Proses Pembuatan Pupuk ZA Ammonium Sulfa
Proses Pembuatan Pupuk ZA Ammonium Sulfa
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bahan baku utama dan bahan baku pembantu dari pupuk
ammonium sulfat ( ZA )
2. Mengetahui proses yang terjadi dan kondisi operasi pada proses yang
terjadi.
3. Mengetahui produk yang dihasilkan dari pembuatan pupuk ammonium
sulfat.
2
BAB II
ISI
3
Pupuk ZA mengandung belerang 24 % dan nitrogen 21 %.
Kandungan nitrogennya hanya separuh dari urea, sehingga biasanya
pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok hara belerang pada
tanah-tanah yang miskin unsur ini. Namun demikian, pupuk ini menjadi
pengganti wajib urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu
karena tebu akan mengalami keracunan bila diberi pupuk urea.
4
3. Senyawa kimianya stabil sehingga tahan disimpan dalam waktu
lama
2.3 Bahan
2.3.1 Bahan Baku
1. Ammonia (NH3)
Ammonia (gas) terdiri dari hidrogen dan nitrogen yang
mempunyai perbandingan koefisien 3 : 1. Ammonia disintesis
menggunakan reaksi reversibel antara hidrogen dengan nitrogen.
5
Sangat larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol
Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa yang
dapat ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus
merah ke dalamnya, dimana kertas lakmus merah tersebut
akan berubah warna menjadi biru. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)
ammonia ammonium hidroksida
(vogel,1985)
2. Asam Sulfat ( H2SO4)
Menurut GT. Austin (1984), asam sulfat adalah asam kuat
yang bervalensi dua, disamping itu asam sulfat merupakan bahan
pengoksidasi dan pendehidrasi berlebih terhadap senyawa organik.
Larutan asam pekat dapat dipekatkan secara ekonomis sekitar 93%
berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat dengan melarutkan
sulfur trioksida kedalam asam sulfat hingga kepekatannya menjadi
98,5% sampai 99%.
Reaksi pembentukan asam sulfat :
SO3 (g) + H2SO4 (aq) H2S2O7 (aq)
sulfur trioksida as.sulfat oleum
6
Titik leleh : 10,490C
Densitas : 1,834 gr/ml
Tekanan uap : 1mm pada 145,80C
Titik didih : 2900C, terdekomposisi pada 3400C
Sifat kimia Asam Sulfat ( H2SO4)
Sifat kimia asam sulfat menurut Vogel,1985 :
Merupakan asam polibasa ( asam berbasa banyak ), yaitu
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen per molekul. Asam
sulfat merupakan berbasa dua.
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-
Mudah menguap
Sering digunakan sebagai katalis
Akan membentuk endapan PbSO4 nila bereaksi dengan Pb2+
Pb 2+ + SO42- PbSO4
trimbel sulfat timbel sulfat
2.4 Proses
2.4.1 Persiapan Bahan
7
Reaksi yang terjadi di dalam rekasi tersebut bersifat
eksotermis karena menghasilkan panas sebesar 66, 64 kkal/mol.
Panas yang dilepas dari reaksi akan menaikkan suhu campuran
dalam reaktor sehingga terjadi pemekatan dan pengkristalan hasil
reaksi. Berdasarkan hasil tersebut reaktor ini disebut juga saturator
atau crystalizer.
8
2. Asam Sulfat
Asam Sulfat cair yang diambil dari plant Asam Sulfat pabrik III
akan ditampung dalam tangki (TK 200) kemudian dipompa
dengan pompa P 305 AB pada suhu kamar menuju Saturator.
9
kemudian menuju ke Oil Filter Drum (D 308 ABC) untuk
dimurnikan kembali. Udara yang telah murni kemudian masuk
ke dalam Compressed Air Drum (D 304) untuk memisahkan
airnya yang masih terbawa udara kemudian udara keluar pada
suhu 50° C dengan tekanan 1,55 kg/cm2 kemudian masuk
saturator.
Reaksi pengikatan Fe :
10
2.4.2 Tahapan Proses
105-110oC, 1 atm
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) ΔH = - 66, 64 kkal/mol
11
asam sulfat cair dimasukkan secara terus menerus sehingga
tercapai kondisi larutan jenuh.
b) Pembentukan Kristal Amonium Sulfat
Larutan amonium sulfat yang telah mencapai kondisi jenuh,
dialiri gas amonia dan asam sulfat secara terus menerus,
sehingga akan diperoleh kondisi lewat jenuh (super saturasi)
dari larutan amonium sulfat, yang pada akhirnya akan
membentuk kristal amonium sulfat.
c) Keasaman
Larutan amonium sulfat di saturator dijaga dalam
kondisi asam (H2SO4 bebas = 2 - 4 gr/l) dengan pH netral
sedikit asam. Hal ini dimaksudkan agar semua gas NH3
dapat bereaksi dengan H2SO4 cair sehingga tidak terjadi
kehilangan gas NH3. Larutan Amonium Sulfat tidak boleh
terlalu asam karena akan mengganggu pembentukan kristal.
Hal yang perlu diperhatikan adalah keasaman larutan tidak
boleh lebih dari konsentrasi normal 1%, karena pada posisi
ini, larutan amonium sulfat bersifat sangat korosif.
d) Suhu Reaksi
Suhu reaksi dalam saturator pada kondisi normal
operasi dipertahankan pada suhu 1050C – 1060C. Sebagian
uap yang terbentuk diembunkan dan dikembalikan kembali
ke saturator sebagai kondensat untuk mengatur konsentrasi
dan menyerap panas reaksi.
e) Level
Level dalam saturator harus dijaga antara 70 – 80 %
tinggi saturator. Apabila level larutan terlalu tinggi maka
akan banyak uap NH3 yang lepas ke udara sehingga akan
terjadi pengkristalan pada kondensor. Apabila level terlalu
rendah, maka saluran H2SO4 tidak akan terendam dalam
larutan di saturator yang menyebabkan jatuhnya H2SO4
akan memercik pada dinding saturator dan sparger yang
12
mengakibatkan korosi. Untuk menjaga level ditambahkan
mother liquor atau larutan induk berupa larutan amonium
sulfat yang pekat.
f) Jumlah Kristal
Jumlah kristal didasar saturator tidak boleh lebih
dari 50 % volume. Apabila jumlah kristal terlalu banyak
akan terjadi gumpalan – gumpalan kristal yang akan
menyumbat saluran – saluran dalam saturator.
3. Tahap Pemisahan Kristal
13
untuk mengendapkan impuritas Fe dengan ditambahkan Asam
Phospat (H3PO4) kedalam tangki Mother Liquor. Larutan induk
ini direcycle ke saturator dengan bantuan pompa (P 301 AB).
14
wet cyclone cukup bersih dan dihisap oleh exhaust fan (C 302)
untuk di buang ke atmosfer.
15
2.6 Flowsheet Pembuatan Ammonium Sulfat (ZA)
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Fatmalasari, Ira. 2010. Laporan Kerja Praktek PT. Petro Kimia Gresik Amonium
Sulfat plan III. Semarang
18