Anda di halaman 1dari 23

Praktikum potensiometri ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk membuat kurva hubungan

antara pH dan volume pentiter, menentukan titik akhir titrasi, dan menentukan kadar larutan HCl
yang dianalisis. Potensiometri adalah salah satu metode penentuan konsentrasi zat melalui
pengukuran nilai potensial. Nilai potensial yang diukur setiap penambahan volume titran tertentu
akan diplotkan menjadi kurva titrasi dan akan didapatkan titik ekuivalen titrasinya. Volume pada
titik ekuivalen titrasi tersebut adalah volume titran yang akan digunakan dalam perhitungan
selanjutnya. Dalam potensiometri ini, tidak digunakan indikator karena dengan pengukuran
potensial larutan sudah bisa didapatkan titik ekuivalennya dari kurva (Underwood, 1998). Titik
akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekivalen sehingga data yang dihasilkan dianggap
memiliki kesalahan yang kecil.

Metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya titrasi asam basa, ketetapan
untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa secara potensiometri tergantung dari
konsentrasi dan kekuatan asam serta basa. Elektroda indikator yang digunakan pada titrasi asam
basa adalah elektroda membran gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H+)
dan elektroda pembandingnya adalah Elektroda Kalomel. Dalam titrasi asam basa, diamati setiap
perubahan ion H+ atau perubahan pH yang ditunjukkan pada alat pengukur pH. Kelebihan dari
elektroda membran gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi sehingga tidak ada permukaan
katalis yang kehilangan aktivitasnya selain itu nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang
tersangga bisa diukur secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok digunakan
untuk memonitor pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day dan Underwood, 1981).
Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan titik akhir titrasinya dari
HCl. Selanjutnya titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di mana terjadi
perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan volume pentiter yang sedikit.

Pada titrasi potensiometri ini, digunakan NaOH 0,1 N sebagai titran dan HCL 0,1 N sebagai
titratnya. Buret yang akan digunakan pada proses titrasi sebelumnya dibilas terlebih dahulu
dengan larutan titran NaOH dengan tujuan untuk membersihkan buret, pembilasan dilakukan
dari 2-3 kali. Sebanyak 10 ml larutan HCl dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam beaker glass
250 ml, ditambahkan aquades hingga 50 ml. Magnetic stire dimasukkan ke dalam beaker glass,
yang berfungsi untuk mengaduk larutan yang akan dititrasi. Titrasi kemudian dimulai dengan
menambahkan sejumlah volume NaOH sesuai petunjuk praktikum, dengan alat stire yang terus
berputar saat titrasi dilakukan. Setiap penambahan sejumlah larutan titran, pH larutan kemudian
diukur menggunakan potensiometer Corning PC 420-D, yang di dalamnya terdapat elektrode
membran gelas yang sangat sensitif terhadap perubahan jumlah H+.

Saat elektrode membrane gelas dicelupkan ke dalam campuran larutan HCl dan air, terjadi
kesetimbangan antara ion-ion hidrogen yang terdapat di bagian tipis bola gelas dan ion hidrogen
yang terletak dalam larutan yang diuji. Elektrode gelas akan membiarkan ion H+ untuk
menembusnya, tetapi menahan ion yang lain. Semakin besar konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan HCl, semakin banyak ion hidrogen yang masuk ke dalam lapisan gelas tadi. Hal ini
menyebabkan pada saat awal-awal titrasi, nilai pH kecil. Semakin banyak pentiter yang
ditambahkan, semakin sedikit ion hidrogen yang terdapat dalam larutan HCl, karena ion
hidrogen akan bereaksi dengan ion hidronium (OH-) dan membentuk air. Hal ini akan
menyebabkan ion hidrogen yang memasuki lapisan gelas juga semakin sedikit sehingga muatan
elektrode gelas berkurang, maka nilai pH pun meningkat. Hal ini dapat dilihat pada kurva
hubungan antara pH dan volume pentiter.
Pada kurva di atas dapat dilihat bahwa semakin banyak volume larutan pentiter (NaOH) yang
ditambahkan ke dalam larutan titrat, pH larutan menjadi semakin turun (basa). Lonjakan pH
secara drastis terjadi yaitu dari pH 3,52 menjadi 5,35 yaitu saat volume titran 10,2 ml. Lonjakan
pH yang terjadi secara drastis dengan penambahan sedikit volume titran ini menunjukkan titik
akhir titrasi telah terjadi, di mana perubahan pH ini terjadi ketika adanya penambahan 0,2 ml
larutan pentiter NaOH dari volume 10 ml menjadi 10,2 ml. Lonjakan pH terjadi disebabkan
terjadinya titik akhir titrasi dimana ion hidrogen (H+) dari HCl telah habis bereaksi dengan ion
hidronium (OH-) dari NaOH.

