Anda di halaman 1dari 20

T ERAPI LATIHAN DENGAN METODE WALL STRETCHES

UNTUK MENGURANGI NYERI PADA KASUS FASCIITIS PLANTARIS

KARYA TULIS ILMIAH AKHIR


Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Ujian Akhir
Diploma III Fisioterapi

Oleh :
Galuh Zikrullah
NRP : 1210702009

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN D III FISIOTERAPI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2014

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa puji dan syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah Akhir ini, dan merupakan tugas yang harus di selesaikan oleh mahasiswa sebagai syarat

kelulusan dan menempuh pendidikan.

Judul Karya Tulis Ilmiah Akhir ini adalah : “Terapi Latihan Dengan Metoda Wall Slide untuk

Penguatan Otot Lutut Pada Kasus Osteoarthritis”

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

banyak kesalahan dan kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penulis

Karya Tulis Ilmiah Akhir ini dari semua pihak, masyarakat pada umumnya dan fisioterapi pada

khususnya.

Jakarta,24 Desember 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………. 1


KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ………………………………………………… 4
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………. 5
1.3. Tujuan Penulis ………………………………………………………….. 6
1.4. Terminologi Istilah ……………………………………………………… 6

BAB II KAJIAN TEORI


2.1. Anatomi, Fisiologi dan Biomekanik …………………………………… 7
2.1.1 Tulang – tulang pergelangan kaki …………………............... 7
2.1.2 Persendian kaki ……………………………………………… 8
2.2. Fisciitis Plantaris ………………………………………………………. 9
2.2.1 Definisi ……………………………………………………….. 9
2.2.2 Epidemologi ………………………………………………….. 10
2.2.3 Etiologi ……………………………………………………….. 10
2.2.4 Patology …...………………………………………………….. 10
2.2.5 Patofisiologi ………………………………………………….. 10
2.2.6 Tanda dan gejala ……………………………………………… 11
2.2.7 Karakteristik plantar fasciitis ……………………………….… 11
2.3. Diagnosis Fisioterapi …………………………………………………... 11
2.3.1. Pemeriksaan gerak khusus …………………………………… 11
2.3.2. Diagnosis banding …………………………………………… 12
2.4. Terapi Latihan ………………………………………………………….. 12-13
2.5. Peregangan / streaching ……………..…………………………………. 13
2.6. Penatalaksanaan Terapi Latihan Wall Stretches ……………………….

BAB III PROTOKOL PROSES FT ……………………………………………..


DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..

3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Manusia dikaruniai budi
sehingga mampu memahami, mengerti, dan memecahkan persoalan – persoalan yang ada
disekitarnya. Tentu saja kemampuan manusia ini tidak diperoleh begitu saja. Melalui
pengalaman, pendidikan, lambat laun manusia memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu
yang terjadi dilingkungannya ( Setiardja, A. Gunawan.2005).
Kesehatan merupakan hal yang penting dalam setiap aktivitas manusia. Tanpa kesehatan
manusia akan mengalami kesulitan untuk bergerak dan beraktifitas secara baik dan fungsional.
Apabila saat ini begitu banyak dan beraneka ragam tuntutan aktifitas yang harus dilakukan
sehingga bisa berdampak negative bagi kesehatan. Tuntutan aktifitas yang tinggi, baik untuk
berdiri, berjalan, berlari atau melompat akan memberikan beban yang berat untuk kaki dan
pergelangan tangan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya suatu patologi gerak dan fungsi di kaki
dan pergelangan kaki.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk
hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, manusia
melakukan berbagai macam aktifitas. Aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari gerak, baik itu
gerak yang disadari maupun yang tidak disadari. Gerak adalah suatu ciri kehidupan dimana
dengan bergerak manusia bisa melakukan aktifitas fungsionalnya. Namun dengan begitu banyak
dan beragamnya aktiftas yang dilakukan manusia, begitu banyak pula gangguan aktifitas yang
terjadi, terutama saat berjalan. Kebanyakkan orang menganggap kaki dan pergelangan kaki
sebagai bagian tubuh yang kurang menarik dan kurang memperoleh perhatian, padahal kaki dan
pergelangan kai merupakan titik pusat berat badan yang secara total dipindahkan saat ambulasi
dan keduanya dapat menyesuaikan diri dengan baik untuk melaksanakan fungsi pada saat
berjalan.
Tumit dan telapak kaki berfungsi sebagai absorbers ( penerima tekanan ) saat berjalan
dan sendi – sendinya dapat menyesuaikan diri sesuai dengan kebutuhan untuk keseimbangan
pada beberapa macam posisi. Karena terpusatnya stres atau tekanan ini, maka tumit dan telapak
kaki cenderung mengalami gangguan gerak dan fungsi yang sangat beragam. Salah satu keluhan
yang sering dijumpai adalah Fasciitis plantaris, keluhan ini terjadi karena adanya peradangan
pada fascia plantaris bagian medial calcaneus, serta terjadi penguluran ligament pada plantar
fascia sehingga arcus longitudinalnya berkurang. Jika tidak diimbangi demgam prosedur aktifitas
yang benar maka akan terjadi nyeri. ( Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Kedua Puluh
Sembilan.1980.EDC, Penerbit Buku Kedokteran. )
Pengertian dan penanganan nyeri yang adequat secara klinis membutuhkan suatu alat
ukur. Tanpa alat pengukuran nyeri yang efekti, maka evaluasi yang dilakukan setelah tehnik
pengobatan untuk mengontrol nyeri tidak akan tepat. Untuk itu faktor fisiologis nyeri dan skala
pemeriksaan nyeri yang lengkap perlu diketahui. Pada karya tulis ilmiah ini, penulis
menggunakan Visual Analog Scale (VAS) untuk mengukur tingkat nyeri yang dirasakan.
Penanganan nyeri pada facitis plantaris pun banyak dilakukan seperti minum obat pengurang
rasa nyeri, suntikan cortico steroid, penggunaan sepatu / sandal yang permukaannya empuk,
heels peds dan fisioterapi ( dengan menggunakan metode STRETCHING EXERCISE dan
KINESIOTAPPING)
Menurut Keputusan MENKES RI NO 1363 / MENKES / SK / XII / 2001 tanggal 14
desember 2001 : “ Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan kepada

