Anda di halaman 1dari 12

ASURANSI REASURANSI

KELOMPOK III

DIBUAT OLEH :

1. SUARDI
2. KURNIA ARIYANTO
3. SUJAYA
4. TASLIM
5. ANDI DARWIS

TEKNIK SIPIL (B)

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPOTER

PAREPARE 2012

1
PENDAHULUAN

Perkembangan perusahaan asuransi di dalam negeri maupun di luar negeri saat ini sudah
berkembang pesat. oleh karenanya mahasiswa teknik sipil dituntut untuk mengerti dan memahami
tentang asuransi dan reasuransi. Karena tidak menutup kemungkinan mahasisiwa teknik sipil setelah
lulus dari universitas akan berhadapan langsung dengan hal-hal yang bersangkutan dengan asuransi.
Sehingga mereka mengerti dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika berhadapan
langsung dengan perusahaan asuransi. Berikut ini akan di bahas tentang pengertian dan prinsip-prinsip
asuransi reasuransi. Kami dari kelompok III mengucapkan banyak terimakasih peda dosen mata kuliah
aspek legal yang telah memberikan materi tentang asuransi reasuransi untuk kami pelajari. Serta
terimakasih banyak kepada team kelompok III atas kerja samanya sehingga materi ini bisa disusun
secara rapi dan mudah dipahami.

Parepare 24 November 2012

Kelompok III

2
PENGERTIAN

A. Pengertian Reasuransi dan Prinsip-prinsip dalam Hubungan Antara Penanggung dan Penanggung
Ulang Dalam Perjanjian Reasuransi

Bila dalam asuransi telah didapatkan suatu definisi sebagaimana yang termaksud dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang dan Kepailitan pasal 246 dan kemudian telah diperbaharui dalam Undang-
undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Pereasuransian pada Bab I Ketentuan
Umum Pasal 1 ayat 1 dalam hal reasuransi hingga saat ini belum terdapat defenisi yang telah dibakukan.

Pengertian reasuransi sebagaimana tersimpul dalam KUHD Pasal 271 tersebut tampak sejiwa dan
seirama dengan dikemukakan oleh pakar reasuransi Robert I Mehr dan E. Cammack dalam buku yang
berjudul Principles of Insurance yang menyatakan: “ Reinsurance is the insurance of the insurance”
(Ref. page no. 723), artinya reasuransi adalah asuransi dari asuransi atau “ asuransinya asuransi “ (A.J.
Marianto 1997).

Selanjutnya Robert I Mehr and Emerson cammack memberikan suatu contoh atau suatu penjelasan
sebagai berikut : “ When a company has received from an agent a volume of insurance on a given
property or in a given area, in excess of the amount it wishes to retain an its book, it can reinsure the
contract “ (jika suatu perusahaan asuransi menutup risiko atau dia menutup risiko-risiko disuatu daerah
tertentu melalui seorang agen, dia dapat mempertanggungkan ulang /kembali kelebihan resiko yang
melampaui daya tampungnya). (A. J. Marianto 1997).

Berdasarkan pengertian diatas, perusahaan asuransi berdasarkan prinsip kepentingan yang dapat
dipertanggungkan, telah menutup suatu pertanggungan atas risiko atau risiko-risiko di suatu daerah
tertentu dapat mempertanggungkan kembali kelebihan tanggung gugat atau excess liability yang
melampaui daya tampungnya sendiri atau own retention kepada penanggung lain.

Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pengertian reasuransi versi lain oleh beberapa pakar ahli :

1. GF. Michelbacher

Dalam bukunya yang berjudul Multiple Line Insurance , G.F. Michelbacher membuat rumusan
pengertian reasuransi sebagai berikut : “ The process whereby one insurer arranges with one or more
other insurers to share risk is reinsurance “ (proses dengan mana satu penanggung mengatur dengan
satu atau lebih penanggung lainnya untuk membagi risiko disebut reasuransi / pertanggungan ulang).

Dari rumusan tersebut Michelbacher mengartikan reasuransi sebagai suatu proses yang dimana satu
penanggung mengatur dengan satu atau lebih penanggung lainnya dengan tujuan untuk membagi risiko.

