Anda di halaman 1dari 17

JOINT COOPERATION PROGRAMME

Component D2:

Flood Early Warning System

Document D2.2
Jakarta Floods Early Warning System (J-FEWS) booklet
– popular version – Indonesian language

Project: 1201430.000

Client: Water Mondiaal


Partners for Water
Royal Netherlands Embassy in Jakarta

Period: January 2011 – March 2013


Jakarta Flood Early Warning System
(J-FEWS)
Joint Cooperation Program (JCP)

Kata Pengantar

Jakarta Flood Early Warning System (J-FEWS) atau Sistem Peringatan Dini Banjir Jakarta merupakan suatu teknologi untuk memprediksi kejadian
banjir yang mungkin terjadi beserta daerah genangannya di wilayah DKI Jakarta. Upaya pengembangan J-FEWS, yang merupakan salah satu
output dari Proyek Flood Management Information System (FMIS), sesuai dengan amanat Undang – undang no. 7 Tahun 2004, tentang Sumber
Daya Air, bahwa dalam mengatasi masalah banjir agar lebih ditekankan pada upaya pencegahan yaitu mengendalikan daya rusak air.

UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air juga mengamanatkan bahwa pemerintah, masyarakat dan dunia usaha mempunyai tanggung
jawab sesuai dengan peran dan sumberdaya yang dimiliknya. Pemerintah bertanggung jawab menyelenggarakan pengaturan, pembinaan,
pengendalian dan pengawasan terhadap pengelolaan SDA. Untuk itu, telah banyak instrument kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk
pengendalian banjir. Namun demikian, dalam pelaksanaannya tidaklah semudah seperti membalik telapak tangan. Berbagai sumber data
khususnya wilayah DAS yang menuju ke DKI Jakarta dikelola berbagai instansi, sehingga perlu upaya untuk melakukan sharing data untuk
kepentingan bersama.

Pengembangan J-FEWS dilakukan melalui kajian, diskusi, lokakarya dan sebagainya sejak 2011, melalui Join Cooperation Program Indonesia –
Belanda (JCP, 2011 – 2015) yang dilaksanakan oleh Kementerian PU dalam hal ini PusAir, BMKG, KNMI dan Deltares. Pelaksanaan JCP juga
bekerjasama dengan Dinas PU Provinsi DKI Jakarta, Balai BWS Ciliwung Cisadane, Ditjen SDA KemPU, ITB, Badan Informasi Geospasial , BPPT dan
instansi lain yang relevan untuk mengembangkan ‘online National Water, Weather and Climate Information System for Indonesia’. J-FEWS versi
pertama telah diluncurkan di Pusat Air pada Mei 2012. Kemudian melalui lokakarya diluncurkan oleh Kementerian PU pada 22 November 2012.
Saat ini J-FEWS telah di instal di Ruang Oval Dinas PU DKI Jakarta, Balai Besar Ciliwung Cisadane, Ditjen SDA Kementerian PU dan BMKG.

Buku ini memberikan penjelasan singkat tentang J-FEWS, yang diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi pihak-pihak yang terkait.

Jakarta, … Maret 2013

Ir. Pitoyo Subandrio, Dipl H.E


Direktur Sungai dan Pantai , Ditjen Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum
Daftar Isi

Latar belakang perlunya J-FEWS 1


Konsep dasar Flood Early Warning System
(Sistem Peringatan Dini Banjir) 2
Konsep Dasar Delf – FEWS 3

Sistem Tata Air Makro di DKI Jakarta 4

Jakarta Flood Early Warning System (J-FEWS ) 8


• Jaringan Pos Hidrologi / Monitoring Network 9
• Data Masukan / Data Feed J-FEWS 10
• Model Simulasi Peramalan Banjir 14
• Keluaran / ouptput J FEWS 21

