juga terjadi kegiatan transaksi ekonomi, baik
dalam registrasi pasien, pembayaran resep obat dan pembayaran-pembayaran lainnya. Masih
banyak tentunya pemanfaatan dan peran komputer di dunia kesehatan dan kedokteran,
semoga artikel saya ini dapat sedikit bermanfaat bagi para pembaca.

7
2.1.2 Alat-alat Canggih Kedokteran

Peralatan kedokteran dirancang untuk membantu di dalam diagnosis, monitoring atau


terapi medis. Peranti-peranti ini biasanya dirancang dengan patokan-patokan keselamatan
yang ketat.
Peralatan kedokteran dibagi menjadi beberapa tipe dasar, yaitu :

 Peralatan diagnostik termasuk mesin-mesin imaging medis, digunakan untuk


membantu di dalam diagnosis. Contoh-contoh adalah ultrasound dan MRI, PET dan
CT Scan dan peralatan sinar x.
 Peralatan Therapeutic termasuk pompa infus, laser medis dan LASIK.
 Peralatan Life Support digunakan menjaga kondisi pasien. Ini termasuk ventilator-
ventilator medis, mesin-mesin paru-paru [hati/jantung], ECMO, dan mesin-mesin
dialisis.
 Monitor-monitor medis digunakan oleh staf medis untuk mengukur suatu keadaan
pasien yang medis. Monitor-monitor ini mengukur tanda-tanda penting pada pasien
dan parameter-parameter lain yang termasuk ECG, suhu tubuh, tekanan darah, dan
saturasi oksigen di dalam darah.
 Peralatan laboratorium medis digunakan untuk meneliti darah, air seni dan gen-gen.

Peralatan kedokteran Diagnostik ada juga yang digunakan di rumah untuk tujuan-tujuan
tertentu, seperti untuk penderita diabetes melitus. Teknisi peralatan biomedical (BMET-
Biomedical Equipment Technician) adalah suatu komponen yang penting dari sistem
perawatan peralatan kedokteran. Dipekerjakan terutama oleh rumah sakit, BMETS adalah
orang-orang bertanggung jawab karena memelihara fasilitas suatu peralatan kedokteran.

2.2 e-Health

Ada banyak definisi mengenai e-health. Dua di antaranya yang sering digunakan adalah:

1. Pemanfaatan internet dan teknologi yang berhubungan dengannya dalam industri


pelayanan kesehatan guna meningkatkan akses, efisiensi, efektifitas dan kualitas dari
proses klinis dan bisnis yang dijalankan organisasi pelayanan kesehatan, para praktisi,
pasien dan konsumen dalam rangka peningkatan status kesehatan pasien (Healthcare
Information and Management Systems Society [HIMSS]).

8
2. E-health adalah e-commerce versi kesehatan: yaitu pemanfaatan bisnis kesehatan
secara elektronik. E-health adalah kombinasi dari pemanfaataan komunikasi
elektronik dan teknologi informasi pada bidang kesehatan, baik di tempat sendiri
(lokal) maupun di klinik yang jauh, untuk tujuan klinik, pengajaran dan administratif.

2.2.1 Pertumbuhan dunia internet dan pelayanan kesehatan

Selama lebih dari 12 tahun terakhir ini, di seluruh dunia terjadi pertumbuhan industri
internet. Pertumbuhan yang melewati perkiraan semula dalam bidang pemanfaatan teknologi
komputer dan telekomunikasi ini menyentuh semua sektor ekonomi. Terjadi kemudahan
proses komunikasi dan transaksi menggunakan media ini. Konsumen sangat diuntungkan
karena kemudahan mencari informasi dari pelbagai sumber di seluruh dunia. Memasuki dunia
ini sangatlah mudah dengan mengunjungi website, melakukan chatting (diskusi seketika)
termasuk bergabung pada pelbagai mailinglist-mailinglist khusus mengenai topik
kesehatan/penyakit tertentu. Sayangnya, sebagian gerbang-gerbang informasi ini tidak
terkontrol alias kurang bisa dipertanggungjawabkan. Salah satu usaha meminimalisasi risiko
ini adalah dengan hanya bergabung pada situs/ milis yang terpercaya.

2.2.2 Pertumbuhan organisasi pelayanan kesehatan

Bersamaan dengan bertumbuhnya industri internet, pemain pada dunia pelayanan


kesehatan pun juga turut meningkatkan investasi mereka dalam infrastruktur teknisl. Para
klinikus yang sudah pernah menggunakan komputer saat menempuh kuliah kedokteran
dahulu, sekarang mempunyai kebutuhan akan material referensi yang bisa diakses online.
Sebagai cara yang baru, sama seperti Picture Archive Communications Systems (PACS),
sistem laboratorium dan medical record, para klinikus mengharapkan mereka bisa
memperoleh informasi terkini setiap waktu. Baik saat berada di rumah, di kantor termasuk di
rumah sakit. Kompetisi kebutuhan akses instant akan informasi dan transaksi, menuntut
percepatan peningkatan peralatan teknis yang mendukung, yang bisa dihantar melalui
website. Sudah banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang kesehatan melihat potensi
pemanfaatan teknologi informasi ini. Sayangnya, tidak kalah banyak juga yang asal
mencantumkan awalan "e-" pada solusi tua mereka.

9
2.2.3 Arti E pada e-health

Menurut Gunter Eysenbach, "e" pada e-health tidak hanya mengandung arti
"electronic" melainkan juga melingkupi:

1. Eficiency

2. Enhancing quality of care

3. Evidence based

4. Empowerment of consumers and patients

5. Encouragement of a new relationship between the patient and health professional

6. Education of physicians and consumers through online sources

7. Enabling information exchange, an communication in a standardized way


between health care establishments

8. Extending the scope of healthcare beyond its conventional boundaries

9. Ethics

10. Equity

2.2.4 Sistem Penatalaksanaan e-Helath.


Dalam pelaksanaannya, istilah eHealth seringkali mengalami masalah dalam hal
pendefinisiannya, hal ini disebkan oleh tidak adanya konsensus dari praktisi teknologi
informasi yang berkecimpung dalam bidang kesehatan. Akibatnya definisi eHealth,
seringkali tidak konsisten antara kalangan akademis, pengembang, pembuat kebijakan,dan
para konsumen.Untuk menjawab permasalahan tersebut, Cludia Pagliari, David Sload, dan
Peter Gregor melakukan penelitian literatur. Penelitan ini menggunakan lebih kurang 32.000
publikasi yang ada. Hasil dari penelitan yang dilakukan menunjukkan bawha definisi ehealth
yang banyak digunakan adalah penggunaan jaringan informasi dari teknologi telekomunikasi
terutama internet untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan Berangkat dari definisi
itu, terlihat bahwa infrastruktur yang cukup memainkan peran dalam bidang ini adalah
internet, terutama dalam hal melakukan penyebaran informasi. Dan untuk melihat lebih jauh

10
kefektifitan internet sebagai penyokong dari eHealth, dapat dilihat dari perilaku pengguna
internet kaitannya dalam mencari, disilahkan memperbanyak dokumen ini informasi
kesehatan. Atau dengan kata lain karakteristik pengguna seperti apa saja yang lebih banyak
memanfaatkan internet untuk menemukan informasi kesehatan.Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, Mohan J Dutta-Bergman, seorang peneliti departemen komunikasi universitas
Purdue, melakukan sebuah penelitan untuk mencari tahu karakteristik dari pengguna internet
dalam melakukan pencaharian informasi kesehatan Dalam melakukan penelitiannya, Mohan
menelaah perilaku dari konsumen terhadap beberapa fungsi informasi pencarian diinternet
berkenaan dengan topik:
 Mengumpulkan berita berita tentang obat obatan
 Mencari informasi tentang medical services
 Mencari informasi tentang drugs and medications
 Mengumpulkan informasi spesific penyakit tertentu
 Mencari informasi tentang gaya hidup sehat
 Mencari kelompok diskusi tentang kesehatan

Selaini itu penelitian ini juga menggunakan fasilitas email untuk melakukan survey yang
dilakukan sejak tahun 1995 sampai tahun 2004. Berdasarkan survey yang dilakukan
didpatkan hasil bahwa Pencari informasi di internet yang berhubungan dengan tujuan
kesehatan biasanya lebih health oriented daripada yang tidak.

2.2.5 Validitas survey melalui internet


Penting juga diperhatikan bahwa survey kesehatan melalui internet belum dapat
ikatakan valid. Sampai saat ini penelitan e-health di intenet masih sulit untuk berkembang
selama masalah bias karena input yang kurang terdistribusi dengan baik dapat ditekan.

