Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah mewujudkan cita-cita bangsa


seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yakni
melindungi segenap bangsa indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Kesejahteraan umum yang dicita-citakan guna terciptanya
keadilan sosial berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi.

Kondisi sosial yang diidamkan tertuang dalam Visi pembangunan di Nusa Tenggara
Barat yaitu ”Terwujudnya Masyarakat NTB yang beriman dan berdaya saing (NTB-
Bersaing). Salah satu misi NTB adalah ”Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang
berkeadilan, Terjangkau dan Berkualitas” Program unggulan pada bidang kesehatan
untuk menuntaskan 3A yakni ”AKINO” berbasis desa. Kemudian visi NTB dimaksud sejalan
dengan visi Kabupaten Bima yaitu terciptanya masyarakat dan daerah yang Maju,
mandiri dan bertabat sesuai dengan Filosofi ”Toho Mpara Ndai Sura Dou Labo Dana”.

Dalam rangka mencapai tujuan dimaksud Peran masyarakat dan stake holder pada
berbagai tingkat merupakan salah satu pilar yang dapat menunjang keberhasilan
gerakan AKINO dan Bima Akbar. Peran Masing-masing stake holder dimaksud terutama
yang berhubungan dengan Kesehatan, Perencanaan Sehat dan Peran serta masyarakat.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Profil Kecamatan Sayang Ibu Kecamatan Langgudu
ini adalah untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan Kecamatan Sayang Ibu
Langgudu Kabupaten Bima.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan gambaran tentang Peran Serta Masyarakat.
b. Untuk memberikan gambaran tentang terobosan dan inovasi apa yang telah
dilaksanakan untuk mendukung Kecamatan Sayang Ibu di Langgudu.
c. Untuk memberikan gambaran tentang peran stake holder dalam mendukung
Pelaksanaan Kecamatan Sayang Ibu

1
3. Manfaat
a. Sebagai salah satu persyaratan administrasi guna mengikuti Lomba
KecamatanSayangIbuTingkat Propinsi NTB.
b. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan baik ditingkat kabupaten,
Tingkat Kecamatan dan Desa untuk perbaikan lebih lanjut.
c. Sebagai bahan masukan bagi praktisi kesehatan, pengaturan penduduk, stake
holder dalam meningkatkan peran serta masyarakat

2
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN LANGGUDU

A. KEADAAN GEOGRAFIS KECAMATAN LANGGUDU

1. Letak Geografis
Kecamatan Langgudu merupakan salah satu Kecamatan dari 18 Kecamatan
di Kabupaten Bima dengan luas wilayah ± 322.94 m2, terdiri dari 15 Desa yaitu Desa
Karumbu, rupe, Waworada, Rompo, Laju, Doro O;o, Kawuwu, Kalodu, Kangga,
Dumu, Karampi, Waduruka, Sambane, Sarae ruma, dan Pusu. Batas wilayah
Kecamatan Langgudu adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Belo dan Lambitu


b. Sebelah Timur : Lautan Hindia
c. Sebelah Selatan : Lautan Hindia
d. Sebelah Barat : Kecamatan Monta
2. Topografi Wilayah
Berdasarkan topografi wilayah Kecamatan Langgudu menunjukan
penampakan daerah berbukit-bukit dan terletak di dataran tinggi/pegunungan,
dengan ketinggian 900 meter diatas permukaan laut, dan daerah pinggir pantai,
sehingga mempengaruhi pola hidup, dan kebiasaan masyarakat sehari hari dalam
mencari nafkah, interaksi sosial dan menjangkau pelayanan umum. Beberapa
Desa berada di Daerah pegunungan seperti Desa Kawuwu, Desa Kalodu. Sebagian
lagi berada di daerah pantai seperti laju, doro O’o, Rompo, Karumbu, Rupe, Dumu,
Sarae Ruma. Sebagian lagi berada di daerah pantai di seberang antara lain,
Karampi, Pusu..

3. Iklim Dan Curah Hujan

Wilayah Kecamatan Langgudu beriklim tropis dengan curah hujan kurang


dari 700 Mm per tahun dan jumlah bulan hujan 6 bulan. Suhu rata-rata harian 35
°C, Karena berada di Daerah Pantai. Kondisi demikian mempengaruhi pola tanam
yang umumnya tanah tadah hujan hanya sekali tanam pada musim hujan setiap
tahun.

4. Potensi Sumber Daya Alam (SDA)

Sumber Daya Alam Pertanian, peternakan, perikanan dan hasil lautserta


Perkebunan merupakan sumber mata pencarian utama masyarakat di Kecamatan
Langgudu Lahan kebun dan tegalan (huma) dan pertanian lainnya meliputi 2.511
Ha sebagian besar lahan tadah hujan (1.292 Ha) yang dimanfaatkan untuk
pertanian pada musim hujan, dan tanaman tahunan pada musim kemarau.

3
Hasil laut berupa ikan dan hasil olahanya, rumput laut (Gose), kerang dan
lainnya merupakan potensi alam yang dimiliki dan dimanfaatkan sebagai sumber
ekonomi potesial yang terus dikembangkan setiap tahunya.

B. KEPENDUDUKAN
1. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Wilayah Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima mempunyai wilayah
daratan seluas 32.294 ha, dengan jumlah penduduk pada Tahun 2014 sebanyak
31.075 jiwa dengan 443 Kepala Keluarga dengan kepadatan 96,23 jiwa per km2.
Kemudian pada Tahun 2015 jumlah penduduk berkembang menjadi 32.030 Jiwa
dengan 488 Kepala Keluarga.

2. Pembagian Penduduk berdasarakan Jenis Kelamin


Jumlah Penduduk pada Tahun 2015 sebanyak 31.075, kemudian DistrIbusi
penduduk berdasarkan Jenis Kelamin disajikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 DistrIbusi Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Langgudu


Kecamatan Langgudu Tahun 2015.

Laki - Laki Perempuan

15,461
15,614

3. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi


Suku bangsa yang tinggal di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima adalah
cukuphomogen karena sebagian besar merupakan penduduk asli bima suku (Mbojo
Bima), dan beberapa orang yang berasal Jawa, dan lombok karena menikah
dengan penduduk setempat. Begitu juga halnya mata pencaharian mereka ada
yang bekerja sebagai petani, Perikanan dan hasil laut, Jasa transportasi darat dan
laut, pertukangan, pegawai negeri sipil, dan Polri/ABRI. Dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari menggunakan bahasa Bima, tetapi dalam kegiatan
sosial berupa pertemuan resmi, pernikahan, dan acara adat lainya menggunakan
bahasa Indonesia.
Kehidupan kemasyarakat dan interaksi sosial Kecamatan Langgudu secara
umum berlangsung dengan harmonis, penuh kekeluargaan dan mengutamakan
gotong royong. Keputusan pemerintah dan masyarakat terjadi diambil berdasarkan
4
musyawarah bersama dalam acara ”Mbolo Weki” yang masih dipegang kuat oleh
masyarakat. Dengan konstruksi sosial dimaksud, menempatkan Kecamatan
Langgudu sebagai salah satu Kecamatan dengan tingkat kematian Ibu, kematian
bayi dan masalah sosial lainya sangat rendah di Kabupaten Bima dalam beberapa
tahun terakhir.
Jumlah Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah dan sarana pelayanan kesehatan
di Kecamatan Langgudu Tahun 2015 disajikan dalam Tabel 2.2,

Tabel 2.2 Sarana pendidikan Sarana Peribadatan dan Sarana Kesehatan di


Kecamatan Langgudu Per 31 Desember 2014

A. Data Sarana Pendidikan Jumlah sarana


Taman Kanak-Kanak (PAUD) : 30
Sekolah Dasar Negeri : 32
Sekolah Dasar Islam : 6
SMP/MTs : 19+4
SMK : 2
SMA/MA : 4+2
B. Data Sarana Peribaatan
Jumlah Masjid : 25
Musholla : 43
C. Data Sarana Kesehatan
Puskesmas Pembantu : 4
Poskesdes : 8
Klinik : 0
Puskesmas : 2
Posyandu : 55
Kader Posyandu : 275
Dukun Beranak : 10

4. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam
penentuan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah. Ada dua
indikator pendidikan penduduk yang termasuk IPM yaitu Angka Melek Huruf dan
Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas.

5. Mata Pencaharian Penduduk


Penduduk Kecamatan Langgudu sebagian besar berprofesi sebagai
petanipengolah lahan pertanian tadah hujan. Peternakan (Sapi, Kambing dan
unggas) Perikanan dan hasil laut. Kondisi geografis yang demikian menguntungkan
bagi pengembangan tanaman tahunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
seperti, buah-buahan dan tanaman tahunan lainya. Profesi lain adalah wirausaha
(Kios) dan Bakulan (Pasar), serta usaha jasa transportasi Darat dan Laut (Boat).

5
C. SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAN PENDUDUKAN
Hasil pelaksanaan pembangunan kesehatan dan Pendudukan di
Kecamatan Langgudu tahun 2012 dalam rangka mencapai desa AKINO 2015 dapat
dilihat dari derajat kesehatan masyarakat, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan
dan pelayanan kesehatan (termasuk sumber daya kesehatan).
Gambaran yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan masyarakat
pada tahun 2015 ini adalah indikator Desa sehat yang meliputi Angka Kematian
(Mortalitas), Angka Kesakitan (Morbiditas), dan Status Gizi Masyarakat.