Latar Belakang Perlunya J-FEWS


Indonesia merupakan negara kepulauan yang Kejadian banjir di Jakarta telah dilaporkan mulai dari
memilki banyak sungai sehingga diperlukan tahun 1699 setelah terjadinya letusan Gunung Salak
penggelolaan sumber daya air yang terpadu.
Dengan pengelolaan sumber daya air yang Bogor, dan terus sampai dengan saat ini. Banjir
terpadu diharapkan dapat mengurangi daya terakhir yang melanda Jakarta terjadi pada Bulan
rusak air di masyarakat. Salah satu informasi Januari 2013, yang merupakan banjir besar hampir
daya rusak air adalah berupa bencana banjir. sama dengan yang terjadi pada tahun 2007 dan
Indonesia termasuk dalam 10 besar negara di 2002.
dunia yang selalu mengalami bencana alam
pada tahun 2008 (Rodriguez, J et al., 2009).
Negara dalam urutan pertama di tempati oleh Secara geografis, Jakarta terletak di dataran rendah
China, kemudian Amerika Serikat, Filipina, dan tempat bermuaranya 13 sungai. Hampir 40
dan Indonesia. Jenis bencana terbesar yang persen luas wilayah Jakarta merupakan daerah
terjadi di Indonesia pada tahun 2008 adalah rawan banjir (flood plain). Bahkan beberapa lokasi
bencana hidrologi yang berhubungan dengan
banjir dan bencana geophysical yang yang berada dekat daerah pantai, menunjukkan
berhubungan dengan gempa bumi. Data dari angka elevasi muka tanah lebih rendah dibandingkan
Center for Research on the Epidemiology of tinggi muka air laut pada waktu pasang maksimum.
Disasters (CRED) mulai tahun 1900 sampai
dengan Jun 2010, menunjukkan bahwa
bencana banjir merupakan jenis bencana Dengan banyaknya sungai yang melalui Jakarta, di
yang paling sering terjadi yaitu sekitar 34% satu sisi amat menguntungkan. Jika pengelolaan
dari seluruh kejadian bencana di Indonesia sumber daya air dilakukan dengan baik, maka
urusan ketersediaan air terutama pada musim
kemarau tidak akan menjadi masalah. Namun
sebaliknya, mengalirnya belasan sungai di wilayah
Jakarta sangat potensial menghadirkan bencana
banjir etika musim hujan.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengantisipasi


datangnya banjir, namun hal tersebut tidak
membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu
perlu disadari bahwa banjir akan terjadi dimasa yang
akan datang dan perlu untuk meminimalisasi risiko
Konsep Dasar
Flood Early Warning System
Sistem Peringatan Dini Banjir
Teknologi Flood Early Warning System (FEWS) Detection, tahapan dimana data hidrologi dibaca,
atau Sistem Peringatan Dini Banjir merupakan dikirim, disimpan, dimonitor, dan diproses secara
suatu teknologi untuk memprediksi kejadian tepat waktu serta dapat menjadi informasi tentang
banjir yang sudah terjadi, informasi tersebut dapat
banjir yang mungkin terjadi beserta daerah
diteruskan sebagai peringatan dini (warning) tanpa
genangannya. atau melalui forecasting dan simulasi (simulation).
Sistem ini memanfaatkan berbagai input data
hujan secara real time berupa data radar dan Forecasting dan Simulation, tahapan dimana
satelit serta hasil peramalan beberapa hari ke peramalan terhadap data tinggi muka air atau debit
depan dengan memanfaatkan hasil numerical aliran banjir serta waktu datangnya banjir dilakukan
weather prediction (NWP). dengan menggunakan pemodelan. Dengan
mengetahui kejadian banjir, maka informasi tersebut
Dalam pelaksanaannya, sistem peringatan dini diteruskan untuk melakukan peringatan (warning).
banjir harus melalui beberapa tahapan agar
hasilnya lebih efektif.
Warning dan dissemination, tahapan ini merupakan
faktor kunci keberhasilan sistem peringatan banjir
Tahapan-tahapan sistem peringatan dini banjir (flood warning). Menggunakan informasi yang
(Werner, Schellekens and Kwadijk, 2005): diperoleh dari tahapan detection ataupun forecasting
dan simulation, maka pihak yang berwenang dapat
menyebarluaskan informasi tersebut agar
meminimalisasi risiko yang ditimbulkannya dapat
tercapai.

