Ujian Candy
Ujian Candy
“SKIZOFRENIA PARANOID”
Disusun Oleh:
Candy Novia Agustini
112016034
Penguji:
dr. Safyuni Naswati, Sp.KJ
dr. Agung Frijanto, SpKJ
B. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis
Tanggal 15 Desember 2017, pukul 16.00 WIB, di ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 17 Desember 2017, pukul 10.30 WIB, di ruang Nuri Rumah Sakit Jiwa
dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis
Tanggal 16 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, via telepon kepada anaknya
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSJSH dijemput dengan amulance RSJSH karena
mengamuk dengan merusak atap rumah, dan pagar sejak 1 hari SMRS.
2. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSJSH pada hari jumat tanggal 8 Desember 2017
diantar oleh anaknya dengan dijemput dengan ambulance., karena pasien
mengamuk dan menghancurkan rumah sejak 1 hari SMRS. Menurut anak pasien
hal ini berawal dari pasien yang pertama kali melempari pintu rumah tentara
dengan batu, karena sang tentara yang tidak terima kemudian tentara tersebut
mengejar pasien hingga pasien naik ke atas atap.menurut Pasien yang
mengatakan bahwa saat itu pasien sedang berselisih paham dengan tentara yang
berseragam yang merupakan tetangga pasien, pasien mengatakan bila tetangga
itu memulai pertengkaran terlebih dahulu sehingga pasien marah, kemudian
pasien lari dan naik ke atas atap,saat diatap pasien mengatakn mengangkat
tangga, dan memutar-mutarkannya untuk membuat takut orang diskitar yang
sedang melihatnya, kemudian terjun kebawah dan membuat rumah pasien jadi
hancur, atap jadi berlubang, saat setelah terjun kebawah yang mendarat terlebih
dahulu adalah pantat, dan pasien mengatakn ia tidak pingsan tetapi langsung
berdiri dan langsung memasang posisi tangan terkepal dan menantang orang
disekitarnya. Pasien menyangkal mendengar suara yang meminta pasien untuk
terjun.
Menurut anak pasien, pasien sudah beberapa hari ini bila diajak berbicara
tidak menyambung. Pasien juga lebih sering marah, bila sedang marah pasien
sering menyakiti diri nya sendiri dengan menjedotkan kepala ke tembok dan
menggulingkan diri ke jalanan atau menampar diri sendiri. Pasien sering kali
tampak berbicara sendiri, dan anak pasien tidak melihat adanya orang yang
sedang mengajak pasien berbicara dan pasien sering terlihat tertawa sendiri
tanpa ada alasan yang jelas. Pasien terkadang merasa curiga dan merasa bahwa
banyak orang yang mengomentarinya. Pasien merasa bahwa pasien adalah
seorang tentara sehingga sehari-harinya pasien sering kali bersikap sebagai
seorang tentara, seringkali memberi hormat, baris berbaris, dan melakukan postur
sikap sempurna. Pada saat pasien masih tinggal bersama dengan istrinya, saat
pasien marah akan memukul,menendang , dan menonjok istrinya.