1. Jumlah Kematian Ibu (Maternal)


Jumlah Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal terkait
dengan kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
Ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
Ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu Ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk
mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan
mengurangi peran dukun beranak dan meningkatkan peran bidan melalui
kemitraan Bidan-Dukun.
Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) di Kecamatan Langgudu menunjukan perkembangan jumlah kasus kematian
Ibu. Berdasarkan laporan tersebut di Sejak Tahun 2011 sampai dengan tahun 2015
tidak terdapat kematian Ibu, Ibu hamil, bersalin atau Ibu nifas.
Desa 2011 2012 2013 2014 2015
Karumbu 0 1 1 0 0
Rupe 0 0 0 0 0
Waworada 0 0 0 0 0
Rompo 0 0 0 0 0
Laju 0 1 0 0 0
Doro O’o 0 0 0 0 0
Kawuwu 0 0 0 0 0
Kalodu 0 0 0 0 0
Kangga 0 0 0 0 0
Dumu 0 0 0 0 0
Karampi 0 0 0 0 0
Waduruka 1 0 0 0 0
Sambane 0 0 0 0 0
Sarae Ruma 0 0 0 0 0
Pusu 0 0 0 0 0

Langgudu 1 2 1 0 0

6
2. Jumlah Kematian Neonatal dan Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 (satu) tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Indikator ini terkait terkait langsung dengan kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Bayi juga
menggambarkan kesehatan reproduksi dan relevan digunakan untuk memonitor
pencapaian target program kerena mewakili komponen penting pada kematian
balita. Selama kurun waktu Tahun 2011-2015 di Kecamatan Langgudu Trend
kematian Bayi menurun secara drastis seperti disajikan dalam Tabel 2.3

Tabel 2.3 Data Kematian Bayi dan Balita


Desa 2011 2012 2013 2014 2015
Karumbu 1 0 0 0 0
Rupe 0 0 0 0 0
Waworada 0 0 0 0 0
Rompo 0 1 1 0 0
Laju 0 0 0 0 0
Doro O’o 0 0 0 0 0
Kawuwu 0 1 0 0 0
Kalodu 0 0 0 0 0
Kangga 0 0 0 0 0
Dumu 1 0 0 0 0
Karampi 0 0 0 0 0
Waduruka 1 0 0 0 0
Sambane 0 0 0 0 0
Sarae Ruma 0 0 0 0 0
Pusu 0 0 0 0 0

Langgudu 3 2 1 0 0

3. Jumlah Kematian Balita (AKABA)


Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai
angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan permasalahan
kesehatan ana-anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadapkesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan
kecelakaan. Indikator ini juga menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam
arti besar dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap kali dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.Selama kurun waktu Tahun 2010-
2015 di Kecamatan Langgudu kematian Balita Drastis menurun sampai mencapai
angka Nol.

7
Desa 2011 2012 2013 2014 2015
Karumbu 0 0 0 0 0
Rupe 0 1 0 0 0
Waworada 0 0 0 0 0
Rompo 0 0 0 0 0
Laju 1 0 0 0 0
Doro O’o 0 0 0 0 0
Kawuwu 0 0 0 0 0
Kalodu 0 0 1 0 0
Kangga 0 1 0 0 0
Dumu 0 0 0 0 0
Karampi 0 0 0 0 0
Waduruka 0 0 0 0 0
Sambane 1 0 0 0 0
Sarae Ruma 0 0 0 0 0
Pusu 0 0 0 0 0

Langgudu 2 2 1 0 0

4. STATUS GIZI
Status gizi seseorang erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara
umum, karena di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan kesehatan individual. Status gizi janin yang masih berada
dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status
gizi Ibu hamil dan Ibu menyusui. Setiap tahun ditemukan 10 sampai 12 kasus
kurang gizi (Bawah Garis Merah) yang disebabkan oleh penyakit infeksi. Dengan
pegobatan dan pemberian makanan tambahan dalam kelas gizi, 100% kasus
kurang gizi (BGM) tersebut sembuh dan mencapai berat normal serta tumbuh dan
berkembang sesuai umurnya.
Desa 2011 2012 2013 2014 2015(Juli)
Karumbu 11 9 8 7 6
Rupe 3 3 3 2 1
Waworada 5 4 4 4 3
Rompo 10 10 9 8 8
Laju 4 4 4 3 3
Doro O’o 6 6 6 5 5
Kawuwu 3 3 3 2 2
Kalodu 4 4 3 3 3
Kangga 3 3 3 3 3
Dumu 6 5 5 4 4
Karampi 5 5 4 4 4
Waduruka 10 9 8 6 5
Sambane 6 6 6 6 6
Sarae Ruma 2 2 2 1 1
Pusu 3 2 2 1 0

Langgudu 81 74 71 59 54

8
5. Cakupan Pelayanan Kesehatan ibu dan Anak
a. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada Ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti
pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan
pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan Ibu hamil merupakan
gambaran besaran Ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antenatal.
Sedangkan Cakupan K4 adalah gambaran besaran Ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan Ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit
empat kali kunjungan, dengan distrIbusi sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada Ibu hamil.
Kunjungan Ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup
minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3)
Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus toksoid), (4) Ukur tinggi
fundus uteri, (5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selam kehamilan), (6) Temu Wicara
(pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium
sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV,
Malaria, TBC) (8) Komunikasi, Informasi an Edukasi melalui Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
Pelayanan ANC sangat penting artinya mengingat pada kesempatan itulah
terjadi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang baik kepada Ibu hamil dan
keluarga dengan tenaga kesehatan. KIE ini juga dimaksudkan untuk memutus
mata rantai 4 terlambat yang menyebabkan tingginya angka kematian Ibu dan
bayi, yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan,
(2) Terlambat memutuskan untuk dirujuk, (3) Terlambat sampai di sarana
kesehatan yang memadai dan (4) Terlambat mendapatkan pelayanan yang
memadai sesuai. Pada tahun 2013 cakupan K1 sebesar 88,68% dan Tahun 2014%
sebesar 94,34%.

b. Petolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan


Komplikasi dan kematian Ibu maternal dan bayi barulahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(profesional). di Kecamatan LangguduDalam kurun waktu tahun 2013 terdapat
86,57% persalinan Nakes dan 98.78%Tahun 2014 .

9
c. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan utnuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonatus (0-28 bulan) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali
lagi pada umur 8-28 hari. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) selama periode
tahun 2013 Kecamatan Langgudu sebanyak 89,58%, Tahun 2014 sebesar 98.79%.

d. Pelayanan Anak Balita


Setiap anak balita (umur 12-59 bulan) memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 kali dalam setahun yang tercatat di kohort
anak balita dan pra sekolah, buku KIA/ KMS atau buku pencatatan dan pelaporan
lainnya.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 12-59 bulan
dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan)
dan tercatat pada kohort Anak Balita. Petugas kesehatan dalam melakukan
SDIDTK akan mendeteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.
Hasil pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak balita/pra sekolah di
Kecamatan Langgudu tahun 2013 menunjukan bahwa cakupan deteksi tumbuh
kembang anak balita sebesar 100% dari 147 anak balita yang ada, kemudian
menjadi....% pada Tahun 2014. Jumlah anak balita BMG yang ada sebanyak 2orang
sedangkan jumlah bayi BMG dari keluarga miskin 3,3% dan seluruhnya
mendapatkan MP-ASI (100%) melalui kelas gizi.

e. Bayi Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif


Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Hasil pengumpulan indikator kerja SPM biang kesehatan menunjukkan
bahwa di Kecamatan Langgudu tahun 2013 cakupan ASI Eksklusif sebesar 57,84%,
dan 66,04 % pada Tahun 2014.

10
f. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana

Tabel Akseptor KB, KB Aktif realisasi sesuai Jenis Pemilihan Alokon Kecamatan
Langgudu Tahun 2014.
Desa IUD MOP/W IMP STK PIL KDM JML PUS %
Karumbu 198 69 126 225 29 9 656 777 84
Rupe 199 71 93 166 25 6 560 664 84
Waworada 81 7 64 81 26 6 265 322 82
Rompo 54 5 64 297 34 6 360 431 84
Laju 104 4 106 174 29 166 583 706 83
Doro O’o 75 3 58 155 32 7 330 400 83
Kawuwu 17 5 23 56 20 3 124 153 81
Kalodu 25 0 21 40 26 2 114 138 83
Kangga 59 21 21 59 22 4 186 224 83
Dumu 57 8 41 131 26 4 267 329 81
Karampi 125 38 76 190 32 7 468 570 82
Waduruka 51 4 65 181 36 6 343 423 81
Sambane Masih Gabung Rupe
Sarae Masih Gabung Karampi
Ruma
Pusu Gabung waduruka

Langgudu 1.045 235 758 1.655 337 226 4.256 5.137 83

11
BAB III
PERAN MASYARAKAT DALAM MENDUDKUNG KECAMATAN SAYANG IBU

DI KECAMATAN LANGGUDU

A. Pengertian Kecamatan Sayang Ibu


Kecamatan Sayang Ibu adalah sekumpulan perilaku yang diaktifkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat, khusunya kesehatan ibu dan anak.
Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak
sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat dirumah tangga oleh
karna itu kesehatan perlu di jaga, di pelihara, dan di tingkatkan oleh setiap anggota
rumah tangga serta perjuangan semua pihak.
Penerapan Kecamatan Sayang Ibu di rumah tangga merupakan tanggung
jawab setiap anggota rumah tangga, keluarga, masyarakat dan stake holder yang
juga menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta jajaran sektor
terkait untuk memfasilitasi kegiatan Kecamatan Sayang Ibu agar dapat berhasil
secara efektif.