Sebelum titrasi dilakukan, larutan titrat bersifat asam yang mengandung banyak ion hidrogen
dalam larutan tersebut. Namun setelah titrasi dilakukan, jumlah ion hidrogen perlahan-lahan
berkurang karena telah bereaksi dengan ion hidronium membentuk air, dan saat terjadi lonjakan
pH secara drastis tersebut ion hidrogen (H+) dari HCl telah habis bereaksi dengan ion hidronium
(OH-) dari NaOH. Dengan demikian, tidak terdapat lagi ion hidrogen dalam bentuk bebas dalam
larutan titrat. Penambahan larutan titrat setelah titik akhir titrasi terjadi menyebabkan jumlah ion
hidronium akan semakin meningkat dan menyebabkan naiknya pH larutan (pH larutan basa).
Tidak adanya ion hidrogen di dalam elektrode gelas secara tiba-tiba akan membuat arus yang
dihasilkan oleh elektrode gelas menjadi meningkat secara tiba-tiba dan kemudian turun secara
tiba-tiba pula. Hal inilah yang memberi sinyal pada pH meter mengenai adanya peningkatan
harga pH secara tiba-tiba dari larutan HCl yang dititrasi oleh pentiter (larutan NaOH 0,1N).

Berdasarkan hasil praktikum titik akhir titrasi pada percobaan ini adalah saat volume
pentiter 10,2005 ml. Hal ini berarti bahwa volume NaOH yang diperlukan untuk menetralkan
larutan sampel (HCl) tersebut adalah 10,2005 ml. Setelah diperoleh titik akhir titrasi kemudian
dilakukan perhitungan kadar sampel dan praktikan memperoleh hasil konsentrasi larutan HCl
sebesar 0,1020 M, 0,1020 N dan kadarnya sebesar 0,37 % b/v.
VIII. KESIMPULAN

1. Dari kurva hubungan antara volume pentiter dan pH terlihat adanya lonjakan pH yang
drastis yaitu dari 3,52 menjadi 5,35ketika terjadi penambahan 0,2 ml larutan NaOH 0,1 N dari
volume NaOH 10 ml menjadi volume NaOH 10,2 ml. Lonjakan pH titrat ini mengindikasikan
tercapainya titik akhir titrasi.

2. Titik akhir titrasi tercapai ketika terjadi penambahan volume ekivalen NaOH
sebanyak 10,2005 ml NaOH pada larutan titrat HCl.

3. Kadar HCl dalam larutan sampel HCl dalam bentuk molaritas, normalitas, dan % b/v

berturut-turut adalah 0,1020 , 0,1020 , dan 0,37 % .


DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Gandjar, I.G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Khopkar, S. M.2003.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rivai Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Penerbit UI Press.


Skoog, D. A., F. J. Holler and T. A. Nieman.1998. Principles of Instrumental Analysis,5th
edition.USA: Saunders College Publishing.

Underwood, A. L dan R. A. Day.1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi Keempat. Jakarta:


Erlangga.

Widjaja, I N.K., K.W. Astuti, N.M.P. Susanti, dan I M.A.G. Wirasuta. 2008. Buku Ajar Analisis
Farmasi Fisiko Kimia. Jimbaran: Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.

Widjaja, I N.K. Dan N.P.L. Laksmiani. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Jimbaran:
Jurusan Farmasi FMIPA UNUD.

Metode potensiometri didasarkan atas pengukuran selisih atau beda potensial antara dua buah
electrode yang tercelup dalam larutan. Proses titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan
bantuan elektroda indikator dan elektroda pembanding yang sesuai. Dengan demikian, kurva
titrasi yang diperoleh dengan menggambarkan grafik potensial terhadap volume pentiter yang
ditambahkan, mempunyai kenaikan yang tajam di sekitar titik kesetaraan. Dari grafik itu dapat
diperkirakan titik akhir titrasi. Cara potensiometri ini bermanfaat bila tidak ada indikator yang
cocok untuk menentukan titik akhir titrasi, misalnya dalam hal larutan keruh atau bila daerah
kesetaran sangat pendek dan tidak cocok untuk penetapan titik akhir titrasi dengan
indikator(Rivai, 1995).

Titrasi potensiometri yang digunakan dalam percobaan ini merupakan salah satu metode
elektroanalisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat. Dalam percobaan ini, metode ini
digunakan untuk menentukan konsentrasi asam klorida (HCl). Asam klorida merupakan asam
monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam
larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium, H3O+

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh karenanya dapat digunakan
untuk membuat garam klorida, seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
berdisosiasi penuh dalam air. Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang
mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl,
nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan teoritis telah dilakukan untuk menghitung
nilai Ka HCl.

Titrasi potensiometri yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam klorida yang
dilakukan dengan pengukuran pH pada setiap penambahan basa dengan volume tertentu.
Penambahan basa (larutan NaOH) ini menyebabkan pH larutan semakin meningkat. Maka
volume penambahan NaOH diatur atau berkurang dari 1 mL agar nilai pH yang terukur konstan.
Pada titik-titk penambahan tertentu peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar.
Lonjakan ini merupakan titik pH dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik
kesetaraan pH larutan.