2. Mollengraaf

Mollengraaf menyatakan reasuransi adalah persetujuan yang dilaksanakan oleh suatu penanggung
dengan penanggung lainnya yang dinamakan sebagai penanggung ulang (reasuradur), dalam persetujuan
mana pihak kedua dengan menerima premi yang ditentukan terlebih dahulu bersedia memberikan
penggantian kepada pihak pertama, mengenai penggantian kerugian yang pihak pertama wajib
membayarnya kepada tertanggung akibat dari suatu pertanggungan yang diadakan antara pihak pertama
dan tertanggung.

3. R. C. REINARZ

3
“ Reasuransi adalah akseptasi oleh suatu penaggung yang dikenal sebagai reasuradur / penaggung ulang
atas semua atau sebagian risiko kerugian dari penanggung lainnya yang disebut pemberi sesi (ceding
company) ”.

Berdasarkan dari berbagai pendapat para pakar tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
reasuransi dalam arti yang sebenarnya dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut :

a. Aspek teknis

b. Aspek hukum

c. Aspek keuangan

a. Pengertian reasuransi dari aspek teknis

Ditinjau dari aspek teknis reasuransi merupakan suatu cara atau alat/sarana untuk mengurangi atau
memperkecil beban risiko yang diterimanya dengan mengalihkan seluruh atau sebagian risiko itu
kepada pihak penanggung lain. Risiko yang dihadapi penanggung pertama dalam arti yang sebenarnya
adalah beban risiko yang mungkin timbul sebagai akibat kegiatan usaha yang dilakukannnya dengan
mengambil alih seluruh atau sebagian risiko yang dihadapi tertanggung asli. Dengan demikian
pertanggungan ulang (reasuransi) mempunyai peraanan yang sangat besar dalam bidang industri
asuransi.

b. Pengertian reasuransi dari aspek hukum

Dari aspek hukum, reasuransi adalah suatu perjanjian antara satu penanggung dengan satu atau lebih
penanggung ulang/reasuradur. Penanggung wajib memberi dan penaggung ulang sepakat wajib
menerima seluruh atau sebagian risiko yang diberikan kepadanya. Seperti halnya asuransi, perjanjian
pertanggungan ulang juga bersifat timbale balik. Perjanjian ini menimbulkan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban antara kedua pihak. Oleh karena itu penanggung ulang juga berhak menerima seluruh atau
sebagian premi yang diterima oleh penanggung pertama berdasarkan polis yang telah diterbitkan.

c. Pengertian reasuransi dari aspek keuangan

Dari gejala ekonomi, maksud dan tujuan penanggung mengadakan perjanjian reasuransi dengan
mengalihkan seluruh atau sebagian risiko yang diterimanya karena perjanjian asuransi kepada para
penanggung lainnya adalah untuk mengubah suatu ketidakpastian agar menjadi lebih pasti, demi
kesinambungan usahanya dalam menghadapi segala kemungkinan atau peluang kewajiban membayar
ganti rugi atau santunan yang besar yang dapat menimbulkan hasil underwriting yang buruk dan
memperngaruhi keadaan keuangan.

Reasuransi memiliki bebrapa fungsi yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Memberi jaminan atau perlindungan kepada penanggung dari kerugian-kerugian underwriting yang
dapat sewaktu-waktu membahayakan likuiditas, solvabilitas, dan kelestarian kegiatan usaha mereka.

(2) Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi atas risiko-risiko yang melampaui batas
kemampuannya karena kelebihan tanggung-gugat yang tidak bisa mereka tampung sendiri akan dijamin
oleh penanggung ulang yang telah bersedia menampungnya.

(3) Sebagai alat penyebar resiko, baik dipasaran reasuransi dalam negeri maupun dipasaran luar negeri.

4
(4) Bila kerjasama reasuransi atas sebagian resiko dilakukan antar sesama perusahaan asuransi, akan
terdapat dua fungsi didalamnya, yaitu sebagai penyebaran risiko dan sebagai sarana pertukaran bisnis
yang mampu meningkatkan pendapatan premi yang dapat ditahan karena disamping adanya
pengeluaran terdapat pulapemasukan premi.