B. Manfaat Gerakan SayangIbu


a. Bagi Rumah Tangga
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit
2. Ibu sehat, bayi selamat
3. Meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti
biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan keluarga.
b. Bagi Masyarakat
1. Masyarakat mampu menidentifikasi masalah kesehatan, melakukan tindakan
pencegahan dan penanggulangansecara personal maupun secara sektoral.
2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan ibu
dan anak.
3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
4. Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungan bersalin (Tabulin), alat transportasi rujukan, kelompok pemerhati
keluarga berencana, ambulan desa, dan lain-lain.

12
c. Bagi Stake Holder dan Pemangku Kepentingan
1. Sarana Komunikasi dan koordinasi program baik yang berhubungan langsung
dengan kesehatan dan kependudukan, maupun untuk program lainya bagi
kepentingan masyarakar.
2. Forum Perencanaan, dan evaluasi kegiatan yang ada di Kecamatan dan desa
baik secara rutin maupun secara berkala, terutama perencanaan dan evaluasi
kegiatan yang membutuhkan komitmen sektoral.

C. Indikator Kecamatan Sayang Ibu


Indikator KSI dilakukan untuk mewujudkan rumah tangga sehat. Rumah Tangga
Sehat adalah Rumah Tangga yang memenuhi 10 indikator gaya hidup sehat sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan Kesehatan Ibu Hamil (Antenatal Care)
2. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di Sarana Kesehatan (Intra Natal Care)
3. Pemeriksaan Neonatal, Bayi dan Balita (Post Natal Care)
4. Pendataan Sasaran Pasangan Usia Subur untuk pelayanan Kab
5. Tersedianya Alat Transportasi Rujukan
6. Terdatanya Calon Pendonor saat dIbutuhkan
7. Tersedinya pembiyaan pelayanan kesehatan
8. Adanya tenaga penghubung di tiap desa.

D. Kegiatan-kegiatan yang mendukung Kecamatan Sayang Ibu


I. Indikator Input
1. Dukungan Kebijakan Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
a) Tingkat Kabupaten:
 Keputusan Bupati Bima, Nomor 188.45/469/006/2015, tentang Penetapan
Desa Juara Lomba Kecamatan Sayang Ibu, Gerakan Sayang Ibu terbaik
Kabupaten Bima Tahun 2015.
b) Tingkat Kecamatan:
1) Surat Keputusan Camat Langgudu Nomor: 09 Tahun 2013 tentang
Penunjukan Kelompok Kerja (POKJA) Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu
(GSI) Tingkat Kecamatan Langgudu Tahun 2013-2019.
2) Himbauan Camat Langgudu Nomor: 400/105/2013 Tanggal 02 Agustus
tentang Pemasyarakaan dalam mendukung Kecamatan Sayang Ibu di
Wilayah Kecamatan Langgudu
3) Surat Keputusan Camat Langgudu Nomor: 10 Tahun 2013 Tanggal.
Perihal Penetapan Penanngung Jawab Kegiatan Kecamatan Sayang Ibu
di wilayah Kecamatan Langgudu

13
c) Tingkat Desa:
1) Perdes: Nomor: 03/Perdes/BM-PJ/Bulan Maret Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Desa Siaga Sayang Ibu Tingkat Desa Rupe sebagaimana
terlampir.
2) Perdes tentang Kemitraan Bidan dan Dukun
3) Keputusan Kepala Desa Rupe: Nomor: .... Tanggal Maret 2013. Perihal
tentang Kepengurusan Jejaring Desa Siaga Desa Rupe
2. Ruang Lingkup Dukungan Kebijakan Kecamatan Sayang Ibu.
Ruang lingkup dukungan kebijakan Kecamatan Sayang Ibu mencakup seluruh
Desa (12) di Kecamatan Langgudu.
3. Pembiayaan Kegiatan:
Pembiayaan kegiatan untuk mendukung Kecamatan Sayang Ibu di
Kecamatan Langgudu secara umum berasal dari swadaya masyarakat, dan
kegiatan sektoral yang dipadukan secara sinergi agar mencapai tujuan untuk
menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan anak.Biaya dari instanasi sektral
beruapa rapat koordiasi, pemantauan bersama. Sedangkan biaya masyarakat
dalam mendukung kegiatan Kecamatan Sayang Ibu termasuk beruapa
Tenaga penggerak, koordinator kegiatan, dan operasional kegiatan, termasuk
dalam komunitas sosial kemasyarakatan.
4. Kader Terlatih, Dukun terlatih dan Aktif dalam Kecamatan Sayang Ibu.
Jumlah kader aktif yang membina Rumah Tangga di Kecamatan Langgudu
sebanyak 275 orang, tiap-tiap Posyandu tersedian 5 orang kader. Dari 275
orang tersebut seluruhnya (100%) telah dilatih tentang Kecamatan Sayang Ibu,
cara pengukuran dan pelaporanya. Jumlah kader di Kecamatan Langgudu
disajikan dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1 Jumlah Kader Posyandu dan Kader Terlatih Kecamatan Sayang Ibu
Sampai Tahun 2015.
No. Desa Jml Posyandu Jml Kader Keterangan
1. Karumbu 8 40
2. Rupe 5 25
3. Waworada 4 20
4. Rompo 2 10
5. Laju 9 45
6. Doro O’o 4 20
7. Kawuwu 2 10
8. Kalodu 2 10
9. Kangga 2 10
10. Dumu 4 20
11. Karampi 5 25
12. Waduruka 4 20
13. Sambane 1 5
14. Sarae Ruma 1 5
15. Pusu 2 10

JUMLAH: 55 275

14
Selanjutnya Jumlah Dukun Terlatih dan dukun yang dibina dalam kemitraan
bidan dan dukun disajikan dalam Tabel 3.2
Tabel 3.2 Jumlah Dukun terlatih dan bermitra dengan Bidan dalam
Kecamatan Sayang Ibu Kecamatan Langgudu Sampai Tahun 2015.

No. Desa Nama L/P UMUR Pendidikan Ket.


Dukun (Thn)
Karumbu Maemunah P 58 Terlatih
Hadiah P 72
Rupe - Tdk Ada
Waworada Jubaedah P 70 Terlatih
Sena P 60
Saniasah P 65
Lahu p 62
Rompo Saimo P 65 Terlatih
Fatimah 55
Laju Umi Gusu P 58
Maemunah P 66
Ina Hajar P 62
Hasnah P 57
Masuri P 61
Doro O’o St Hawa P 65
Aminah P 70
Kawuwu P 55
Kalodu Jaenab P 62 Terlatih
Irnawati P 50
Nurjanah P 56
Kangga Hamidah P 61 Terlatih
Dumu Ina Muhda P 58 Terlatih
Karampi Juleha P 52 Terlatih
Haibo P 56
Hatimah P 67
Hatiah P 53
Nursiah P 50
Hasinah P 63
Gamaniah P 69
Hamidah P 65
Waduruka Aminah P 58 Terlatih
Una P 70
Saadiah P 52
Hadijah P 57
Haisah P 60
Sambane P 63 Terlatih
Sarae Ruma Hadiah P 67 Terlatih
Ina Tali P 51
Saminah Jae P 54
Pusu Haidah p 63 Terlatih

JUMLAH: 37Orang Terlatih:

15
5. Media KIE Kecamatan Sayang Ibu
Media penyuluhan yang tersedia berupa Poster, leaflet, lembar balik dan alat
peraga seperti IUD Set. Penggunaa media penyuluhan tersebut digunakan sesuai
dengan sasaran yang disuluh, baik konseling, penyuluhan perorangan
6. Advokasi dan Penggalangan Dukungan dan Pembinaan tehnis.
Kegiatan advokasi yang dilakukan dalam rangka meningkatkan
kepedulian semua pihak dalam mendukung Kecamatan Sayang Ibu di
Kecamatan Langgudu, yaitu :
a) Pendekatan kepada kepala Desa se-Kecamatan Langgudu
b) Audensi kepada kepala Kecamatan Langgudu
c) Rapat berkala di Tingkat Desa
d) Rapat koordinasi TingkatKecamatan Langgudu

Rapat Koordinasi baik tingkat Kecamatan maupun desa dIbuktikan dengan


Daftar hadir peserta, notulen rapat dan kesepakatan yang telah dIbuat terkait
dengan dukungan terhadap Kecamatan Sayang Ibu di Kecamatan Langgudu.