Menurut pasien, saat ini pasien merasa sedih karena pasien merasa dirinya
sehat tetapi oleh RW di lingkungan rumahnya di tangkap dan dibawa ke RS jiwa
. Dimana saat ini pasien mengatakan bahwa pasien bukan sakit jiwa, tetapi sakit
hati. Menurut pasien, pasien sering disakiti hatinya, seringkali dibalas dengan
kejahatan padahal pasien merasa bahwa dia orang yang baik dan selalu
membantu orang yang memerlukan pertolongan, tetapi orang yang di tolong
seringkali tidak pernah berterimakasih. Walaupun pasien merasa kadang sedih
tetapi pasien menyangkal akan keinginan bunuh diri. Pasien mengatakan bahwa
ia pernah merasa bahwa ada seseorang yang membencinya dan merasa diancam
akan dibunuh dengan pisau,dan pernah juga ada yang menodongkan pistol ke
mulutny, tetapi pasien bahwa itu adalah rahasia dan harus dulupakan karena ia
bukan seorang pendendam. Pasien mengatakan, dia memiliki kekuatan yang di
dapatkan dari Allah SWA, dimana kekuatan tersebut di dapatkan dengan cara
pasien berkunjung ke makam sunan kalijaga 2 tahun yang lalu , kemudian
melakukan puasa putih selama tiga hari , dan berpuasa dengan tidak makan dan
tidak tidur dengan posisi duduk kepala di senderkan keatas selama sehari,
kemudian dengan izin Allah pasien mendapatkan indra keenam, dimana saat
diruang nuri pasien mengatakan ada genderuwo yang serupa dengan kingkong,
berbulu, mata yang besar dan seram , mengatakan bahwa genderuwo tersebut
bertanya mengapa pasien masuk di rsjsh, dan mengatakan bahwa sang
genderuwo merupakan penghuni sejak 300 tahun lalu. Pasien mengatakan hal ini
biasanya muncul saat pasien sedang berada di ruang yang sepi, dan sedang duduk
sendirian. Saat ini pasien merasa tidak sulit untuk tidur.Pasien mengatakan setiap
hari nya rajin shalat 5 waktu, masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri (mandi, makan, BAB). Saat dirumah pasien biasanya hanya berjalan
jalan mengelili kompleks saja, untuk biaya makan sehari-hari pasien mengatakn
ia nongkrong di alfamart , duduk saja maka akan ada yang memberikan uang,
padahal pasien tidak meminta-minta. Atau kadang pasien biasanya membantu
memarkirkan mobil tapi hanya untuk orang yang dikatakannya jendral dan
kolonel, atau tentara . Pasien mengatakan sebelum di rawat pasien
mengkonsumsi rokok dalam satu hari bisa hingga 3 bungkus, dan pasien
menyangkal penggunaan obat terlarang dan alcohol. Riwayat riwayat trauma
kepala dan kejang disangkal oleh pasien. Sehari hari nya pasien mengaku rutin
minum obat haloperdiol satu hari sekali yang waktunya semaunya,dengan tujuan
agar emosi nya tidak membludak dan ada rem untuk emosinya, setelah minum
obat pasien mengatakn lebih santai, tetapi merasa lemas dan mengantuk.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Menurut anak pasien, sakitnya pasien berawal dari tekanan dari ibu pasien
yang melarang pasien bermain dan mengikuti kegiatan seperti anak laki-laki pada
umunya, sehingga pasien dulu seringkali mendapatkan ledekan dari teman-
temannya yang mengatakn bahwa pasien adalah anak mami. Yang kemudian
membuat pasien belajar ilmu dan minum air keris yang di dapatkan dari dukun.
Kemudian pasien memiliki keinginan menjadi tentara tetapi gagal karena
larangan orang tua. Selain itu, pasien pernah mengalami PHK kerja yang
menyebabkan keadaan pasien menjadi sakit.
Pasien sebenarnya sudah mulai berobat di bagian kejiwaan sejak tahun
1995, hanya saja anak pasien mengatakan bahwa ia tidak mengetahui bagaiaman
perjalann penyakitnya waktu itu, menurut anak pasien, pasien dahulunya rutin
berobat di RS Dharmawangsa, tetapi sekarang sudah tidak berobat di
Dharmawangsa karena masalah biaya. anak pasien saat ini yang berusia 16 tahu
baru mulai merawat sang ayah sejak tahun 2017. Menurut pengakuan pasien ,
pasien pernah dua kali di rawat di RS Dharmawangsa, dimana pada saat yang
pertama kali dirawat selam 3 hari dan yang kedua kali nya dirawat selama 1
minggu dengan alasan dirawat karena pasien marah marah seperti saat in dan
pasien mengaku selalu kabur dari rs, saat itu, pasien kabur dan pulang kerumah.