4
individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
meningkatkan gerak peralatan ( fisik, elektro therapeutic dan mekanis ), pelatihan fungsi,
komunikasi.
Dalam penanganan fisioterapi ini penulis menggunakan metode STRETCHING
EXERCISE dan KINESIOTAPPING untuk mengurangi nyeri pada kasus fasciitis plantaris
sehingga diharapkan agar pasien dapat kembali beraktifitas secara optimal.
I.2 Rumusan masalah
“ Bagaimana keadaan nyeri pada kasus fasciitis plantaris setelah diberikan metode
STRETCHING EXERCISE dan KINESIOTAPPING selama 4 minggu “.
I.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penulisannya adalah untuk
mengetahui keadaan nyeri setelah diberikan terapi latihan dengan menggunakan metode
STRETCHING EXERCISE dan KINESIOTAPPING selama 4 minggu.
I.4 Terminologi Istilah
Untuk menghindari kesalahan pemahaman tentang arti dari pengertian judul Karya Tulis
Ilmiah Akhir ini, maka diberikan beberapa pengertian sebagai berikut :
1. Fasciitis plantaris
Fasciitis plantaris adalah inflamasi pada fascia plantaris bagian medial calcaneus sebagai
akibat penguluran yang berlebihan pada plantar fascianya. ( Rene caliet,soft tissue pain
and disability, 2001 )
2. Nyeri
Menurut Internasional Association for study of pain (IASP), nyeri adalah sensory
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang dapat terkait dengan kerusakan
jaringan actual maupun potensia, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakkan”.
(IASP 2009)
3. Terapi latihan
Terapi latihan merupakan salah satu usaha dalam pengobatan fisioterapi yang
didalam pelaksanaannya menggunakan latihan – latihan gerak baik secara aktif maupun
pasif dengan sasaran yang sehat maupun sakit.
a. Teknik Terapi latihan
Passive Movement : gerak yang timbul karena bantuan dari luar
1. Relaxed Passive Movement
2. Force Passive Movement
3. Manual Passive Movement

Active Movement : gerak yang timbul karena kekuatan dari otot itu sendiri
1. Assisted Active Movement
2. Free Active Movement
3. Resisted Active Movement
4. Assisted – Resisted Active Movement

5
b. Dasar – dasar Posisi
1. Lying : terlentang, miring.
2. Sitting : duduk.
3. Standing : berdiri.
c. Efek Fisiologis Terapi Latihan
1. Terhadap otot : menaikan temperatur otot, menaikkan kekuatan otot dan menaikkan
produksi asam laktat.
2. Terhadap Cardiovaskular :
a) Menaikan vasodilatasi arteri
b) Menaikan vasodilatasi kapiler
c) Menaikan metabolism
d) Menaikan aliran darah vena
e) Menaikan tekanan darah
3. Terhadap respirasi : menaikan kebutuhan oksigen dan menaikan pertukaran tekanan
darah.
4. Terhadap system saraf : menaikan produksi adrenalin
5. Terhadap kesehatan tubuh : menaikan temperatur tubuh.
d. Efek Terapeutik Terapi Latihan
1. Meningkatkan kekuatan otot
2. Meningkatkan daya tahan
3. Meningkatkan koordinasi
4. Menurunkan spasme
5. Memelihara ROM
6. Memperbaiki sikap
7. Mendidik kembali aktifitas fungsional
e. Syarat yang harus dipenuhi dalam latihan
1. Arah gerakan
2. Pengulangan gerakan
3. Fiksasi
4. Kerjasama FT dengan pasien
5. Kecepatan gerakan
6. Bentuk latihan
7. Aba – aba dari FT
8. Posisi