Kemudian pembinaan yang dilakukan oleh Tim tehnis telah dilakukan


beberapa kali yang dIbuktikan dengan daftar hadir tim pembina dalam buku
tamu khusus. Tim pembina berasal dari unsur kesehatan, Bappeda, PKK
Kecamatan dan unsur terkait lainya.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini :


1) Terbentuknya pengurus Kecamatan Sayang Ibu di tingkat Kecamatan yang
ditandatangani oleh Kepala Kecamatan Langgudu dengan susunan
pengurus terlampir, serta ditindak lanjuti pada tingkat Desa.
2) Diterbitkannya Imbauan Camat Langgudu tentang penerapan 10
KecamatanSayangIbu
3) Adanya Komitment Kepala Desa untuk mendukung program Kecamatan
Sayang Ibu dengan menguatkan Desa Siaga
4) Diterbitkannya awik-awik bagi dukun beranak
5) Adanya dukungan Camat Langgudu dalam upaya peningkatan
KecamatanSayangIbu di Kecamatan Langgudu
6) Diterbitkan Himbauan pemeriksaan rutin untuk Ibu Hamil dan Ibu
Menyusui

Penggalangan dukungan yang dilakukan di Kecamatan Langgudu meliputi :


1) Dialog terbuka dengan masyarakat
2) Kunjungan lapangan bersama Tim Tingkat Kecamatan berupaya konseling
dari rumah ke rumah
3) Pertemuan berkala dengan para Kepala Desa dan Stake Holder
4) Pertemuan dengan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat

16
5) Pertemuan Dukun, Bidan dan Puskesmas dalam rangka kemitraan.
6) Kunjungan berkala pada institusi kesehatan di desa.
7) Berbagai penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan sosial dan
keagamaan.
7. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat
Gerakan permberdayaan adalah upaya mengembangkan potensi dan
sumber daya masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat. Gerakat
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Kecamatan Langgudu melalui
kunjungan rutin petugas promosi kesehatan kepada Kepala Desa, Kepala Dusun,
Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat berupa penyampaian materi-materi
KecamatanSayangIbu, mengadakan pertemuan harian, mingguan, dan bulanan.
Selain tiu juga diadakan pelatihan kader PBHS, dan pengembangan posyandu.

a. Tahap persiapan
1) Sosialisasi kegiatan Kecamatan Sayang Ibu ditingkat desa melaui
pertemuan rutin bulan kader.
2) Melaksanakan perencanaan tahunan kegiatan Kecamatan Sayang Ibu
ditingkat desa.
3) Persiapan administrasi meliputi pembuatan buku rencana kegiatan, buku
rekap hasil kegiatan, pembuatan buku rekap keuangan/ pendanaan,
buku bantu catatan kader/ notulen, buku daftar hadir.
b. Pelaksanaan kegiatan
1) Pembinaan Kecamatan Sayang Ibu sudah dilakukan sejak awal tahun
2010, namun dalam pelaksanaannya belum mempunyai landasan
kebijakan.
2) Baru awal tahun 2012 melalui bersama kepala desa dibentuklah susunan
kepengurusan Kecamatan Sayang Ibu di Kecamatan Langgudu, maka
dilaksanakan pembinaan yang lebih intensif oleh petugas promosi
kesehatan melalui pelatihan kader Kecamatan Sayang Ibu.

Kemudian tokoh masyarakat bersama tenaga kesehatan (together)


mengambil peran untuk menanamkan pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai
bahwa prilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku yang terbaik
masyarakat. Penanaman nilai dapat dilakukan secara formal maupun informal
lewat wadah yang tersedia di masyarakat (mimbar masjid, pertemuan
kekerabatan/ adat, kunjungan rumah).

Pelaksanaan penyuluhan Kecamatan Sayang Ibu tidak berdiri sendiri tetapi


memnafaatkan perkumpulan yang dilaksanakan oleh warga, berjenjang dari
tingkat Kecamatan Langgudu sampai dengan tingkat Kecamatan. Pelaksanaan
penyuluhan Kecamatan SayangIbudiantaranya melalui pertemuan bulanan
Kecamatan Langgudu, pertemuan kelompok PKK, RT, Kelompok Pemakai Air,
17
kelompok yasinan, kelompok karang taruna, pertemuan rutin kader, , pertemuan-
pertemuan kelompok kegiatan lain.

II. Indikator Proses

1. Pelatihan Kader KecamatanSayangIbudilakukan bersaamaan dengan kader


posyandu. Jumlah kader terlatih tiap posyandu berjumlah 7 orang, dimana 5
orang diambil dari kader posyandu ditambah 2 kader kesehatan lingkungan.
2. Pelaksanaan Kemitraan Bidan dukun yang dilakukan secara berkala,
sehingga terdapat kejelasan peran bidan dan dukun dalam menyukseskan
upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan anak. Dalam proses
persalinan dukun akan mengantar ibu bersalin ke sarana kesehatan terdekat
(Poskesdes/puskesmas), kemudian yang memotong tali pusat dan perawatan
medis dilakukan oleh bidan.
3. Rencana Kegiatan dan Pembinaan Kecamatan Sayang Ibu. (Berupa Rencana
kegiatan jejaring Desa Siaga
4. Metode dan Pelaksanaan Penyuluhan Perorangan, Kelompok dan Massa.
Perorangan seperti tatap muka antara petugas kesehatan, Kader PKK,
Kader KPPS kepada masyarakat pengguna air, Penyuluhan kelompok
sasaran datang menimbang di posyandu, atau penyuluhan massa oleh stake
holder (Camat, Kades, Ketua KPPS pada saat acara sunatan atau hajatan
masyarakat)
5. Pencatatan, pengisian dan Pelaporan Kecamatan Sayang Ibu Kecamatan
Sayang Ibu. dengan stiker Rencana Persalinan pada ibu hamil, sebagai
sarana yang mengingatkan setiap anggota keluarga untuk memperhatikan
kapan bersalin, penolong, alat transportasi dan tempat bersalin.
6. Kegiatan Inovatif Kecamatan Sayang Ibu di Kecamatan Langgudu.
Disadari bahwa kesakitan dan kematian ibu dan anak merupakan tanggung
jawab bersama, maka dilakukan kegiatan inovasi yang melibatkan semua
sektor terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
kegiatan.Melalui beberapa rapat persiapan dan rapat terhnis disepakati
dilaksanakan pengerjaan perpipaan dan bak penampungan dibentuk
Kelompok dan pemakai dan Pemelihara sarana (KPPS) yang diketuai oleh
M. Umar H. Muhammad, dan keanggotaan terpilih seluruhnya berjumlah 6
orang. Baik, karena telah dilatih oleh petugas terkait. Frekwensi Pembinaan
oleh Tim terkait baik dari Kecamatan maupun Kabupaten, Tim Kecamatan
minimal 4 kali setahun, Tim Kabupaten 4 kali setahun karena bersamaan
dengan kerja sama lintas sektor terkait.
7. Ketrampilan Kader dan koordinator jejaring dalam mencatat dan
melaporkan Kecamatan Sayang Ibu sangat baik.

18
III. Indikator Output

TAHAP 1 • Pendataan Potensi dan sasaran

• Penguatan Kelembagaan (Calon Donor, Ambulan Desa, Peran


TAHAP 2 Suami/Kelurga, PUS, Alur Rujukan dll)

• Perbaikan Proses Penunjang KSI


TAHAP 3

• Pembinaan dan evaluasi Berkala KSI


TAHAP
4

19
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Untuk mengukur hasil kegiatan program Kecamatan Sayang Ibu Kecamatan
Sayang IbuBU di Kecamatan Langgudu, maka survey cepat Kecamatan Sayang Ibu perlu
dilakukan untuk mengukur seberapa besar pencapaian Indikator Kecamatan Sayang Ibu
mulai proses Perencanaan, Pelaksanaan dan evaluasi kegiatan.

Hasil Survey Kecamatan Sayang Ibuyang dilakukan oleh kader Kecamatan Sayang
Ibu Kecamatan Langgudu pada Tahun 2011 dan Tahun 2012 disajikan sebagai bahan
perbandingan atas kemajuan tiap tahun, dengan hasilsebagai berikut:

1. Pemeriksaan Ibu Hamil (Antenatal Care)


a. Kunjungan Ibu Hamil Pertama (K1) Tahun 2014
108.02

108.11
106.95

99.33
96.84
95.57

120

91.19
90.91

90.91

90.91
83.78
75.24

100
66.99

80

45.45
60

32.09
31.82

40

20

b. Kunjungan Ibu Hamil Keempat (K4) Tahun 2014


102.67

110.05
98.28
96.26

120
90.91
90.91
86.25

84.97
83.92
82.64

81.59
76.65

100
68.97

80
45.45

60
32.09
13.64

40

20

20
2. Cakupan Persalinan Oleh Nakes dan Disarana Kesehatan
Tabel 4.1 Perkembangan Cakupan Persalinan oleh nakes di Desa Rupe dan
Kecamatan Langgudu tahun 2012 sampai dengan 2014.