(5) Meningkatkan atau mendukung kestabilan hasil underwriting dan keadaan keuangan perusahaan
asuransi, termasuk menjaga stabilitas pendapatannya. Dalam hal ini, reasuransi seolah-olah berfungsi
menyediakan fasilitas bank kepada perusahaan asuransi .

(6) Meningkatkan dan memperbesar keleluasaan dalam melakukan pemasaran berbagai macam produk
asuransi, baik yang konvensional maupun yang baru dengan segala macam tingkat besar kecilnya resiko.

(7) Secara tidak langsung reasuransi dapat berfungsi membantu membiayai kegiatan usaha perusahaan
asuransi, khususnya disesikan berdasarkan kontrak reasuransi.

Hubungan antara penanggung (ceding company) dan para penanggung ulang yang sangat mendasar
berpijak pada lima prinsip asuransi dan ditambah dengan satu prinsip lainnya yang disebut prinsip / asas
Follow the fortunes of the ceding company. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dibawah ini :

1. Prinsip itikad baik

Semua perjanjian dilakukan berdasarkan itikad baik, termasuk perjanjian asuransi dan reasuransi.
Berdasarkan prinsip ini, kedua pihak baik penanggung pertama (ceding company) maupun penanggung
ulang (reinsurer), wajib melakukan sesuatu yang tidak bertentangan atau tidak melanggar undang-
undang.

Yang dimaksud dengan melakukan sesatu dalam pelaksanaan perjanjian reasuransi adalah bahwa pihak
penaggung wajib pula melakukan pengungkapan dan atau memberitahukan segala data dan keterangan
tentang objek dan atau kepentingan yang ditanggung olehnya. Tidak diperkenankan menyembunyikan
segala data atau keterangan yang selayaknya diketahui oleh penanggung ulang berhubungan dengan
keikutsertaan mereka dalam menanggung seluruh atau sebagian resiko.

Apabila ceding company telah melakukan kesengajaan menyembunyikan fakta, berarti mereka telah
melakukan suatu tindakan yang bertentangan dengan undang-undang atau melanggar itikad baik yang
dapat menyebabkan dibatalkannya perjanjian reasuransi yang telah terbentuk. Lebih-lebih bila terjadi
unsur penipuan, perjanjian reasuransi yang telah dibentuk akan menjadi batal dengan sendirinya
menurut hukum sebagaimana yang telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal
1321.

2. Prinsip kepentingan yang dapat dipertanggungkan

Selain berlaku pada perjanjian asuransi, asas ini juga berlaku pada perjanjian reasuransi. Dengan
melakukan atau menerima penutupan pertanggungan, pihak penanggung telah memilki kepentingan
yang timbul karena adanya perikatan, yaitu tanggungjawab / gugat atas klaim yang terjadi akibat peristiwa
yang diperjanjikan. Dengan perkataan lain, penanggung akan selalu menghadapi kemungkinan
terjadinya tuntutan ganti rugi yang dapat timbul setiap saat atas pertanggungan yang ditutupnya. Oleh
karena itu, berdasarkan KUHD Pasal 271, penanggung berhak sekali lagi mempertanggungkan ulang /
kembali pertanggungan yang ditutupnya.

3. Prinsip ganti rugi

5
Sebagian yang berlaku pada perjanjian pertanggungan, penggantian dan atau pemulihan yang dapat
dilaksanakan oleh para penanggung ulang hanya terbatas pada kerugian sebenarnya yang dibayarakan
oleh penanggung pertama kepada tertanggung asli sesuai dengan persyaratan dan ketentuan polis yang
berlaku serta sah menurut hukum. Jumlah penggantian yang dibayar oleh para penanggung ulang
kepada penanggung pertama haruslah sebanding dengan saham atau penyertaannya dalam reasuransi.