6
BAB II
KAJIAN TEORI

II.1 Anatomi, Fisiologi Dan Biomekanik Pergelangan Kaki


II.1.1 Struktur Tulang dan Jaringan Ikat Pembentuk Sendi Pergelangan Kaki

II.1.1 Tulang – tulang Pergelangan Kaki


1. Talus
Pada talus ini didapatkan caput tali dan coloum tali. Ketiga permukaan
sendi itu bersendi dengan celah maleolar.
2. Calcaneus
Merupakan tulang tarsal yang terbesar, diposterior ia mempunyai tuber
calcanei besar yang mempunyai dua tonjolan yeng menghadap ke depan pada
tempat peralihan pada permukaan bawahnya procesus medial tuberis calcanei.
Tendon archiles berinsertio pada daerah kasar pada tuber calcanei.
3. Neviculare

Bersendi dengan talus dan tiga tulang cuneiforme. Permukaan sendi yang
cekung menghadap caput tali. Tuberositas ossis navicularis mengarah ke plantar pedis
dan ke medial. Dianterior terdapat tiga permukaan sendi yang hanya dipisahkan oleh
critsa kecil untuk ke tiga os.
4. Cuboideum
Ke lateral lebih pendek dibandingkan ke medial. Didistal terdapat
permukaan sendi untuk os metatarsal ke 4 – 5 yang dipisahkan oleh peninggian.
Di medial terdapat suatu permukaan sendi untuk bersendi dengan os cuneiforme
lateral, kadang dibelakangnya ada daerah kecil untuk bersendi dengan os
naviculare..
5. Tiga ossa cuneiforme
Satu sama lain berbeda ukuran dan letaknya dalam rangka kaki. Bagian medial
paling besar dan intermediate merupakan os cuneiforme di posterior semuanya
permukaan sendi untuk bersendi dengan naviculare. Di distal dan menghadap jari –
jari adalah bersendi dengan metatarsal I, II, bagian lateral bersendi dengan metatarsal
III, IV. Ke tiga ossa cuneiforme juga bersendi dengan cuboideum.
6. Metatarsus terdiri dari lima metatarsal
Merupakan tulang panjang dan di dorsal cekung. Semuanya mempunyai basis, corpus
dan capitatum.
7. Phalangeal
Phalangeal II – IV masing – masing mempunyai phalang prosimal sedangkan pada
jari I hanya mempunyai dua phalang. Masing – masing phalang mempunyai basis,

7
corpus serta capitatum. Phalang distal mempunyai tuberositas ungularis. Sedangkan
jari ke V phalang tengah dan distal bersatu. Mungkin hal ini telah berlangsung pada
stadium rawan sebelum lahir.

(atlas of human anatomy, frank H.Netter)

II.1.2 Persendian kaki


a. Talocrurale Joint
Sendi ini dibentuk oleh ankle fork dan trohclea tali, permukaan sendi
Talus yang berbentuk silinder, yang juga disebut gulungan talus. Ankle fork
terdiri dari ujung – ujung distal dari tibia dan fibula, yang dijaga sehingga tetap
bersatu oleh dua ligament yang kuat, yaitu ligamentum Tibiofibular Anterior dn
Ligamentum Tibiofibular Posterior.
Secara fungsional Talocrurale Joint dapat dianggap sebagai hinge joint,
gerakan – gerakan yang dimungkinkan terjadi dari dorsal fleksi dan plantar fleksi.
Tiga ligament kuat yang bersama – sama yang membentuk huruf T berjalan dari
Maleolus Lateralis adalah ligamentumTalofibular anterior, Ligamentum
Talofibular posterior, dan Ligamentum Calcaneofibula. Demikian pula terdapat
ligament pada sisi medial yang berjalan dari Maleolus Medialis adalah Ligament
Tibiotalar anterior, Ligament Tibiotalar posterior dan Ligamentum Tibiocalcanea
dan Ligamentum Tibionaviculare yang membentuk satu kesatuan yang disebut
Ligamentum Deltoideum.
b. Talocalcaneo Joint
Ini adalah sendi yang terletak antar Talus dan Calcaneus. Gerakan yang terjadi
adalah gerak varus dan gerakkan valgus kecil. Semakin besar posisi kaki dalam
plantar fleksi, semakin besar kemiringan varusnya
8
II.II.1 Fascia Plantaris
Menurut Paul (1995) plantar fasciitis merupakan sebuah struktur menyerupai
tendon yang sedikit mendapatkan vaskularasi darah yang ada ditelapak kaki. Plantar
adalah telapak. Fascia adalah jaringan pita yang sangat tebal (fibrosa) yang membentang
dibawah kulit dan membentuk pembungkus bagi otot dan berbagai organ tubuh. Itis
adalah peradangan. Plantar fasciitis adalah keadaan dimana adanya inflamasi pada plantar
fascia. Fascitis plantaris adalah radang pada plantar fascia atau telapak kaki ( priguna
sidharta:1979 ). Serabutnya memanjang dari pangkal tumit sampai jari – jari kaki.
Plantar fasciitis berorigo pada tulang calcaneus (tulang tumit), dan berinsersio pada caput
metatarsal I-V jari – jari dan membentuk lengkungan yang berfungsi sebagai
mempertahankan bentuk kaki dan menjaga keseimbangan saat berjalan.
Sendi pergelangan kaki adalah sendi yang membentuk antara ujung bawah tibia
dan maleolus medialis serta maleolus lateralis, fibula dan capsula. Sendi ini memperkuat
ligament deltoid disisi medial. Gerakkan sendi kaki adalah fleksi dan ekstensi biasa
disebut dorsal fleksi dan plantar fleksi. Dorsal fleksi ankle dengan end feel pada sendi
pergelangan kaki adalah firm karena pertemuan dari kapsul persendian, tendon achilis,
ligament talofibular dan ligament calcaneus fibular. Dengan luas gerak sendi normal
dorsal fleksi 20 derajat dan plantar fleksi 50 derajat.
Sendi telapak kaki adalah sendi antara berbagai tulang tarsalia disatukan oleh
ligament dorsal plantar terletak diantara permukaan bawah talus dan permukaan atas
calcaneus. Gerakan sedikit adduksi dan abduksi (Omar Faiz,2002).