109.09

84.25
65.85
120

81.72

79.98
83

100
80
60
Ds Rupe
40
20 Kec. Langgudu
0
Th 2012 Th 2013 Th 2014

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa Selama 3 tahun sejak Tahun 2012 sampai dengan 2014
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Tingkat Kecamatan Langgudu cenderung
Kontstant, Tetapi cakupan dimaksud dihitung berdasarkan cakupan proyeksi. Kenyataan
di lapangan tidak ditemukan lagi jumlah ibu hamil dan ibu bersalin sebagaimana yang
ditargetkan dalam angka proyeksi, sehingga cakupan tahun terhadap proyeksi
sebagaiaman terlihat dalam Tabel 4.1
Rincian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan per desa di Kecamatan
Langgudu Tahun 2014 seperti disajikan dalam Tabel 4.2

Tabel 4.2 Perbandingan Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Per DesaSe-
Kecamatan Langgudu tahun 2014
92.66
97.11

85.92
84.25
93

79.98
79.37

100
75.19
73.59

73.26
70.82
74.7
65.68

80
56.02
54.42

60
28.57

40

20

Kemudian Cakupan persalinan di sarana kesehatan Kecamatan Langgudu selama


Tahun 2012 sampai dengan Tahun 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, hal ini
terlihat dari cakupan persalinan di sarana kesehatan pada tingkat Kecamatan Langgudu
atau khusus pada Kecamatan Langgudu. Tahun 2012 cakupan persalinan di sarana

21
kesehatan Tingkat Kecamatan baru 54,2%%, meningkat menjadi 59,97% pada Tahun 2014
serta meningkat lagi menjadi 61,32%.
Peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan karena penempatan
Bidan Desa yang siap tinggal di desa 24 jam, pendekatan kemasyarakatan dan melalui
stake holder dan terakhir dengan adanya persalinan gratis dari Jampersal.
Dukun bayi beberapa tahun lalu masih menolong persalinan, pada tahun 2012
Tinggal 22 orang, dan bermitra dengan bidan. Yang aktif tinggal 11 orang karena sudah
ujur (Tua). Adanya kemitraan bidan dan dukun, sehingga dukun tidak lagi berperan
menolong persalinan tetapi bermitra dan membantu bidan misalnya mengantar bumil
untuk periksa, mendata Ibu hamil, termasuk merawat dan membersihkan bayi yang baru
dilahirkan. Kemitraan tersebut terbentuk melalui pertemuan dan rapat koordinasi tingkat
desa beberapa kali dan disepakati peran masing-masing yang diketahui oleh masyarakat
dan kepala desa.
Perangkat lain yang cukup membantu adalah Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi. Terbentuknya jejaring tingkat Kecamatan Langgudu dan
Kecamatan Langgudu terkait dengan sub kegiatan dalam P4K dimaksud yaitu;
a. Jejaring Notifikasi yang berfungsi sebagai penghubung, pendataan dan penandaan
kasus resiko tingi pada Ibu hamil, Ibu nifas, maupun bayi, misalnya dengan
benderanisasi (Warna Merah Resiko, Warna Hijau normal).
b. Jejaring Transportasi yang berfungsi untuk mengkkordinasi penyediaan alat
transportasi siap pakai pada saat dIbutuhkan terutama pada rujukan emergency
kesehatan Ibu dan anak, Baik kendaraan roda 2 (Ojek) maupun kendaraan roda 4.
c. Jejering Golongan Darah yang berfungsi untuk menyediakan calon donor darah
potensial dan calon donor dari keluarga Ibu hamil dan bersalin agar keterlambatan
dalam penyediaan darah yang menyebabkan kematian dapat teratasi
d. Jejaring Tabulin dimaksudkan untuk penyediaan biaya tak terduga apabila dalam
proses kehamilan, persalinan dan nifas memerlukan tindakan khusus. Walaupun
persalinan ditanggung oleh pemerintah melalui Jampersal, namun adanya Tabulin
membantu dalam penyediaan kebutuhan lain pada saat bersalin dan nifas baik
untuk Ibu maupun bayi yang dilahirkan, misalnya popok, sabuni, pakaian.
e. Jejaring Keluarga Berencana, yang dimaksudkan untuk penyediaan informasi
tentang pendataan sasaran Keluarga Berencana, Penghubung akseptor dengan
petugas kesehatan dan KIE tentang Alokon kepada Pasangan Usia Subur (PUS)

22
Tabel 4.4 Daftar Calon donor Darah Per Desa Kecamatan Langgudu Sampai Tahun 2015.

Jenis Golongan Darah Ket.


No. Desa
A AB B O
1. Karumbu 7 4 13 54 78
2. Rupe 11 5 17 56 88
3. Waworada 6 5 15 45 51
4. Rompo 5 7 20 37 59
5. Laju 4 4 15 45 68
6. Doro O’o 3 3 1 50 57
7. Kawuwu 2 5 7 37 54
8. Kalodu 3 6 1 41 51
9. Kangga 2 5 5 38 50
10. Dumu 3 6 14 41 64
11. Karampi 3 7 11 35 56
12. Waduruka 2 8 5 26 41
13. Sambane 3 4 10 37 54
14. Sarae Ruma 4 5 16 29 54
15. Pusu 2 4 11 32 49
JUMLAH 874

Alat Transportasi (Ambulans desa) yang sering dipergunakan untuk mengantar


masyarakat yang sakit, berobat, atau mengantar Ibu hamil yang akan bersalin di
Poskesdes maupun rujukan keluar desa disajikan dalam Tabel 4.5

Tabel 4.5 Daftar Alat Tarnsportasi (Ambulans Desa) di Kecamatan Langgudu Tahun 2012
No. Desa Roda 2 Roda 4 Roda 3 Ket.
1. Karumbu 250 37 0
2. Rupe 110 18 2
3. Waworada 135 17 0
4. Rompo 109 16 0
5. Laju 204 22 0
6. Doro O’o 194 13 0
7. Kawuwu 57 3 0
8. Kalodu 15 1 0
9. Kangga 118 4 0
10. Dumu 93 2 0
11. Karampi 62 0 0
12. Waduruka 51 0 0
13. Sambane 37 0 0
14. Sarae Ruma 11 0 0
15. Pusu 5 0 0

23
2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT berkat Rahmat dan Hidayahnya sehingga Profil
KECAMATAN SAYANG IBU Kecamatan Langgudu ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Profil KECAMATAN SAYANG IBU Kecamatan Langgudu ini disusun dengan maksud
memberikan gambaran tentang keberhasilan Kecamatan Langgudu dalam meningkatkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (KECAMATAN SAYANG IBU) di rumah tangga yang
diperoleh melalui pendekatan lokal sehingga mampu diterapkan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari, melalui tekad yang kuat masyarakat, dirorong oleh perangkat
pemerintah baik pada Tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten, serta mempertahankan
kearifan lokal gotong royong dalam mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu
Kecamatan Langgudu dipilih Mewakili Kabupaten Bima dalam Rangka Lomba
KECAMATAN SAYANG IBU dan LBS Tingkat Propinsi NTB Tahun 2015.

Merubah perilaku bukan pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan proses yang
panjang, melibatkan banyak pihak dan membutuhkan energi yang besar agar dapat
tercapai tujuan dimaksud. Apalagi Perilaku yang membutuhkan pembiayaan misalnya
meribah perilaku agat tidak Buang Air Besar (BAB) disembarang tempat. Untuk dapat
berperilaku KECAMATAN SAYANG IBU ini memerlukan komitmen rumah tangga untuk
menyediakan sarana Buang Air Besar, yang dimulai dari mengumpulkan bahan,
membangun , memakai dan meyediakan air bersih dan perawatan kebersihanya. Namun
berkat tekad yang kuat Masyarakat Kecamatan Langgudu pada umumnya mampu
melewati tantangan tersebut dan berhasil menjadi Desa ODF (Open Defecation Free),
Penataan lingkungan yang baik serta terjadi penurunan yang tajam penyakit-penyakit
yang berbasis lingkungan. Oleh karena itu sebagai Juara Pertama KECAMATAN SAYANG
IBU Kabupaten Bima Tahun 2015 diikutsertakan dalam Lomba KECAMATAN SAYANG
IBU di Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Tentunya keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari peran berabagai pihak dan
tim yang solid dengan komponen antara lain TP-PKK dan jaringanya sampai ke desa dan
Dasawisma, Dinas Kesehatan dan Jaringanya sampai Desa, Satgas GSI dan KECAMATAN
SAYANG IBU, Unsur pemerintahan desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda
dan terutama masyarakat Kecamatan Langgudu dan Kecamatan Langgudu pada
umumnya.

Oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkan kami menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghragaan yang setinggi-tingginya atas partisipasi semua pihak baik yang
telah disebutkan di atas maupun yang belum sempat disebutkan satu-persatu. Kami yakin
Allh SWT yang maha rahman dan maha Rahimlan yang mampu membalas iktiar semua
pihak dimaksud.

i
Kami juga yakin bahwa Profil KECAMATAN SAYANG IBU Kecamatan Langgudu ini
belumlah sempurna, masih terdapat kekurangan baik susunan maupun isi di dalamnya,
oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak tetap kami harapkan untuk
penyempurnaanya. Semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak khsusnya bagi TP-PKK
Kabupaten Bima secara keseluruhan.

Wassalamu’Alaikum WR.WB

Langgudu, 01 September 2015.