(http://www.scribd.com/doc/30071973/LAPORAN-6-POTENSIOMETRI)

Penambahan basa yaitu NaOH secara teratur dengan volume yang telah ditentukan
meningkatkan pH hingga setelah 11 mL NaOH ditambahkan, pH akhir larutan adalah 10,006.
Kenaikan pH akibat penambahan basa tidak dapat ditentukan secara matematis. Hal ini
disebabkan faktor waktu yang digunakan dalam penetesan, kesempurnaan pengadukan dengan
magnetik stirrer sehingga diperoleh larutan yang homogen, dan kepekaan pH meter yang
digunakan. Dimana pH meter merupakan suatu elektroda gelas atau kaca, dimana diketahui
bahwa elektroda gelas merupakan elektroda yang paling sensitif karena membrannya
sensitif terhadap ion H+ serta paling sering digunakan, namun satu kelemahan yang utama dari
elektroda ini yaitu tidak efektif pada pengukuran pH di atas 10. Sebenarnya dalam titrasi
potensiometri juga dilakukan pengukuran voltase atau tegangan untuk membandingkan besarnya
voltase yang ditimbulkan akibat penambahan basa. Hanya saja dalam percobaan ini tidak
dilakukan.

(http://bimbellccrawamangun.wordpress.com/2008/12/19/kurva-ph-titrasi/)

Nilai pH pada percobaan saat penambahan volume NaOH 0 ml hingga 11 ml berturut-turut


adalah 2,00 ; 2,065 ; 2,120 ; 2,161 ; 2,228 ; 2,296 ; 2,393 ; 2,515 ; 2,675 ; 3,356 ; 10,006,
sedangkan nilai pH yang kami peroleh saat perhitungan secara teori adalah berturut sebagai
berikut : 1 ; 1,1 ; 1,2 ; 1,3 ; 1,5 ; 1,7 ; 2 ; 2,2 ; 7 ; 11,8 dan 12,3. Pada percobaan nilai potensial
yang terbaca semakin lama semakin turun karena sebab yang sama. Setelah diplotkan pada kurva
titrasi, didapatkan nilai titik ekuivalen pada penggunaan NaOH sebanyak 10 mL. sedangkan
secara teori berdsarkan perhitungan titik ekivalen terdapat pada penambahan 8 ml dengan nilai
pH 7. Kita ketahui bersama bahwa titik ekivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam
yang dinetralkan : [H+] = [OH]

http://annisanfushie.wordpress.com/2009/07/17/titrasi-potensiometri/

Perbedaan nilai pH dari hasil percobaan dengan hasil perhitungan secara teori akibat dari
kurang telitinya kita sebagai praktikan yang langsung penambahan volume NaOH yang kurang
hati hati (langsung 2 ml)

Sedangkan nilai Esel dapat diketahui berdasarkan nilai pH percobaan dengan rumus [ E
kal + E sel + pH] sehingga secara berturut –turut diperoleh adalah : 0,364 ; 0,368 ; 0,371 ; 0,373
; 0,377 ; 0,381 ; 0,387 ; 0,394 ; 0,404 ; 0,444 ; 0,836, serta nilai E/V berdasarkan volume NaOH
0 ml higga 11 ml adalah ~ ; 0,368 ; 0,186 ; 0,124 ; 0,094 ; 0,076 ; 0,065 ; 0,056 ; 0,051 ; 0,049 ;
0,076.

Untuk membandingkan apakah pada saat kurva titrasi naik dengan curam, benar-benar tercapai
titik kesetimbangan, maka dibuat grafik hubungan antara pH dengan volume titan,
grafik ΔpH/ΔV dengan volum titran, grafik hubungan Δ2pH/ΔV2 dengan volume titran. Maka
dapat dihitung konsentrasi dari ion (H+) yaitu Titik ekuivalen yang terjadi pada saat penambahan
volume NaOH sebanyak 8 mL dengan pH 7.

Grafik yang ditunjukkan pada percobaan ini merupakan grafik hubungan antara volume NaOH
dengan pH secara percobaan dan teori, ∆E/ ∆V∆2E/ ∆V2 . Titik ekuivalen ditunjukkan oleh
grafik yang mengalami kenaikan yang cukup drastis. Setelah titik ekuivalen tercapai, maka
konsentrasi asam klorida dapat dihitung melalui nilai pH pada titik kesetaraan. Grafik yang
diperoleh bervariasi, dengan kurva naik turun dan tidak linear. Grafik hubungan antara volume
NaOH dengan pH larutan tersebut didapatkan berbentuk integral seperti pada literatur. Dari
semua grafik yang diperoleh, grafik tersebut memiliki puncak dan penurunan pH yang sangat
drastis pada saat penambahan larutan NaOH..
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang kami lakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Titrasi potensiometri merupakan metode elektroanalisis suatu zat dengan menggunakan


elektroda pembanding dan elektroda indikator dan dalam percobaan ini digunakan untuk
menentukan konsentrasi asam klorida.