4. Prinsib subrogasi

Berdasarkan prinsip ini, penanggung yang telah melakukan pembayaran ganti kerugian yang sah pada
tertanggung berhak menggantikan kedudukan pihak tertanggung untuk memperoleh pemulihan dan
atau menuntut ganti rugi kepada pihak ketiga yang berdasarkan hukum wajib bertanggungjawab atas
segala kerugian yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaian mereka.

5. Prinsip kontribusi / saling menanggung

Prinsip kontribusi atau saling menanggung ini pada hakikatnya bukan hanya berlaku dalam hal asuransi,
melainkan juga berlaku dalam hal reasuransi. Hubungan mendasar antara penanggung pertama dan
penanggung ulang tentang prinsip ganti kerugian yang juga menganut ketentuan tolak ukur ganti
kerugian dan ketentuan lainnya yang telah dijelaskan, kontribusi juga dipakai sebagai dasar mentukan
pembagian resiko dan atau sesi kepada para pihak yang bersangkutan termasuk pembagian beban klaim
yang harus ditanggung bersama sesusai dengan saham atau penyertaannya dalam hal asuransi, ko-
asuransi dan reasuransi. Dalam hal asuransi dibawah harga kontribusi dilaksanakan antara penanggung
dan tertanggung karena dalam hal ini tertanggung dianggap ikut serta menanggung sebagian resiko atas
kepentingan yang dipertanggungkan sedangkan dalam hal reasuransi kontribusi dilaksanakan antara
penanggung pertama dan pihak penanggung ulang.

6. Prinsip follow the fortune of theceding company

Prinsip mengikuti keberuntungan penanggungung pertama tidak boleh diartikan secara luas dan tampa
batas tanggung jawab penaggung ulang dalam hal reasuransi hanyalah ter batas pada klaim yang sah dan
wajib dibayar oleh penanggung pertama sesuai dengan jumlah kerugian sebenarnya sekalipun
berdasarkan teori maupun praktek penanggung ulang dapat diminta persetujuannya untuk menyetujui
penyelesaian klaim atas dasar kompromi atau ex-gratia, penanggung pertama harus mempunyai
argumentasi dan pertimbangan komersial bahwa kebijaksanaan itu berlandaskan pada perhitungan
untung rugi demi kepentingan bersama

B. Keamanan Atas Jaminan Reasuransi

Jaminan atau perlindungan reasuransi atas kelebihan tanggung gugat / jawab dari beban risiko yang
ditanggung oleh perusahaan-perusahaan asuransi berdasarkan polis yang diterbitkan memang sangat
diperlukan karena berbagai macam alasan baik teknis maupun non teknis. Meskipun demikian masalah
keamanan adalah suatu hal yang sangat penting atau serius dan wajib ditempatkan sebagai pertimbangan
utama dalam menempatkan bisnis reasuransi. Proteksi reasuransi memang sangat diperlukan, tetapi
setiap penanggung pertama ataupun pialang reasuransi sebagai wakil mereka akan selalu lebih
mengutamakan proteksi yang aman, disamping mengharapkan persyaratan, kondisi dan harga yang
kompetitif serta pelayanan yang baik.

Keamanan jaminan reasuransi harus diamati secara terus menerus karena bisa mengalami perubahan-
perubahan. Bisa saja terjadi suatu kemungkinan bahwa dalam beberapa tahun sebelumnya mereka
termasuk kelompok security yang baik, tetapi karena sesuatu dan lain hal ternyata diantara mereka telah
mengalami kemunduran sehingga dinilai tidak akan dapat memberikan proteksi reasuransi yang aman.

6
Apabila mengadakan perjanjian reasuransi dengan penanggung pertama secara langsung ataupun
melalui pialang reasuransi, para penanggung ulang selalu melakukan penilaian, baik terhadap program
reasuransi yang ditawarkan ataupun terhadap keadaan, reputasi, kedudukan pihak penanggung pertama
di dalam pasar, ditinjau dari segi teknis maupun non teknis.