2.2.6 Kekurangan e-health di internet


Sebernarnya bukan hanya soal penelitian kesehatan saja yang masih bermasalah. Ada
banyak, disilahkan memperbanyak dokumen ini kekurangan ehealth yang harus diperhatikan
misalnya akses kesehatan melalui internet terbatas pada golongan tertentu saja yang cukup
mapan dan tidak terlalu berumur. Informasi internet masih terkendala dengan sulitnya
mencari informasi yang valid, complete dan dimengerti. Masalah yang terahir adalah masalah
11
confict interest dengan perusahaan kimia di dunia internet. Hal ini masih menjadi problem
yang perlu diperhatikan.

2.2.7 Beberapa perkembangan e-Health dunia, area Asia-Pasifik - Indonesia

Rumah-rumah sakit di Indonesia telah memiliki sistem informasi rumah sakit untuk
pelayanan Medical Record. Secara umum mereka mengembangkan sendiri-sendiri sesuai
dengan sistem manual yang telah dijalankan. Untuk meningkatkan sistem ini, ada yang
membeli dari vendor-vendor luar negeri. Saat ini, selain pengembang software sistem
informasi rumah sakit dari Indonesia sendiri, banyak juga pengembang dan konsultan IT
yang berasal dari luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura dan India.

Beberapa Seminar Sistem Informasi Rumah Sakit/Kesehatan yang telah diadakan:

1. Pemilihan Hospital Information System yang tepat untuk Rumah Sakit, diselenggarakan
oleh PERMAPKIN (Perhimpunan Manajer Pelayanan Kesehatan Indonesia),
http://www.permapkin.or.id
2. Sistem Informasi Kesehatan dan Pengembangan Bank Data Kesehatan Kabupaten/Kota,
diselenggarakan oleh PUSDATIN DepKes RI, http://www.depkes.go.id
3. Keabsahan dokumen Teknologi Informasi (TI) dalam mendukung sistem manajemen
rawat jalan rumah sakit, diselenggarakan di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya,
http://irj3.tripod.com/semilokakarya.

2.2.8 Website Kesehatan/Kedokteran

Di Indonesia terdapat 2 buah website kesehatan/kedokteran yang telah mapan. Yang


dimaksud dengan website kesehatan/kedokteran adalah website yang hanya memproduksi
tulisan-tulisan kesehatan/kedokteran yang terjadi di Indonesia maupun di dunia. Satu situs
dijalankan oleh perusahaan farmasi, http://www.kalbefarma.com, dan satunya lagi
dijalankan oleh Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI), http://www.pdpersi.co.id.

* President of the International Medical Informatics Association (IMIA) Cermin Dunia


Kedokteran No. 153, 2006 44

12
Teknologi informasi kini telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
rutinitas kehidupan manusia. Teknologi informasi sudah merambah berbagai macam bidang
kehidupan, mulai dari bidang sosial,politik, ekonnomi, dan termasuk juga didibidang
kesehatan.
Pemanfaatan teknologi informasi menjadi sangat penting sebab disilahkan
memperbanyak dokumen ini terbukti bahwa dengan menggunakan teknologi informasi
efektivitas dan efisiensi dalam melakukan sebuah proses lebih dapat dicapai, jika
dibandingkan hanya mengandalkan manusi dalam melakukan proses tersebut.Salah satu
bidang yang kini sedang berkembang dalam mengadopsi TI, adalah kesehatan. Teknologi
Informasi dalam kesehatan ini lebih sering dikenala dengan istilah eHealth. Dan Paper ini
mencoba memaparkan lebih jauh mengenai eHealth, dari aspek infrastruktur teknologi yang
mendukungnya, aspek tingkah laku dari pengguna eHealth (tenaga medis, pasien dan
masyarakat umum).

2.3 Kelainan Kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang


timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab
penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup
berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap kelangsungan hidup bayi
yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologik
dan laboratorik untuk menegakkan diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal
pula adanya diagnosisi pre/-ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan
tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

2.3.1 Angka Kejadian

Kelainan kongenital pada bayi baru lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau
dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan

13
kongenital multipel. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum
terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi.
Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu kelainan
kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila ditemukan satu kelainan kongenital
besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital
ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain sebesar 15%
sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan
kelainan kongenital besar sebesar 90%.

Angka kejadian kelainan kongenital yang besar berkisar 15 per 1000 kelahiran angka
kejadian ini akan menjadi 4-5% biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah
Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian
kelainan kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar 11,6I
per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan (1977-1980)
sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di Rumah Sakit Universitas
Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4.625 kelahiran bayi. Angka kejadian dan jenis
kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula
dapat tergantung pada cara perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.

2.3.2 Faktor Etiologi

Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan


embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor
lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.

Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital
antara lain:

A. Kelainan Genetik dan Khromosom.

Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan

14
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini
sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat
membantu langkah-langkah selanjutya.

Dengan adanya kemajuan dafam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat
diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom
autosomai trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin
sebagai sindroma Turner.

B. Faktor mekanik

Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan


kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor
predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas
suatu organ. Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti
talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot).

C. Faktor infeksi.

Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada
periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu
dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu
organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi
virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital
pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya
kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat
menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan
pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.

15
D. Faktor Obat

Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama
kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada
bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital
ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa
jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga
erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara
laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya
trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat.
Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik
atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan
sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.

E. Faktor umur ibu

Telah diketahui bahwa mongoIisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit
Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian
mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk
kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1:5.500
untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39 tahun,
1:75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15 untuk kelompok ibu berumur 45
tahun atau lebih.

F. Faktor hormonal

Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan


kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan
bayi yang normal.

16
G. Faktor radiasi

Radiasi ada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan
kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan
diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.

H. Faktor gizi

Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat
menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan
menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari
ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.

I. Faktor-faktor lain

Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya


sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah
sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

2.3.3 Diagnosa

Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada-


pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan
pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor
resiko misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya
kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopause. Pencarian
dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat

17
dilakukan tindakan amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion. Beberapa kelainan
kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome,
phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta
meningocele. Pemeriksaan darah janin pada kasus thallasemia. Untuk kasus-kasus
hidrosefalus pemeriksaan dapat diketemukan pada saat periksa hamil.

2.3.4 Penanganan

Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan


tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang
memerlukan koreksi kosmetik. Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir,
hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab,
langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.

2.4 Rekayasa Genetika

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) rekayasa genetika dapat diartikan
sebagai ilmu dari cabang biologi yang berhubungan dengan prinsip keturunan dan variasi
pada binatang dan tumbuhan jenis yang sama. Namun demikian dewasa ini rekayasa genetika
tidak hanya berlaku pada hewan dan tumbuhan yang sejenis tetapi telah berkembang pada
manusia dan lintas jenis. Dalam rekayasa genetika dapat diperoleh suatu sifat yang
menguntungkan dari sutu organisme yang dapat diatransfer pada organisme lain.
Sebagaimana telah diketahui bahwa gen merupakan pembawa sifat pada organisme, maka
pemindahan suatu sifat dapat dilakukan dengan merekayasa gen-gen tertentu pada mahkluk
hidup tertentu. Tehnik ini telah banyak dilakukan dan berhasil terutama di bidang pertanian.
Contohnya diperolehnya kapas transgenik yang tahan hama, diperolehnya padi dengan
kualitas unggul dan sebagainya.

Penemuan baru di bidang rekayasa genetika dan sangat berguna di bidang kesehatan
adalah, keberhasilan produksi insulin manusia dengan tehnik rekayasa genetika pada bakteri
E. coli. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) semakin hari
semakin bertambah. Indonesia menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan
jumlah penderita DM terbanyak setelah India, China, Uni Sovyet, Jepang, dan Brazil.

18
Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita DM di Indonesia mencapai 5 juta dengan
peningkatan sebanyak 230.000 pasien DM per tahunnya, sehingga pada tahun 2005
diperkirakan akan mencapai 12 juta penderita (Octa, 2006).

Diabetes Melitus merupakan penyakit dimana tubuh penderita tidak bisa secara
otomatis mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes tidak bisa
memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam
tubuh. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) ini menjadi racun bagi
tubuh (Octa, 2006).

Diabetes Melitus dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu :

a. Diabetes Tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus /tergantung insulin)

Yaitu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Hal ini disebabkan karena sel-
sel beta dari pulau-pulau langerhans telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas
berhenti memproduksi insulin. Kerusakan sel beta tersebut dapat terjadi sejak kecil
ataupun setelah dewasa. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin,
sehingga tubuh perlu pasokan insulin dari luar.

b. Diabetes Tipe II (NIDDM/ Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus/ tidak


tergantung insulin)

Diabetes melitus ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk berespons


dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin),
sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Biasanya orang yang
terkena penyakit diabetes tipe ini adalah orang dewasa .

Secara normal insulin dihasilkan oleh pankreas. Dalam keadaan sehat


pankreas secara spontan akan memproduksi insulin saat gula darah tinggi. Prosesnya
sebagai berikut: jika gula darah rendah glukagon akan dibebaskan oleh sel alfa
pankreas, kemudian hati akan melepaskan gula ke darah yang mengakibatkan kadar
gula darah normal. Sebaliknya jika gula dalam darah tinggi, insulin akan dibebaskan
oleh sel beta pankreas, kemudian sel-sel lemak akan mengikat gula darah, yang
mengakibatkan kadar gula darah normal. Menurut Witarto, (2005).

