Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan
masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola
kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi
masyarakat yang maju. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga
yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya
keperawatan dapat memenuhi standart global internasional dalam memberikan pelayanan
kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan
teknik serta peka terhadap aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi
perkembangan Iptek.
Dokumentasi adalah catatan yang dapat dibuktikan atau dapat menjadi bukti secara
hukum. Dokumentasi keperawatan merupakan bagian dari pelaksanaan asuhan keperawatan
yang menggunakan pendekatan proses keperawatan yang memilliki nilai hukum yang sangat
penting. Tanpa dokumentasi keperawatan maka semua implementasi keperawatan yang telah
dilaksanakan oleh perawat tidak mempunyai makna dalam hal tanggung jawab dan tanggung
gugat. Dokumentasi keperawatan dapat dikatakan sebagai “pegangan” bagi perawat dalam
mempertanggung jawabkan dan membuktikan pekerjaannya. Oleh karena itu ada berbagai
aturan dan kaidah yang harus ditaati oleh setiap perawat dalam melakukan
pendokumentasian keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan bukti otentik yang
dituliskan dalam format yang telah disediakan dan harus disertai dengan pemberian “ tanda
tangan” dan nama perawat serta harus menyatu dengan status / rekam medik pasien. Dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, setiap langkah dari proses keperawatan
memerlukan pendokumentasian mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus didokumentasikan.
1
Dokumentsi keerawatan sebagai penentu diagnosa keperawatan, dengan adanya dunia
teknelogi dan informasi mempermudah segala ekerjaan, salah satunya di dunia keperawatan.
Salah satunya model keperawatan yang berbasis Simpro.
.
1.2 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan menambah wawasan bagi keperawatan pada dokumentasi
keperawatan yang berbasis Simpro.

BAB II

JURNAL PENELITIAN

2
BAB III

PEMBAHASAN

3
3.1 Profile Penelitian

 Judul Penelitian
The Effectiveness and Efficiency of Nursing Care Documentation Using the SIMPRO
Model
 Pengarang/ Author/s
Rr. Tutik Sri Hariyati, Dr SKp, MARS, Achir Yani, Prof.DN.Sc, Tris Eryando, Dr.MA,
Zainal Hasibuan, Prof.PhD, and
 Sumber/ Source:
International Journal of Nursing Knowledge
 Major/ Minor subject (Key Words)
Effectiveness and efficiency, nursing care documentation, nursing information system
 Abctract :
PURPOSE: The study aims to develop and test the effectiveness and efficiency of the
SIMPRO. SIMPRO was developed with NANDA-I, Nursing Intervention Classification,
and Nursing Outcome Classification nursing language.
METHOD: The research was divided into two parts, in which we used two different
designs—incremental and quasi-experimental design. Two hundred fifty-five samples of
nursing documentations were randomly assessed with computerassisted clustering out of
1,040 nursing records of discharged patients. Data were analyzed using Wilcoxon test to
compare each elements of evaluation before and after the implementation of the system.
RESULT: SIMPRO improved the quality of documentation (p = .0001) and time
efficiency (p = .0001).
CONCLUSION: SIMPRO increased the quality and functions of the decision support
system in delivering nursing care as well as in nursing management.

 Tanggal Publikasi
Published online: 2015

3.2 Deskripsi Penelitian Berdasarkan Metode PICO


 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji keefektifan dan efisiensi
SIMPRO. SIMPRO adalah sistem informasi manajemen keperawatan yang

4
dikembangkan dengan menggunakan NANDA-I, Nursing Intervention Classification dan
Nursing Outcome Classification.
 Desain Penelitian

Desain incremental dan kuasi-eksperimental


 Populasi/sampel
diambil secara acak dengan menggunakan klustering yang dibantu dengan komputer dari
1040 catatan keperawatan pasien yang sudah pulang menjadi sample dalam jurnal ini :
255 sampel Dokumentasi kepewatan
Intervention