Secara teori Titik ekivalen titrasi terjadi saat penambahan 8 mL NaOH pada pH 7

Titik dimana peningkatan pH mengalami lonjakan yang cukup besar merupakan titik pH
dimana larutan mencapai kesetaraan yaitu sebagai titik kesetaraan.

Percobaan yang berjudul titrasi potensiometri bertujuan mempelajari prinsip analisis


dengan metode titrasi potensiometri. Potensiometri merupakan teknik pengukuran kuantitatif
dalam kimia analitik selain voltametri. Prinsip kerja potensiometri adalah beda potensial dari
suatu sistem diukur tanpa adanya aliran listrik dalam sistem tersebut. Nilai beda potensial yang
terukur diperoleh dari perbedaan dua buah elektroda yang digunakan. Elektroda yang
dimasukkan kedalam larutan akan mengalami pemisahan muatan yang berada di elektroda dan di
larutan, adanya perbedaan ini yang menyebabkan timbulnya potensial.
Titrasi dilakukan untuk menetapkan kemolaran suatu larutan dengan menggunakan
larutan lain yang telah diketahui secara pasti kemolarannya. Larutan peniter itu disebut larutan
standar primer. Ketepatan (akurasi) dari konsentrasi larutan yang dititer salah satunya bergantung
pada ketepatan dari kemolaran larutan standar primer. Pada praktikum ini, larutan standar yang
digunakan adalah larutan NaOH 0.1M. Tidak semua zat dapat dibuat larutannya dengan
kemolaran yang akurat. Larutan HCl ditritrasi menggunkan NaOH untuk proses standarisasi.
Standarisasi adalah suatu proses membakukan larutan baku sekunder (HCl) dengan larutan baku
primer (NaOH). Tujuan dilakukan standarisasi HCl adalah umtuk menentukan secara pasti
kemolaran (konsentrasi) dari HCl yang mungkin saja berubah karena proses penyimpanan.
Larutan HCl nantinya akan digunakan untuk titrasi penentuaan kadar NaHCO3 dan
Na2CO3sehingga ketepatan dari kosentrasi HCl sangat diperlukan.
Larutan yang bersifat basa jika ditetesi dengan larutan asam maka akan mengalami
penurunan pH larutan. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada titrasi basa dengan asam
(sebaliknya) disebut kurva titrasi. Pada kurva titrasi terdapat titik yang menunjukkan bahwa
larutan asam tepat habis bereaksi (ekivalen) dengan larutan basa. Titik tersebut dinamakan titik
ekivalen. Titik ekivalen tidak dapat diamati secara langsung pada saat titrasi. Titik ekivalen
ditentukan melalui perhitungan dan pengamatan terhadap kurva titrasi yang dihasilkan dari
kedua larutan tersebut. Titik ekivalen dalam titrasi potensiometri dapat dideteksi dengan
menetapkan daerah yang mengalami perubahan pH relatif besar ketika ditambahkan sejumlah
kecil dari volume larutan peniter. Jika pada grafik tidak terdapat perubahan pH yang bernilai
signifikan, maka penentuan titik ekivalennya dilihat perpotongan antara kurva dengan persamaan
garis dari kurva tersebut.
Kegiatan pertama pada percobaan titrasi potensiometri adalah standarisasi HCl. Sebelum
digunakan untuk standarisasi, alat terlebih dahulu dikalibrasi untukmempertahankan keakuratan
dari data pengamatan yang dihasilkan. Standarisasi alat telah dilakukan sebelumnya oleh asisten
sehingga titrator dapat langsung digunakan. Pada titrasi potensiometri ini digunakan titrator,
yaitu alat untuk titrasi otomatis yang dihubungkan dengan pH meter (selektif terhadap ion H+)
dan dilengkapi dengan stirrer. Penggunaan titrator sangat mudah, misalnya untuk mengambil
larutan NaOH 25 ml. Pertama, pastikan tabung NaOH (yang dihubungkan dengan botol larutan
induk) sesuai dengan posisi. Kedua, tekan angka 25 lalu tekan tombol ml buret maka secara
otomatis akan tempat penampung (gelas) pada titrator terisi 25ml larutan NaOH. Sedangkan
untuk mengetahui pH dari NaOH cukup menekan angka 3 yang kemudian diikuti dengan
menekan tombol pH Calib, maka pada layar titrator akan muncul angka 12.66 yang
menunjukkan pH dari NaOH tersebut. Proses standarisasi HCl diawali dengan menggeser tabung
HCl pada posisi tabung NaOH semula. Tekan angka 1 lalu tekan ml buret (titrasi dilakukan tiap
1ml larutan HCl). Setelah layar menunjukkan angka nol, maka tekan angka 3 lalu pH calib (dan
jangan lupa atur stirernya). pH larutan akan ditampilkan pada layar. pH tersebut akan bernilai
lebih rendah dari pH semula karena telah ditambah suatu larutan asam. Titrasi NaOH dengan
HCl dilakukan sampai 25 kali (tiap 1 ml larutan HCl) agar ekivalen dengan NaOH. Proses
standarisasi diulangi 2 kali. Ketika NaOH direaksikan dengan HCl maka persamaan reaksinya
dapat dituliskan sebagai berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)