19
Insulin adalah hormon dari jenis protein yang tersusun dari 51 asam amino.
Struktur insulin manusia terdiri dari dua rantai polipeptida yang dihubungkan oleh
ikatan disulfida, yaitu polipeptida alfa dan beta. Polipeptida alfa mengandung 21 asam
amino sedang polipeptida beta mengandung 30 asam amino. Apabila urutan asam
amino suatu polipeptida diketahui maka dengan menggunakan kode genetika dapat
pula diketahui urutan nukleotida gena(DNA) yang mengkodenya. Mengingat bahwa
protein insulin cukup pendek maka gen yang mengkode insulin dapat disintesis
secara kimiawi. Insulin berfungsi untuk mengontrol kadar gula dalam darah. Bila
kadar gula dalam darah tinggi maka insulin akan membantu mengubah gula darah
menjadi glikogen yang biasanya akan disimpan di otot sehingga kadar gula dalam
darah normal.

Sebelum era rekayasa genetika, insulin yang diperlukan untuk mengobati


penderita DM diperoleh dari hewan. Insulin yang dihasilkan oleh pankreas sapi atau
babi digunakan untuk pengobatan DM pada manusia. Namun cara ini mempunyai
kelemahan, yaitu terbatasnya insulin yang dapat diproduksi oleh pankreas, yang tidak
sebanding dengan jumlah penderita DM yang membutuhkan insulin. Selain itu
memungkinkan adanya efek samping karena insulin yang dihasilkan tidak sama persis
dengan insulin manusia. Meskipun diketahui insulin yang dihasilkan oleh babi paling
mirip dengan insulin manusia, namun perlu diingat bahwa dalam islam babi
merupakan binatang yang haram. Penemuan teknik rekayasa genetika pada E. coli
untuk menghasilkan insulin, jauh lebih menguntungkan karena yang dihasilkan adalah
insulin manusia sehingga tidak memberikan efek sampingan seperti halnya insulin
hewan serta dapat dihasilkan banyak insulin dalam waktu yang relatif pendek. Hal ini
dikarenakan waktu generasi E. coli yang cukup pendek, yaitu hanya 20 menit,
sehingga setiap 20 menit, satu sel E. coli membelah menjadi 2 sel.

E. coli merupakan anggota bakteri. Selama ini bila kita mendengar kata
bakteri, maka yang terbayang di benak kita adalah sesuatu yang merugikan saja,
misalnya penyebab suatu penyakit. Padahal sebenarnya E. coli tidaklah demikian,
bakteri ini dikenal sebagai mikrobia normal tubuh manusia. E. coli tidak bersifat
pathogen selama berada dalam usus dan bahkan menurut Sujono (1998) bakteri ini
bersimbiosis mutualisme dengan manusia. E. coli membantu membentuk vitamin-
vitamin (terutama vitamin K) dan dapat menghambat terbentuknya gas H2S,
sedangkan E. coli juga mendapatkan makanan dari sisa-sisa metabolisme manusia.

20
Menurut Sebiring L, dkk (1999) langkah-langkah dalam rekayasa genetika untuk
memproduksi insulin adalah sebagai berikut :

1. Masing-masing gen polipeptida alfa dan beta disintesis secara kimiawi.


2. Gen tersebut disisipkan pada plasmid E. coli yang direkayasa supaya memiliki
operon laktosa, yaitu promoter, operator, dan gen struktural 2 yang mengkode
ß-galaktosidase. Di samping itu, plasmid ini juga mengandung gen yang
mengkode resistensi terhadap amfisilin yang berguna sebagai marker untuk
menyeleksi sel yang mengandung plasmid.
3. Masing-masing gena alfa dan beta disisipkan ke dalam plasmid yang terpisah,
yaitu pada bagian kanan gen z.
4. Plasmid tersebut lalu dimasukkan ke dalam sel E. coli untuk diekspresikan.
5. Ekspresi operon laktosa akan menyebabkan terbentuknya protein galaktosidase
dan protein insulin yang saling berikatan hingga membentuk protein
gabungan.
6. Selanjutnya protein gabungan ini dimurnikan lalu dipotong sehingga protein
insulin terpisah dengan protein ß-galaktosidase.
7. Dengan cara ini akan diperoleh polipeptida alfa maupun polipeptida beta
insulin.
8. Akhirnya polipeptida alfa diikatkan dengan polipeptida beta secara oksidasi.
sehingga diperoleh insulin yang utuh dan siap untuk digunakan.

2.4.1 Terapi Gen

Jika rekayasa genetika sudah banyak diterapkan dan berhasil, maka terapi gen baru
boleh dilakukan dalam skala penelitian dan para pakar memperkirakan masih sekitar tujuh
sampai lima belas tahun lagi terapi gen baru dapat terealisasi. Namun demikian terapi gen
cukup menjanjikan harapan bagi para penderita penyakit, terutama penyakit keturunan.

Terapi gen adalah teknik memperbaiki gen yang rusak atau cacat yang
bertanggungjawab atas timbulnya penyakit tertentu. Edrus menyatakan bahwa terapi gen
merupakan teknologi masa kini yang membolehkan gen-gen yang rusak diganti dengan gen-
gen normal dimana kita menggunakan vektor untuk menyisipkan DNA yang diingini ke
dalam sel dan disuntikkan ke dalam tubuh. Terapi gen dapat dilakukan secar ex vivo dan in

21
vivo. Terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990. Selama ini pendekatan terapi
gen yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang mengalami
ketidaknormalan. Pendekatan lain adalah melenyapkan gen abnormal dengan melakukan
rekombinasi homolog. Pendekatan ketiga adalah mereparasi gen abnormal dengan cara
mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga akan mengembalikan fungsi gen tersebut.
Selain pendekatan-pendekatan tersebut, ada pendekatan lain untuk terapi gen yaitu
mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut (Holmes, 2003). Perkembangan
terapi gen yang terkini untuk pengobatan penyakit lebih diarahkan pada gagasan mencegah
diekspresikannya gen-gen yang jeiek atau abnormal (gene silencing). Untuk tujuan gene
silencing atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka penggunaan RNA (RNA
therapeutic) lebih dimungkinkan dari pada penggunaan DNA. Telah dilaporkan dalam
majalah Nature bulan Mei 2001 bahwa RNA dapat membungkam ekspresi gen dengan
efektif. Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA, berarti menggunakan mekanisme
regulasi sel itu sendiri, sehingga efek samping yang merugikan lebih dapat ditekan. Cara ini
lebih baik dilakukan dari pada mengganti gen yang cacat.

Sampai saat ini vektor yang paling umum dipakai adalah virus. Pada keadaan
pathogen, yang terjadi adalah virus mampu menyisipkan gennya ke dalam sel manusia. Oleh
para pakar kemampuan ini digunakan untuk penyembuhan dengan jalan memanipulasi genom
virus, yaitu menghilangkan gen virus penyebab penyakit dan menyisipkan gen penyembuh
yang diinginkan ke dalam genom virus tersebut. Vektor yang telah berisi gen penyembuh
virus tadi diinjeksikan ke dalam sel target pasien (misalnya sel liver atau sel paru-paru).
Kemudian virus akan memindahkan materi genetik yang berisi gen penyembuh ke dalam sel
target. Dengan demikian, protein hasil produksi gen penyembuh tadi akan berfungsi normal
dan mengembalikan sel target dalam keadaan normal. Beberapa contoh terapi gen untuk
mengobati penyakit adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan Enzim ADA

Contoh terbaik adalah penghasilan enzim Adenosina Deaminase (ADA) pada


bayi. Ashanthi De Silva ialah kanak-kanak pertama yang dirawat dengan terapi gen.
Dia mengidap penyakit kedefisienan Adenosina Deaminase (ADA) yang disebabkan
mutasi tubuhnya tidak mampu membina enzim ADA, enzim ini diperlukan untuk
perkembangan sel-T (mempertahankan sistem keimumnan), gen ADA terletak pada
kromosom X. biasanya pengidap penyakit ini diberi suntikan enzim ADA atau

22
pemindahan sumsum tulang, namun sistem ini memiliki kelemahan, yaitu suntikan
enzim ADA tidak dapat memulihkan sistem keimunan penderita sedang pemindahan
sumsum tulang perlu pendonor yang cocok. Teknologi DNA rekombinan memberi
nafas baru untuk mengobati penyakit ini.