Pada bulan maret 2017 pasien pernah di rawat di RSJSH karena keluhan yang
sama yakni mengamuk. Saat keluar dari RSJSH pasien sudah tampak lebih
membaik, yang kemudian pasienmelakukan pengobatan rawat jalan di RSUD
bekasi, rutin melakukan kontrol setiap bulan sekali, hingga bulan september
sehingga keadaan pasien dikatakan lebih terkontrol. Namun pada bulan oktober
pasien mulai tidak mau minum obat menurut anak nya, tetapi menurut pasien ,
pasien menyangkal kalau obatnya tidak diminum. Obat yang pernah didapatakn
pasien yakni haloperidol dan heximer.
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pernah dirawat di RSJSH pada bulan Maret 2017 dengan gejala yang
sama .
b. Riwayat Gangguan Medik
Tidak ada riwayat gangguan medik sebelumnya.
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak pernah mengonsumsi obat-obat terlarang dan tidak pernah
meminum alkohol. Pasien bisa merokok 2-3 bungkus perhari
d. Riwayat Perjalanan Penyakit
Tingkat
Keparahan 5
2 4
3
f. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien pernah menikah pada tahun 1995 dan memiliki satu anak. Pasien
berpisah dari istrinya 1 tahun yang lalu, karena menurut anaknya berpisah
dikarena pasien sering memukul istrinya.
6. Riwayat Keluarga
Keterangan:
: Perempuan
: Laki – laki
: Gangguan Psikitari
: Meninggal
: Pasien
7. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien tinggal sendiri dirumahnya, setelah bercerai dengan istrinya. Hubungan
pasien dengan ibu dan adiknya baik.
C. STATUS FISIK
1. Status Internus
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
- Tekanan darah : 125/62
- Suhu : 36,2oC
- Nadi : 65x/menit
- Respirasi : 20x/menit
Kepala
Kepala : normocephali
Rambut : berdistribusi normal, tidak mudah dicabut
Mata : pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
Hidung : septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret -/-
Telinga : sekret -/-, membran timpani intak +/+, nyeri tekan -/-
Mulut : bibir kecoklata n, agak kering, sianosis (-), trismus (-)
Lidah : normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-)
Gigi geligi : gigi depan pasien sudah tidak ada, gigi belang tampak
sudah rusak dan berwarna kehitaman
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : faring tidak hiperemis
Leher : KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba
Membesar
Thoraks
- Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis maupun
dinamis, efloresensi primer/sekunder dinding dada (-),
pulsasi abnormal (-), gerak napas simetris, irama teratur,
retraksi suprasternal (-).
Palpasi : Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris
Perkusi : Sonor pada semua lapangan paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : S1 – S2 reguler, murmur -, gallop –
Abdomen
Inspeks : Bentuk datar, efloresensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting dullness
(-), nyeri ketok CVA (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, ballotement (-)
Ekstremitas
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-), ada
bercak keputihan berbatas jelas
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
2. Status Neurologis
a. Saraf kranial (I-XII) : Baik
b. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
c. Refleks fisiologis : (+) normal
d. Refleks patologis : Tidak ada
e. Motorik : Baik
f. Sensorik : Baik
g. Fungsi luhur : Baik
h. Gangguan khusus : Tidak ada
i. Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-),
tonus otot (N), tremor (-), distonia (-),
disdiadokokinesis (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan penunjang pada tanggal 8 desember 2017
Nilai Normal
HEMATOLOGI HASIL Satuan
Lk Pr
Hemoglobin 10,7 11,3 – 16,0 10,0 – 14,0 g/dl
Eritrosit 3.7 3,6 – 5,3 3,2 – 4,6 Juta/mm3
Leukosit 7600 4000 – 10.000 mm3
LED 69 < 15 < 20 mm/1 jam
HITUNG JENIS
Basofil 0 0–1 %
Eosinofil 2 1–3 %
Batang 3 2–6 %
Segmen 61 50 – 70 %
Limfosit 28 20 – 40 %
Monosit 6 2–8 %
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang perempuan berumur 48 tahun, tampak tidak tampak sesuai
dengan usianya, mengenakan kaos dan celana pendek berwarna hijau sebawah
lutut (seragam RSJSH). Pasien tampak cukup terawat. Gigi ompong dan ada
yang berwarna hitam tampak tidak terawat, kuku pasien tampak terawat.