C. Metode Dalam Perjanjian Reasuransi

Berbicara mengenai metode dan tipe-tipe reasuransi, harus kita bedakan arti antara istilah metode
reasuransi dan tipe reasuransi untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman. Metode reasuransi
hendaknya diartikan sebagai cara bagaimana para pelaku pasar reasuransi itu melakukan kerjasama
reasuransi, sedang tipe reasuransi hendaknya kita artikan sebagai bentuk pelaksanaan dari cara
melakukan transaksi reasuransi. Menurut berbagai literatur reasuransi / asuransi terdapat tiga cara dalam
melakukan kerjasama asuransi antara pihak penanggung pertama (direct insurers) dan pihak penaggung
ulang (reinsurers), yaitu :

1. Metode reasuransi secara fakultatif

Metode reasuransi secara fakultatif adalah transaksi pertanggungan ulang antara pihak penaggung
pertama dan para penanggung ulang secara bebas, yaitu para pihak penanggung ulang tidak terikat harus
menerima penawaran pertanggungan ulang. Dengan perkataan lain, para penaggung ulang dapat
menolak atau mmenerima penawaran pertanggungan ulang berdasarkan kebijakan akseptasi yang telah
mereka tetapkan.

Berdasarkan metode pertanggungan ulang secara fakultatif ini, para penaggung ulang dapat melakukan
seleksi resiko sesuai denga kebijakan underwriting yang telah digariskan. Hal ini dapat dipahami
bersama mengingat tingkat risiko dari objek atau kepentingan yang dipertanggungkan itu berbeda-beda.
Dalam praktek telah dikenal adanya tiga tingkatan resiko, yaitu yang digolongkan sebagai objek beresiko
rendah / sederhana (simple risk), objek beresiko berbahaya (hazardous risks), dan objek beresiko sangat
berbahaya (extra hazardous risks).

2. Metode reasuransi secara kontrak (treaty)

Yang dimaksud dengan metode reasuransi secara kontrak adalah perjanjian antara pihak penangung
pertama dan para penanggung lain atau para pengnggung ulang profesional yang dalam perjanjian
tersebut pihak penaggung pertama, yang selanjutnya disebut pemberi sesi atau ceding company, setuju
memberikan bagian (share) dan para penaggung ulang, yang selanjutnya disebut pihak kedua, setuju dan
wajib menerima bagian atau sesi dari tanggungjawab atas asuransi yang telah ditutup oleh penggung
pertama sesuai dengan pembagian yang telah disepakati oleh masing-masing penanggung ulang (peserta
treaty) sampai dengan batas-batas tanggung gugat/jawab tertinggi dari setiap kelas resiko berdasarkan
pernyataan dan ketentuan-ketentuan yang disebutkan dalam kontrak reasuransi.

3. Metode reasuransi pool dan facultative obligatory

a. Metode reasuransi pool

Maksud dan tujuan membentuk kerjasama secara pool pada lazimnya didasarkan atas berbagai sasaran
yang dituju. Sasaran dan tujuan pembentukan kerjasama sistem pool yang paling penting adalah untuk
mengatasi berbagai macam persoalan melalaui kerjasama yang saling menguntungkan dan saling
membantu antar sesama anggota pool dalam mewujudkan penyebaran resiko, diantaranya dengan
melakukan pertukaran bisnis.

7
Pengertian kerjasama pool pada saat ini lebih terkenal dengan istilah konsorsium meskipun penerapan
kedua istilah itu sangat tergantung pada tujuannya. Pembentukan konsorsium mempunyai tujuan dan
sasaran yang khusus, hanya untuk mengatasi kesulitan penanganan atau pengelolaan objek yang
beresiko tinggi dengan jumlah pertanggungan yang tidak mungkin ditangani oleh satu penanggung atau
untuk mengatasi risiko dalam satu komplek besar (khususnya pasar).