Ashanti yang berumur 4 tahun pada tahun 1990 menerima terapi gen. Salinan-
salinan gen terklon untuk enzim ADA disisipkan ke dalam retro virus lemah (sebagai
vektor). Retro virus ini dicampurkan dengan sel T Ashanthi, retrovirus kemudian
menjangkiti sel T dan menyisipkan gen ADA ke dalam DNA sel T. setelah dilakukan
penyaringan, sel T rekombinan tersebut diklonkan, sebagian sel T rekombinan
tersebut disuntikkan ke Ashanti dan sebagian lagi disimpan dalam penyimpan gen
(sebagai simpanan). Ashanti disuntik berulangkali, dan ternyata setelah 5 tahun
didapati sel T Ashanthi menunjukkan kehadiran gen ADA, diprediksikan satu milyar
sel telah diberikan pada Ashanthi.

b. Pengobatan Hemofili

Penderita hemofilia adalah manusia yang factor VIII dalam darahnya


jumlahnya sedikit. Jika orang normal memiliki jumlah factor VIII dalam darahnya
sebanyak 100 unit, maka penderita hemofili ringan hanya memiliki sekitar 30 unit
saja (6-30 persen), sedangkan penderita hemofili berat hanya memiliki factor VIII
dalam darahnya kurang dari 5 unit atau 1 persen saja. Akibatnya penderita tidak
memiliki kemampuan dalam pemkuan darah. Terapi gen merupakan salah satu cara
penyembuhan penyakit hemofili dengan memperbaiki kerusakan genetis, yaitu
melalui penggantian gen yang tidak rusak dan berfungsi normal. Penyembuhan
melalui terapi gen ini tidak dapat secara permanen dan masih harus dilakukan secara
berkala.

Menurut Moeslichan (2005), hingga saat ini terapi gen belum diterapkan pada
penderita hemofili Indonesia. Ditambahkannya bahwa di luar negeri studi terapi gen
terus dikembangkan. Bahkan percobaan kepada binatangpun telah dilakukan. Sebuah
kasus terapi gen yang dilakukan pada seekor anjing yang mengidap hemofilia dapat
sembuh dalam waktu 30 hari. Namun, serangan hemofilia kembali terjadi setelah itu.
Pada manusia penderita hemofili, masa penyembuhan setelah terapi gen, memakan
waktu dari satu hingga dua tahun.

23
Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus
diletakkan ke dalam sel yang akan berfungsi normal dan efektif. Untuk hemofilia gen
harus diletakkan ke dalam sel yang akan menghantarkan protein faktor VIII atau
faktor IX ke dalam peredaran darah. Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi
dalam sel dalam jangka waktu yang lama, demikian pula sel baru yang disebut
transduced cell, harus pula bertahan lama. Program terapi gen terbagi dalam dua
jenis. Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in vivo transfer).
Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo transfer). Terapi gen
in vivo transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap DNA. Peneliti
berharap dapat memetakan gen yang berfungsi normal sehingga memungkinkan sel-
sel menerimanya sesegera mungkin, misalnya melalui penyuntikan. Sedangkan ex
vivo transfer, gen yang berfungsi normal disisipkan ke dalam sel di dalam
laboratorium. Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen baru tadi di letakkan ke
dalam tubuh pasien. Sel penderita dapat digunakan untuk pemindahan gen ini. Tentu
kedua cara ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan in vivo transfer
adalah sangat sedikit membutuhkan manipulasi laboratorium dan dapat digunakan
dalam skala besar. Sedangkan ex vivo lebih sarat dengan operasi pembedahan, seperti
bagaimana mengangkat dan meletakkan kembali sel, karena meletakkan gen baru ke
tubuh pasien tidaklah segampang menelan pil atau semudah menyuntikkannya ke
dalam darah.

Risiko terapi gen adalah kemungkinan terjadinya viral vector yang akan
beraksi layaknya virus dan akan menyebabkan infeksi. Namun demikian sejauh ini
viral vector yang telah dilakukan investigasi tidak menyebabkan penyakit pada
manusia. Penyembuhan penyakit hemofilia melalui terapi gen saat ini masih terus
dilakukan. Percobaan terhadap anjing telah berhasil, demikian juga dengan manusia,
percobaan terhadap dua penderita hemofilia pun telah dilakukan.

c. Pengobatan Thallasemia

Thallasemia merupakan suatu penyakit darah bawaan yang menyebabkan sel


darah merah pecah (hemolisis), sel darah merah penderita mengandung sedikit
hemoglobin dan sel darah putihnya meningkat jumlahnya (Supriyadi, dkk, 1992).
Thallasemia merupakan penyakit keturunan yang paling banyak dijumpai di Indonesia
dan Italia. 6 sampai 10% dari 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Jika

24
dua orang yang sama-sama membawa gen ini menikah maka satu dari empat anak
mereka akan menderita thallasemia berat.

Kelainan gen ini akan mengakibatkan kekurangan salah satu unsur pembentuk
hemoglobin (Hb), sehingga produksi Hb berkurang. Terdapat tiga jenis thallasemia
yaitu: mayor, intermediate dan karier. Pada thallasemia mayor, Hb sama sekali tidak
diproduksi. Akibatnya penderita akan mengalami anemia berat. Dalam hal ini jika
penderita tidak diobati, maka bentuk tulang wajahnya akan berubah dan wama
kulitnya menjadi hitam. Selama hidupnya penderta akan tergantung pada transfusi
darah. Hal ini dapat berakibat fatal, karena efek samping dari transfuse darah yang
terus menerus akan mengakibatkan kelebihan zat besi.

Terapi gen merupakan harapan baru bagi penderita thallasemia di masa


mendatang. Terapi dilakukan dengan menggantikan sel tunas yang rusak pada
sumsum tulang penderita dengan sel tunas dari donor yang sehat. Hal ini sudah
diujicobakan pada mencit.

2.4.2 Klonasi

Jauh sebelum tahun 1940 ilmuwan telah berhasil membuat inseminasi buatan. Tahun
1951 dilaporkan adanya keberhasilan para ahli mentransfer embrio dari satu sapi ke sapi yang
lain. Tahun 1952 terjadi kemajuan dengan keberhasilan menggunakan sperma beku pada
sapi. Setahun kemudian hal ini dipraktekkan dalam percobaan bayi tabung (in vitro
fertilization atau IVF). Tahun 1984 lahirlah bayi perempuan dari embrio manusia yang
dibekukan.

Berita paling menggemparkan jauh setelah berbagai keberhasilan para ahli, adalah
ketika Dr Ian Wilmut dan rekannya dari Institute Roslin di Ediburgh, Inggris, berusaha
mengklonasi domba dari sel epitel kambing seekor domba lainnya. Domba yang diambil dari
jenis Finn Dorset berumur enam tahun yang sedang hamil. Kemudian sel ambing itu dikultur
dalam cawan petri dengan sumber makanan yang terbatas. Karena kelaparan, sel itu berhenti
berkembang atau mematikan aktivitas gennya. Kemudian Wimut mengambil jenis Blackface.
Inti sel telur yang bisa membelah menjadi domba dewasa setelah dibuahi itu kemudian
diambil, sekarang sel telur itu kosong, hanya berisi organela dan plasma sel saja. Lalu dua sel
itu didekatkan dan dengan aliran listrik yang dikejutkan karenanya, maka dua sel itu

25
bergabung menjadi satu seperti gelembung sabun. Ini seperti terjadinya pembuahan sel telur
oleh sperma. Maka terjadilah sel embrio. Kurang lebih enam hari kemudian sel embrio
bohongan itu disuntikkan ke dalam rahim seekor domba betina Blackface lainnya, kemudian
domba tersebut mengandung. Terciptalah Dolly sebagai keberhasilan Wimut dalam
merekayasa gen. Ini salah satu saja dari sekian ilmuwan yang telah berhasil dalam
menggandakan makhluk hidup dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Keberhasilan yang menggemparkan ini menjadi buah bibir dunia. Keberhasilan ilmu
pengetahuan dan teknologi mengarak manusia pada kondisi dan situasi yang serba dilematis.
Bagaimana tidak? Penggandaan makhluk hidup yang dibuat manusia merupakan wewenang
Tuhan, dan kini akan benar-benar ditiru manusia. Apakah dengan demikian manusia sudah
melewati batas-batas yang transendental? Keberhasilan klonasi --dalam arti duplikasi hewan-
- juga sebenarnya telah diterapkan pada tumbuhan, bahkan mungkin keberhasilannya
mendahului keberhasilan menduplikasi hewan, hanya saja pamornya tidak sehebat pada
hewan. Seperti buah semangka tanpa biji, maupun tumbuhan yang berkembang biak dengan
stek merupakan hasil klonasi dalam arti yang sesungguhnya. Hasil dari klonasi (klonus) ini
tidak akan membuahkan keturunan pada hewan dan tumbuhan tertentu. Jadi di samping
keberhasilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu menambah populasi dan referensi,
tetapi implisit hasil klonasi tidak akan dapat memperbanyak keturunan.