Grafik yang diplotkan antara pH larutan NaOH dengan volum HCl yang ditambahkan
(pengulangan 1) dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Berdasarkan grafik diatas, mula-mula pH larutan turun sedikit demi sedikit mulai dari
penambahan volum HCl 0 ml sampai 23 ml. Ketika pada volum HCl 24 ml (penambahan 1ml
HCl) terjadi perubahan pH yang sangat dratis dari pH 10.181 menjadi 7.157, ketika pada volum
HCl 25 ml pH juga mengalami perubahan yang dratis yaitu dari 7.157 menjadi 2.831. Titik
ekivalen dapat ditentukan dengan menetapkan daerah yang mengalami perubahan pH relatif
besar ketika ditambahkan sejumlah kecil dari volume larutan peniter. Daerah yang mengalami
perubahan pH relative besar ketika ditambahkan sejumlah kecil volume HCl adalah daerah pH
7.157. Daerah pH 7.157 (volum 24 ml HCl) dikatakan sebagai titik ekivalen yang pada titik ini
mol larutan asam dan mol larutan basa tepat habis bereaksi. Sedangkan untuk grafik yang
diplotkan antara pH larutan NaOH dengan volum HCl yang ditambahkan pada pengulangan 2
dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Grafik pada pengulangan kedua, tidak jauh berbeda dengan grafik pengulangan pertama. pH
larutan turun sedikit demi sedikit mulai dari penambahan volum HCl 0 ml sampai 23 ml. Ketika
pada volum HCl 24 ml terjadi perubahan pH yang sangat dratis dari pH 10.027 menjadi 7.048,
ketika pada volum HCl 25 ml pH juga mengalami perubahan yang dratis yaitu dari 7.048
menjadi 2.753. Pada grafik diatas, titik ekivalen terletak pada pH 7.048 (volme HCl 24 ml).

Titrasi potensiometri antara HCl dengan NaOH digunakan volume yang sama dari kedua
larutan yaitu 25 ml. Konsentrasi HCl sebagai larutan baku sekunder dapat ditetapkan dari titrasi
ini menggunakan larutan baku primer NaOH. Volum NaOH yang digunakan adalah 25 ml
dengan konsentrasi 0.1 M, sedangkan volume HCl yang digunakan adalah volum pada saat titik
ekivalen, yaitu pada volum 24 ml. Pengulangan 1 maupun 2 menghasilkan titik ekivalen yang
berbeda yaitu pada pH 7.157 dan 7.048 tetapi memiliki volum ekivalen yang sama yaitu 24 ml
(pH 7.157 dan pH 7.048 sama-sama diperoleh ketika volum HCl yang ditambahkan mencapai 24
ml sehingaa volum ekivalen dari kedua pengulangan adalah sama). Konsentrsi HCl diperoleh
dengan cara memasukkan nilai-nilai dari volum NaOH, konsentrasi NaOH, dan volume HCl

kedalam rumus sehingga diperoleh .

Kegiatan kedua dari praktikum titrasi potensiometri adalah titrasi soda kue dengan HCl.

Tritrasi ini digunakan untuk menentukan konsentrasi serta kadar

dari dan dalam sampel. Reaksi yang terjadi ketika bereaksi

dengan adalah sebagia berikut:

Na2CO3(s) + HCl(aq) NaCl(aq) + NaHCO3(s)

Grafik yang diplotkan antara pH larutan soda kue dengan volum HCl yang ditambahkan
(pengulangan 1) dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Berdasarkan grafik diatas, pH larutan yang awalnya 8.91 turun sedikit demi sedikit ketika
ditambahkan asam kuat HCl dengan pH ahir setelah ditambahkan 25 ml HCl adalah 5.91.
Lonjakan yang signifikan dari nilai pH tidak didapatkan untuk titrasi soda kue dengan HCl.
Penurunan nilai pH dari larutan cukup konstan sehingga penentuan titik ekivalen berdasarkan
daerah yang mengalami perubahan pH relatif besar ketika ditambahkan sejumlah kecil dari
volume larutan HCl tidak dapat dilakukan. Penentuan titik ekivalen dapat diperoleh dengan cara
melihat titik perpotongan antara kurva dengan persamaan garis yang dihasilkan. Titik pada saat
pH larutan 6.215 merupakan titik perpotongan antara kurva dengan persamaan garis. pH 6.215
diperoleh ketka penambahan HCl mencapai volum 19 ml. Titik 6.215 dikatakan sebagai titik
ekivalen yang pada titik ini mol larutan asam dan mol larutan basa tepat habis bereaksi.
Sedangkan untuk grafik yang diplotkan antara pH larutan soda kue dengan volum HCl yang
ditambahkan pada pengulangan 2 dapat ditunjukkan sebagai berikut:

Grafik pada pengulangan kedua, tidak jauh berbeda dengan grafik pengulangan pertama. pH
larutan turun sedikit demi sedikit ketika mulai ditambahkan asam kuat HCl, pH awal dari soda
kue adalah 8.96 sedangkan pH ahir setelah ditambah 25 ml HCl adalah 5.765. Lonjakan yang
signifikan dari nilai pH untuk pengulangan kedua juga tidak didapatkan. Penurunan nilai pH dari
larutan cukup konstan sehingga penentuan titik ekivalen akan ditetapkan berdasarkan titik
perpotongan antara kurva dengan persamaan garis yang dihasilkan. Titik pada saat pH larutan
6.14 merupakan titik perpotongan antara kurva dengan persamaan garis. pH 6.14 diperoleh
ketika penambahan HCl mencapai volum 18 ml. Titik 6.14 dikatakan sebagai titik ekivalen.

Soda kue merupakan campuran dari Na2CO3 dan NaHCO3. Ketika direksikan dengan
HCl maka persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:

Na2CO3(aq) + HCl(aq) NaHCO3(aq) + NaCl(aq)

NaHCO3(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(aq) + CO2(g)

Berdasarkan persamaan diatas, terjadi reaksi antara asam kuat dengan garam dari asam lemah.
Titrasi garam dari asam lemah dengan asam kuat akan menghasilkan titik ekivalen dibawah pH
7. Sesuai dengan dengan hasil percobaan, kedua pengulangan yang dilakukan untuk titrasi soda
kue dengan HCl menghasilkan pH 6.215 dan pH 6.14.

Penentuan konsentrasi soda kue dilakukan dengan cara titrasi soda kue menggunakan
HCl yang sebelumnya telah distandarisasi menggunakan larutan baku NaOH. Volume
yang digunakan dari kedua larutan tersebut sama yaitu 25 ml. Titrasi antara soda kue dan HCl
akan menghasilkan titik ekivalen, volume HCl pada saat tercapai titik ekivalen digunakan untuk
penentuan konsentrasi soda kue yaitu 19 ml (pengulangan 1) dan 18 ml (pengulangan 2) dengan
konsentrasi 0.104 M. Volum Na2CO3 yang digunakan adalah 25 ml. Konsentrsi
Na2CO3 diperoleh dengan cara memasukkan nilai-nilai dari volum HCl, konsentrasi HCl, dan

volume Na2CO3 kedalam rumus sehingga

diperoleh (pengulangan 1)

dan dengan .

Titrasi potensiometri antara soda kue dengan HCl tidak hanya dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi soda kue, tetapi juga digunakan untuk penentukan kadar

dari dan dalam sampel. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan

(lampiran), komposisi dalam 0.3 g soda kue adalah 0.21 g (pengulangan 1) dan 0.2
(pengulangan 2) sehingga kadar yang diperoleh dari 2 pengulangan berturu-turut adalah 70% dan

66.67% dengan kadar rata-rata 68.33%. Sedangkan komposisi dalam 0.3 g soda kue
adalah 0.16 g (pengulangan 1) dan 0.157 g (pengulangan 2) sehingga kadar yang diperoleh dari 2
pengulangan berturu-turut adalah 55.3% dan 52.4% dengan kadar rata-rata 53.85%.

BAB 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari percobaan titrasi potentiometri yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:

1. Prinsip dari potensiometri adalah mengukur beda potensial larutan pada keadaan arus nol
sehingga beda botensial tersebut sebanding dengan konsentrasi (pada percobaan ini beda
potensial yang diukur dari ion H+).

2. Analisis yang dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip potensoimetri adalah


penentuan konsentrasi dan kadar dari analit.