Penelitian ini mengambil 15 bulan, yang terdiri dari tahap pengembangan,


pengujian penerimaan pengguna, bimbingan, dan fase evaluasi SIMPRO.
- SIMPRO dikembangkan di laboratorium komputer selama 6 bulan sebelum sidang
nya di rumah sakit.
- Pada pertama 3 bulan, kami melakukan tes penerimaan pengguna, pengenalan kepada
perawat, kustomisasi, dan sistem re fi nement. Setelah proses kustomisasi, kita dilatih
dan intensif dipandu perawat di rumah sakit untuk menggunakan NANDA-I, NIC,
dan NOC di SIMPRO.
- 6 bulan setelah kustomisasi dan bimbingan, perawat mendapat akrab dengan
dokumentasi sistem sehingga sistem manual tidak lagi digunakan. Evaluasi kualitas
dokumentasi keperawatan di SIMPRO setelah pelaksanaannya dilakukan melalui data
yang diambil dari database SIMPRO. Evaluasi Waktu untuk charting Data juga
dikumpulkan dari jam otomatis dari sistem SIMPRO.
- Model SIMPRO dikembangkan dalam penelitian ini. Model ini, menggunakan
pendekatan head-to-toe untuk mendokumentasikan penilaian yang komprehensif,
yang meliputi aspek bio-psiko-socialspiritual-budaya. Pendekatan head-to-toe dipilih
karena merupakan cara yang sistematis dan efektif untuk dokumentasi. Implementasi
keperawatan, NANDA-I dikaitkan dengan NIC dan juga digabungkan dengan
pemantauan keperawatan sehari-hari, seperti tanda-tanda vital, keseimbangan fluida,
dan obat-obatan. Selain itu, kami menambahkan isi infeksi nosokomial dan
pemantauan keselamatan pasien dalam sistem karena merupakan elemen penting dari
manajemen rumah sakit.
5
- Sistem ini juga mencakup fungsi manajemen dan peran, yang perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, staf dan pengendalian (POSAC). Sistem ini
terintegrasi dengan POSAC karena peran dan fungsi manajemen tidak dapat
dipisahkan dalam pelaksanaan keperawatan sistem informasi. Manajer keperawatan
memiliki kontribusi besar dalam keberhasilan pelaksanaan sistem informasi
keperawatan. Oleh karena itu, sistem harus dilengkapi dengan sistem monitoring dan
mengarahkan, serta pengendalian mutu yang terkait dengan keselamatan pasien dan
indikator kualitas lain, seperti pemantauan dari infeksi nosokomial, infeksi saluran
kemih, dan bronkopneumonia.

6
Comparation
- Dokumentasi keperawatan menggunakan tertulis dengan membutuhkan waktu 105-129
menit
Outcome
- SIMPRO bisa meningkatkan kualitas dokumentasi, kelengkapan, relevansi, dan
fungsi pendukung keputusan ( p < 05).
- Rata-rata total waktu yang dibutuhkan adalah 117 menit sebelum menggunakan
SIMPRO dan diturunkan menjadi 24,62 menit setelah menggunakan SIMPRO.
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan dokumentasi keperawatan jatuh ke
92,38 menit setelah menggunakan SIMPRO. Butuh 27,86% dari total FTE fulltime
equivalent (FTE). untuk dokumentasi sistem sebelum menerapkan SIMPRO. Namun,
menurun menjadi 3,86% dari total FTE setelah SIMPRO
- Sistem SIMPRO mengungkapkan bahwa dokumentasi kepeutrawatan hanya
membuhkan 25-27 menit.
7
 Kelebihan :
CBSST lebih positif dibandingkan GFSC, menunjukkan peningkatan yang
signifikan baik disfungsional sikap dan gejala negative.
 Kekurangan :
Uji coba klinis pertama untuk menunjukkan perbaikan yang jauh lebih besar
dalam gejala negatif pengalaman di CBSST relatif terhadap yang aktif
kondisi kontrol, jadi mungkin terlalu dini untuk merekomendasikan CBSST
untuk gejala negatif, sampai temuan ini direplikasi.
 Manfaat Praktis
Penelitian untuk memecahkan permasalahan di penyakit schizophrenia khususnya
isolasi sosial. Sebagai program terapi CBSST terbaru dari kombinasi CBT dan SST yang
ada. Program ini menjadi keunggulan pada praktisi kesehatan terutama keperawatan agar
program terapi menjadi lebih baik.
 Manfaat Teoritas
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat memberikan pengetahuan bahwa
psikoterapi yang memiliki signifikan. Sehingga sebagai terapi psikoterapi pada pasien
srizophenia yaitu pada pasien isolasi sosial. Terapi ini dapat melibatkan peran pearawat
yaitu 1) Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan yang harus terus melakukan
upaya untuk mengembangkan diri, persoalan yang ada di masalah jiwa. 2) Perawat
conselor, perawat yang menjadi terapi pada program CBSST

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Skizofrenia adalah penyakit dimana kepribadian mengalami keretakan, alam pikir,


perasaan dan perbuatan individu terganggu. Pada pasien skizofrenia ketiga alam itu terputus,
baik satu atau semuanya (Simanjutak, 2008). Skizofrenia dapat dilakuakan terapi agar
memperbaiki fungsi dan menurunkan gejala nya. Terapai yang dihasilakan pada penelitian
8
terdapat ada perbedaan siignifikan antara Cognitive Behavioral Social Skill Training
(CBSST) dan Goal-Focused Supportive Contact (GFSC). CBSST CBSST adalah terapi
kelompok suportif secara aktif berfokus pada penetapan dan pencapaian tujuan dapat
meningkatkan kompetensi sosial dan mengurangi gejala positif.

4.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan perawat
bahwa terapi pada pasien skizoprenia yaitu pada pasien isolasi sosial sehingga diharapkan
perawat dapat mengaplikasikan tindakan tersebut baik di rumah sakit maupun di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2008. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba


Medika

Wahid Abd. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogjakarta: Nuha Medik

Hariyati, T.S. dkk. 2015. The Effectiveness and Efficiency of Nursing Care
Documentation Using the SIMPRO Model. NANDA International. 27(3):136-42.
doi: 10.1111/2047-3095.12086. Epub 2015 Mar 25

9
10

Anda mungkin juga menyukai