Metode kerjasama pool dalam kontrak reasuransi dikenal denga istilah asing reciprocal pool. Metode
kerjasama seperti ini tidak hanya dilakukan antar sesama perusahaan asuransi didalam negeri, tetapi
juga dapat diperluas antar wilayah negara tetangga. Cara yang demikian sangat bermanfaat unutk
mengatasi daya tampung nasional yang terbatas dari tiap-tiap negara yang bersangkutan sehingga tidak
banyak tergantung pada satu pasar tertentu yang juga memiliki keterbatasan kapasitas atau daya
tampung.

b. Facultative obligatory

Jenis penutupan pertanggungan ulang seperti ini sebenarnya merupakan suatu cara penempatan
pertanggungan ulang secara kontrak meskipun masih terdapat kata “facultative”. Dengan adanya kata
“wajib” (obligatory) pihak penanggung wajib menerima semua kelebihan tangtgung gugat yang sudah
tidak tertampung dalam kontrak pertanggungan ulang sampai dengan limit yang telah ditentukan.
Melalui cara ini pihak penanggung pertama tidak perlu lagi melakukan penawaran reasuransi satu
persatu karena secara otomatis telah memperoleh fasilitas jaminan yang cukup memadai serta tidak
perlu merasa cemas, seperti mengahadapi risiko penolakan apabila mereka melakukan penaaran
penempatan pertanggungan ulang secara fakultatif biasa. Dengan cara ini penaggung pertama juga dapat
bekerja lebih efisien dan efektif karena dapat menghemat banyak biaya, waktu, dan tenaga dibandingkan
harus melakukan penawaran satu persatu.

Dalam pelaksanaannya, pihak penanggung ulang akan membatasi pada risiko-risiko tertentu dengan
persyaratan premi segera atau secepat mungkin dalam waktu yang telah ditetapkan, akan memberikan
komisi reasuransi yang lebih rendah atau sataraf dengan komisi fakultatif biasa, serta tanpa pemberian
komisi keuntungan.

D. Persyaratan dan Ketentuan Kontrak Reasuransi

Sebagaimana lazimnya setiap kontrak perjanjian, kontrak perjanjian reasuransi juga akan menyebutkan
segala persyaratan dan ketentuan yang telah disepakati bersama antara pihak pemberi sesi dan
penanggung ulang yang disebut juga sebagai penerima sesi.

Beberapa persyaratan dan ketentuan yang sangat penting, yang kiranya perlu untuk kita ketahui
bersama, antara lain yang berkenaan dengan :

1) Komisi reasuransi (reinsurance commission)

Komisi reasuransi ( reinsurance commission, yang lazim disingkat R/I comm) yang diberikan oleh
penanggung ulang kepada pemberi sesi adalah sebagai imbalan jasa atas bisnis reasuransi yang disesikan
kepadanya oleh pemberi sesi. Besarnya komisi reasuransi yang dapat diberikan kepada pemberi sesi
sangat tergantung pada kelas bisnis yang yang disesikan dan biasanya lebih besar dari komisi reasuransi
yang diberikan kepada agen atau pialang reasuransi.

Besarnya komisi reasuransi yang diberikan oleh penanggung ulang kepada pemberi sesi lazimnya 3%
sampai dengan 7,5% lebih besar dari komisi reasuransi yang diberikan kepada agen / pialang karena

8
pemberian komisi reasuransi tersebut mempunyai tujuan untuk pengganti biaya operasional yang
dikeluarkan oleh pemberi sesi dalam rangka memperoleh bisnis.

Kembali kepada masalah komisi reasuransi, dalam hal penetapan besar kecilnya komisi reasuransi, para
pihak pemberi sesi biasanya lebih menyukai bila didasarkan pada flat rate karena selain memudahkan
perhitungan sesi bersuh yang harus disesikan juga lebih menguntungkan baginya meskipun loss ratio
dari sesi tahun yang berjalan lebih besar dari, katakanlah 35%.

Khususnya untuk sesi yang didasarkan pada akseptasi reasuransi fakultatif biasanya penaggung ulang
hanya memberikan komisi reasuransi yang lebih kecil dari komisi reasuransi atas sesi yang didasarkan
pada kontrak quota share dan berkisar antara 2,5% sampai dengan 5% lebih kecil dari sesi atas dasar
kontrak reasuransi pada jenis pertanggungan yang sama.