Ketua TP-PKK Kecamatan Langgudu

NY. Rukmini, S.Sos

ii
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ……. i
DAFTAR ISI ……. iii
DAFTAR TABEL ……. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……. 1
B. Tujuan dan Manfaat ……. 1

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LANGGUDU


A. Keadaan Geografis Kecamatan Langgudu ……. 3
B. Kependudukan ……. 4
C. Situasi Derajat Kesehatan dan Pendudukan ……. 6

BAB III PERAN MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KECAMATAN


SAYANG IBU DI KECAMATAN LANGGUDU
A. Pengertian KECAMATAN SAYANG IBU ……. 12
B. Manfaat GERAKAN SAYANG IBU ……. 12
C. Indikator Kecamatan Sayang Ibu ……. 13
D. Kegiatan-Kegiatan Yang Mendukung KECAMATAN ……. 13
SAYANG IBU

BAB IV HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN 20


LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Grafik DistrIbusi Penduduk Kecamatan Langgudu ……….. 4
Menurut Kelompok Umur Tahun 2012
Tabel 2.2 DistrIbusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di ……….. 4
Kecamatan Langgudu Kecamatan Langgudu
Tahun 2012
Tabel 2.3 Sarana Pendidikan, Sarana Peribadatan dan ……….. 5
Sarana Kesehatan di Kecamatan Langgudu Per
31 Oktober 2012
Tabel 4.1 Perkembangan Cakupan Persalinan oleh Nakes ……….. 21
di Kecamatan Langgudu dan Kecamatan
Langgudu Tahun 2010 sampai dengan Tahun
2012
Tabel 4.2 Perbandingan Cakupan Persalinan oleh Tenaga ……….. 22
Kesehatan per Desa Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012
Tabel 4.3 Perbandingan Cakupan Persalinan di Sarana ……….. 23
Kesehatan Kecamatan Langgudu dan
Kecamatan Langgudu Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2012
Tabel 4.4 Perbandingan Persentase Cakupan Persalinan di ……….. 24
Sarana Kesehatan Per Desa Se-Kecamatan
Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.5 Perbandingan Cakupan ASI Esklusif Per Desa di ……….. 24
Kecamatan Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Cakupan Partisipasi ……….. 25
Masyarakat dalam Penimbangan Balita di
Posyandu (D/S) Per Desa Se-Kecamatan
Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.7 Grafik Cakupan Sarana Air Bersih di Kecamatan ……….. 26
Langgudu dan Desa Se-Kecamatan Langgudu
Kamupaten Bima Tahun 2012
Tabel 4.8 Perbandingan Persentase Cakupan Cuci Tangan ……….. 26
Pakai Sabun per Desa Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012
Tabel 4.9 Perbandingan Kepemilikan Jamban Keluarga ……….. 27
terhadap Jumlah KK Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012
Tabel 4.10 Perbandingan Pemanfaatan Jamban Keluarga ……….. 28
untuk BAB per Desa Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012

iv
Tabel 4.11 Perbandingan Cakupan Pemberantasan Jentik ……….. 28
Per Desa Se-Kecamatan Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.12 Trend Penemuan Kasus Penyakit yang Terkait ……….. 29
dengan Lingkungan di Kecamatan Langgudu
Tahun 2008 S/d Tahun 2012
Tabel 4.13 Perbandingan Cakupan Kebiasaan Makan Sayur ……….. 30
dan Buah Per Desa Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012
Tabel 4.14 Perbandingan Cakupan Kebiasaan Beraktifitas ……….. 31
Fisik Rutin Setipa Hari Per Desa Se-Kecamatan
Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.15 Perbandingan Jumlah Anggota Keluarga ……….. 31
Merokok Terhadap Jumlah KK di Kecamatan
Langgudu Tahun 2012
Tabel 4.16 Perkembangan Jumlah Area Merokok di Sarana ……….. 32
Umum Per Desa Se-Kecamatan Langgudu
Tahun 2012

v
Ayo…..!!
Kita Ciptakatan Bima Sehat
Dengan menerapkan PHBS 1. Persalinan Ditolong oleh Tenaga Kesehatan

2. Pemberian ASI Esklusif

3. Menimbang Balita Setiap Bulan

4. Memakai Air Bersih

5. Cuci Tangan Pakai Sabun

6. Pemanfaatan Jamban Keluarga

7. Berantas Jentik

8. Makan Sayur dan Buah

9. Beraktifitas Fisif Setiap Hari

10. Tidak Merokok Dalam Rumah


94.34

93.24

96
92.4

94
90.94

214
90.33
90.03

300
92
89.5

88.44

88.12

90
87.14

200 99
88
100 0 12 2
86 4324 0 0
84 354 1 0 DBD
0 15 0
82 2008
2009
1 Diare/Disen…
2010
2011
vi
vii
BAB II
GAMBARAN UMUM KECAMATAN LANGGUDU

A. KEADAAN GEOGRAFIS KECAMATAN LANGGUDU

4. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Langgudu merupakan salah satu desa dari 9 desa di
Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima dengan luas wilayah ± 1.374 ha/m2, terdiri
dari 5 dusun yaitu Dusun Pemukiman I, Dusun Pemukiman II, Dusun Rasabou,
Dusun Padende I dan Dusun Padende II. Batas wilayah Kecamatan Langgudu
adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Pegunungan Kecamatan Langgudu


b. Sebelah Timur : Desa Palama Kecamatan Langgudu
c. Sebelah Selatan : Desa Rora Kecamatan Langgudu
d. Sebelah Barat : Kabupaten Dompu
5. Topografi Wilayah
Berdasarkan topografi wilayah Kecamatan Langgudu menunjukan
penampakan daerah berbukit-bukit dan terletak di dataran tinggi/pegunungan,
dengan ketinggian 900 meter diatas permukaan laut.

6. Iklim Dan Curah Hujan

Wilayah Kecamatan Langgudu beriklim tropis dengan curah hujan 700 Mm


per tahun dan jumlah bulan hujan 6 bulan. Suhu rata-rata harian 24 °C, Karena
berada ketinggian gunung, Kecamatan Langgudu terasa sejuk hampir sepanjang
tahun.

4. Potensi Sumber Daya Aalam (SDA)

Sumber Daya Alam Pertanian dan Perkebunan merupakan sumber mata


pencarian utama masyarakat di Kecamatan Langgudu. Lahan kebun (huma) dan
pertanian lainnya meliputi 430 ha/ m2, sebagian besar lahan tadah hujan yang
dimanfaatkan untuk pertanian pada musim hujan, dan tanaman tahunan pada
musim kemarau. Tanaman Ekonomis tahunan yang ditanam masyarakat buah-
buahan seperti durian, rambutan, mangga, pepaya, nangka, sukun, pisang dan
tanaman perkebunan cengeh dan kopi.

g. KEPENDUDUKAN
viii
6. Jumlah dan Persebaran Penduduk
Wilayah Kecamatan LangguduKecamatan Langgudu Kabupaten Bima
mempunyai wilayah daratan seluas 1.374 ha/ m2, dengan jumlah penduduk pada
tahun 2011 sebanyak 1.989 jiwa dengan 443 Kepala Keluarga. Kemudian pada Tahun
2012 jumlah penduduk berekembang menjadi 2.030 Jiwa dengan 488 Kepala
Keluarga.

7. Pembagian Penduduk berdasarakan Jenis Kelamin


Jumlah Penduduk pada Tahun 2012 sebanyak 2.030, kemudian DistrIbusi
penduduk berdasarkan Jenis Kelamin disajikan dalam tabel 2.1

Tabel 2.1 DistrIbusi Penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan


LangguduKecamatan Langgudu Tahun 2012.

Laki - Laki Perempuan

1,006
1,070

8. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi


Suku bangsa yang tinggal di Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima adalah
cukup homogen karena sebagian besar merupakan penduduk asli bima suku
(Mbojo Bima), dan beberapa orang yang berasal Jawa, dan lombok karena menikah
dengan penduduk setempat. Begitu juga halnya mata pencaharian mereka ada
yang bekerja sebagai petani, pengusaha, pertukangan, pegawai negeri sipil, dan
Polri/ ABRI. Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari menggunakan bahasa
Bima, tetapi dalam kegiatan sosial berupa pertemuan resmi, pernikahan, dan acara
adat lainya menggunakan bahasa Indonesia.
Kehidupan kemasyarakat dan interaksi sosial Kecamatan Langgudu secara
umum berlangsung dengan harmonis, penuh kekeluargaan an mengutamakan
gotong royong. Keputusan pemerintah dan masyarakat terjadi iambil berdasarkan

ix
musyawarah bersama dalam acara ”Mbolo Weki” yang masih dipegang kuat oleh
masyarakat Donggo. Dengan konstruksi sosial dimaksud, menempatkan Kecamatan
Langgudu dan Kecamatan Langgudu sebagai salah satu Kecamatan dengan tingkat
kriminalitas yang rendah di Kabupaten Bima dan Propinsi Nusa Tenggara Barat
dalam beberapa tahun terakhir.
Jumlah Sarana Pendidikan, Sarana Ibadah dan sarana pelayanan kesehatan
di Kecamatan Langgudu Tahun 2012 disajikan dalam Tabel 2.2,

Tabel 2.2 Sarana pendidikan Sarana Peribadatan dan Sarana Kesehatan di


Kecamatan Langgudu Per 31 Oktober 2012

D. Data Sarana Pendidikan Jumlah sarana


Taman Kanak-Kanak (PAUD) : 1
Sekolah Dasar Negeri : 2
Sekolah Dasar Islam : 0
SMP/MTs : 1
MA/MA : 1
E. Data Sarana Peribaatan
Jumlah Masjid : 4
Musholla : 3
F. Data Sarana Peribaatan
Puskesmas Pembantu : 1
Poskesdes : 1
Klinik : 0
Puskesmas : 0
Rumah Sakit : 0

9. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator penting dalam
penentuan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah. Ada dua
indikator pendidikan penduduk yang termasuk IPM yaitu Angka Melek Huruf dan
Angka Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun ke atas.

