Anda di halaman 1dari 3

Nama : Revardha Azara Fitraloka

Kelas : IX A
No : 28

Tema : Konflik Keberagaman Bangsa Indonesia


Berita : Perang Sampit

A. Faktor penyebab
Faktor penyebab terjadinya perang sampit adalah serangan pembakaran sebuah rumah
Dayak. Kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian sekelompok anggota suku
Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman Madura. Karena salah satu dari suku
tersebut tidak terima akhirnya membunuh salah satu orang. Konflik semakin memuncak
sehingga menyebabkan masyarakat dari 2 suku tersebut saling bertengkar dan membunuh.
Faktor penyebab lainya seperti: perbedaan individu, kurangnya toleransi, bertindak semena-
mena, dan sikap individualistis.
B. Akibat yang ditimbulkan
 Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian.
 Lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.
 Banyak warga Madura yang juga ditemukan dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak.
 Rusaknya rumah-rumah warga.
 Pembunuhan orang yang cukup tragis.
 Terjadinya perpecahan yang besar antar suku.
C. Solusi/ Simpulan
Sebaiknya kita sebagai warga Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, ras
dan golongan (SARA) harus bisa menyadari keberagaman tersebut. Keberegaman yang dimiliki
bangsa Indonesia memang merupakan suatu anugerah dan merupakan keuntungan. Disamping
itu keberagaman mempunyai salah satu hal yang ditakuki adalah suatu perpecahan. Dari
peristiwa tersebut seharusnya kita menyelesaikan masalah dengan musyawarah, bukan dengan
egois yang dapat merugikan banyak orang. Konflik/ perpecahan dapat terjadi karena sikap yang
kurang menghargai, toleransi, dan saling bersikap egois. Kita sebagi bangsa Indonesia harus
mencegah konflik tersebut dengan cara :
 Menyelesaikan segala masalah dengan musyawarah
 Saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
 Menghargai perbedaan SARA.
 Tidak memandang rendah suku/budaya lain.
 Berkomunikasi dengan baik antar sesama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
D. Sikap yang tidak sesuai dengan Pancasila
 Melakukan perbuatan saling membunuh antar masyarakat. (Sikap yang tidak sesuai
dengan Pancasila sila ke-1)
 Saling melakukan kekerasan, tidak bersikap kemanusiaan, melakukan pembunuhan, tidak
menghargai hak orang lain. (Sikap yang tidak sesuai dengan Pancasila sila ke-2)
 Permusuhan, tidak menghormati perbedaan SARA, dan bersikap tidak toleransi. (Sikap
yang tidak sesuai dengan sila ke-3 Pancasila).
 Tidak menyelesaikan masalah dengan musyawarah/ mufakat. (Sikap yang tidak sesuai
dengan Pancasila sila ke-4)
 Melanggar peraturan pemerintah (melakukan kerusuhan), tidak menjaga antara
keseimbangan hak dan apa yang dilakukan. (Sikap yang tidak sesuai dengan Pancasila sila
ke-5).
E. Catatan gambar
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- 12 tahun lalu, 18 Februari 2001, konflik Sampit
pecah. Ini adalah tragedi berdarah yang menelan banyak korban di masa orde reformasi
dimulai. Konflik ini dimulai di kota Sampit, Kalimantan Tengah dan meluas ke seluruh
provinsi, termasuk ibu kota Palangka Raya.

Konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura.
Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh
sejumlah warga Dayak.

Konflik Sampit pada 2001 bukanlah insiden yang terisolasi, karena telah terjadi
beberapa insiden sebelumnya antara warga Dayak dan Madura. Konflik besar terakhir
terjadi pada Desember 1996 dan Januari 1997 yang mengakibatkan 600 korban tewas.

.Ada sejumlah cerita yang menjelaskan insiden kerusuhan tahun 2001. Satu versi
mengklaim bahwa ini disebabkan serangan pembakaran sebuah rumah Dayak. Rumor
mengatakan bahwa kebakaran ini disebabkan oleh warga Madura dan kemudian
sekelompok anggota suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di permukiman
Madura.

Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal kepalanya oleh suku Dayak selama konflik ini.
Suku Dayak memiliki sejarah praktik ritual pemburuan kepala (Ngayau), meski praktik
ini dianggap musnah pada awal abad ke-20.

Anda mungkin juga menyukai