2) Komisi keuntungan (profit commission)

Komisi keuntungan adalah suatu komisi yang diberikan oleh penerima sesi/ penanggung ulang kepada
pemberi sesi yang lazimnya disebut juga reinsured. Komisi keuntungan hanya diberikan bila hasil bersih
yang disesikan kepada penanggung ulang menunjukkan keuntungan bagi penerima sesi. Dalam praktek
profit commission jarang diberikan kepada pemberi sesi yang didasarkan atas non-proportional traties,
tetapi seandainya dapat dfisepakati bersama lazimnya diperhitungkan atas dasar tahun penutupannya.

Tujuan pemberian komisi keuntungan kepada pemberi sesi adalah merupakan suatu perangsang agar
pemberi sesi selalu mengusahakan agar hasil/saldo bersih yang disesikan akan memberikan keuntungan
bagi penerima sesi. Bila pemberi sesi dapat memperoleh komisi keuntungan, pendapatan ini juga
digunakan untuk menutup biaya operasi untuk memperoleh bisnis.

3) Klausul MPL (maximum possible loss)

Yang dimaksud dengan klausul MPL adalah suatu kalusul yang mencantumkan ketentuan bahwa pihak
penanggung atau pemberi sesi dapat menetapkan retensi sendiri dan memberi sesi reasuransi sampai
pada batas tertinggi sesuai dengan tingkat MPL dan setiap resiko yang diterima atau ditutup oleh pihak
penanggung pertama (pemberi sesi).

Klausul ini dicantumkan dalam naskah perjanjian apabila telah disepakati bersama oleh pihak pemberi
sesi wajib mencantumkan MPL yang benar-benar tepat karena apabila terjadi kesalahan dalam penilaian
MPL atas sesi yang diberikan, mereka harus menanggung sendiri akibat kesalahan yang mereka
lakukan.

Oleh karena itu, pihak pemberi sesi wajib memiliki kemampuan yang tinggi dalam menilai atau
mengkaji suatu resiko, yaitu sampai seberapa jauh MPL yang sebenarnya dari resiko yang mereka jamin.

Beberapa definisi dari reasuransi antara lain adalah “asuransi kembali oleh penanggung baik seluruh
atau sebagian risiko yang telah ditanggungnya kepada penanggung lain” atau proses dimana satu
penanggung mengatur dengan satu atau beberapa penanggung lainnya membagi risiko dalam reasuransi.

 Perusahaan yang mereasuransikan risikonya disebut Ceding Company


 Perusahaan asuransi yang menerima pertanggungan ulang dari Ceding Company sebut
Reasuradur.
 perjanjian reasuransi antara Ceding Company dan reasuradur, yang harus dibuat secara tertulis
merupakan perjanjian terpisah dan berdiri sendiri dengan perjanjian antara tertanggung dan
Penanggung.

9
FUNGSI REASURANSI

1. Menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi


2. Mendukung stabilitas keuangan perusahaan asuransi.

Dalam prakteknya, apabila reasuradur yang bersangkutan juga menampung risiko yang banyak pula,
perusahaan tersebut dapat melemparkan kembali sebahagian risiko dimaksud dengan perusahaan
reasuransi lain baik didalam ataupun diluar negeri, cara mana disebut retrosesi, untuk diketahui,
peraturan pemerintah mengharuskan perusahaan asuransi di indonesia tidak boleh menahan risiko
(retensi Sendiri – Own retention) melebihi 10 % X modal sendiri.

HAL POKOK YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM REASURANSI

1. Tertanggung tidak mempunyai hak apapun terhadap reasuradur


2. Apabila reasuradur mengalami pailit ataupun tidak mau membayar suatu klaim yang valid,
Ceding Company (penanggung) tetap harus bertanggung jawab kepada tertanggung sesuai
dengan polis yang dikeluarkannya.
3. Apabila Ceding Company pailit, reasuradur tetap bertanggung jawab kepada Ceding Company
sesuai dengan perjajian reasuransi yang telah dibuatnya.
4. Reasuradur tidak mempunyai hak terhadap segala kesalahan yang dilakukan tertanggung.

BENTUK REASURANSI

1. FAKULTATIF

Bentuk penempatan reasuransi dimana Ceding Company bebas mereasuransikan pertanggungan yang
ditutupnya dan perusahaan reasuransi bebas pula untuk menerima atau menolak obyek reasuransi
tersebut.