Keberhasilan mengklonasi hewan dan tumbuhan menjadi tambahan referensi, kiranya


tidak demikian ketika terjadi diskursus para ilmuwan untuk mengklonasi manusia. Dengan
imajinasi yang agak liar ternyata para ahli tidak puas dengan keberhasilannya dengan
mengklonasi hewan dan tumbuhan. Secara sederhana klonasi adalah usaha penciptaan
individu baru dengan memanfaatkan perkembangan ilmu Biologi, proses dari dua individu
yang memiliki informasi genetik yang sama. Sudah lama manusia bermimpi untuk
melestarikan dirinya. Manusia adalah makhluk Tuhan yang dapat menyadari bahwa suatu
saat ia akan mati, oleh karena itu ia takut mati. Mati disadarinya sebagai bagian dari
kenyataan dunia yang tidak dapat dihindari, sehingga muncullah pikiran manusia untuk
membuat keturunan yang mirip dengannya baik secara fisik maupun mental. Di samping itu
manusia juga tidak mau kehilangan anak yang merupakan bagian dari hidupnya, sehingga
manusia menginginkan duplikasi anak yang mirip dengan anaknya yang telah mati, atau yang
disadari bahwa nantinya akan mati juga. Keinginan-keinginan yang lain juga mendasari
keinginan menduplikasi dirinya. Ini juga semata-mata karena protes atas ketidakpuasannya
terhadap perkembangan Iptek yang selalu melahirkan manusia yang jahat atau buruk.

26
Duplikasi manusia yang tidak diikuti dengan proses seksual merupakan bukti perkembangan
pola pikir manusia yang akhirnya menjadi bahan polemik di mana-mana.

Dari kaca mata etika, klonasi perlu dipertanyakan kembali apakah itu tidak melanggar
agama, karena secara tidak langsung tersirat bahwa klonus telah diakhiri hidupnya. Di
samping itu klonasi yang prosesnya asexual dan nonkoital itu, mengakibatkan kesucian
reproduksi memudar, reproduksi menjadi teknis rasional dan ekonomis. Keorangtuaan juga
menjadi hilang nilainya, lebihlebih kalau klonus lahir setelah orang tuanya meninggal,
padahal kekeluargaan dianggap sebagai sentral masyarakat. Pertimbangan berikutnya adalah
melenyapnya keunikan manusia, karena variabilitas genetis berkurang, maka ini mempunyai
implikasi terhadap evolusi, identifikasi individual, hak tidak mengetahui masa depan dirinya
sendiri, dan keleluasaan pribadi. Klonasi dapat mengakibatkan beban mental pada si klonus,
dengan alasan karena dirinya dituntut untuk berperangai dan bertingkah laku persis sama,
sehingga hidupnya tidak mempunyai kejutan-kejutan yang merangsang atau tantangan
sekonyong-konyong yang menyegarkan. Di sinilah otonomi manusia menjadi semakin
terlihat memudar. Dalam kerangka permasalahan inilah klonasi manusia dianggap tidak
manusiawi. Mencoba membatasi pengetahuan manusia berarti merendahkan kealamian
manusia, tetapi melalui klonasi justru akan hilang kemanusiaannya. Manusia dengan proses
alamiahnya dalam mendapatkan keturunan, telah direbut dengan teknologi yang keras.
Sebagian saja barangkali yang urgen dengan klonasi ini terutama bagi yang mempunyai
keturunan terbatas, karena takut kehilangan. Itupun tentu dengan pertimbangan yang tidak
sederhana.

2.5 Rekayasa Reproduksi Manusia

Merupakan usaha manusia dalam memanipulasi hormon-hormon dan faktor-


faktorreproduksi untuk kepentingannya, yaitu kesejahteraan manusia. Dalampelaksanaannya,
rekayasa reproduksi melibatkan banyak disiplin ilmu, misalnya fisiologi, morfologi,
anatomi, biokimia, mikrobiologi, dan terutama biologi molekuler.

Beberapa jenis rekayasa reproduksi telah berhasil dilakukan padabeberapa pasangan


suami istri dalam rangka membantu banyakpasangan suami istri yang tidak mampu
bereproduksi secara normal yangmemiliki keinginan berketurunan. Namun, ada salah satu
cabang reproduksi yang cukup kontroversial yaitu kloning. Memang dunia mampu menerima

27
ketika Kloning diterapkan pada tanaman. Tapi, ketika para ilmuan telah menjadikan hewan
bahkan manusia sebagai objek Kloning. Hal ini mendapat pertentangan dari pihak koservatif,
pihak gereja danulama-ulama dari kalangan kaum muslimin.

2.5.1 Jenis, Contoh dan Bagaimana Proses dari Rekayasa Reproduksi:

a. Inseminasi Buatan.

merupakan terapan yang dilakukan dengan caramemasukkan sperma kedalam


vagina oleh seorang ahli kesehatan. Inseminasi buatan dilakukan terhadap
perempuan yang suaminya memiliki jumlah sperma yang sedikit.

Sebuah variasi dari inseminasi buatan adalah penggunaan obat-obatanpenyubur yang


dapat merangsang ovari. Selanjutnya, sperma donorditempatkan di dalam uterus,
dekat vagina.Pada inseminasi buatan, sperma diambil dari suami lewat masturbasiatau
senggama terputus. Sekumpulan cairan sperma dikumpulkan didalam gelas. Lewat
penelitian laboratorium, dipilih sperma berkualitastinggi untuk disemai. Setelah
didapat, sperma dimasukkan ke dalam rahim lewat vagina. Pembuahan masih
berlangsung di kandungan.Menurut Noekman Moeloek, Ketua Perhimpunan Dokter
Spesialis Androligi Indonesia, cara ini diterapkan juka jumlah sperma 15 juta/ml.

b. Bayi Tabung

Bayi tabung adalah bayi yang merupakan hasil pembuahan yang berlangsung di dalam
tabung. Teknologi ini sebenarnya kelanjutan dariteknologi inseminasi buatan, hanya
proses pembuahan pada bayi tabungterjadi di luar sedangkan inseminasi terjadi di
dalam tubuh. Kedua-duanyasama-sama merupakan perkembangbiakan generatif.
Teknologi bayi tabung ini diterapkan sejak 1978 oleh embriolog Edward dan
ginekolog Steptoe. Keduanya dari Inggris. Pada saat itukedua dokter ini berhasil
membuat bayi tabung bernama Louise Brown. Kini sejulah rumah sakit pemerintah,
seperti Rumah sakit Hasan Sadikin.(Bandung), Dr. Soetomo (Surabaya), Cipto
Mangunkusumo dan HarapanKita (Jakarta) sudah menyediakan fasilitas ini.Bedanya
dengan Inseminasi, teknologi ini sedikit rumit. Suami istridiberi obat hormonal dulu.
Tujuannya, agar jumlah sperma dan sel telurmelebihi normal. Setelah itu, sejumlah

28
sperma dan sel telur dikeluarkandari tubuh, dan ditempatkan dalam tabung.lalu dicari
sperma dan sel teluryang berkualitas tinggi. Selama dua jam, sejumlah sperma
dibiarkanmembahi sel telur di dalam tabung. Proses ini dipantau iga hari.
Darisejumlah pembuahan, dipilih embrio terbaik untuk ditanamkan kembali kerahim
ibu.Kita biasanya sering mendengar istilah bayi tabung bagi pasanganyang kesulitan
untuk mendapatkan keturunan. Hal ini merupakan jalanpintas bagi mereka untuk
segera mendapatkan keturunan. Secara Detailproses pembuatan bayi tabung adalah
sebagai berikut:

 Sel telur yang mengalami ovulasi pada induk atau wanita diambildengan suatu
alat dan disimpan di dalam tabung yang berisimedium seperti kondisi yang ada
pada rahim wanita hamil.
 Sel telur dipertemukan dengan sperma di bawah mikroskop dan diamati
sehingga terjadi fertilisasi.
 Sel telur yang sudah dibuahi tersebut dikembalikan ke dalam tabung.
 Jika sel telur yang sudah dibuahi, disebut zigot, berkembang dengan baik dan
menjadi embrio, maka embrio tersebut akan disuntikkankembali ke dalam
rahim induknya semula.

c. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)

Merupakan terapan teknologi denganmetode dan prosedur yang lebih vanggih. Satu
sel sperma disuntikkanlangsung ke sebuah sel telur. Metode tersebut lebih efektif pada
seoranglaki-laki yang memiliki masalah kesuburan. Umunya ICSI dipilih biladinding
sel telur terlalu tebal dan ada kerusakan pada sitoplasma, cairanyang mengelilingi inti
sel telur. Tapi, bias juga dipilih kalau ternyatakepala sperma tidak normal.Dengan
metode ini, sperma tidak harus diambil lewat ejakulasi. Dalamsperma yang tidak
keluar bersama air mani, ICSI bias diandalkan. Tentusaja harus melalui dua cara,
yaitu MESA dan testicular sperm extraction (TESE). MESA adalah teknik
pengambilan sperma di epididimis, bagiantestis yang berfungsi sebagi tempat
pematangan sperma. Sementara itu, TESE mengambil sel berbentuk kecebong ini
langsung dari pabriknya,meski spermanya belum matang.