Rambut hitam, tampak terawat.. Pasien memiliki kontak mata yang dengan
pewawancara, namun terkadang tidak. Pasien tampak tenang dan kooperatif
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
b. Kesadaran
Compos mentis, pasien tampak sadar penuh saat dilakukan wawancara.
c. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum Wawancara
Sebelum dipanggil pasien sedang duduk dan terlihat bengong. Saat dipanggil
pasien merespon panggilan yang dilakukan pemeriksa.
Selama Wawancara
Pasien duduk selama wawancara. Pasien memiliki kontak mata dengan
pewawancara, tetapi kadang pasien tiba tiba mengalihkan pandangan ke tempat
lain kemudian saat ditanya pasien merespon. Pasien bergerak normal, tidak
terdapat perlambatan gerakan, gerakan kaki yang berulang, kejang, maupun
kekakuan gerakan tidak ada, pasien terlihat cukup berenergi. Pasien terkadang
secara mendadak bersikap seperti tentara, memberi hormat dan sikap sempurna
Sesudah Wawancara
Pasien merespon ajakan bersalaman dari pemeriksa pasien, tersenyum dan
ekspresi pasien tampak luas.
d. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif.
e. Pembicaraan
Cara berbicara : Pasien banyak menjawab pertanyaan yang diajukan.
Saat pasien berbicara artikulasi jelas, intonasi dan volume
Cukup, legore.
Gangguan berbicara : Tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara.
2. Alam Perasaan
Mood : hipertim
Afek : terbatas
Keserasian : Serasi
3. Gangguan Persepsi
Halusinasi : auditorik (+), visual (+)
Ilusi : (-)
Depersonalisasi : (-)
Derealisasi : (-)
4. Proses Pikir
Arus Pikir
Produktivitas : cukup
Kontinuitas : koheren
Hendaya Bahasa : tidak ada
Isi Pikir
Waham : (+)
Preokupasi : (-)
Fobia : (-)
Obsesi : (-)
5. Fungsi Intelektual
Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 15 Desember 2017 pukul 16.00 di ruang
Nuri.
Taraf Pendidikan S1
Pengetahuan Umum Baik (mengetahui presiden RI saat ini , dan
mengetahui presiden ke 1 RI)
Kecerdasan Rata-rata
Konsentrasi dan Konsentrasi baik ( pasien tidak dapat menjawab nilai
perhatian 2x2, 10x10)
Perhatian baik (pasien tidak mudah teralih perhatiannya
terhadap kegiatan atau orang yang lewat didepannya,
mampu memusatkan perhatian terhadap pertanyaan)
Orientasi
- Waktu Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang, dan
malam dan pasien dapat menyebutkan jam pada saat
wawancara)
- Tempat Baik (pasien dapat menyebutkan tempat sekarang ia
berada di mana)
- Orang Baik (pasien mengetahui sedang diwawancara oleh
dokter muda)
Daya Ingat
- Jangka Panjang Baik (pasien ingat pasien mempunyai 1 orang putri)
- Jangka Pendek Baik (pasien mengingat apa yang pasien kerjakan saat
pagi hari, pasien ingat apa yang di makan pagi
harinya)
- Segera Baik (pasien dapat mengingat 3 nama benda dengan
benar)
Pikiran Abstrak Baik (pasien dapat mendeskripsikan mengenai
persamaan apel dan jeruk)
Visuospasial Baik (pasien dapat menggambar jam yang waktunya
ditentukan oleh pemeriksa)
Kemampuan Baik (pasien dapat makan, mandi, dan berpakaian
Menolong Diri sendiri)
6. Pengendalian Impuls
Baik (selama wawancara pasien tampak tenang dan kooperatif).