2. TREATY

Penempatan reasuransi yang dilakukan melalui suatu perjanjian antara Ceding Company dan
reasuradur berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disetujui bersama sebelumnya, dalam hal ini
ceding company wajib mereasuransi dan reasuradur wajib menerima seluruh risiko yang termasuk
dalam perjanjian tersebut.

2.1. PROPORTIONAL TREATY

Quota Share
Perjajian pembagian risiko antra ceding company dengan reasuradur diatur dalam prosentase tertentu,
misalnya retensi ceding company 30 % of 100 % dan reasuradur 70 % of 100 %.

Surplus Treaty
Perjanjian reasuransi yang berisikan persetujuan reasuransi untuk menerima kelebihan suatu risiko
diatas jumlah retensi ceding company, jumlah maksimum yang dapat diterima dibatasi dalam jumlah
tertentu, contoh retensi Ceding Company Rp. 200 juta, surplus limit Rp. 800 juta.

2.2. NON PROPORTIONAL TREATY

Exces Of loss
Dalam jenis Treaty ini, reasuradur hanya akan terlibat terhadap kerugian yang telah melebihi jumlah
tertentu yang ditahan oleh Ceding Company (Underlying Retention). maksimum dari keterlibatan

10
Reasuradur pun dibatasi sampai jumlah tertentu yang disebut Cover Limit, misalnya Rp. 400 Juta excess
of Rp. 100 juta, berarti :

 saham ceding company underlying retention = Rp. 100 juta


 Saham reasuradur cover limit = Rp. 400 juta

Stop Loss (Excess Of Loss Ratio)


Hampir sama dengan Excess of Loss, dengan perbedaan tanggung jawab ceding company dan
reasuradur dinyatakan dalam suatu akumulasi Loss Ratio (Perbandingan antara klaim yang terjadi
dengan premi yang diterima dalam suatu jangka waktu tertentu)
Untuk Reasuransi ini oleh Ceding Company digunakan untuk menjaga agar ratio klaimnya tidak
melebihi ratio yang ditetapkan. timbulnya tanggung jawab Reasuradur dalam perjanjian ini adalah
apabila Loss ratio ceding company telah melebihi loss ratio yang telah ditetapkan sebelumnya.

Aggregate Excess Of Loss


Hampir sama dengan Stop Loss Treaty diatas, tetapi total Underwriting retention ceding company dan
tanggung jawab reasuradur dinyatakan dalam suatu jumlah tertentu.

Contoh :
Aggregate U.R. Rp. 2 Milyar
Aggregate Limit Excess of loss Rp. 4 Milyar
Artinya Ceding Company akan membayar kerugian sampai dengan Rp. 2 Milyar dan Reasuradur akan
membayar kerugian diatas Rp. 2 milyar sampai dengan Rp. 6 Milyar. kerugian diatas Rp. 6 milyar akan
kembali menjadi beban Ceding Company.

3. FAKULTATIF OBLIGATORY

Sistem dimana Ceding Company tidak mempunyai keharusan mereasuransikan, tetapi apabila Ceding
Company mereasuransikan, maka Reasuradur harus menerima

4. POOL
Suatu bentuk perjanjian antara beberapa Perusahaan Asuransi untuk menempatkan jenis asuransi
tertentu dalam satu sentral yang kemudian akan dikembalikan kepada masing-masing anggota.
Pool ini terutama untuk akseptasi risiko-risiko besar, seperti asuransi penerbangan, asuransi terhadap
risiko-risiko pasar (konsorsium)

11
KESIMPULAN

Setelah mempelajari materi tentang reasuransi dapat disimpulkan bahwa reasuransi adalah suatu
asuransi untuk sebuah sauransi. Manfaat dari reasuransi adalah untuk membagi beban resiko yang
ditanggung oleh perusahaan asuransi (ceding company) dengan resuradur selain itu reasuransi
bermanfaat untuk menaikkan kapasitas akseptasi perusahaan asuransi dan mendukung stabilitas
keuangan perusahaan asuransi.

12

Anda mungkin juga menyukai