29
Akan tetapi, teknologi ICSI ini punya efek samping, terutama padapemberian obat
menuerut Nukman, sewaktu diperkenalkan pertama kali, tingkat keberhasilan ICSI
dalam membuahi sel telur Cuma 2%. Tapi, kinibias mencapai 80%, walaupun masih
mungkin terjadi keguguran.

d. Kloning.

Kloning pengertian secara sederhanya adalah cangkok: yaitu penggabungan unsur-


unsur hayati dua atau lebih untuk memperoleh manfaat tertentu. Dibidang biologi
molekuler, pengertian kloning inisering dikonotasikan dengan teknologi
penggabungan fragment (potongan) DNA, sehingga pengertiannya identik dengan
teknologi rekombinan DNA atau rekayasa genetik.

Namun pengertian di luar itu juga masih tetap digunakan, misalnya kloning domba
dsb, yang merupakan "penggabungan" unsur inti sel dengan sel telur tanpa inti.
Dengan demikian teknologi kloning ini juga termasuk dalam wacana bioteknologi;
malah bisa dikatakan sebagai hal yang mendasar untuk bioteknologi. Teknologi
kloning memang memungkinkan untuk dikembangakan ke arah rekayasa
pembuatan jaringan atau organ tertentu. Namun mesti memperhatikan masalah etik.
Mengenai rekayasa darah untuk keperluan transfusi, meskipun sel darahnya
sendiri bisa diusahakan melalui teknologi kloning (melaluistimulasi hematopoietic
progenitors, atau dari stem cells-nya), namun mesti juga harus memperhatikan
komponen-komponen lainnya selain komponen sel-sel darah. Adapun kloning
manusia adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang sama dengan
induknya yang berupa manusia. Hal inidapat dilakukan dengan cara mengambil sel
tubuh (sel somatik) dari tubuh manusia, kemudian diambil inti selnya (nukleusnya),
danselanjutnya ditanamkan pada sel telur (ovum) wanita yang telah dihilangkan
inti selnya dengan suatu metode yang mirip dengan proses pembuahan atau
inseminasi buatan.

Dengan metode semacam itu, kloning manusia dilaksanakan dengan cara mengambil
inti sel dari tubuh seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur yang diambil dari
seorang perempuan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan kejutan arus

30
listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses penggabungan ini terjadi,
sel telur yang telah bercampur dengan inti sel tersebut ditransfer ke dalam rahim.

Seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi,


dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat
dilahirkan secara alami. Keturunan ini akan berkode genetik sama dengan induknya,
yakni orang yang menjadisumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur
perempuan. Di satu sisi, Kloning tidak hanya dilakukan kepada manusia sebagai
objeknya. Juga banyak teknologi Kloning yang kemudian berkembang didunia
peternakan dan perkebunan untuk memperoleh hewan, buah-buahan, dan sayur-
sayuran varietas unggul.

Seorang perempuan, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi,


dan berubah menjadi janin sempurna. Setelah itu keturunan yang dihasilkan dapat
dilahirkan secara alami. Keturunan iniakan berkode genetik sama dengan induknya,
yakni orang yang menjadi sumber inti sel tubuh yang telah ditanamkan pada sel telur
perempuan. Di satu sisi, Kloning tidak hanya dilakukan kepada manusia sebagai
objeknya. Juga banyak teknologi Kloning yang kemudian berkembang didunia
peternakan dan perkebunan untuk memperoleh hewan, buah-buahan, dan sayur-
sayuran varietas unggul.

2.5.2 Rekayasa Reproduksi menurut Pengetahuan Barat

Dalam sudut pandang barat tentunya rekayasa reproduksi yang berkembang


dipandang hanyalah sebuah perkembangan teknologi sekaligus sebagai bukti kejayaan
mereka dalam bidang teknologi dan kemajuan sains. Terlebih tentang masalah Kloning
manusia. Memang rekayasa reproduksi secara umum tidak menimbulkan perdebatan bahkan
semua kalangan barat menganggap sah-sah saja.

Namun, ketika mereka(para kalangan gereja dan konservatif) mengamati tentang


realitas danide-ide pengembangan teknologi rekayasa reproduksi terutama dalam masalah
kloning hewan dan manusia.Terjadi perdebatan yang cukup alot tentang kloning dikalangan
ilmuwan barat dan gereja serta kaum konservatif terus terjadi, bahkan dalam hal kloning
binatang sekalipun, apalagi dalam hal kloning manusia.Kelompok kontra kloning diwakili
oleh George Annos (seorang pengacarakesehatan di universitas Boston) dan pdt. Russel E.

31
Saltzman (pendetagereja lutheran). menurut George Annos, kloning akan memiliki
dampakburuk bagi kehidupan, antara lain :

a. merusak peradaban manusia.


b. memperlakukan manusia sebagai objek.

Jika kloning dilakukan manusia seolah seperti barang mekanis yang bisa dicetak
semaunya oleh pemilik modal. Hal ini akan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki
oleh manusia hasil kloning. kloning akan menimbulkan perasaan dominasi dari suatu
kelompok tertentu terhadap kelompok lain. Kloning biasanya dilakukan pada manusia
unggulan yang memiliki keistimewaan dibidang tertentu. Tidak mungkin cloning
dilakukan pada manusia awam yang tidak memiliki keistimewaan. Misalnya kloning
Einstein, kloning Beethoven maupun tokoh-tokoh yang lain. Hal ini akan menimbulkan
perasaan dominasi oleh manusia hasil kloning tersebut sehingga bukan suatu kemustahilan
ketika manusia hasil. kloning malah menguasai manusia sebenarnya karena keunggulan
mereka dalam berbagai bidang.

Sedangkan menurut pdt. Russel E. Saltzman, bagaimanapun kloning tetaptidak


diperbolehkan, karena pada prosesnya terdapat pengambilan seldari makhluk hidup yang
berhak mendapat kehidupan. Sel yang diambiluntuk kloning berarti sama saja dengan
membunuhnya untuk kemudiandijadikan sebagai organisme baru. Padahal setiap makhluk
hidup sekecilapapun berhak menikmati kehidupan.

Adapun kelompok yang memperbolehkan kloning diwakili oleh Panos Zavos


(seorang peneliti pada pusat Reproduksi kentucky), mereka berpendapat bahwa kloning
untuk saat ini memang diperlukan oleh manusia. Contoh misalnya ketika christopher reeves
kehilangan tulang punggungnya, salah satu cara yang pas untuk menyembuhkan sakitnya
adalah dengan kloning. Atau Andrea Gordon, seorang pasien yang mengalami gagal
ginjal dan organ tubuhnya tidak bisa menerima transplantasi ginjal walau dari orang
terdekatnya sekalipun. Ia rela menunggu hasil kloning organ ginjal walau ginjal babi
sekalipun. Untuk mereka berdua kloning sangat diperlukan karena menimbang manfaat yang
mereka dapatkan dari hasil kloning tersebut. Selain itu, kloning juga diharapkan bisa menjadi
alternatif untuk melestarikan hewan langka, sehingga keberadaan hewan-hewan langka terus
bisa dilestarikan, hal iniseperti yang dilakukan oleh Betsy Dresser (seorang pakar binatang
dikebun binatang audubon, new orlands, Australia). Kloning juga bias menjadi solusi bagi
wanita yang tidak bisa melahirkan anak tetapi inginmempunyai anak secara genetis karena

32
adanya keterkaitan histori antara keduanya, hal ini seperti yang diinginkan oleh Viviane
Maxwell (wargaCalifornia).Menimbang faktor-faktor diatas, para ilmuwan terus berupaya
untuk melakukan penelitian tentang kloning ini dengan harapan penelitian mereka bisa
dimanfaatkan pada kehidupan manusia. Tentang bayi tabung sekitar 30 tahun lalu seorang
bayi perempuan dilahirkan dari rahim seorang perempuan. Sekilas kelahiran tersebut
merupakan kelahiran biasa, normal. Namun, kelahiran itu sebenarnya merupakan hasil dari
pembuahan di luar tubuh manusia. Metode tersebut dikembangkan oleh ilmuwan Inggris,
Louise Brown. Pada mulanya, hasil percobaan ”bayi tabung” tersebut memicu protes di
berbagai belahandunia, akan tetapi sekaligus mengubah pandangan akan kehidupan dan
kemajuan sains. Metode tersebut telah menandai perubahan mendasar dalam perkembangan
ilmu kedokteran.