5.2 Saran

1. Hendaknya lebih mahir dan terampil dalam menggunakan alat titrator.

2. Lebih leliti dalam melakukan penimbangan bahan maupun pengambilan larutan

Potensiometri adalah suatu teknik analisis yang didasari oleh pengukuran potensial suatu
sensor atau elektroda. Suatu membran sensor atau permukaan sensor berfungsi sebagai setengah
sel elektrokimia yang menimbulkan potensial sebanding dengan logaritma dari aktivitas atau
konsentrasi ion yang dianalisis. Potensial sel diperoleh dengan mengukur pada keadaan tidak
ada arus melalui sel. Potensiometri ini bekerja berdasarkan hukum Nernst.
Prinsip dasar dari metode potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan
dengan menggunakan elektroda dengan zerro current. Sementara titrasi potensiometri
merupakan salah satu bentuk pengembangan dari metode ini dengan penggunaan titrasi dalam
penambahan suatu larutan.
Praktikum kali ini adalah titrasi potensiometri. Sementara yang dilakukan dalam
praktikum ini mengkalibrasi pH meter, kemudian standarisasi HCl, dan penentuan kadar
NaHCO3 dan Na2CO3 dalam soda kue.
Titrasi potensiometri merupakan analisis volumetri. Analisis volumetri
biasanyadiperlukan larutan standar. Proses penentuan konsentrasi larutan satandar dengan larutan
lain yang telah diketahui pasti konsentrasinya disebut standarisasi atau membakukan. Larutan
standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya yang akan digunakan pada analisis
volumetri. Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
1. Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu, kemudian
diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut larutan standar
primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
2. Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan
standar primer, disebut larutan standar skunder.
Sementara tujuan dari standarisasi adalah mengetahui konsentrasi pasti dari suatu larutan.
Belum tentu konsentrasi suatu larutan akan tetap jika telah dibiarkan dalam waktu lama. Sebagai
contoh NaOH yang beersifat higroskopis atau mudah mengikat uap air dan air sehingga jika
dibiarkan terlalu lama maka konsentrasinya akan berubah. Beberapa zat yang dapat digunakan
untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan seperti mudah diperoleh dalam bentuk
murninya, stabil, dan mudah dikeringkan atau tidak higroskopis.
Titrasi potensiometri pada umumnya sama seperti titrasi yang lainnya oleh karena itu
reaksi yang terjadi pada titrasi potensiometri ini harus berlangsung cepat, sehingga titrasi dapat
dilakukan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selanjutnya, reaksi harus sederhana dan
diketahui dengan pasti, sehingga didapat kesetaraan yang pasti dari reaktan. Reaksi harus
berlangsung secara sempurna sehingga akan memudahkan dalam penetapan konsentrasi ataupun
perhitungan.
Sebelum digunakan pH meter yang merupakan elektroda kaca bersifat sensitif terhadap
ion H+ akan dikalibrasi menggunakan larutan KCl. Proses ini bertujuan agar skala yang
ditunjukkan pada pH meter adalah benar. KCl merupakan garam yang bermuatan netral sehingga
sering digunakan untuk mengkalibrasi pH meter.
Set alat titrasi potensiometri otomatis dirangkai sedemikian rupa sehingga penambahan
larutan HCl dapat dilakukan untuk memulai titrasi. 25 mL larutan NaOH 0,1 M ditempatkan
pada wadah yang tersedia dan ditetesi (ditambahkan) 1 mL HCl untuk kemudian diukur pH pada
tiap-tiap penambahan hingga 25 mL HCl yang digunakan. Setiap dilakukan penambahan maka
larutan dihomogenkan dengan cara mengaduk secara otomatis menggunakan alat yang
disediakan. Tujuan dari penghomogenan ini adalah menyamakan pH disetiap bagian larutan. Hal
ini karena penambahan larutan HCl sebanyak 1 mL hanya terjadi pada sebagian bagian saja,
untuk mempercepat reaksi penggaraman dan pengukuran pH secara merata pada tiap bagian
maka dilakuakan pengadukan. pH yang ditunjukkan pada alat dicata dan kemudian diplotkan
terhadap volume HCl yang ditambahkan.
Titik ekivalen titrasi merupakan suatu titik dengan jumlah mol titran dan titrat pada titik
tersebut adalah sama atau ekivalen. Sebagai contoh 1 mol NaOH akan memiliki titik ekivalen
jika sudah tercapat 1 mol HCl yang ditambahkan. Titik ekivalen digunakan sebagai titik akhir
titrasi dengan bantuan indikator untuk mendeteksi titik akhir tersebut.
Jika diplotkan pada skema standarisasi HCl didapatkan grafik

Titik ekivaelen dari grafik tersebut dapat ditemukan dengan cara menentukan garis linearitas
sesuai dengan data yang ada. Titik ekivalen tersebut diketahui pada garis linear yang memotoh
grafik tersebut. Berdasarkan grafik di atas maka titik ekivalennya adalah 22 mL HCl karena pada
titik tersebut terjadi perpotongan. Grafik tersebut menginformasikan bahwa pH dari larutan
NaOH yang dititrasi menggunakan larutan HCl lama kelamaan akan turun. Hal ini dikarenakan
terbentuknya garam NaCl sehingga konsentrasi NaOH menurun akibat sebagian NaOH
ternetralkan oleh asam HCl. Reaksinya adalah
NaOH (aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + H2O (aq)
Penurunan pH mula-mula terjadi sedikit demi sedikit, kemudian saat mendekati titik ekivalen
penurunan menjadi drastis. Oleh karena itu, titrasi harus dilakukan secara hati-hati. Namun
karena penggunaan mesin kesalahan dalam penambahan titran dapat diminimalisir. Ketika titik
ekivalen diketahui, maka konsentrasi HCl dapat diketahui yaitu dengan menggunakan persamaan
V1 M1 = V2 M2. Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi larutan HCl adalah 0,11 M.
Setelah HCl sudah diketahui konsentrasinya, larutan tersebut digunakan untuk menitrasi
Na2CO3 untuk diketahui kadarnya. Reaksi yang terjadi adalah
Na2CO3 (aq) +HCl (aq) à NaCl (aq) + NaHCO3 (aq)
Mula-mula pH dari larutan yang terbuat dari soda kue adalah 8,8 kemudian lama kelamaan turun.
Hal ini dikarenakan basa Na2CO3 dalam soda kue ternetralkan oleh HCl. Jika digambarkan grafik
maka