10. Mata Pencaharian Penduduk


Penduduk Kecamatan Langgudu sebagian besar berprofesi sebagai petani
pengolah lahan pertanian dataran tinggi yang tadah hujan. Karena kondisi geografis
yang demikian menguntungkan bagi pengembangan tanaman tahunan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti kopi, buah-buahan dan tanaman tahunan

x
lainya. Profesi lain adalah wirausaha (Kios) dan Bakulan (Pasar), serta usaha
pertukangan kayu.

h. SITUASI DERAJAT KESEHATAN


Hasil pelaksanaan pembangunan kesehatan di Kecamatan Langgudu tahun
2012 dalam rangka mencapai desa sehat 2012 dapat dilihat dari derajat kesehatan
masyarakat, perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan dan pelayanan kesehatan
(termasuk sumber daya kesehatan).
Gambaran yang digunakan untuk melihat derajat kesehatan masyarakat
pada tahun 2011 ini adalah indikator desa sehat yang meliputi Angka Kematian
(Mortalitas), Angka Kesakitan (Morbiditas), dan Status Gizi Masyarakat.

6. Angka Kematian (Mortalitas)

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari


kejadia kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian
kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan masyarakat laiannya.
Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey
dan penelitian.

Secara umum kejadian kematian berkaitan erat dengan permasalahan


kesehatan sebagai akibat dari gangguan penyakit atau akibat dari proses interaksi
berbagai faktor yang secara atau bersama-sama mengakibatkan kematian dalam
masyarakat.

Salah satu alat untuk menilai keberhasilan program pembangunan yang


telah dilaksanakan selama ini adalah melihat perkembangan angka kematian dari
tahun ke tahun. Besarnya tingkat kematian dari penyakit penyebab utama kematian
yang terjadi pada periode terakhir dapat dilihat dari berbagai uraian berikut ini.

7. Angka Kematian Neonatal dan Kematian Bayi (AKB)


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum
mencapai usia 1 (satu) tahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.
Indikator ini terkait terkait langsung dengan kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak

xi
termasuk pemeliharaan kesehatannya. Angka Kematian Bayi juga
menggambarkan kesehatan reproduksi dan relevan digunakan untuk memonitor
pencapaian target program kerena mewakili komponen penting pada kematian
balita. Selama kurun waktu Tahun 2010-2012 di Kecamatan Langgudu tidak
terdapat kasus kematian Bayi.
8. Angka Kematian Balita (AKABA)
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun
tertentu dan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai
angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA menggambarkan permasalahan
kesehatan ana-anak dan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan.
Indikator ini juga menggambarkan tingkat kesejahteraan sosial, dalam arti besar
dan tingkat kemiskinan penduduk, sehingga kerap kali dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk. Selama kurun waktu Tahun 2010-
2012 di Kecamatan Langgudu tidak terdapat kasus kematian Balita.

9. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal terkait
dengan kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berguna untuk
menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan
Ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk
Ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu Ibu melahirkan dan masa nifas. Untuk
mengantisipasi masalah ini maka diperlukan terobosan-terobosan dengan
mengurangi peran dukun beranak dan meningkatkan peran bidan melalui
kemitraan Bidan-Dukun.
Laporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) di Kecamatan Langgudu menunjukan perkembangan jumlah kasus kematian
Ibu. Berdasarkan laporan tersebut di Sejak Tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
tidak terdapat kematian Ibu, Ibu hamil, bersalin atau Ibu nifas.

i. STATUS GIZI
Status gizi seseorang erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan secara
umum, karena di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah
penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
xii
kesehatan individual.Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi
yang sedang menyusu sangat dipengaruhi oleh status gizi Ibu hamil dan Ibu menyusui.
Setiap tahun ditemukan 1 sampai 2 kasus kurang gizi (Bawah Garis Merah) yang
disebabkan oleh penyakit infeksi. Dengan pegobatan dan pemberian makanan
tambahan dalam kelas gizi, 100% kasus kurang gizi (BGM) tersebut sembuh.

1) Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Berat badan lahir rendah (kuran dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan menjadi 2 kategori yaitu BBLR karna prematur (usia kandungan kurang
dari 37 minggu) atau BBLR karna Intra Uterine Retardation (IUGR) yaitu bayi yang
lahir cukup umur kandungan tapi berat badannya kurang.
Bila ditemukan bayi BBLR penanganan yang harus ilakukan adalah
pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,
pemberian ASI dinidan ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali
pusar, kulit, dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K; manjemen terpadu bayi
muda (MTBM); penanganan penyulit/komplikasi/masalah pada BBLR dan
penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA.

2) Balita Gizi Buruk


Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi pada balita
adalah dengan menggunakan Pemantauan Status Gizi (PSG) yaitu dengan
Anthropometri yang diukur melalui indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
atau Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB). Kategori yang digunakan
adalah: Gizi Lebih (z-score > +2 SD; Gizi Baik (Z-score -2 SD sampai +2 SD; Gizi
Kurang (Z-score < -2 SD sampai -3 SD dan Gizi Kurang (Z-score < -3 SD).
Gizi Buruk adalah status gizi menurut Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB) dengan Z-score < -3, dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus,
kwansiorkor, dan marasmuskwansiokor).
Hasil Survey PDBK di Kecamatan Langgudu tahun 2011 dan 2012
berdasarkan terdapat 2 kasus anak balita gizi kurang (PDBK 2011), dan mampu
ditangani dalam kelas gizi hingga berubah menjadi gizi baik setelah kelas gizi 12
hari.

xiii
j. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN BAYI

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat


penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan
kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagaian besar masalah
kesehatan masyarakat sudah dapat di atasi.
Data hasil survey dapat dilihat bahwa rata-rata kunjungan Rawat Jalan Pos
Kesehatan Kecamatan Langgudu (POSKEDES Bumi Pajo) sepanjang tahun 2010 dan
2012.

k. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)


Pelayanan Antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum,
bidan dan perawat) kepada Ibu hamil selama kehamilannya, yang mengikuti
pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan
promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan
pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan Ibu hamil merupakan
gambaran besaran Ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan antenatal.
Sedangkan Cakupan K4 adalah gambaran besaran Ibu hamil yang telah
mendapatkan pelayanan Ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit
empat kali kunjungan, dengan distrIbusi sekali pada trimester pertama, sekali pada
trimester kedua dan dua kali di trimester ketiga. Angka ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada Ibu hamil.

Kunjungan Ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup


minimal : (1) Timbang badan dan ukur tinggi badan, (2) Ukur tekanan darah, (3)
Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus toksoid), (4) Ukur tinggi
fundus uteri, (5) Pemberian tablet Fe (90 tablet selam kehamilan), (6) Temu Wicara
(pemberian komunikasi interpersonal dan konseling), (7) Test laboratorium
sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, Sifilis, HIV,
Malaria, TBC) (8) Komunikasi, Informasi an Edukasi melalui Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

xiv
Pelayanan ANC sangat penting artinya mengingat pada kesempatan itulah
terjadi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang baik kepada Ibu hamil dan
keluarga dengan tenaga kesehatan. KIE ini juga dimaksudkan untuk memutus
mata rantai 4 terlambat yang menyebabkan tingginya angka kematian Ibu dan
bayi, yaitu (1) Terlambat mengenal tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan,
(2) Terlambat memutuskan untuk dirujuk, (3) Terlambat sampai di sarana
kesehatan yang memadai dan (4) Terlambat mendapatkan pelayanan yang
memadai sesuai. Pada tahun 2011 cakupan K1 sebesar 88,68% dan Tahun 2012%
sebesar 94,34%.

l. Petolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan


Komplikasi dan kematian Ibu maternal dan bayi barulahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
(profesional). di Kecamatan Langgudu Dalam kurun waktu tahun 2011 terdapat
86,57% persalinan Nakes dan 98.78%Tahun 2012 .

m. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang
memiliki resiko gangguan kesehatan yang paling tinggi. Upaya kesehatan yang
dilakukan utnuk mengurangi resiko tersebut antara lain dengan melakukan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada
neonatus (0-28 bulan) minimal 2 kali, satu kali pada umur 0-7 hari dan satu kali
lagi pada umur 8-28 hari. Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) selama periode
tahun 2011 di poskesdes Bumi Pajo sebanyak 89,58%, pada Bulan Oktober 2012
sebesar98.79%.