2.5.3 Rekayasa Reproduksi menurut Pengetahuan Islam.

Rekayasa reproduksi secara umum dipandang Islam adalah sebagai sebuah madaniah
yang merupakan sebuah kemajuan sains yang halal dimabil oleh kaum muslim. Namun sisi
lain, ternyata setelah ditelusuri teknologi ini menimbulkan beberapa pertentangan dengan
beberapa nash-nash Qur’an dan hadist terutama dalam dua cabang rekayasa reproduksi. Yaitu
kloning dan bayi tabung. Dalam sudut pandang Islam tentunya ilmu pengetahuan yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah syara’ tidak boleh dan tidak layak untuk dipelajari dan
diamalkan, namun hanya pantas ditanggapi sebgaai sebuah insormasi.

Kloning dan hukumnya secara tersurat tidak didapatkan dari kitab-kitab maraji’ islam,
baik dari Al-Qur’an, Hadits, maupun kitab-kitab ulama klasik. Penentuan hukum kloning
murni merupakan ijtihad kaum muslim sekarang dan ini merupakan tantangan bagi kaum
muslim dalam menanggapi realitas yang terjadi disekitarnya. Oleh karena itu, salah satucara
yang mungkin dilakukan adalah dengan melihat metode yang dilakukan ulama terdahulu
dalam memutuskan hukum terhadap suatu realitas yang tidak pernah dijumpai sebelumnya
(pendekatan ushul fiqh). Pada dasarnya, kloning merupakan suatu ide ilmiah hasil pemikiran
kreativitas manusia. Ide ini merupakan realisasi dari pembacaan manusia terhadap alam yang
sebenarnya juga dianjurkan oleh islam (iqra dalamartian ayat-ayat kauniyah). Menurut Syekh
Muhammad Taufiq Miqdadsetiap ide ilmiah yang dikemukakan tidak keluar dari tiga
kategori. Pertama, ia berkaitan dengan sesuatu yang telah pasti diharamkan agama, seperti

33
eutanasia. Ini jelas ditolak oleh agama karena berkaitan langsung dengan kehidupan manusia
yang merupakan anugerah Ilahi tanpa sedikitpun campur tangan manusia.

Kedua, ide tersebut berkaitan dengan sesuatu yang jelas didukun goleh agama dan
juga pertimbangan akal, seperti penciptaan aneka obat untuk penyembuhan manusia. ini
termasuk bagian dari kebutuhan pokokmanusia. Islam mendukung setiap usaha ke arah sana,
dan menilainya sebagai sesuatu yang amat terpuji. Ketiga, suatu ide ilmiah yang belum
terbukti hasil dan dampaknya baik positif maupun negatif . Ide semacam ini baru dalam
proses pembentukan atau tahap awal. Kita belum dapat memperoleh gambaran jelas dan utuh
yang dapat menyingkirkan segala ketidakjelasan yang berkaitan dengannya. Ide semacam ini,
tidak dapat ditetapkan atasnya hukum haram atau halal secara pasti, karena ia baruberbentuk
ide atau baru dalam bentuk kekuatiran adanya sisi mudharatdan negatif yang juga baru dalam
benak dan teori. Menetapkah hukum (halal maupun haram) menyangkut hal semacam ini
adalah ketergesa-gesaan yang bukan pada tempatnya dan tidak sejalan dengan tuntunan akal
dalam berpikir atau menarik kesimpulan. Terbukti hasil dan dampaknya baik positif maupun
negatif

Ide semacam ini baru dalam proses pembentukan atau tahap awal. Kita belum dapat
memperoleh gambaran jelas dan utuh yang dapat menyingkirkan segala ketidakjelasan yang
berkaitan dengannya. Ide semacam ini, tidak dapat ditetapkan atasnya hukum haram atau
halal secara pasti, karena ia baru berbentuk ide atau baru dalam bentuk kekuatiran adanya sisi
mudharat dan negatif yang juga baru dalam benak dan teori. Menetapkah hukum (halal
maupun haram) menyangkut hal semacam ini adalah ketergesa-gesaan yang bukan pada
tempatnya dan tidak sejalan dengan tuntunan akal dalam berpikir atau menarik kesimpulan.
Kloning, dalam ranah kloning manusia disini berada pada posisi ketiga dari ide ilmiah
tersebut. Kita tidak bisa menentukan secara pasti (halal/haramnya) karena ide tersebut masih
dalam tataran ide dan belum diaplikasikan. Dalam hal ini segala bentuk penelitian ilmiah
hukumnya mubah/boleh. Kita bisa mengambil kesimpulan keputusan hukumnya setelah ide
tersebut diaplikasikan dengan menimbang dampak-dampaknya terhadap kehidupan,
tentang maslahah atau tidaknya hasilpenelitian tersebut.

Tetapi pendapat para ulama tentang kloning pada manusia seandainya nanti
berhasil dilakukan menarik untuk dikaji. Diantaranya pendapat Sheikh Muhammad
Thanthawi dan Sheikh Muhammad Jamil Hammud Al-’Amily yang mengatakan bahwa
kloning dalam upaya mereproduksi manusia terdapat pelecehan terhadap kehormatan

34
manusia yang mestinya dijunjung tinggi. Kloning mengarah kepada goncangnya sistem
kekeluargaan serta penghinaan dan pembatasan peranan perempuan. Ia bukan saja
memutuskan silaturahim tetapi juga mengikis habis cinta. Ia adalah mengubah ciptaan Allah
dan bertentangan dengan Sunatullah. Itu adalah pengaruh setan bahkan merupakan upayanya
untuk menguasai dunia dan manusia.

Sheikh Muhammad Ali al-Juzu (Mufti Lebanon yang beraliran Sunni) menyatakan
bahwa kloning manusia akan mengakibatkan sendi kehidupan keluarga menjadi
terancam hilang atau hancur, karena manusia yang lahir melalui proses kloning tidak
dikenal siapa ibu dan bapaknya, atau dia adalah percampuran antara dua wanita atau lebih
sehingga tidak diketahui siapa ibunya. Selanjutnya kalau cloning dilakukan secara
berulang-ulang, maka bagaimana kita dapat membedakan seseorang dari yang lain yang
juga mengambil bentuk dan rupa yang sama. Sheikh Farid Washil (mantan Mufti Mesir)
menolak kloning reproduksi manusia karena dinilainya bertentangan dengan empat dari lima
Maqashid asy-Syar’iah: pemeliharaan jiwa, akal, keturunan, danagama. Dalam hal ini kloning
menyalahi Pemeliharaan keturunan.

Dari beberapa pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa kloning hukumnya
haram karena lebih berpotensi menghasilkan dampak buruk daripada dampak baiknya.
Keharaman kloning ini lebih didasarkan pada hilangnya salah satu hal yang harus dilindungi
manusia yaitu factor keturunan.

Hal ini kemudian disandarkan pada qaidah “dar’ul mafasid muqaddamun ala jalbil
mashalih” yang artinya menampik keburukan lebih diutamakan daripada mendatangkan
manfaat. Hilangnya garis keturunan manusia yang dikloning akan menghilangkan hak-hak
manusia tersebut, seperti misalnya hak untuk mendapat penghidupan dari keluarganya,
warisan, lebih parah lagi hak untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua genetiknya, dan
hak- haklain yang harus ia dapatkan.

Pengharamannya diambil dari kaedah yang ditegaskan oleh firmanAllah (QS. 2: 219)
tentang minuman keras yang artinya, dosa keduanya (minuman keras dan perjudian) lebih
besar daripada manfaatnya. Darisana kita bisa menarik benang merah bahwa kloning yang
bertujuan untuk pengobatan misalnya penggantian organ tubuh manusia dengan organ
kloning menurut kami diperbolehkan sepanjang hal itumendatangkan maslahah dan
karena kondisi darurat yang dialami olehpasien (Sheikh Farid Washil : 2003).

35
Adapun kloning dalam ranah binatang dan tumbuh-tumbuhan, makaIslam secara
jelas membolehkannya, apalagi kalau tujuannya untuk meningkatkan mutu pangan dan
kualitas daging yang dimakan manusia.Selain itu, karena binatang dan tumbuh-tumbuhan
tidak perlu mengetahui tentang asal-usul garis keturunannya. Kloning terhadap hewan atau
tumbuhan jika memiliki daya guna bagi kehidupan manusi maka hukumnya mubah/boleh
dalilnya : Q.S. Al-Baqoroh:29

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamudan Dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.”(Q.S.Al-Baqoroh:29)

Berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan beberapa ulama' dapat diketahui


mafsadat dari kloning lebih banyak daripada maslahatnya. oleh karena itu, praktek
kloning manusia bertentangan dengan hukum islam dengan demikian kloning manusia
dalam islamhukumnya haram.Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui
cara yang tidak alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
manusia dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan
keturunan. Dalil-dalilkeharaman:

“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan priadan wanita. Dari air
mani, apabila dipancarkan.” (Q.S. An-Najm: 45-46)

“Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya,dan menyempurnakannya”(Q.S.Al-
Qiyamah: 37-38)

Anak-anak produk kloning dari perempuan saja (tanpa adanya laki-laki), tidak akan
mempunyai ayah. Dan anak produk kloning tersebut jika dihasilkan dari proses pemindahan
sel telur --yang telah digabungkan dengan inti sel tubuh-- ke dalam rahim perempuan yang
bukan pemilik sel telur, anak produk kloning tidak pula akan mempunyai ibu. Sebab rahim
perempuan yang menjadi tempat pemindahan sel telur tersebut hanya menjadi penampung,
Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan manusia, sebab dalam kondisi ini tidak terdapat ibu
dan ayah. Hal ini bertentangan dengan firman Allah SWT :

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsadan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnyaorang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah

36
orang yang palingtaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
MahaMengenal.”(Q.S.Al-Hujurat: 13)

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) namabapak- bapak mereka;
itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamutidak mengetahui bapak-bapak mereka,
maka (panggilah merekasebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan
tidakada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yangada dosanya)
apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah MahaPengampun lagi Maha
Penyayang.”(Q.S.Al-Ahzab: 5)

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkutmereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna ataskebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan”(Q.S.Al-Isra': 70).“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yangsebaik-baiknya.”( Q.S.At-tiin: 4)

Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak


hukum-hukum syara', seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan
kewajiban antara bapak dan anak,waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan
'ashabah, danlain-lain.