9
II.II.2 Epidemologi
Plantar fasciitis bisa terjadi pada semua usia terutama pada usia pertengahan dan
usia lanjut. Pada usia – usia ini lebih beresiko untuk terjadinya plantar faciitis oleh faktor
– faktor seperti pekerjaan atau aktifitas yang lebih banyak berdiri atau berjalan, obesitas,
kehamilan, diabetes militus, aktifitas fisik yang berlebihan seperti atlit, penggunaan
sepatu yang kurang tepat.
Plantar fasciitis juga bisa terjadi pada pria maupun wanita, namun frekuensi yang
besar terjadi adalah pada wanita umur 40 – 60 tahun. Hal ini disebabkan karena faktor –
faktor seperti obesitas, hormon, dan kehamilan.

II.II.3 Etiologi
Pada waktu kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang
kemudian tekanan ini akan disebarkan ke plantar fascia. Sehingga ligament plantar fascia
tertarik ketika kaki melangkah. Apabila kaki berada dalam posisi baik maka tegangan
yang ada tidak menyebabkan masalah, tetapi apabila kaki berada pada posisi yang salah
atau adanya tekanan yang berlebihan maka plantar fascia akan tertarik secara berlebihan,
menjadi tegangan dan terasa sakit ringan yang akhirnya inflamasi (plantar fasciitis).
Tegang yang berulang juga dapat menyebabkan nyeri ringan dan inflamasi dalam
ligament. Kondisi atau aktivitas yang dapat menyebabkan plantar fasciitis.
A. Aktivitas atau tekanan pada kaki dapat menegangkan ligament, seperti
aktivitas yang menuntut untuk berjalan, berdiri atau melompat diatas
permukaan yang keras dan dalam waktu yang cukup lama.
B. Penggunaan sepatu yang sempit atau kurang tepat.
C. Trauma kecelakaan pada kaki kadang menyebabkan plantar fasciitis.
D. Proses penuaan (usia lanjut) menyebabkan kelenturan fascia plantaris
semakin berkurang. Diabetes Melitus juga salah satu faktor yang
menyebabkan kerusakan fascia plantaris dan sakit tumit pada orang tua.

II.II.4 Patology
Terjadi dibagian lunak yang dihubungkan dengan opponeurosis plantaris dari
bagian interior tuberositas di calcaneus. Karena terjadi calcaneus spur sehingga pada saat
berjalan menekan opponeurasis plantaris dan mengenai fascia (membungkus tiap – tiap
otot yang memungkinkan untuk bergerak satu terghadap yang lainnya). Dan terjadi
inflamasi dan mengakibatkan nyeri.