n. Pelayanan Anak Balita


Setiap anak balita (umur 12-59 bulan) memperoleh pelayanan pemantauan
pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 kali dalam setahun yang tercatat di kohort
anak balita dan pra sekolah, buku KIA/ KMS atau buku pencatatan dan pelaporan
lainnya.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 12-59 bulan


dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan)
dan tercatat pada kohort Anak Balita. Petugas kesehatan dalam melakukan
SDIDTK akan mendeteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak.

xv
Hasil pelaksanaan deteksi tumbuh kembang anak balita/pra sekolah di
Poskedes Bumipajo tahun 2011 menunjukan bahwa cakupan deteksi tumbuh
kembang anak balita sebesar 100% dari 147 anak balita yang ada.Jumlah anak
balita BMG yang ada sebanyak 2 orang sedangkan jumlah bayi BMG dari keluarga
miskins 3,3% dan seluruhnya mendapatkan MP-ASI (100%) melalui kelas gizi.

o. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proyeksi terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara
lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu,
berarti dalam wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat kekebalan
masyarakat (herd immunity) terhadap penularan PD3I. Hasil pengumpulan
indikator kerja SPM bidang kesehatan bahwa tahun 2011 cakupan imunisasi 96,78%
dan pada Tahun 2012 mencapai100% sehingga ditetapkan sebgai Desa UCI.

p. Bayi Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif


Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah bayi yang hanya mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Hasil pengumpulan indikator kerja SPM biang kesehatan menunjukkan
bahwa di Kecamatan Langgudu tahun 2011 cakupan ASI Eksklusif sebesar 87,84%,
dan 98,73 % pada Tahun 2012.

E. Desa Siaga sebagai Program Pendukung KECAMATAN SAYANG IBU

Kecamatan Langgudu merupakan desa yang masyarakatnya memilki


kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kewatdaruratan kesehatan,
secara mandiri.

xvi
Adanyakesadaran, kemauan dan kemampuan untuk mencegah dan
mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan seperti kurang gizi, penyakit
menular, KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan
potensi setempat, secara gotong-royong, Merupakan potensi utama bagi kemajuan
desa bumipajo dengan terpenuhinya tiga komponen dasar desa siaga yaitu :

1. Pelayanan kesehatan dasar.


2. Pemberdayaan masyarakat, melalui pengembangan UKBM dan mendorong
upaya Surveilans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan, penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan.
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (KECAMATAN SAYANG IBU)
Untuk mendukung keberadaan desa siaga, poskesdes mulai dibentuk pada tahun
2009 di Kecamatan Langgudu diwilayah kerja Puskesmas Donggo dan sudah
diterbitkan SK di masing-masing desa dengan pembentukan lima jejaring untuk
mendukung salah satu Kecamatan Sayang Ibu pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan:
a. Pendonor darah
b. Transportasi dan Komunikasi
c. Surveilans berbasis masyarakat
d. Pembiayaan berbasis masyarakat
e. Pencatatan dan pelaporan serta KB
Kecamatan Langgudu dapat dikembangkan strategi dan inovasi-inovasi melaui
pemberdayan masyarakat yang antara lain :
1) Masyarakat Kecamatan Langgudu bersepakat pada tahun 2009 untuk
mengeluarkan iuran serIbu rupiah untuk masing KK yang ada di Kecamatan
Langgudu. Dana ini ditarik bersamaan dengan datangnya beras Raskin dan
dikumpulkan melalui pengurus desa siaga.
2) Dana ini di pergunakan untuk mengatasi semua permasalahan kesehatan
masyarakat antara lain :
a. Pertolongan Persalinan

Bagi Ibu melahirkan yang sangat miskin dan tidak memiliki kartu
Jamkesmas karena tidak masuk dalam kuota jamkesmas, maka dana desa siaga
juga dimanfaatkan untuk membantu biaya persalinan Ibu miskin tersebut.
Terobosan ini dilakukan sejak tahun 2009 dan 2010 atau sebelum turunnya
kebijakan persalinan gratis.

Agar persalinan tidak di tolong oleh sendiri dukun, maka Kepala Kecamatan
Langgudu Bersama Tim Penggerak PKK beserta bidan desa mengeluarkan suatu
kebijakan (Keputusan Kepala Desa) berdasarkan hasil Sosialisasi dengan seluruh
dukun yang ada di wilayah Kecamatan Langgudu, pada pertemuan tersebut
disepakati bahwa dukun merupakan mitra bidan untuk tidak melakukan praktek
xvii
persalinan dan hanya melakukan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (Bidan).

Sebagai kompensasi dari kebijakan desa tersebut , maka desa memberikan


insetif atau tunjangan kepada para dukun berupa pembagian sembako setiap
tahun, bagi dukun yang patuh dan berprestasi akan di berikan hadiah dan reward.

b. Masalah Gizi Masyarakat


Dana desa siaga ini juga di peruntukkan bagi penanggulangan masalah gizi
buruk yang ada di Kecamatan Langgudu yang mempunyai maslah gizi berupa
pemberian susu pendamping ASI kepada bayi / balita yang gizi buruk maupun
gizi kurang.

c. Kegiatan Posyandu dan Pemberian PMT Penyuluhan


Untuk meningkatkan peran serta masyarakat ke posyandu agar mau membawa
bayi balita setiap bulan untuk di timbang maka melalui dana desa siaga ini juga
diadakan kegiatan pemberian PMT penyuluhan di posyandu.

Untuk memberikan contoh bagimana memenuhi gizi – gizi seimbang untuk


pertumbuhan bayi, balita dan Ibu hamil pada masa kehamilannya, dana desa
siaga ini juga dipergunakan untuk kegiatan demo memasak dan berayan yang
dilaksanakan di posyandu masing – masing.

d. Sanitasi Lingkungan dan Air Bersih.

Khusus mengenai masalah sanitasi prioritaskan dusun yang paling buruk


cakupan jambannya. Stimulan diberikan kepada dusun tersebut untuk
dipergunakan membangun jamban yang dimiliki masyarakat.

Pada tahun 2011 ini juga melalui kepengurusan KECAMATAN SAYANG IBU
dilakukan penggalangan dana pada instansi-instansi, LSM, dan yang terkait
yang ada di Kecamatan Langgudu untuk mengatasi masalah KECAMATAN
SAYANG IBU berupa : Dukungan terhadap sarana air bersih, jamban keluarga
dan pelayanan posyandu.

xviii
F. Program Kerja Tim Penggerak PKK
PKK sebagai lembaga kemasyarakatan menyadari bahwa permasalahan
yang ada disekitarnya tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi adalah
tanggung jawab bersama. Karena PKK merupakan mitra kerja pemerintah
Kabupaten Bima, maka PKK merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu dan
menjawab semua permasalahan demi mewujudkan keluarga sejahteraa, maju,
mandiri, dan bermartabat.
Pembinaan Kecamatan Sayang Ibu di rumah tangga dilaksanakan oleh Tim
Penggerak PKK Kecamatan Langgudu beserta kader-kader sampai pada kelompok
dasawisma dan keluarga.
Pembinaan Kecamatan Sayang Ibu dirumah tangga dilakukan secara
berjenjang oleh Tim Penggerak PKK Kabupaten Bima sampai dengan Kecamatan,
dan desa untuk kemudian dilanjutkan oleh kader dasawisma dan posyandu untuk
melaksanakan pembinaan kepada keluarga-keluarga. Pada di tingkat Kabupaten,
pembinaan Kecamatan Sayang Ibu di rumah tangga di koordinir oleh Ketua Tim
Penggerak PKK Kabupaten Bima dengan beberapa kegiatan sebagai berikut :
1. Mengeluarkan kebijakan tentang pembinaan Kecamatan Sayang Ibu di rumah
tangga,
2. Menerbitkan Stiker Kecamatan Sayang Ibu tiap rumah tangga, sejak Tahun
2011.
3. Sosialisasi pembinaan Kecamatan Sayang Ibu rumah tangga bersama sektor
terkait,
4. Pembinaan di lanjutkan sampai pada rakor, rakorda dan pertemuan bulanan
serta monitoring,
5. Memantau kemajuan pelaksanaan pembinaan Kecamatan Sayang Ibu di
rumah tangga dan pencapaian rumah tangga ber-Kecamatan Sayang
IbuIKecamatan Sayang IbuBU.

Kemudian kebijakan-kebijakan di tingkat Kabupaten tersebut di atas


dilanjutkan oleh Tim Penggerak PKK ditingkat desa dengan beberapa kegiatan
yang meliputi :

1. Sosialisasi Kecamatan Sayang Ibu di rumah tangga kepada kelompo-kelompok


PKK, mulai dasawisma, dusun, dan kader-kader Kecamatan Sayang
IbuKecamatan Sayang IbuU di dusun-dusun.
2. Menggali masalah Kecamatan Sayang Ibu di rumah tangga melalui
pemberdayaan masyarakat yang kemudian hasilnya didiskusikan bersama.
3. Membantu kelompok-kelompok PKK an keluarga memberikan saran-saran
pemecahan masalah.

Adapun program kerja Tim Penggerak PKK terlampir.


xix
xx
xxi

Anda mungkin juga menyukai