Di samping itu kloning akan mencampur adukkan dan menghilangkan nasab serta
menyalahi fitrah yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak.
Kloning manusia sungguh merupakan perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan
struktur kehidupan masyarakat. Berdasarkan dalil-dalil itulah proses cloning manusia
diharamkan menurut hukum Islam dan tidak boleh dilaksanakan.Allah SWT berfirman
mengenai perkataan Iblis terkutuk, yangmengatakan :

"...dan akan aku (Iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalubenar-benar mereka
mengubahnya."(QS. An Nisaa' : 119).

Yang dimaksud dengan ciptaan Allah (khalqullah) dalam ayat tersebut adalah
suatu fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Dan fitrah dalam kelahiran dan
berkembang biak pada manusia adalah dengan adanya laki-laki dan perempuan, serta melalui
jalan pembuahan sel sperma laki-laki pada sel telur perempuan. Sementara itu Allah SWT
telah menetapkan bahwa proses pembuahan tersebut wajib terjadi antara seorang laki-laki dan
perempuan yang diikat dengan akad nikah yang sah.

37
Dengan demikian, kelahiran dan perkembangbiakan anak melalui kloning bukanlah
termasuk fitrah. Apalagi kalau prosesnya terjadi antara laki-laki dan perempuan yang tidak
diikat dengan akad nikah yang sah.

Sedangkan masalah bayi tabung pada dasarnya adalah bayi yang dihasilkan bukan
dari persetubuhan, tetapi dengan cara mengambilmani/sperma laki – laki atau ovum
perempuan, lalu dimasukan dalam suatu alat dalam waktu beberapa hari lamanya. Karena
adanya kerusakanatau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopi) yang membawa sel telur
ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena
sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel
telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau
mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana.
Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri untuk berbanyak anak.
Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong untuk berbanyak anak dan kaum
musliminpun telah disunnahkan melakukannya.

Program bayi tabung sebagai salah satu teknik rekayasa reproduksi memiliki
sejumlah keunggulan dan kelemahan Proses seperti ini merupakan upaya medis untuk
mengatasi kesulitan yang ada, dan hukumnya boleh (ja’iz) menurut syara’. Sebab upaya
tersebut adalah upaya untuk mewujudkan apa yang disunnahkan oleh Islam, yaitu
kelahiran dan berbanyak anak, yang merupakan salah satu tujuan dasar dari suatu pernikahan.
Diriwayatkan dari Anas RA bahwa Nabi SAW telah bersabda:

“Menikahlah kalian dengan perempuan yang penyayang dan subur(peranak), sebab


sesungguhnya aku akan berbangga di hadapan paranabi dengan banyaknya jumlah kalian
pada Hari Kiamat nanti.” (HR.Ahmad)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA bahwa Rasulullah saw telah bersabda :

“Menikahlah kalian dengan wanita-wanita yang subur(peranak) karena sesungguhnya


aku akan membanggakan (banyaknya)kalian pada Hari Kiamat nanti.”(HR. Ahmad)

Dalam proses pembuahan buatan dalam cawan untuk menghasilkan kelahiran tersebut,
disyaratkan sel sperma harus milik suami dan sel telur harus milik isteri. Dan sel telur isteri
yang telah terbuahi oleh sel sperma suami dalam cawan, harus diletakkan pada rahim isteri.
Hukumnya haram bila sel telur isteri yang telah terbuahi diletakkan dalam rahim perempuan
lain yang bukan isteri, atau apa yang disebut sebagai “ibu pengganti” (surrogate mother).

38
Begitu pula haram hukumnya bila proses dalam pembuahan buatan tersebut terjadi antara sel
sperma suami dengan sel telur bukan isteri, meskipun sel telur yang telah dibuahi nantinya
diletakkan dalam rahim isteri. Demikian pula haram hukumnya bila proses pembuahan
tersebut terjadi antara sel sperma bukan suamidengan sel telur isteri, meskipun sel telur yang
telah dibuahi nantinya diletakkan dalam rahim isteri. Ketiga bentuk proses di atas tidak
dibenarkan oleh hukum Islam, sebab akan menimbulkan pencampuradukan dan
penghilangan nasab, yang telah diharamkan oleh ajaran Islam.

39
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kemajuan IPTEK dalam bidang kedokteran dapat memberikan harapan baru bagi para
penderita penyakit yang di masa lampau mustahil untuk disembuhkan, serta
membawa trobosan baru bagi kemudahan proses layangan dalam bidang kesehatan.
Namun kemajuan itu juga membawa dampak bagi sistem kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia yaitu sistem rekayasa reproduksi manusia. Hal ini menimbulkan
banyak reaksi protes dari berbagai pihak khususnya para petinggi agama.

2. Klonasi sebagai wujud nyata pengembangan Iptek telah berhasil dilakukan terhadap
hewan dan tumbuhan, sehingga keberhasilan ilmiah ini dapat memperkaya referensi
manusia. Tetapi klonasi pada manusia dianggap tidak menjunjung tinggi kemanusiaan
manusia dan merebut hak Tuhan dalam penciptaan makhluk. Manusia adalah
makhluk yang mempunyai derajat paling tinggi di dunia ini, yang harus selalu
dijunjung tinggi. Klonasi yang akan dilakukan terhadap manusia akan membawa
dampak dehumanisasi, karena menghilangkan kemanusiaan manusia. Perkawinan
bagi manusia adalah sakral dan tidak dapat digantikan dengan apapun dalam
mendapatkan keturunan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’anul karim
Thanthawi, Ali. 1998. Fatwa-Fatwa Populer Ali Thanthawi. Solo: EraIntermedia
Mahfudh , Sahal. 2007.Ahkammul Fuqaha (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam,
Keputusan Muktamar, Manus dan konbes Nahdlatul Ulama1926-2004 M). Jawa Timur: Lajnah
Syaikh Ta’lih Wan Nasyr” (LTN) NU
An-Nabhani, Taqiyyudin. 2001.Nizhomul Islam. Bogor: Pustaka ThariqulIzzah
Riandari, Henny. 2009.Theory and Application of Biology . Jakarta: TigaSerangkaiSolikhin. 2001.(Sarana
Evaluasi Raih Prestasi) iologi. Banjarmasin: Yoed’s Media Saran
Holmes, B. 2003. Gene therapy may switch off' Huntington's. NewScientist.com 10.35 13
March 2003.
Moelyoprawiro, S, 2005. Peran Biologi dalam Kesehatan. Disampaikan dalam Seminar
Nasional dan Konggres Biologi XIII. Yogyakarta, UGM.
Moeslichan, 2005. Terapi Gen Bagi Penderita Hemofili. Diakses : 27 November
2005. http://www. tempo, co. id/kliniknet/artikel/18042001
Witarto, A.B., 2005. Diabetes, Inspirator Kemajuan Iptek. Pusat Penelitian Bioteknologi -
LIPI. Diakses 17 Mei 2006. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2005-01-
20-Diabetes, Inspirator -Kemajuan-Iptek.shtml
Moelyoprawiro, S, 2005. Peran Biologi dalam Kesehatan. Disampaikan dalam Seminar
Nasional dan Konggres Biologi XIII. Yogyakarta, UGM.
Hadiyarso, S., 1997, Perkembangan Ilmu Pengetahuan, dalam Diskusi mingguan mata kuliah
Filsafat Ilmu smt. II Th. 1996/1997, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.
Agus Anang, Muhammad Azani HS, 2003. InformatikaKedokteran Fakultas ilmu computer.
Universitas IndonesiaDepok, Indonesia.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/153_19InformatikaKedokteran.pdf/153_19Informatika
Kedokteran.html

41

Anda mungkin juga menyukai