II.II.5 Patofisiologi
Keluhan nyeri pada daerah kaki sering terdengar akan tetapi penyebabnya sering
sukar diketahui. Nyeri dapat merupakan akibat : tekanan mekanis (yang lebih mungkin

10
terjadi kalau kaki rusak bentuknya), tidak ada keseimbangan otot yang bekerja sehingga
dapat mengakibatkan ketegangan otot. Jika nyerinya pada daerah tumit maka ada dua
penyebab yang umum yaitu adanya Calcaneus Spur dan Fasciitis Plantaris.
Pada waktu kita berjalan, semua berat badan kita bertumpu pada tumit yang
kemudian tekanan ini akan disebarkan ke plantar fascia. Sehingga ligament plantar fascia
tertarik ketika kkaki melangkah. Apabila kaki berada dalam posisi baik maka tegangan
yang ada tidak menyebabkan masalah, tetapi apabila kaki berada pada posisi yang salah
atau adanya tekanan yang berlebih maka plantar fascia akan tertarik secara berlebihan,
menjadi tegang dan terasa sakit ringan yang akhirnya inflamasi (plantar fasciitis). Tagang
yang berulang juga dan menyebabkan nyeri ringan dan inflamasi dalam ligament.

II.II.6 Tanda dan Gejala


a. Adanya nyeri dibagian tumit setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada
siang hari keluhan ini dirasakan agak berkurang bahkan pada waktu malam
hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini terkadang kembali
dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.
b. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga
terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada.
c. Rasa nyeri ini bisa berlangsung beberapa bulan atau bisa menjadi permanen.
Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang setelah beberapa bulan atau
beberapa tahun kemudian.
d. Apabila plantar fasciitis ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya
berubah karena telapak kaki terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh
hanya ditumpu pada ujung telapak kaki (jinjit).

II.II.7 Karakteristik Plantar Fasciitis


Rasa nyeri dirasakan pada waktu berdiri pagi hari setelah bangun tidur.
Nyeri dirasakan pada daerah tumit, adakalanya ditengah – tengah antara
procesus lateralis dan medialis tuberositas calcaneus. Namun sering
dirasakan pada prosesus medialis tuberositas calcaneus. Menapakkan kaki
beberapa langkah pertama disertai dengan nyeri yang kuat, tetapi dengan
melanjutkan perjalanan nyeri dibawah tumit itu akan berkurang. Rasa nyeri
akan terasa ringan pada waktu istirahat (Sidharta, 1984).

II.III Diagnostik Fisioterapi pada plantaris fasciitis

II.3.1 Pemeriksaan gerak khusus


Gait analisis : kaki kanan fase heel strike hilang, midstance dan toe off berlangsung cepat
II.3.2 Test laboratorium

11
1. MRI
2.CT SCAN
3. ARTSCOOPI
II.3.3 Diagnostik banding
Diagnosa pembanding fasciitis plantaris adalah archilles. Archilles adalah tendon pada
bagian belakang tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan gastrocnemius dan otot soleus ke
salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, calcaneus.

II.4 Terapi latihan


Terapi latihan merupakan salah satu usaha dalam pengobatan fisioterapi yang didalam
pelaksanaannya menggunakan latihan – latihan gerak baik secara aktif maupun pasif dengan
sasaran yang sehat maupun sakit.
A. Teknik Terapi latihan
Passive Movement : gerak yang timbul karena bantuan dari luar
1. Relaxed Passive Movement
2. Force Passive Movement
3. Manual Passive Movement

Active Movement : gerak yang timbul karena kekuatan dari otot itu sendiri
1. Assisted Active Movement
2. Free Active Movement
3. Resisted Active Movement
4. Assisted – Resisted Active Movement
B. Dasar – dasar Posisi
1. Lying : terlentang, miring.
2. Sitting : duduk.
3. Standing : berdiri.
C. Efek Fisiologis Terapi Latihan
1. Terhadap otot : menaikan temperatur otot, menaikkan kekuatan otot dan menaikkan
produksi asam laktat.
2. Terhadap Cardiovaskular :
a) Menaikan vasodilatasi arteri
b) Menaikan vasodilatasi kapiler
c) Menaikan metabolism
d) Menaikan aliran darah vena
e) Menaikan tekanan darah
3. Terhadap respirasi : menaikan kebutuhan oksigen dan menaikan pertukaran tekanan
darah.
4. Terhadap system saraf : menaikan produksi adrenalin
5. Terhadap kesehatan tubuh : menaikan temperatur tubuh.
D. Efek Terapeutik Terapi Latihan
1. Meningkatkan kekuatan otot

12
2. Meningkatkan daya tahan
3. Meningkatkan koordinasi
4. Menurunkan spasme
5. Memelihara ROM
6. Memperbaiki sikap
7. Mendidik kembali aktifitas fungsional
E. Syarat yang harus dipenuhi dalam latihan
1. Arah gerakan
2. Pengulangan gerakan
3. Fiksasi
4. Kerjasama FT dengan pasien
5. Kecepatan gerakan
6. Bentuk latihan
7. Aba – aba dari FT
8. Posisi

II.5 Peregangan
Peregangan adalah sebuah gerakan memperpanjang keseluruhan panjang tubuh ataupun
beberapa bagian tubuh (otot). Gerakan ini meliputi meluruskan dan melenturkan bagian – bagian
tubuh. Peregangan juga bisa membantu membuat otot lebih fleksibel dan secara keseluruhan
menjadi lebih fleksibel. Kondisi ini bisa membantu mengurangi risiko ketidaknyamanan akibat
otot tegang, kram dan nyeri. Hal ini akan meningkatkan jangkauan gerak secara keseluruhan dan
fluidisitas dalam sendi.
Latihan yang efektif tidak hanya untuk aktif dari plantar fasciitis, tapi juga membantu
untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk meningkatkan
fleksibilitas otot – otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada otot – otot kaki
yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat berjalan dan
berlari meningkatkan resiko cidera. Latihan peregangan untuk fascia plantaris sendiri dapat
meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan.