Response, tanggap terhadap isu peringatan banjir


merupakan hal yang sangat penting untuk
tercapainya tujuan pelaksanaan peringatan banjir
(flood warning). Jika tujuan dari peringatan banjir
adalah untuk mengurangi kerusakan melalui siaga
banjir, maka tindakan tanggap darurat disertai
kesiapan semua personil yang terlibat untuk
melakukan evakuasi terhadap datangnya banjir juga
akan menghindari kerugian yang lebih parah.

Konsep Dasar
Delft-FEWS
data feeds
Delft-FEWS
Published Interface

Delft-FEWS adalah sebuah perangkat • import


• validation
lunak yang dikembangkan oleh
• transformation /
Deltares, yang merupakan salah satu
import

interpolation
kerangka yang • data hierarchy
terbuka untuk digunakan dalam • general adapter models
mengelola proses simulasi banjir dan • export / report
menangani berbagai data historis • administration (data,
forecasts)
(time series data).
• viewing (data, forecasts)
• archiving
•…
Delft-FEWS menggabungkan berbagai
data umum untuk peramalan banjir export &
dengan memberikan antar muka dessimination
(interface)
yang terbuka untuk setiap model
eksternal (model hidrologi&hidraulik).
Delft-FEWS mampu melakukan import data dari
Delft-FEWS memungkinkan untuk berbagai sumber dengan mudah, melakukan validasi
digunakan secara efektif untuk tugas data, melakukan transformasi dan interpolasi data,
penyimpanan dan pengambilan data, mengeksport kembali data tersebut,
sistem peramalan banjir yang
sederhana maupun sistem yang dapat diintegrasikan dengan berbagai model ekternal
sangat kompleks dengan melalui general adapter, menampilkannya dalam
memanfaatkan berbagai teknik bentuk informasi tertentu serta
pemodelan.
dapat juga dijadikan sebagai database hidroklimatologi.
Delft-FEWS dapat digunakan dalam
lingkungan yang berdiri sendiri
(independent), yang dioperasikan
secara manual, atau dalam
lingkungan yang terdistribusi secara
otomatis melalui client-server.
SISTEM TATA AIR MAKRO DI DKI JAKARTA

Jakarta sebagai Ibukota Negara Indonesia


merupakan pusat pemerintahan dan
sekaligus pusat bisnis. Jakarta yang
memiliki tingkat aktivitas manusia yang
sangat tinggi, dilalui oleh 13 sungai yang
pengelolaannya menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat dan provinsi.

Adanya 13 sungai yang melaintasi kota Jakarta,


K. Mookervart, K.Angke, K.Pesanggrahan,
K. Grogol, K. Krukut, K. Baru Barat, K.
Ciliwung, K. Baru Timur, K. Cipinang, K.
Sunter, K. Buaran, K. Jati Kramat, K.
Cakung. Dari sisi perspektif positif, kota
Jakarta akan mendapatkan suplai air yang
memadai, apabila dapat mengelola DAS-
nya dengan baik. Namun demikian, dari
perspektif negatifnya, Jakarta akan selalu
kedatangan banjir pada saat terjadinya
musim penghujan.

Sub DAS di DKI Jakarta


Sistem tata air dan Skematisasi sungai di DKI Jakarta untuk
pengembangan model simulasi banjir di Jakarta