7. Daya Nilai
a. Daya Nilai Sosial
Terganggu (pasien tau bahwa memukul orang adalah perbuatan yang salah
tetapi bila pasien marah, pasien memukul mantan istrinya).
b. Uji Daya Nilai
Baik, (bila pasien menemukan dompet yang jatuh pasien mengatakan akan
mengembalikan ke yang punya dompet dengan melihat alamtnya yang di
dalam dompet ).
c. Daya Nilai Realita (RTA)
Terganggu (terdapat halusinasi auditorik dan visual pada pasien , waham
kejar ).
8. Tilikan
Derajat I
9. Reliabilitas
Dapat dipercaya
G. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I: Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke
dalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya :
Hendaya sosial, hendaya fungsi sehari-hari
Distress/penderitaan: pasien merasa gelisah dan ketakutan, mendengar
bisikan dan melihat adanya bayangan
2. Gangguan merupakan gangguan non-organik karena :
Tidak ada gangguan kesadaran neurologik
Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskular, neoplasma, dan usia pasien belum menunjukkan adanya
tanda-tanda degeneratif)
Tidak ditemukan penggunaan zat psikoaktif.
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita karena
terdapat:
Halusinasi auditorik
Halusinasi visual
4. Gangguan Skizofrenia termasuk tipe paranoid karena:
Memenuhi kriteria umum skizofrenia
Terdapat halusinasi auditorik dan visual yang menonjol
Tidak terdapat gangguan afektif
Terdapat gejala yang berlangsung selama lebih dari satu bulan
Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental
Tidak ada
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada
Aksis IV: Problem Psikososisal dan Lingkungan
Primary Support Group, karena pasien tinggal sendiri sejak bercerai dengan
istrinya sehingga tidak ada dengan rutin memperhatikan ketaatan pasien minum
obat, tidak ada keluarga yang mendukung pasien untuk berobat secara teratur)
Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global
GAF current : 50 – 41
GAF HPLY : 60 - 51
H. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Tidak ada
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Primary Support Group (tidak diperhatikan oleh keluarganya,
ditinggal oleh istrinya)
Aksis V : GAF current: 50 – 41
GAF HPLY : 60 – 51
I. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologi: Tidak ditemukan kelainan organik pada pasien dan ditemukan
faktor herediter pada pasien.
b. Psikologik: Terdapat halusinasi auditorik dan visualm waham
c. Sosiologik: Pada pasien ditemukan keterbatasan dalam berhubungan sosial
sehingga membutuhkan sosioterapi
J. PENATALAKSANAAN
a. Rawat Inap
Dengan indikasi:
Mengganggunya lingkungan sekitar
Timbulnya tindakan agitasi
Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
b. Psikofarmaka:
Risperidon 2x2 mg p.o
c. Non-medikamentosa:
1. Psikoedukasi:
Menjelaskan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dialami
pasien, rencana terapi, efek samping pengobatan, dan prognosis penyakit.
Mengingatkan pasien dan keluarga pentingnya minum obat teratur dan
datang kontrol.
Menjelaskan pada keluarga bahwa dukungan keluarga dibutuhkan dalam
penyembuhan keadaan pasien.
2. Psikoterapi
Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan masalahnya
Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
atau dapat dikendalikan terutama dengan konsumsi obat teratur.
3. Sosioterapi
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain dan
petugas ruangan.
Melibatkan pasien dalam kegiatan-kegiatan rehabilitasi.
K. PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
a. Faktor yang Memperingan:
Keluarga untuk mendukung dan merawat pasien.
Tidak ada penyakit organik
b. Faktor Yang Memperberat:
Gejala psikotik yang muncul pada usia muda
Masalah primary support group (keluarga yang kurang perhatian)
Kepatuhan obat yang buruk
Frekuensi kekambuhan yang sering
Prognosis pasien berdasarkan wawancara di atas sebagai berikut:
- Quo vitam : Ad bonam
- Quo functionam : Dubia ad bonam
- Quo sanationam : Dubia ad malam