II.6 Penatalaksanaan Terapi Latihan Wall Stretches


Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan
dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit dibelakang dan kaki lainnya
dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang didepan sebagai tumpuan, sementara
meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel lantai. Posisi ini
akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10 kali dan
lakukan selama 3 hari.

13
BAB III
PROTOKOL PROSES FISIOTERAPI
III Anamnesa
Anamnesa merupakan salah satu dari assessment yang berisi kumpulan informasi atau
data yang diperoleh melalui data subyektif atau data obyektif untuk menegakan diagnosis.
Adapun data subyektif memuat riwayat penyakit pasien yang berisikan data – data menyenai :
III.1 Identitas Pasien
Dilakukan dengan Tanya jawab dengan pasien atau bisa juga diperoleh dari buku
pasien yang mencakup ; (1) Nama, (2) Umur, (3) Jenis Kelamin, (4) Agama, (5) Alamat,
(6) Pekerjaan, (7) Hobi, (8) Diagnosa Medis.

III.2 Riwayat Penyakit


Didapatkan dengan cara anamneses terhadap pasien langsung disebut
autoanemnese, atau wawancara kepada orang lain yang dekat dengan pasien dan tahu
tentang kondisi pasien disebut dengan alloanamnese. Misalkan : sudah beberapa lama
merasa nyeri pada telapak kaki, sudah diobati kemana saja (riwayat pengobatan), aktifitas
apa yang menambah atau mengurangi keluhan, keluhan sekarang yang lain.

III.3 Pemeriksaan fisik


Adapun data – data obyektif memuat data – data pemeriksaan yang berhubungan
dengan kondisi pasien, data tersebut dapat dimulai saat pasien masuk ruangan
pemeriksaan.
Pemeriksaaannya ini meliputi :

III.3.1 Vital Sign


a) Tanda – tanda vital meliputi :
1) Tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan dengan menggunakan alat stetoskop yang
diletakkan pada arteri brachialis dan spigmanometer diletakkan dibagian distal lengan
atas, tekanan darah normal 120/80 mmHg.
2) Nadi / HR
Pengukuran dilakukan dengan cara palpasi pada arteri radialis dan dihitung
denyut nadinya permenit, normalnya 60 – 80 x /menit.
3) Pernafasan / RR
Pengukuran yang dilakukan dengan cara observasi. Normalnya 18 – 24 x/menit.

4) Berat badan
Pengukuran dilakukan dengan alat penimbang berat badan dalam satuan kg.
5) Tinggi badan
Pengukuran dilakukan dengan alat pengukur tinggi badan. Dalam satuan cm.
6) Suhu badan

14
Pengukuran dilakukan dengan alat thermometer dalam satuan celcius.
b) Inspeksi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara melihat atau mengamati bentuk fisik dan
cara jalan pasien pada waktu pasien datang ke fisioterapi, tujuan dari pemeriksaan ini
adalah untuk mengetahui keadaan pasien.
c) Palpasi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara diraba. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui ada / tidaknya nyeri tekan, spasme otot, perubahan suhu local dan bisa juga
untuk mengetahui adanya oedema atau tidak.

III.3.2 Fungsi Motorik


a. Pemeriksaan LGS
LGS adalah luas lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan oleh suatu sendi.
Goneometer merupakan salah satu alat evaluasi yang paling sering digunakan dalam
praktek fisioterapi. Normal LGS sendi ankle adalah :
S : 60º-0˚-20º
F : 20˚-0º-30˚
b. Pemeriksaan MMT
MMT adalah suatu usaha untuk menentukan atau mengetahui kemampuan
seseorang dalam mengetahui mengkontraksikan otot atau group ototnya secara voluntary.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan metode Manual Muscle Testing (MMT),
meliputi kekuatan otot – otot fleksor dan ekstensor knee joint. Skala pengukurannya
berupa angka yaitu :
0 : tidak mampu kontraksi
1 : mampu kontraksi (tonus) tetapi tidak ada gerakan
2 : mampu kontraksi otot, ROM penuh tetapi tidak dapat melawan tahanan.
3 : mampu kontraksi otot, ROM penuh dan dapat melawan gravitasi.
4 : mampu kontraksi otot, ROM penuh dan dapat melawan gravitasi dengan beban
minimal.
5 : mampu kontraksi otot, ROM penuh dan dapat melawan dengan beban maksimal.