Upaya pengendalian banjir, telah dilakukan


berbagai perencanaan dengan mendesain
sistem tata air sebagai berikut:
Aliran air dari hulu DKI dipotong dan dialirkan ke
laut melalui banjir kanal (flood way)melewati
bagian pinggiran kota Jakarta. Ada empat
floodway yaitu
Banjir Kanal Barat,
Cengkareng drain,
Banjir Kanal Timur dan
Cakung Drain.
Bagian wilayah yang mempunyai ketinggian yang
cukup dialirkan secara gravitasi
Daerah rendah bagian tengah dan utara kota
Jakarta, lokasi yang tidak memungkinkan
untuk mengalirkan sungai secara gravitasi,
dibuat sistem polder dan air dialirkan
menggunakan pompa. Salah satu sistem
polder yang terdapat di DKI Jakarta adalah
Sistem Pluit yang mencakup wilayah Istana
Negara seperti terlihat pada batasan daerah
tangkapan aliran Waduk Pluit
Situ-situ yang ada di daerah hulu dilestarikan atau
dibangun sebagai waduk retensi untuk
menampung sementara aliran air.
Di sepanjang pantai utara untuk mencegah agar air
ROB (pasang surut air laut) tidak masuk ke
daratan, dibangun tanggul laut, yang meliputi
tanggul I, tanggul II (area reklamasi) dan
tanggul III (rencana tanggul laut raksasa).
26 November 2007 salah satu pasang tertinggi
yang terjadi pada tahun tersebut yang
menyebabkan terjadinya banjir di daerah Pluit.
Naiknya muka air laut ini dapat
memperburuk dampak kejadian banjir
apabila waktu datangnya bersamaan.
Jakarta Flood Early Warning System (J-FEWS)
Salah satu hal yang sangat penting dalam melakukan peramalan dan peringatan dini banjir adalah
tersedianya data hidrologi dengan kualitas yang baik serta tepat waktu (real time). Jakarta Flood Early
Warning System (J-FEWS) telah dapat mengambil data dari berbagai instansi seperti:

•BMKG berupa data AWS (automatic weather station) dengan periode setiap 1 jam yang dikirim secara
tepat waktu dan CMSS (Computerized massage switching System) dengan periode tiap 3 jam.

•Pusat Litbang Sumber Daya Air (Pusair) berupa data hujan dan muka air sungai dengan sistem telemetri
(Tech4Water)
- BBWS Ciliwung-Cisadane, berupa data hujan dan muka air dengan sistem telemetri, baik dengan sistem
radio komunikasi, SEBA, dan Tech4Water.
- Dinas PU- DKI Jakarta, berupa data muka air sungai, laut dan waduk serta data hujan, baik bersifat
telemetri maupun manual
- BBPT berupa data radar yang memonitor daerah DKI Jakarta dan sekitarnya.

Numerical Weather Meteorological


Prediction (NWP) Seawater level
data prediction
Models
•0-3 hours
•12 hours
•1-3 days South China Sea Model
•7 days
•historic, re-analysis Animation of tide in South
•Seawater level China Sea
South China Sea Mo del
(SCS M)

•River monitoring stations


Deltares ( 1990-2008)