Titik ekivalen bergasarkan grafik tersebit berada pada 19 mL. Hal ini dapat diketahui dengan
perpotongan grafik dengan garis linieritas. Kurva yang dihasilkan tidak terlalu curam seperti
halnya titrasi HCl dengan NaOH halll ini dikarenakan soda kue merupakan basa yang lemah jika
dibandingkan NaOH. Dengan menggunakan persamaan V1 M1 = V2 M2. Maka konsentrasi
Na2CO3 dapat diketahui. Namun karena yang akan dicari adalah kadar maka diperlukan
persamaan mol. Mol HCl dan mol Na2CO3 saat titik ekivalen adalah sama. Dengan demikiam
dapat digunakan untuk mengetahui berat. Kadar dihitung dengan membagi dengan massa sampel
dikalikan 100%. Dari percobaan ini didapatkan kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83%. Mol
NaHCO3 juga dapat diketahui berdasarkan persamaan reaksi. Mol NaHCO3 terhadap mol
Na2CO3 adalah satu banding satu. Oleh karena ini keduanya sama. Kadar dari NaHCO 3 dalam
sampel adalah 58,52%.
Kesalahan yang mungkin terjadi saat praktikum dilakukan adalah ketidakbersihan alat
untuk titrasi seperti gelas tempat sampel pada mesin pencucian yang kurang bersih dapat
menyebabkan adanya zat sisa yang menempel. Selain itu, larutan NaOH bersifat higroskopis.
Jika dibiarkan terlalu lama maka kemungkinan akan engikat uap air di udara sehingga
konsentrasinya dimungkinkan turun dari semula yaitu 0,1 M.

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
- Prinsip dasar titrasi potensiometri adalah pengukuran potensial suatu larutan dengan
menggunakan elektroda dengan zerro current secara titrasi.
- Kadar Na2CO3 dalam sampel adalah 73,83% dan kadar NaHCO3 dalam sampel sebesar
58,52%.

5.2 Saran
- Sebaiknya pembuatan larutan dari sampel diperhatikan betul jumlah pelarut yang
ditambahkan karena akan mempengaruhi konsentrasi.
- Sebaiknya pencucian alat-alat yang hendak digunakan dilakukan dengan bersih dan
dikeringkan terlebih dahulu sebeelum digunakan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Hidrochloride Acid (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9223456) diakses 14


April 2012 pukul 12.57 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Hidroxyde (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9924120) diakses 14
April 2012 pukul 12.45 WIB.
Anonim. 2012. Sodium Bicarbonate (http://www.scienelab.com/msds/php? msdsld=9776623) diakses
14 April 2012 pukul 12.57 WIB.
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis dan Kuantitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Gandjar, Gholib Ibnu. 2007. Kimia Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Hendayana, Sumar. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Rivai, Harizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia.
Tim Kimia Analtik. 2012. Penuntun Praktikum Elektroanalisis. Jember: Universitas Jember.
Underwood, Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Daftar Pusataka

Anonim. 2012. Aquades (http://www.nordicstaldkemi.dk) diakses 29 April 2012 pukul 18.33


WIB.

Anonim. 2012. Larutan Buffer 4 (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924120)


diakses 29 April 2012 pukul 18.48 WIB.

Anonim. 2012. Larutan Buffer 7 (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9974790)


diakses 29 April 2012 pukul 18.48 WIB.

Anonim. 2012. Asam Klorida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924285) diakses


29 April 2012 pukul 18.49 WIB.

Anonim. 2012. Natrium Hidroksida (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9927248)


diakses 29 April 2012 pukul 18.50 WIB.

Anonim. 2012. Soda Kue (http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9969147) diakses 29


April 2012 pukul 18.50 WIB.

Basset, J, et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia.


Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press.

Soebagio, dkk. 2002. Common Text Book. Kimia Analitik II. Malang : Jurusan

Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Underwood, 1986. Analisis Kimia Kuantitatif . Jakarta : Erlangga.

Tim Kimia Analitik. 2012. Penuntun praktikum Elektrokimia. Jember: FMIPA UJ.

Anda mungkin juga menyukai