III.3.3 Pemeriksaan Sensorik


a. Dermatom test
b. Sensasi protektif
c. Sensasi diskriminatif

III.4 Pemeriksaan Fungsional

15
Pemeriksaan fungsional adalah suatu proses untuk mengetahui kemampuan pasien dalam
melakukan aktifitas spesifik dalam hubungannya dengan rutinitas kehidupan sehari – hari,
pekerjaannya maupun waktu senggangnya yang terintegrasi dengan lingkungan aktifitasnya.
III.4.1 ADL
Adalah kemampuan pasien untuk melakukan kegiatan atau rutinitas yang dilakukan
pasien sehari – hari yang lebih mengarah pada aktifitas perawatan diri.
III.4.2 MOBILITASI / GAIT ANALYSIS
III.4.3 AMBULASI / TRANSFER
III.5 Pemeriksaan Psikososial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kemampuan pasien dalam berkomunikasi dan
bersosialisasi di lingkungannya.
1. Kognitif
Kemampuan memori pasien untuk mengingat kejadian sebelumnya.
2. Intrapersonal
Motivasi yang ada pda diri pasien.
3. Interpersonal
Kemampuan berinteraksi dengan orang lain.

III. 6 Pemeriksaaan Data Penunjang


Pemeriksaan data penunjang merupakan cacatan klinis yang berperan penting sebagai
data pelengkap yang menunjukan tentang kondisi pasien baik secara umum maupun secara
spesifik. Data penunjang dapat berupa hasil pemeriksaan Rontgen, Laboratorium, MRI, dan
pemeriksaan lainnya.
III.7 Daftar Masalah
Adalah masalah – masalah yang dihadapi oleh seorang fisioterapis yang ada atau yang sedang
dikeluhkan pasien yang nantinya menjadi prioritas bagi terapis dalam menentukan terapi apa
yang nantinya hendak diberikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
Problematik fisioterapi pada fasciitis plantaris adalah :
1) Adanya nyeri gerak ankle dan nyeri tekan pada plantar fascia.
2) Adanya kelemahan otot – otot kaki
3) Adanya keterbatasan LGS Ankle
(Prioritas masalah pada kasus ini adalah : Adanya nyeri tekan pada plantar fascia dan
nyeri gerak)

III.8 Diagnosa Fisioterapi


Diagnosa fisioterapi merupakan upaya menegakkan masalah kemampuan gerak dan fungsi
berdasarkan hasil interpretasi data yang telah dirumuskan menjadi pernyataan yang logis dan
dapat dilayani oleh fisioterapis. Diagnosa fisioterapi pada fasciitis plantaris adalah : Gangguan
gerak dan fungsi ankle joint berkaitan dengan adanya nyeri gerak ankle dan nyeri tekan pada
plantar fascia karena plantaris fasciitis.
III.9 TUJUAN

16
III.10 Perencanaan fisioterapi
Perencanaan fisioterapi dibuat berdasarkan diagnosis fisioterapi yang meliputi menetukan
prioritas masalah, menentukan tujuan, menentukan rencana pelayanan fisioterapi, menetapkan
dosis, menetapkan rencana evaluasi dan merencanakan home program.
a. Menentukan prioritas masalah yang akan diatasi atau dipecahkan lebih dahulu. Dalam
kasus ini nyeri.
b. Menentukan tujuan fisioterapi
Tujuan pelaksanaan fisioterapi adalah hasil yang ingin dicapai dengan pelayanan
fisioterapi pada pasien dan di rencanakan untuk mengurangi masalah yang timbul dalam
diagnosis fisioterapi.
Dalam kasus ini di dapat :
 Tujuan jangka pendek : mengurangi nyeri
 Tujuan jangka panjang : Os mampu melakukan aktifitas sehari – hari tanpa
adanya keluhan.
c. Menentukan rencana fisioterapi pelayanan fisioterapi
Rencana pelaksanaan fisioterapi adalah berbagai pelayanan fisioterapi yang
direncanakan oleh fisioterapi untuk di kerjakan dalan rangka menanggulangi gangguan
kapasitas fisik atau kemampuan fungsional. Langkah – langkah dalam menentukan
rencana pelayanan fisioterapi pada hakekatnya adalah menetapkan metodologi fisioterapi
yang tepat. (Dalam kasus ini pelayanan yang digunakan adalah terapi latihan).

d. Dosis yang ditentukan pada kasus ini yaitu :


Frekuensi :
Intensitas :
Time :
Type :
e. Rencana evaluasi
Menyusun rencana evaluasi yang berdasarkan obyeknya yang akan di evaluasi, waktu
evaluasi dan juga menentukan kriteria keberhasilan.
f. Penentuan Home Program
Adalah suatu upaya edukasi atau pengulangan latihan yang harus di lakukan pasien di
rumah selama tidak melakukan terapi kepada fisioterapi. Dalam kasus ini home program
yang akan disarankan adalah :
 Gunakan sepatu yang ergonomis
 Lakukanlah peregangan lengkungan kaki
 Dianjurkan memakai alas kaki yang empuk / insole silicon gel.