•Tidal gates

De lft Hydrau lics

FEWS,
Flood Early Warning BMKG – BIG -
BMKG-BPPT
PusAir

DPU DKI –
BBWSCilCis –PusAir
– PU Ditjen SDA

Jaringan Pos Hidrologi / Monitoring Network

Jaringan pos hujan


yang terdistribusi
di Wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya

Jaringan pos
pemantau
muka air sungai dan
laut
Data Masukan / Data Feed J-FEWS

Data Real Time Data Forecasting


Adalah data tepat waktu yang terkumpul Adalah Data peramalan berupa data hidro-
pada saat ini, digunakan untuk klimatologi yang diperoleh dari peramalan
mensimulasikan gambaran kondisi global dengan menggunakan Sea water
hidrologi pada saat yang sama, dan level predistion dan Numerical Weather
hasilnya dibandingkan dengan kondisi Prediction untuk memodelkan gambaran
yang sebenarnya di lapangan melalui kejadian pada masa mendatang.
beberapa titik yang dijadikan acuan Sumber data:
Sumber data Sea Water Level Prediction/ data ramalan
Satellite: tinggi muka air laut menggunakan hasil
Tropical Rainfall Measuring Mission Astronomical Tide Model dan
(TRMM), South China Sea Model.
Radar: Numerical Weather Prediction
dari BPPT Access-A (Australia)- Ramalan data hujan
yang dikembangkan oleh Australia yaitu
Dari BMKG (in progress) , predisi curah hujan 2 hari kedepan,
Ground stations: dengan ukuran grid sekitar 12 km
Access-T (Tropical) dengan ukuran grid
Automatic Weather Station 37,5 km
(AWS) dari BMKG,
ECWMF dari Eropa dengan ukuran grid
Pos Hujan dan Pos Duga Air yang sekitar 13 km, prediksi hujan 10 hari ke
dilengkapi dengan sistem depan
pengiriman data tepat waktu aplikasi C-CAM yang dikembangkan oleh
(telemetri) dari Kementerian PU BMKG dengan ukuran grid 3 km dan hanya
dan Dinas PU-DKI Jakarta. terbatas pada wilayah Jakarta dan
sekitarnya, prediksi hujan 3 hari ke depan
GFS --- ??? tidak ada penjelasannya di
booklet. Di banner POAMA ???

Penggunaan berbagai data tersebut dengan perbedaaan waktu prediksi adalah untuk
memperpanjang waktu dalam melakukan evakuasi atau untuk memperpanjang lead time (waktu
dari mulai informasi banjir disebarluaskan sampai banjir terjadi). Makin panjang lead time yang
diperoleh makin banyak waktu yang tersedia untuk melakukan tindakan tanggap darurat, lead
time yang panjang diperoleh dari hasil peramalan banjir yang berasal dari hasil prediksi hujan.
Prediksi hujan dari satelit menghasilkan lead time yang lebih panjang daripada data hujan yang
diperoleh dari radar seperti terlihat pada Gambar berikut.
Ukuran grid dari beberapa sumber data

1. Grid ECWMF 2. Grid Access-A

3. Gambar Grid Access-T 4. Grid C-CAM


Model Simulasi Peramalan Banjir
Untuk dapat melakukan peramalan banjir, terlebih dahulu dibangun model hidrologi
dan hidraulik di sungai yang masuk ke DKI Jakarta. Model yang digunakan dan
keluaran (output) yang diharapkan untuk dapat melakukan peramalan banjir
digambarkan sebagai berikut.

Dalam membangun model simulasi banjir Jakarta, berbagai infrastruktur ke-air-an yang terdapat di
sungai diikutsertakan dalam model sehingga diharapkan dapat lebih menyerupai kondisi sebenarnya,
seperti terlihat pada Gambar berikut

Rain and Tide Flood Simulation Output

Animation of tide in South


China Sea
So uth China S ea Model
(SCSM )

Deltares (19 90 -2008)

mmm
DelftHydr aulic s

Pumps scenario

Tidal
gates

Operation SOBEK

Field
condition
Flood extent
Model hidrologi berperan dalam melakukan simulasi hujan menjadi limpasan, dan
limpasan akan menjadi masukan bagi model hidraulik untuk mengetahui muka air
sungai melalui perambatan dan juga genangan yang disebabkan.

J-FEWS yang dikembangkan mengintegrasikan berbagai model yang sudah


dikonfigurasikan dalam Delft-FEWS, model-model tersebut adalah:
South China Sea Model yang meramalkan arah dan besarnya arus yang terjadi
dengan menggunakan Delft3D, yang pada akhirnya mempengaruhi pasang surut
air laut di Teluk Jakarta.
Astronomical Tide, Model pasang surut untuk meramalkan tinggi muka air laut di
Teluk Jakarta.
Hydraulic and Hydrologic Model (SOBEK) yang digunakan untuk merubah data
hujan (real time dan forecast) yang jatuh di seluruh DAS Jakarta (13 sungai)
menjadi aliran sungai dan genangan. Model Sobek, mencakup dua model
sekaligus yaitu model hidrologi dan hidraulik, yang terintegrasi menjadi satu
kesatuan.
Numerical Weather Prediction (NWP) adalah model untuk memprediksi hujan
yang dikembangkan oleh instansi yang bergerak di bidang meteorologi dari
beberapa Negara seperti Australia, Eropa dan Indonesia.