III.11 Pelaksanaan Fisioterapi


Pelaksanaan fisioterapi adalah layanan yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang
17
mencakup aspek peningkatan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan mengikut
sertakan keluarganya.
III.12 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai kemampuan serta kemajuan
yang telah dicapai oleh pasien selama dilakukan terapi dan evaluasi dilakukan berdasarkan
rencana evaluasi yang telah disusun dengan kriteria dan parameternya sebagai berikut :
III.13 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan upaya pencacatan dan penyampaian data dari semua kegiatan
proses fisioterapi yang dilakukan.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. May T, Judy T, Conti M, Cowan J. Current Treatment of
Plantar Fasciitis. Current Sports Medicine Reports
2002; 1:278-84.
2. Dyck D, Boyajian-O’Neill L. Plantar Fasciitis. Clinical
Journal of Sports Medicine 2004; 14(5):305-309.
3. Cole C, Seto C, Gazewood J. Plantar Fasciitis:
Evidence-Based Review of Diagnosis and Therapy.
American Family Physician 2005; 72(11):2237-42.
4. Roxas M. Plantar Fasciitis:diagnosis and therapeutic
considerations. Alternative Medicine Review 2005;
10(2):83-93.
5. Martin J, Hosch J, Goforth WP, Murff R, Lynch DM,
Odom R. Mechanical Treatment of Plantar Fasciitis.
Journal of the American Podiatric Association 2001;
91(2):55-62.
6. Wearing S, Smeathers J, Urry S. The Effect of Plantar
Fasciitis on Vertical Foot-Ground Reaction Force.
Clinical Orthopaedics and Related Research 2003;
409:175-85.
7. Travell JG, Simons DG. Myofascial Pain and
Dysfunction The Trigger Point Manual, Volume Z.
Baltimore:Williams & Wilkins, 1999.
8. Banks AS, Downey MS, Martin DE, Miller SJ. Foot and
Ankle Surgery. Philadelphia: Lipincott Williams &
Wilkins, 2001.
9. Cheung J, Zhang M, An K. Effects of Plantar Fascia
Stiffness on the Biomechanical Responses of the Ankle-Foot
Complex. Clinical Biomechanics 2004; 19(8):839-46.
10. Aldridge T. Diagnosing Heel Pain in Adults. American
Family Physician 2004; 70(2):332-8.
11. Fillipou D, Kalliakmanis A, Triga A, Rizos A,
Grigoriadis E. Sport Related Plantar Fasciitis. Current
Diagnostic and Therapeutic Advances. Folia Medica
2004; 46(3):56-60.
12. Placzek R, Deuretzbacher G, Buttgereit F, Meiss A.
Treatment of Chronic Plantar Fasciitis with Botulinum
Toxin A. Annals of the Rheumatic Diseases 2005;
64(11):1659-61.
13. Wearing S, Smeathers J, Yates B, Sullivan P, Urry S,
Dubois P. Sagittal Movement of the Medial
Longitudinal Arch is Unchanged in Plantar Fasciitis.
Medicine & Science in Sports & Exercise 2004;
36(10):1761-67.
14. Sobel E, Levitz S, Caselli M, Christos P, Rosenblum J.
The Effect of Customized Insoles on the Reduction of

19
Postwork Discomfort. Journal of the American
Podiatric Association 2001; 91(10):515-20.
15. Lemont H, Ammirati K, Usen N. Plantar Fasciitis:A
Degenerative Process Without Inflammation. Journal
of the American Podiatric Association 2003; 93(3):234-37.
16. Huang YC, Wang LY, Wang HC, Chang KL, Leong CP.
The Relationship Between the Flexible Flatfoot and
Plantar Fasciitis:Ultrasonographic Evaluation. Chang
Gung Medical Journal 2004; 27(6):443-8.
17. Sitzman K. Managing Plantar Fasciitis. AAOHN
Journal 2005; 53(1):52.
18. Lynch DM, Goforth WP, Martin J, Odom R, Preece C,
Kotter M. Conservative Treatment of Plantar Fasciitis.
Journal of the American Podiatric Association 1998;
88(8):375-80.
19. Michaud TC. Foot Orthosis and Other Forms of
Conservative Foot Care. Newton, MA:Thomas C
Michaud, 1997.
20. Donatelli RA. The Biomechanics of the Foot and
Ankle, 2nd Editition. Philadelphia:F.A. Davis, 1996.

20

Anda mungkin juga menyukai