Model untuk simulasi banjir di Jakarta dikembangkan berdasarkan pada kondisi sistem
sungai di DKI Jakarta (lihat Skematisasi Sungai di DKI Jakarta). Berdasarkan kondisi
tersebut dan dengan keterbatasan data geometri sungai, maka dikembangkan model
peramalan banjir yang digambarkan pada Skematisasi Model Simulasi Banjir Jakarta.

Dua Skema tersebut menjadi dasar dari pengembangan Model Peramalan Banjir Jakarta.

Skematisasi Model Simulasi Banjir Jakarta


Pemodelan Hujan - Limpasan (Rainfall- Runoff)

Model perubahan data hujan menjadi limpasan dalam perangkat lunak SOBEK
memiliki beberapa pendekatan dan salah satunya menggunakan metode
Sacramento, yang digunakan di Jakarta, seperti terlihat pada Gambar. Gambar
menunjukkan kedalaman tanah dibagi menjadi 2 (dua) zona yaitu zona atas
(upper zone) dan zona bawah (lower zone) dan setiap zona memiliki konsep
perhitungannya masing-masing.

Konsep Model Simulasi Hujan-Limpasan

Pemodelan Hidraulik

Konsep pemodelan hidraulik yang digunakan dalam Sobek adalah menggunakan


persamaan hidrodinamik 1D untuk penelusuran banjir di sungai seperti terlihat
pada Gambar Sistem Model Hidraulik Sungai.
Kemudian, dilanjutkan dengan pemodelan 1D2D model, untuk mengetahui daerah-
daerah yang mengalami genangan banjir. Persamaan umum yang digunakan
untuk melakukan pemodelan 1D, menggunakan persamaan kontinuitas
momentum seperti berikut ini:

Sedangkan apabila menggunakan 2D, persamaan tersebut berubah menjadi persamaan


kontinuitas 2D seperti berikut ini:
Gambar Sistem Model Hidraulik Sungai
menunjukkan 13 sungai yang menuju ke
Jakarta yang dimodelkan secara
hidrodinamik, beserta saluran utama
(macro drainage) yang terdapat di Kota
Jakarta.

Pemodelan hidrodinamik pada sungai atau


saluran, memerlukan data pengukuran
geometri sungai berupa penampang
melintang (cross section) dan penampang
memanjang (long section) sungai. Untuk
sungai yang tidak memiliki data geometri
sungai lainnya dimodelkan secara
hidrologi.

Sistem Model Hidraulik Sungai (FMIS)

Keluaran (Output) J-FEWS


J-FEWS yang merupakan perangkat untuk peramalan dan peringatan dini banjir, memiliki
keluaran (output) berupa data yang diambil dari berbagai sumber dan informasi
kemungkinan terjadinya banjir pada suatu wilayah dengan waktu datangnya banjir secara
tepat waktu ataupun prediksi beberapa hari ke depan.

Keluaran dari J-FEWS dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu tampilan dari data masukan
(data feed) dan tampilan dari hasil simulasi dan peramalan atau prediksi. Tampilan dalam
bentuk grafik, histogram, peta tematik dsb.

Contoh Keluaran J-FEWS: Daerah genangan yang mungkin terjadi


Contoh Keluaran J-FEWS : Data feed

Prediksi hujan (merah) dan hujan real time (biru)

Contoh Keluaran J-FEWS : Data feed

Prediksi hujan (merah) dan hujan real time (biru)

Histogram data hujan real time


Contoh Keluaran J-FEWS : Data feed

Data radar real time

Data Prediksi Hujan dari ECMWF


Data Prediksi Hujan
dari ACCESS T

Data Prediksi Hujan


dari ACCESS A

Contoh Keluaran J-FEWS : Simulasi dan peramalan

Prediksi muka air di Katulampa


Prediksi muka air di Sungai Pesanggrahan – Sawangan

Prediksi Muka Air Laut

Prediksi Gelombang
Berdasarkan Data GFS

Anda mungkin juga menyukai